• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVIS

DAFTAR GAMBAR

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kesehatan Kerja dan Keselamatan Kerja

2.3.2 Penilaian Kinerja

Menurut Rivai (2004), penilaian kinerja adalah suatu sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran. Pada saat bersamaan karyawan memerlukan umpan balik atas hasil kerja mereka sebagai panduan bagi perilaku mereka di masa yang akan datang. Pekerja juga ingin mendapatkan hal positif atas berbagai hal yang telah mereka lakukan dengan baik selama melakukan pekerjaan.

Menurut Hasibuan (2008), kriteria atau unsur-unsur yang dinilai dalam penilaian kinerja karyawan meliputi beberapa hal, yaitu:

1. Kesetiaan: penyelia mengukur kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya, jabatan dan organisasinya. Dapat terlihat dari seorang pekerja yang dihadapkan pada kondisi dan situasi yang sulit yang berhubungan dengan masa depannya.

2. Kejujuran: penyelia menilai kejujuran karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sejalan atau tidak dengan kenyataan.

3. Prestasi kerja: penyelia melihat hasil kerja karyawan dari kualitas dan kuantitasnya dalam uraian pekerjaannya.

4. Kedisiplinan: penyelia melihat kedisiplinan karyawan dalam mematuhi paratuaran yang telah dibuat oleh perusahaan dan melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi dan standar prosedur yang menjadi tanggung jawab pekerja.

5. Kreativitas: penyelia melihat kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya dalam penyelesaian pekerjaannya. 6. Kerjasama: penyelia menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan

bekerjasama dengan karyawan lainnya secara vertikal dan horizontal baik diluar maupun didalam pekerjaan sehingga pekerjaan akan semakin baik.

7. Kepimpinan: penyelia melihat bahwa pekerja mampu untuk memimpin, mempunyai kewibawaan yang kuat, dan dapat mempengaruhi pekerja lainnya.

8. Tanggung jawab: penyelia melihat dan mampu menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya, sarana dan prasarana yang digunakan, serta perilaku pekerjaannya. 9. Ketelitian: penyelia melihat kemampuan karyawan dapat menilai

karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, kehati-hatian dalam bekerja, dan langkah-langkah dalam bekerja.

Menurut Siagian (2008), berpendapat sistem penilaian prestasi kerja adalah suatu pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi kerja para pekerja dimana terdapat berbagai faktor,yaitu:

1. Kriteria penilaian adalah manusia yang disamping memiliki kemampuan tertentu juga tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan.

2. Penilaian yang dilakuakn pada serangkaian tolok ukur tertentu yang realistik, berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta kriteria yang ditetapkan dan diterapkan secara obyektif.

3. Hasil penilaian yang dilakukan secara berkala itu terdokumentasikan dengan rapi dan arsip kepegawaian setiap orang sehingga tidak ada informasi yang hilang, baik yang sifatnya menguntungkan maupun merugikan pekerja.

4. Hasil penilaian prestasi kerja setiap orang menjadi bahan yang selalu dipertimbangkan dalam setiap keputusan yang diambil mengenai mutasi pegawai, baik dalam arti promosi, pengambilalihan tugas, alih wilayah, maupun pemberhentian tidak atas permintaan sendiri.

Selain itu masih menurut Siagian (2008), pentingnya penilaian prestasi kerja yang baik sangat bermanfaat untuk berbagai kepentingan, seperti:

1. Mendorong peningkatan prestasi kerja. Dengan mengetahui hasil prestasi kerja, ketiga pihak yang terlibat dapat mengambil berbagai

langkah yang diperlukan agar prestasi kerja pegawai lebih meningkat.

2. Bahan pengambilan keputusan dalam pemberian imbalan. 3. Kepentingan mutasi pegawai.

4. Berguna untuk menyusun program pendidikan dan pelatihan, baik yang dimasksudkan untuk mengatasi berbagai kekurangan dan kelemahan maupun untuk mengembangkan potensi karyawan yang ternyata belum sepenuhnya digali dan terungkap melalui penilaian prestasi kerja.

5. Membantu para pegawai menentukan rancana kariernya dan dengan bantuan bagian kepegawaian menyusun program pengembangan karier yang paling tepat, dalam arti sesuai dengan kebutuhan para pegawai dan kepentingan organisasi

2.3.3 Jenis-jenis penilaian kinerja

Menurut Rivai (2004), jenis-jenis penilaian kinerja dikelompokkan menjadi 6 kategori yaitu:

1. Penilaian hanya oleh atasan

2. Penilaian oleh kelompok lini: atasan dan atasannya lagi bersama- sama membahas kinerja dari bawahannya yang dinilai.

3. Penilaian oleh kelompok staf: atasan meminta satu atau lebih individu untuk bermusyawarah dengannya, dan atasan langsung yang membuat keputusan akhir.

4. Penilaian melalui keputusan komite, sama seperti pada pola sebelumnya kecuali bahwa manajer yang bertanggung jawab tidak lagi mengambil keputusan akhir, dan hasilnya didasarkan pada pilihan mayoritas.

5. Penilaian berdasarkan peninjauan lapangan: sama seperti pada kelompok staf, namun melibatkan wakil dari pimpinan pengembangan atau departemen SDM yang bertindak sebagai peninjau yang independen.

2.4. Teori Pengaruh K3 Terhadap Kinerja Karyawan

Menurut Mangkuprawira dan Vitayala (2007), kesehatan dan keselamatan kerja karyawan sangat berperan dalam mempengaruhi kinerja di perusahaan. Apabila kesehatan kerja terganggu dapat mengganggu mutu dan produktivitas kerja.

Menurut Rivai (2004), karyawan memiliki hak untuk menuntut perusahaan agar menyediakan fasilitas kerja yang memadai agar keselamatan fisik dan mental mereka terlindungi dan dapat meningkatkan kinerja dari pekerjaan yang dilakukan. Selain itu juga jika perusahaan dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan kerja, penyakit, dan hal-hal yang berkaitan dengan stress mampu meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerjanya, maka perusahaan akan semakin efektif dan berdampak pada kinerja baik untuk perusahaan dan karyawan.

2.5. Hasil Penelitian Terdahulu

Mahardika (2005) melakukan penelitian tentang Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan di PT PLN (persero) Unit Bisnis Strategis Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (UBS P3B) Region Jawa Timur dan Bali. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa program K3 mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja karyawan, sehingga penerapan program K3 yang baik akan meningkatkan kinerja karyawan.

Riestiany (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada Plant 11 PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi berganda. PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Telah menerapkan SMK3 berdasarkan standar OHSAS 18001 dan Permeneker No. 05/MEN/1996. Penerapan SMK3 tersebut, telah terorganisir dengan baik sehingga telah mendapat penghargaan Golden Flag dari PT Sucifindo (auditor eksternal) selama tiga kali pada tahun 2000,2003, dan 2006. Tingkat keseringan kecelakaan (Injured Frequency Rate-IFR) dan Tingkat keparahan

kecelakaan (Injured Saverity Rate-ISR) dari P-11 cenderung menurun hingga tahun 2007 sejak pertama kali beroperasi tahun 2000 dan telah mencapai zero accident pada tahun 2006 dan 2007. Berdasarkan persepsi karyawan, pelaksanaan SMK3 di P-11 telah berjalan dengan baik dan efektif mengurangi angka kecelakaan kerja terutama dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Selain itu, karyawan P-11 sangat merasakan manfaat yang besar dari pemeriksaan kesehatan rutin yang diadakan oleh PT ITP, Tbk. Tingkat keseringan kecelakaan (Injured Frequency Rate-IFR) dan Tingkat keparahan kecelakaan (Injured Saverity Rate-ISR) mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, namun IFR lebih signifikan mempengaruhi tingkat produktivitas kerja karyawan dibandingkan ISR. Semakin kecil IFR dan ISR maka semakin tinggi tingkat produktivitas kerja karyawan PT ITP.

Noegroho (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus PT XYZ Bagian Pressing). Analisis data yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Hubungan antara keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan kinerja karyawan adalah positif, sangat nyata dan berkorelasi substansial (agak kuat). Faktor K3 memiliki hubungan yang positif, sangat nyata, dan berkorelasi substansial (agak kuat) dengan kinerja karyawan kecuali kontrol lingkungan kerja yang memiliki hubungan yang rendah terhadap kinerja karyawan.

Ropiah (2010) dengan judul penelitian Persepsi Karyawan Tentang Hubungan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Motivasi Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Kasus PT Korma Jaya Utama, Jakarta Selatan).Penelitian ini menggunakan analisis korelasi Rank Spearman.Pelaksanaan program K3 di Divisi Produksi PT KJU sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan kualitas pelaksanaan pelatihan keselamatan yang sudah efektif, tingginya kontrol lingkungan kerja yaitu dengan adanya laporan sanitasi yang digunakan sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan program K3 di perusahaan, serta inspeksi dan disiplin yang dilaksanakan secara rutin dan adanya peningkatan kesadaran K3 oleh karyawan.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Kerangka Pemikiran Penelitian

Perusahaan PT XYZ mempunyai visi dan misi yang digunakan untuk pedoman dalam menjalankan mekanisme kerja. Perusahaan PT XYZ mempunyai bagian yang menjadi struktur penting perusahaan yaitu divisi Engineering yang mempunyai fungsi mengatur segala kebutuhan perusahaan yang bersifat teknis. Divisi engineering biasa mengatur bagian permesinan dan ruang kontrol seluruh bagian gedung. Apabila gedung mengalami kendala teknis karena kurangnya pasokan aliran maka divisi ini yang bertanggung jawab untuk segera menyelesaikan masalah supaya tidak mengganggu kelancaran kerja perusahaan.

Program kesehatan dan keselamatan kerja yang peneliti lakukan di perusahaan PT XYZ meliputi: pelatihan keselamatan terhadap karyawan dalam melakukan pekerjaan di perusahaan, adanya kontrol lingkungan kerja yang dilakukan oleh atasan, pengawasan dan disiplin, publikasi keselamatan kerja yang disebar kepada suluruh pekerja, dan meningkatkan kesadaran akan kesehatan dan keselamatan kerja saat menjalankan tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan untuk kinerja karyawan peneliti melihat dari inisiatif dan kreativitas, tanggung jawab, kerjasama, ketelitian, dan kedisiplinan. Dalam pengolahan data menggunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan metode Latent Variable Score (LVS) dengan bantuan software LISREL 8.30. Mendapatkan rasa aman dalam meningkatkan pekerjaannya, aspek kesehatan dan keselamatan kerja merupakan faktor penting dalam menunjang kinerja karyawan supaya lebih baik. Hal ini akan berdampak positif terhadap karyawan khususnya divisi engineering. Apabila terpelihara dengan baik dapat menekan faktor kecelakaan dalam bekerja dan kesehatan karyawan lebih terjamin. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian 3.2.Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor PT XYZ yang berada di Jalan A, Kota B. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa perusahaan PT XYZ telah menerapkan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) sebagai bukti perhatian dan kepedulian terhadap tenaga kerjanya sendiri. Penelitian ini dilaksanakan peda bulan Mei 2012-Juni 2012.

Divisi Engineering

Kinerja karyawan: (Hasibuan, 2008) 1. Inisiatif 2. Tanggung jawab 3. Kerjasama 4. Ketelitian 5. Kedisiplinan Program K3: (Miner, J.B. 1992) 1. Pelatihan Keselamatan 2. Kontrol Lingkungan Kerja 3. Pengawasan dan Disiplin 4. Publikasi Keselamatan Kerja

5. Peningkatan Kesadaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan divisi Engineering PT XYZ

Rekomendasi PT XYZ

3.3.Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu, data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Sumber data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan yang menjadi objek penelitian dengan mewancarai secara langsung kepada chief Engineering, karyawan bagian engineering terkait kesehatan dan keselamatan kerja (K3) serta kinerja karyawan yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder di peroleh dari studi literatur, baik dari tulisan, data perusahaan, referensi yang relevan maupun sumber lain yang menunjang penelitian.

Penelitian ini membahas dua variabel yaitu, kesehatan dan keselamatan kerja (K3) sebagai variabel bebas (independent) dan kinerja karyawan sebagai variabel terikat (dependent). Indikator penelitian kesehatan dan keselamatan kerja meliputi: pelatihan keselamatan, kontrol lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin, publikasi keselamatan kerja, serta peningkatan kesadaran kesehatan dan keselamatan kerja. Sedangkan indikator penelitian kinerja meliputi: inisiatif, tanggung jawab, kerjasama, ketelitian, dan kedisiplinan. Setiap poin jawaban ditentukan skornya menggunakan skala Likert. Kuesioner penelitian ini menggunakan skala ordinal sebagai acuan, yaitu:

1. Sangat Tidak Setuju (STS) 2. Tidak Setuju (TS)

3. Setuju (S)

4. Sangat Setuju (SS)

Hasil intrepretasi dari setiap item pernyataan yang digunakan dalam kuesioner ditentukan berdasarkan rentang skala dengan rumus yaitu:

Rentang Skala

Penelitian ini menggunakan skala likert 1 sampai 4, sehingga berdasarkan rumus didapatkan nilai skor rata-rata yang diperoleh sebesar 0,75. Rentang skala yang diperoleh untuk intrepretasi hasil jawaban kuesioner dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rentang Skala Intrepretasi Hasil Jawaban Kuesioner

3.4.Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya dengan narasumber menggunakan alat yang umum disebut panduan wawancara. Alat yang umum digunakan untuk mengumpulkan data primer disebut kuesioner, kuesioner berisi sekumpulan pertanyaan yang diajukan pada responden untuk diisi dan dijawab. Alat kuesioner yang akan diisi tersebut bersifat tertutup. Pengisian kuesioner ini dilaksanakan untuk memperoleh tanggapan terkait dengan penelitian yang berhubungan pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan. Kuesioner sebelum digunakan untuk penelitian dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu.

a. Uji Validitas

Validitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur. Artinya, setiap butir instrumen telah benar-benar menggambarkan keseluruhan isi atau sifat konsep yang menjadi dasar penyusunan instrumen. Langkah-langkah untuk mengukur validitas kuesioner menurut Umar (2003):

Rataan Skor

Pernyataan Jawaban

Intrepretasi Hasil 1.00 – 1.75 Sangat Tidak Setuju Sangat Tidak Baik

1.76 – 2.50 Tidak Setuju Tidak Baik

2.51 – 3.25 Setuju Baik

1)Mendefenisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur. 2)Melakukan uji coba pengukur tersebut kepada sejumlah responden. 3)Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

4)Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pertanyaan atau pernyataan dengan skor total. Nilai korelasi dapat diketahui dengan menggunakan korelasi product moment. Rumus dari korelasi product moment yang digunakan yaitu:

r(Xi,Y) = ∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑ ... Keterangan:

r = Angka korelasi

Xi = Skor masing-masing pernyataan ke-I r (Xi,Y) Y = Skor total

n = Jumlah responden

5)Hasil perhitungan dari Product Moment temyata r hitung > r tabel yaitu lebih besar 0,361. Maka butir instrument tersebut dianggap valid dan signifikan, sebaliknya jika r hitung < r tabel maka dianggap tidak valid, sehingga instrumen tidak dapat digunakan dalam penelitian.

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan bantuan software SPSS 20.0 for windows, diperoleh pengolahan sebanyak 50 butir pernyataan yang terbukti valid, karena nilai r hitung lebih besar dari 0.361 (Lampiran 1).

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama. uji reliabilitas untuk mengetahui sejauh mana suatu instrumen dapat dipercaya. Suatu instrumen akan reliabel apabila instrumen tersebut dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten. Pada uji reliabilitas ini digunakan teknik Chronbach Alpha yang skornya rentang antara beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 0-100, bila dalam bentuk skala 1-3, 1-5, 1-7, dan

seterusnya (Umar,2003). Uji reliabilitas menggunakan software Microsoft Excell 2010 dan software SPSS 20 for windows, penilaian koefisien mengacu pada Chronbach Alpha yang memiliki aturan, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi Chronbach Alpha

R Alpha Klasifikasi >0.9 Sempurna >0.8 Baik >0.7 Dapat Diterima >0.6 Dipertanyakan >0.5 Buruk

<0.5 Tidak Dapat Diterima

Uji reliabilitas menggunakan rumus Chronbach Alpha sebagai berikut:

2.

Dimana:

= Reliabilitas isntrumen = Banyak butir pernyataan

∑ = Jumlah Varian total

= Jumlah varian pernyataan = Jumlah responden

X = Nilai skor yang dipilih

Kesimpulan diperoleh dengan cara membandingkan nilai hitung alpha dan nilai r tabel dari hasil perhitungan. Hasil uji reliabilitas untuk Program K3 adalah 0.932 dan hasil uji reliabilitas kinerja karyawan adalah 0.939 dengan menggunakan alat bantu software SPSS 20.0 for windows, ini berarti instrument dinyatakan reliabel karena nilai hitung Cronbach Alpha lebih dari 0.6 (nilai hitung Cronbach Alpha > nilai r tabel).

Hasil perhitungan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan alat bantu software SPSS 20.0 for windows dapat dilihat pada Lampiran 1. Kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.5. Teknik Sampel

Menurut Sugiyono (2005) probability sampling adalah teknik sampling (teknik pengambilan sampel) memberikan peluang yang sama kepada setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jumlah karyawan divisi engineering adalah 40 orang, maka dijadikan sebagai objek dalam penelitian.

3.6. Hipotesis

Penelitian ini nantinya berguna untuk menegaskan suatu teori dan dapat diterapkan dalam keadaan nyata. Maka diterapkan suatu hipotesis, yaitu: Program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Karyawan Divisi Engineering PT XYZ.

3.7.Metode Pengolahan Data 3.7.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan dengan cara mencari nilai rata-rata yang diperoleh. Nilai rata-rata digunakan untuk memperoleh kesimpulan yang didapat dengan menggunakan rentang skala yang sudah ditentukan sebelumnya berdasarkan masing-masing kriteria. Analisis ini untuk mengetahui karakteristik responden pada penelitian melalui perhitungan persentase jawaban yang telah ditabulasi. Anaisis deskriptif menggunakan tabulasi silang. Analisis ini juga mengidentifikasi karakteristik responden yang berpengaruh terhadap variabel penelitian, yaitu kesehatan dan keselamatan kerja (K3) serta kinerja karyawan.

3.7.2 Analisis Structural Equation Modeling (SEM)

Menurut Wijayanto (2008) model persamaan structural (Structural Equation Modeling) yaitu teknik analisis multivariate yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks, baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh terkait keseluruhan model. Komponen- komponen model SEM yang terdiri dari:

1. Dua Jenis Variabel, yaitu: variabel laten (Latent Variable) dan variabel teramati (Observed atau Manifest Variable atau Measured). 2. Dua Jenis Model yaitu model struktural (Structural Model) dan

model pengukuran (Measurement Model).

3. Dua jenis kesalahan yaitu kesalahan structural (Structural Error) dan kesalahan pengukuran (Measurement Error).

Aplikasi dari model SEM ini menggunakan metode Latent Variable Score (LVS) dengan bantuan software LISREL 8.30. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) serta Kinerja Karyawan dalam penelitian ini dianggap sebagai indikator yang tidak bisa diukur secara langsung yang disebut variabel laten.

Bollen dan Long dalam Wijayanto (2008), mengungkapkan prosedur SEM secara umum akan mengandung tahap-tahap sebagai berikut:

1. Spesifikasi model

Tahap ini berkaitan dengan pembentukan model awal persamaan structural, sebelum dilakukan estimasi. Model awal ini diformulasikan berdasarkan suatu teori atau penelitian sebelumnya. 2. Identifikasi

Tahap ini berkaitan dengan pengkajian tentang kemungkinan diperolehnya nilai yang unik untuk setiap parameter yang ada di dalam model dan kemungkinan persamaan simultan tidak ada solusinya.

3. Estimasi

Tahap ini berkaitan dengan estimasi terhadap model untuk menghasilkan nilai-nilai parameter dengan menggunakan salah satu metode estimasi yang digunakan seringkali ditentukan berdasarkan kerakteristik dari variabel-variabel yang dianalisis.

4. Uji kecocokan

Tahap ini berkaitan dengan pengujian kecocokan antara model dengan data. Beberapa kriteria ukuran kecocokan atau Goodness Of Fit (GOF) dapat digunakan untuk melaksanakan langkah ini.

5. Respesifikasi

Tahap ini berkaitan dengan respesifikasi model berdasarkan atas hasil uji kecocokan tahap sebelumnya.

Penelitian ini menggunakan langkah-langkah Structural Equation Modeling (SEM) adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan model berbasis konsep dan teori

Melakukan pemahaman teori tentang pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan. Kemudian menentukan variabel laten dan variabel indikator berdasarkan teori. 2. Mengkonstruksi diagram path

Variabel laten dan variabel indikator dibentuk dalam diagram path agar lebih mudah memahami bentuk hubungan antar variabel. 3. Konversi diagram path ke model struktural.

Tahap selanjutnya model struktural dan model pengukuran digambarkan lebih jelas.

4. Memilih matriks input.

Matriks input dipilih dan dimasukkan ke dalam perhitungan 5. Solusi standard model dan evaluasi Goodness Of Fit (GOF)

Matriks input diolah dan melihat nilai Goodness Of Fit (GOF) dari model solusi standard. Nilai koefisen konstruk kesehatan dan keselamatan kerja apabila bernilai negatif tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan.

6. Intrepretasi model

Tahap akhir adalah mengintrepretasikan model solusi standard, yaitu melihat besarnya pengaruh atau kontribusi variabel indikator terhadap variabel laten dan besarnya pengaruh antar variabel laten. Penyusunan hubungan jalur tiap atribut dalam model dapat dilihat pada Gambar 5. Indikator pelatihan keselamatan yaitu X1, indikator kontrol lingkungan kerja yaitu X2, indiaktor pengawasan dan disiplin yaitu X3, indikator publikasi keselamatan kerja yaitu X4, dan peningkatan kesadaran kesehatan dan keselamatan kerja yaitu X5, dimana lima indikator X tersebut akan menerangkan

variabel leten eksogen program kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Sedangkan indikator inisiatif yaitu Y1, indikator tanggung jawab sebagai Y2, indikator kerjasama yaitu Y3, indikator ketelitian yaitu Y4, dan indikator kedisiplinan yaitu Y5, variabel Y yang berjumlah lima indikator menerangkan variabel laten endogen kinerja karyawan.

Adapun hipotesis yang dilakukan sebelum penelitian, adalah sebagai berikut:

Hipotesis 1 = Indikator pelatihan keselamatan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) divisi Engineering PT XYZ.

Hipotesis 2 = Indikator kontrol lingkungan kerja terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) divisi Engineering PT XYZ.

Hipotesis 3 = Indikator pengawasan dan disiplin terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) divisi Engineering PT XYZ.

Hipotesis 4 = Indikator publikasi keselamatan kerja terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) divisi Engineering PT XYZ.

Hipotesis 5 = Indikator peningkatan kesadaran kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) divisi Engineering PT XYZ. Hipotesis 6 = Indikator inisiatif terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan divisi Engineering PT XYZ.

Hipotesis 7 = Indikator tanggung jawab terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan divisi Engineering PT XYZ.

Hipotesis 8 = Indikator kerjasama terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan divisi Engineering PT XYZ.

Hipotesis 9 = Indikator ketelitian terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan divisi Engineering PT XYZ.

Hipotesis 10 = Indikator kedisiplinan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan divisi Engineering PT XYZ.

Model SEM menggunakan Latend Variable Score (LVS) dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Model SEM K3 terhadap Kinerja Karyawan Keterangan :

X1= Pelatihan Keselamatan Y1= Inisiatif

X2= Kontrol Lingkungan Kerja Y2= Tanggungjawab X3= Pengawasan dan Disiplin Y3= Kerjasama

Dokumen terkait