• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis penilaian kinerja piutang ini digunakan untuk menilai tingkat kinerja dari pengelolaan piutang PT. “X”. Dari hasil ini akan diperoleh gambaran mengenai kondisi pengelolaan piutang dan pengembangannya selama perionde analisis yaitu tahun 2005-2009. Dalam hal ini analisis yang digunakan adalah rasio perputaran piutang, rasio periode rata-rata pengumpulan piutang dan analisis investasi piutang.

4.4.1. Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio) Rasio ini menunjukkan berapa kali perusahaan melakukan penagihan terhadap piutangnya dalam satu periode. PT.”X” tidak mengeluarkan kebijakan khusus dalam pembayaran kredit bagi pemberi kerjanya. PT.”X” lebih mengikuti kebijakan yang telah dibuat sebelum pekerjaan dimulai yang tertuang dalam kontrak kerjasama. Dan pada umumnya dalam kontrak tersebut menyatakan jangka waktu pelunasan maksimal 30 hari setelah dikeluarkannya invoice.

Pada tahun 2005, dimana perusahaan baru memulai usahanya kembali diperoleh perhitungan rasio rata-rata perputaran piutang yang sangat besar yaitu sebesar 170,71 kali. Hal ini dikarenakan perusahaan baru berusaha memperoleh pekerjaan, dan bisa dikatakan nilai penjualannya relatif kecil, dengan jumlah piutang yang sangat kecil pula. Dalam keadaan belum stabil ini maka diambil rata-rata dari tahun 2006-2009, rasio rata-rata perputaran piutang mulai membaik dengan nilai sebesar 3,68 kali. Hal ini berarti dalam satu periode perusahaan mampu melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak kurang lebih 3-4 kali. Dari rata-rata tersebut, tahun 2006 dan tahun 2007 memiliki rasio perputaran piutang diatas rata-rata yaitu 3,79 dan 4,12 kali.

Pada tahun 2008 rasio perputaran piutangnya menurun menjadi 2,07 kali. Penurunan ini disebabkan terjadinya kenaikan piutang yang tidak diimbangi dengan kenaikan penjualan yang sepadan. Pada tahun 2008 piutang mengalami kenaikan sebesar 225,39% sedangkan penjualan hanya mengalami kenaikan 63,44%. Sampai dengan Desember 2009, terjadi kenaikan penjualan sebesar

7,38% dan piutang mengalami penurunan sehingga rasio perputaran piutang kembali mengalami kenaikan menjadi 4,73 kali.

Tabel 2. Penilaian Kinerja Piutang Tahun 2005-2009 PT.”X”

Komponen 2005 2006 2007 2008 2009 Rasio Perputaran Piutang 170.71 3.79 4.12 2.07 4.73 Rasio Periode Penagihan 2.14 96.25 88.61 176.40 77.16 Investasi Piutang 18,000,000 3,849,527,818 6,748,474,916 21,958,977,098 10,313,644,843 Sumber : Laporan keuangan diolah

4.4.2. Rasio Periode Penagihan Rata-Rata (Average Collection Period) Rasio ini adalah salah satu alat analisis guna melihat keefektifan perusahaan dalam melakukan penagihan dari penjualan kredit yang dilakukan perusahaan. Rasio ini memberikan perkiraan dalam hitungan hari mengenai kapan saat pembayaran atas penjualan kredit dilakukan pemberi kerja.

Rata-rata periode pengumpulan piutang perusahaan selama kurang lebih 5 tahun adalah 88.11 hari. Hal ini berarti perusahaan dapat kembali mengumpulkan pembayaran atas penjualan yang belum dibayar kepada pemberi kerja dalam waktu kurang lebih 88 hari. Periode pengumpulan piutang ini sudah jauh melampaui standar yang umumnya terdapat dalam kontrak kerjasama yang ditetapkan perusahaan yaitu 30 hari. Dapat dikatakan bahwa rata-rata periode pengumpulan piutang pada PT. “X” melebihi standar waktu yang ditetapkan, sehingga perusahaan masih perlu memperhatikan proses penagihan yang efektif untuk memcepat penagihan piutang tersebut.

4.4.3. Analisis Investasi Piutang

Analisis investasi piutang ditentukan dengan jumlah investasi yang tepat pada setiap periode yang diharapkan mendekati kenyataan dengan rata-rata investasi piutang terjadi. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan investasi dalam piutang yang ditetapkan dengan investasi yang terjadi. Hasil analisis investasi piutang dalam penelitian ini menunjukkan bahwa investasi dalam piutang yang ditetapkan dengan investasi yang terjadi terdapat selisih yang cukup besar. Investasi piutang yang diperoleh hasilnya sama dengan jumlah piutang yang ditetapkan perusahaan untuk setiap tahunnya.

Pada tahun 2005 nilai investasi piutang sebesar Rp. 18.000.000,00 dan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 nilai investasi piutang yang ada mengalami kenaikan yang sangat besar sebesar Rp. 3.849.547.818,00. Selanjutnya pada tahun 2007 naik 75,31 persen dengan nilai investasi piutang sebesar Rp. 6.748.474.916,73 dan tahun 2008 kembali naik pesat dengan jumlah nilai investasi sebesar Rp. 21.958.977.098,00. Di tahun 2009 investasi piutang mengalami penurunan sebesar 46,97 persen dari tahun sebelumnya dengan nilai investasi sebesar Rp. 10.313.644.843,96.

Hasil perhitungan rata-rata investasi piutang selama lima tahun diperoleh sebesar Rp. 8.577.724.935,34 yang dalam hal ini jumlahnya sama besar dengan jumlah piutang yang ditetapkan perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa piutang yang terdapat pada perusahaan ini untuk setiap tahunnya hanya sedikit terdapat penunggakan pembayaran piutang hingga tahun berikutnya.

Secara garis besar berdasarkan analisis penilaian kinerja piutang di PT.”X” pengelolaan piutang dapat disimpulkan bahwa pengelolaan piutang PT.”X” masih jauh berada di bawah standart yang telah ditetapkan perusahaan. Dari rasio perputaran piutang yang mempunyai nilai rata-rata 4,73 kali dengan standart 3 kali, rasio penagihan rata-rata yang mempunyai nilai rata-rata sebesar 88,11 hari dengan standart 30 hari maupun pada investasi piutang yang rata-rata semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini memerlukan alternatif pengelolaan piutang yang lebih efektif lagi sehingga dapat meningkatkan nilai rata-ratanya mendekati standart.

4.5. Analisis Likuiditas

Analisis likuiditas digunakan untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendeknya yang sudah ataupun yang akan jatuh tempo. Selain itu analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana posisi keuangan dalam jangka pendek. Nilai rasio likuiditas dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat pada aktiva lancar dan kewajiban lancar perusahaan. Pengukuran tingkat likuiditas PT.”X” menggunakan rasio cepat, rasio lancar dan rasio kas. Perkembangan nilai rasio likuiditas PT.”X” dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Analisis Likuiditas periode Tahun 2005-2009 PT.”X”

Komponen 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-Rata Rasio Cepat 14.84 69.56 86.00 117.56 137.57 85.11 Rasio Lancar 19.74 70.76 103.10 125.10 150.45 93.83 Rasio Kas 13.49 8.84 8.20 11.33 14.85 11.34 Rasio Likuiditas 16.02 49.72 65.77 84.66 100.96 63.43 Sumber : Laporan keuangan diolah

Rasio Likuiditas rata-rata selama lima tahun adalah sebesar 63.43 persen, meliputi rasio cepat 85.11 persen, rasio lancar 93.83 persen dan rasio kas sebesar 11.34 persen. Hal ini berarti kemampuan PT.”X” untuk setiap Rp.100,00 utang jangka pendeknya dapat dijamin dengan aktiva lancarnya sebesar Rp. 63,43. 4.5.1. Ratio Cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan menggunakan aktiva lancarnya tanpa memperhitungkan persediaan. Persediaan dalam hal ini dianggap merupakan aktiva lancar yang likuid atau cepat untuk dicairkan menjadi uang kas. Dari hasil analisis diperoleh rata-rata rasio cepat PT.”X” adalah 85.11 persen yang berarti

setiap Rp.100,- utang lancar dijamin dengan Rp.85,11 aktiva lancar tanpa persediaan. Nilai rasio ini dianggap sedikit kurang baik karena masih berada di bawah standart yang ditentukan perusahaan yaitu lebih dari 100%. Perkembangan nilai rasio ini terlihat pada Gambar 3 yang setiap tahunnya cenderung mengalami kenaikan, terutama sejak tahun 2008 dengan nilai rasio menunjukkan di atas 100 persen.

Perkembangan Rasio Likuiditas PT."X" periode tahun 2005-2009 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% 140.00% 160.00% 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-Rata Rasio Cepat Rasio Lancar Rasio Kas

Gambar 3. Perkembangan Rasio Likuiditas PT.”X” periode tahun 2005-2009 4.5.2. Ratio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancarnya. Dari hasil analisis, rata-rata rasio lancar PT.”X” adalah 93.83 persen yang artinya bahwa setiap Rp.100,- utang lancar dijamin dengan Rp. 93,83 aktiva lancarnya. Bila dilihat dari nilainya tersebut, kemampuan perusahaan masih dibawah standart yakni 200 persen. Namun seperti halnya pada rasio cepat pada Gambar 3 dari tahun ke tahun rasio lancar perusahaan ini mengalami kenaikan terus menerus.

4.5.3. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio Kas ini merupakan indikator paling likuid dalam mengukur kemampuan sesungguhnya dari perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Nilai rata-rata rasio kas PT.”X” adalah 11.34 persen. Ini menunjukkan setiap Rp. 100,- utang lancar perusahaan dijamin dengan

Rp.11,34 uang kas dan bank. Situasi ini memberikan gambaran bahwa kemampuan perusahaan masih kurang baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan komponen aktiva yang paling likuid ini, karena nilai rasio yang ada masih berada di bawah standart minimal perusahaan yaitu 40 persen. Jika dilihat dalam Gambar 3. Perkembangan indikator rasio kas dalam lima periode terakhir cenderung menurun di awal tahun 2006 dan 2007 dan kemudian mulai mengalami kenaikan di tahun 2008 serta 2009, ini berarti terdapat kenaikan pada nilai kas dan bank yang tidak diimbangi dengan kenaikan jumlah utang lancar yang sepadan. Nilai kas di tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 196.78 persen dari tahun sebelumnya, dengan nilai kenaikan utang lancar hanya sebesar 115 persen. Sedangkan pada tahun 2009 rasio kas ini mengalami kenaikan sedikit dari tahun sebelumnya sebesar 31.13 persen dengan nilai rasio sebesar 14.85 persen. Sehingga dapat dikatakan dari selama lima tahun tersebut rasio kas mengalami kenaikan.

Dokumen terkait