• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN PIUTANG TERHADAP STABILITAS ARUS KAS DAN LIKUIDITAS PERUSAHAAN ( Studi Kasus di PT. X )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN PIUTANG TERHADAP STABILITAS ARUS KAS DAN LIKUIDITAS PERUSAHAAN ( Studi Kasus di PT. X )"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

LIKUIDITAS PERUSAHAAN

( Studi Kasus di PT. ”X” )

Oleh

DHAHIRI HAGYAR SIWI

H 24076 030

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Piutang terhadap Stabilitas Arus Kas dan Likuiditas Perusahaan. (Studi Kasus Di PT. ”X”). Di bawah bimbingan Farida Ratna Dewi

Kenyataan bahwa harga minyak dua tahun terakhir ini meningkat tajam menyebabkan semangat perusahaan baru untuk bangkit berkiprah. PT. “X” merupakan salah satu perusahaan nasional yang bergerak di bidang pelayanan jasa pengeboran minyak dan gas (drilling services) terutama pada jasa pengeboran berarah (directional drilling). Dalam persaingannya perusahaan memerlukan strategi yang tepat untuk mencapai tujuannya sehingga diperlukan pengelolaan dana yang baik untuk kelancaran kegiatan operasinya dengan tingkat efisiensi yang optimal terutama dalam cash flow dan likuiditas perusahaan. Manajemen piutang yang baik disini sangat diperlukan guna menjaga ketersediaan dana yang cukup dan menjaga likuiditas perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktek manajemen piutang pada PT. “X”, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang PT. “X”, serta menganalisis pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas arus kas dan likuiditas perusahaan di PT. “X” secara parsial maupun secara bersamaan.

Data kuantitatif yang diperoleh dari pengambilan data pada perusahaan tersebut diolah dengan menggunakan analisis penilaian kinerja piutang, analisis cash conversion cycle dan rasio likuiditas serta analisis regresi berganda dan korelasi dengan menggunakan SPSS versi 16.00 untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari penerapan manajemen piutang terhadap stabilitas kas dan likuiditas perusahaan.

Penagihan piutang di PT.”X” dilakukan setelah perusahaan memberikan pelayanan jasanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang pada PT.”X” dapat dilihat dari dua faktor yaitu secara internal dan eksternal perusahaan. Faktor Internal antara lain faktor usaha penagihan, penjualan kredit, piutang ragu-ragu dan beban usaha. Faktor eksternal antara lain kebijakan pemberi kerja, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah/kurs.

Dari hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Rasio Perputaran Piutang (ARTO) dengan kas dan antara Rasio Periode Penagihan Rata-rata (ACP) dengan kas. Sedangkan antara Investasi Piutang (IP) dengan kas terdapat pengaruh secara signifikan. Serta tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ARTO dengan likuiditas dan antara ACP dengan likuiditas sedangkan antara IP dengan likuiditas terdapat pengaruh secara signifikan. Secara bersamaan, hasil pengolahan data menunjukkan bahwa manajemen piutang tidak berpengaruh terhadap kas akan tetapi manajemen piutang terdapat pengaruh terhadap likuiditas pada PT.”X”. Saran yang bisa diberikan penulis adalah dengan menambah keagresifan karyawan penagihnya dengan monitoring setiap waktu perkembangan invoice serta mempererat hubungan baik dengan pihak pemberi kerja yang dapat melancarkan tagihan tersebut dengan cara mengadakan konsinyering (working committee meeting) antara perusahaan dan pemberi kerja, sehingga akan mempermudah pemecahan masalah dan memperjelas komunikasi antara perusahaan dan pemberi kerja.

(3)

Nama : Dhahiri Hagyar Siwi NIM : H 24076030

Menyetujui Pembimbing,

( Farida Ratna Dewi, SE, MM ) NIP : 197103072005012001

Mengetahui Ketua Departemen,

( Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc ) NIP : 196101231986011002

(4)

iii

Penulis dilahirkan di Blora pada tanggal 18 April 1983. Penulis meruapakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Suwar dan Dwi Sugiharti.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri VIII Cepu pada tahun 1995, kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Cepu, lulus pada tahun 1998. Pendidikan tingkat atas diselesaikan penulis pada tahun 2001 di SMU Negeri 1 Cepu. Pada tahun tersebut penulis diterima pada Program Diploma III Agribisnis Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan selesai pada tahun 2004. Selanjutnya pada tahun 2007 penulis melanjutkan studinya pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama masa studi, penulis aktif dalam organisasi kampus yaitu Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB (DPM KM IPB) periode 2002-2003, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM Fapet IPB) periode 2003-2004, Ketua Tim Bina Desa IPB periode 2003-2004.

Sejak tahun 2005, penulis bekerja sebagai karyawan swasta pada beberapa perusahaan, antara lain sebagai admin preschool di Arrahman Islamic School pada tahun 2005, staf finance di PT. Citra Perdana pada tahun 2006, Admin di PT. Ekamatra Etsa Equilibrium Bogor pada tahun 2007, Project Accounting and Finance Manager di CV. Agrolab Djawanusa Bogor pada tahun 2008 dan terakhir di PT. Qui Handika sebagai staf finance dari 2008 sampai sekarang.

(5)

iv

rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul mengenai pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas arus kas dan likuiditas pada PT.”X”. Menganalisis apakah terdapat pengaruh atau tidak manajemen piutang pada PT. “X” berpengaruh terhadap cashflow perusahaan tersebut dan likuiditasnya.

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril dan materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis.

2. Ibu Hardiana Widyastuti, SHut, MM dan Ibu Wita Juwita, STP, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan pengarahannya 3. Direksi, staf dan karyawan PT. Qui Handika, Jakarta yang telah

memberikan informasi serta masukan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Ekstensi Manajemen IPB. 5. Bapak dan Ibu, Suami serta adik-adikku tercinta yang telah memberikan

curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan do’a yang tulus.

6. Rekan-rekan di kampus IPB yang selalu bersama-sama membuat kenangan indah selama kuliah.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah memberikan pahala atas kebaikannya.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT.

Bogor, April 2010 Penulis

(6)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 3 1.3. Tujuan Penelitian ... 5 1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Manajemen Piutang ... 7

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Piutang ... 8

2.3 Kebijakan Terhadap Piutang yang Masih Belum Tertagih ... 10

2.4 Kebijaksanaan Pemberian Piutang ... 10

2.5 Stabilitas Kas ... 12

2.6 Likuiditas ... 12

2.7 Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Stabilitias Kas ... 13

2.8 Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Likuiditas ... 14

2.9 Penelitian Terdahulu ... 14

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 16

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 16

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 18

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 18

3.4.1. Analisis Penilaian Kinerja Piutang ... 19

a. Rasio perputaran piutang ... 19

b. Periode penagihan rata-rata ... 19

c. Analisis investasi piutang ... 20

3.4.2. Cash Conversion Cycle ... 20

a. Days of Sales Outstanding ... 20

b. Days of Sales in Inventory ... 21

c. Days of Payable Outstanding ... 21

3.4.3 Analisis Likuiditas ... 21

a. Ratio Cepat (Quick Ratio) ... 21

b. Ratio Lancar (Current Ratio) ... 21

(7)

vi 3.4.5 Pengujian Hipotesis ... 24 a. Uji Normalitas ... 24 b. Uji Multikolineritas ... 24 c. Uji Autokorelasi ... 25 d. Uji Heteroskedastisitas ... 25 e. Uji F ... 26 f. Uji t ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 27

4.1.1. Sejarah Perusahaan ... 27

4.1.2. Profil Perusahaan ... 28

4.1.3. Visi dan Misi ... 28

4.1.4. Produk dan Jasa ... 28

4.2. Identifikasi Proses Manajemen Piutang di PT. ”X” ... 30

4.2.1 Verifikasi Dokumen Invoice Tagihan ... 30

4.2.2 Pencairan Invoice Tagihan ... 32

4.2.3 Pengelolaan Piutang Perusahaan ... 33

4.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi piutang PT.”X” ... 34

4.4.Penilaian Kinerja Piutang di PT. ”X” ... 37

4.4.1. Rasio Perputaran Piutang ... 37

4.4.2. Periode Penagihan Rata-rata ... 38

4.4.3. Analisis Investasi Piutang ... 39

4.5.Analisis Likuiditas ... 39

4.5.1. Ratio Cepat (Quick Ratio) ... 40

4.5.2. Ratio Lancar (Current Ratio) ... 41

4.5.3. Ratio Kas (Cash Ratio) ... 41

4.6. Analisis Stabilitas Kas (Cash Conversion Cycle) ... 42

4.6.1. Days of Sales Outstanding ... 42

4.6.2. Days of Payable Outstanding ... 44

4.7 Pengujian Hipotesis ... 44

4.7.1 Uji Normalitas ... 44

4.7.2 Uji Multikolineritas ... 46

4.7.3 Uji Autokorelasi ... 47

4.7.4 Uji Heteroskedastisitas ... 48

4.8 Analisis Korelasi dan Regresi Berganda ... 49

4.8.1 Pengujian Regresi Berganda ... 54

4.8.2 Pengujian Regresi Parsial ... 55

4.9 Implikasi Manajerial ... 56

KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

1. Kesimpulan ... 58

2. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(8)

vii

No Halaman

1. Piutang pada PT. Pertamina EP per 31 Juli 2009 ... 4

2. Penilaian kinerja piutang tahun 2005-2009 PT.”X” ... 38

3. Analisis likuiditas tahun 2005-2009 PT.”X” ... 40

4. Analisis siklus konversi kas tahun 2005-2009 PT.”X” ... 43

5. Uji multikolineritas pada variabel yang mempengaruhi kas PT. “X” periode tahun 2007-2009 ... 46

6. Uji multikolineritas pada variabel yang mempengaruhi likuiditas PT.”X” periode tahun 2007-2009 ... 47

7. Nilai korelasi antar variabel yang mempengaruhi kas PT. “X” ... 50

(9)

viii

No Halaman

1. Produksi dan konsumsi minyak Indonesia tahun 1965-2007 ... 1

2. Kerangka pemikiran penelitian ... 17

3. Perkembangan rasio likuiditas PT.”X” periode tahun 2005-2009 ... 41

4. Perkembangan analisis siklus konversi kas PT.”X” tahun 2005-2009 ... 43

5. Analisis normal P-Plot pada variabel yang mempengaruhi kas PT. “X” periode tahun 2007-2009 ... 45

6. Analisis normal P-Plot pada variabel yang mempengaruhi likuiditas PT. “X” periode tahun 2007-2009 ... 45

7. Uji heteroskedastisitas pada variabel yang mempengaruhi kas PT.”X” periode tahun 2007-2009 ... 48

8. Uji heteroskedastisitas pada variabel yang mempengaruhi likuiditas PT.”X” periode tahun 2007-2009 ... 49

(10)

ix

No Halaman

1. Harga minyak OPEC bulan Juli 2008 ... 63

2. Daftar perusahaan jasa pemboran ... 64

3. Proses penagihan invoice PT. Pertamina EP ... 68

4. Proses pembuatan invoice tagihan ... 70

5. Laporan rugi laba PT.”X” per bulan selama tahun 2007 ... 72

6. Neraca keuangan PT.”X” per bulan selama tahun 2007 ... 73

7. Laporan rugi laba PT.”X” per bulan selama tahun 2008 ... 74

8. Neraca keuangan PT.”X” per bulan selama tahun 2008 ... 75

9. Laporan rugi laba PT.”X” per bulan selama tahun 2009 ... 76

10. Neraca keuangan PT.”X” per bulan selama tahun 2009 ... 77

11. Laporan rugi laba PT.”X” periode tahun 2005-2009 ... 78

12. Neraca keuangan PT.”X” periode tahun 2005-2009 ... 79

(11)

(1) Subprime mortgage : kredit perumahan yang diberikan oleh perusahaan mortgage broker Amerika Serikat dengan bunga yang rendah di awalnya (2-5 tahun), namun tahun berikutnya bisa naik sampai 1,5 kali lipat, dan akhirnya banyak yang macet. Setelah macet kredit ini dijual ke bank untuk membereskan kredit tersebut sehingga mempengaruhi perekonomian negara tersebut.

1.1. Latar Belakang

Perekonomian dunia mengalami gejolak kembali di akhir tahun 2007 setelah guncangan moneter pada tahun 1997. Hal ini mulai dari subprime mortgage(1) dan melemahnya nilai tukar Amerika, telah menimbulkan naiknya harga minyak dunia yang kemudian juga berimbas terhadap naiknya harga komoditas pangan. Pada situasi harga minyak yang kurang menentu ini diperparah dengan adanya permasalahan pasokan minyak di beberapa negara (Nigeria, Laut Utara dan Teluk Mexico) kenaikan harga minyak dunia telah mencapai rekor terbaru hingga sempat menembus US$ 140/barel di awal Juli tahun 2008 (Lampiran 1). Situasi global tersebut juga turut mempengaruhi perekonomian Indonesia sebagai salah satu pemasok sekaligus pengimport minyak bumi dalam jumlah cukup besar di dunia.

Mulai tahun 1998 produksi minyak Indonesia turun secara terus menerus, sementara konsumsi terus meningkat. Gambar 1 di bawah ini menunjukkan produksi versus konsumsi minyak bumi Indonesia dalam kurun waktu 1965-2007.

(12)

(2) lost in hole : peralatan dinyatakan hilang di dalam sumur karena adanya masalah serius, seperti ledakan dan lain-lain

Kegiatan industri perminyakan dimulai dari kegiatan eksplorasi, diikuti pemboran dan komplesi, konstruksi fasilitas produksi, tahap produksi, dan penyaluran minyak ke titik jual. Dahulu kita melihat perusahaan minyak yang beroperasi di Indonesia sebagai perusahaan raksasa, baik Pertamina maupun perusahaan minyak asing. Kecederungan setelah tahun 2000, perusahaan kecil mulai banyak tumbuh, beberapa di antaranya semakin besar (Lampiran 2). Kenyataan bahwa harga minyak dua tahun terakhir ini meningkat tajam menyebabkan semangat perusahaan baru untuk bangkit berkiprah semakin menggebu.

PT. “X” merupakan salah satu perusahaan nasional yang bergerak di bidang pelayanan jasa pengeboran minyak dan gas (drilling services) terutama pada jasa pengeboran berarah (directional drilling), yang bersaing ketat melawan perusahaan asing seperti halnya PT. Elnusa dan PT. Schlumberger yang tentunya memiliki modal lebih besar dalam memperebutkan kepercayaan pelanggan. Sehingga perusahaan memerlukan perumusan strategi yang tepat untuk mencapai tujuannya tersebut. Salah satu strategi dalam pengelolaan dana yang baik untuk kelancaran kegiatan operasinya dengan tingkat efisiensi yang optimal adalah memperhatikan pengelolaan cashflow dan likuiditas perusahaan.

Cashflow perusahaan akan mengalami perubahan serta mengakibatkan kinerja perusahaan berpotensi menurun jika kondisi ekonomi serta nilai tukar rupiah terhadap US$ tidak menentu, mengingat transaksi yang dilakukan perusahaan sebagian besar menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat. Kinerja perusahaan yang menurun tersebut akan mengakibatkan pada daya saing yang lemah terhadap perusahaan – perusahaan lain terutama perusahaan asing yang modalnya dan skala usahanya lebih besar.

Likuiditas dalam hal ini berkaitan dengan kewajiban yang harus diselesaikan perusahaan. Perusahaan harus menyelesaikan kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjangnya. Kewajiban jangka pendeknya antara lain sewa alat dan biaya pengiriman alat. Sedang kewajiban jangka panjangnya merupakan hutang bank atas pembelian alat. Perusahaan akan mengusahakan

(13)

(2) lost in hole : peralatan dinyatakan hilang di dalam sumur karena adanya masalah serius, seperti ledakan dan lain-lain

pembayaran hutangnya sebelum jatuh tempo dengan mempersiapkan sejumlah dana yang dibutuhkan sebelumnya tanpa mengganggu dana untuk operasional harian.

Manajemen piutang yang baik disini sangat diperlukan guna menjaga ketersediaan dana yang cukup dan menjaga likuiditas perusahaan, meminimumkan jumlah piutang yang terlambat tertagih serta mengantisipasi piutang tak tertagih. Manajemen piutang dalam hal ini adalah meliputi proses pembuatan tagihan, proses penagihan kepada pemberi kerja, proses kontrol tagihan sampai dengan pencairan tagihan dan masuk dalam rekening perusahaan. 1.2. Perumusan Masalah

PT. “X” dimana sebagian besar pekerjaannya didapatkan dari kontrak dengan PT. Pertamina Eksplorasi, tentunya akan mengikuti aturan dan prosedur yang ditentukan oleh PT. Pertamina Eksplorasi sesuai dengan kontrak perjanjian yang disepakati. Mekanisme pembayaran tagihan tersebut antara lain meliputi proses pembuatan draf invoice, proses pembuatan invoce, proses verifikasi keuangan, proses pembuatan SA dan SP3 serta terakhir adalah proses pembayaran invoice oleh keuangan pusat (Lampiran 3).

PT. “X” akan mencatat tagihan tersebut sebagai pendapatan perusahaan dalam laporan keuangan perusahaan adalah pada saat invoice tagihan tersebut mendapat persetujuan dari pihak yang akan membayar, sedang sebelumnya tercatat sebagai piutang dari sejak tanggal selesai pekerjaan dan invoice masuk ke pemberi kerja. Proses pembuatan invoce sampai dengan persetujuan invoice yang akan dibayar disini bisa memakan waktu 2-4 bulan, sedangkan dalam kesepakatannya invoice akan dibayar dalam waktu satu bulan setelah pekerjaan tersebut selesai dilakukan. Hal ini menyebabkan invoice tagihan semakin lama semakin menumpuk dan jumlah piutang menjadi semakin besar padahal biaya operasional pekerjaan tersebut sudah banyak dikeluarkan, hal ini bisa terlihat pada Tabel 1.

(14)

(2) lost in hole : peralatan dinyatakan hilang di dalam sumur karena adanya masalah serius, seperti ledakan dan lain-lain

Tabel 1. Piutang pada PT Pertamina EP per 31 Juli 2009

No No Invoice Tgl masuk invoice Jumlah ($) 1 043/QH-INV/RCD-C3/V/09 2-May-09 136,800.35 2 044/QH-INV/MBU-1.4/V/09 8-Apr-09 251,986.79 3 045/QH-INV/B-904/V/09 5-May-09 254,379.89 4 046/QH-INV/RNT-SZ7/V/09 16-May-09 97,307.10 5 047/QH-INV/PTB-GC6 LIH/V/09 19-May-09 115,068.34 6 048/QH-INV/PTB-GC6/V/09 18-May-09 149,090.07 7 049/QH-INV/MBU-1.4RW/VII/09 5-May-09 216,986.50 8 050/QH-INV/ B-906/VII/09 13-Jun-09 168,485.28 9 051/QH-INV/ PTB-GC7/VII/09 10-Juli-09 127,778.07 10 052/QH-INV/ PTB-GC7 LIH/VII/09 10-Juli-09 17,836.00 11 053/QH-INV/ B-902/VII/09 13-Juni-09 179,414.38 12 054/QH-INV/ PTB-GC7 ST/VII/09 27-Juli-09 62,399.69

Total jumlah tagihan 1,777,532.45

Sumber : Data sekunder PT. ”X”

Proses tagihan yang relatif panjang dengan birokrasi yang cukup rumit menambah lamanya proses pencairan dana yang akan masuk perusahaan. Belum lagi masalah pada operasional di lapang seperti perbedaan persepsi antara engineer perusahaan dan pengawas lapangan oleh pemberi pekerjaan dalam hal waktu kerja, jumlah alat, lost in hole(2) dan lainnya. Kondisi yang dihadapi PT. “X” membuktikan bahwa suatu perusahaan memerlukan sebuah strategi yang tepat untuk menghadapi sistem birokrasi yang ada. Strategi bisnis yang dapat dilakukan berupa pengelolaan piutang secara efektif agar bisnis dapat berjalan dengan lancar. Sehingga walaupun perusahaan harus mengikuti birokrasi yang panjang namun perusahaan tetap bisa memperhitungkan kapan piutang akan tertagih.

Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu membutuhkan kas. Kas memiliki suatu siklus untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu perusahaan melakukan pengeluaran kas dan penerimaan kas. Siklus itu biasa disebut dengan Cash Cycle atau Cash Conversion Cycle (CCC). Cash

(15)

(2) lost in hole : peralatan dinyatakan hilang di dalam sumur karena adanya masalah serius, seperti ledakan dan lain-lain

Conversion Cycle (CCC) dapat digunakan untuk mengetahui likuiditas riil yang berbeda dengan rasio likuiditas.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti antara lain :

1. Bagaimana gambaran praktek manajemen piutang pada PT. “X”?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besarnya piutang PT. “X” ? 3. Bagaimana pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas arus kas dan

likuiditas perusahaan di PT. “X” (secara partial)?

4. Bagaimana pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas arus kas dan likuiditas perusahaan di PT. “X” (secara simultan)?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui gambaran praktek manajemen piutang pada PT. “X”.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besarnya piutang PT. “X”.

3. Menganalisis pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas arus kas dan likuiditas perusahaan di PT. “X” (secara partial).

4. Menganalisis pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas arus kas dan likuiditas perusahaan di PT. “X” (secara simultan).

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi beberapa pihak yang berkepentingan antara lain :

1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam penetapan kebijaksanaan, pertimbangan dalam penyusunan perencanaan dan strategi dalam pengambilan keputusan yang kaitannya dengan kebijakan manajemen atau pengelolaan piutang

(16)

(2) lost in hole : peralatan dinyatakan hilang di dalam sumur karena adanya masalah serius, seperti ledakan dan lain-lain

2. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut yang kaitannya dengan topik yang sama.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini diarahkan pada bagaimana perusahaan melakukan pengelolaan piutang perusahaan khususnya pada pemberi kerja PT. Pertamina Eksplorasi yang dapat mempengaruhi stabilitas arus kas dan likuiditas keuangan perusahaan.

(17)

Manajemen Piutang

Menurut Niswonger et al (1999) piutang merujuk pada claims (tagihan) dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi sehingga piutang merupakan bagian yang signifikan dari aktiva lancar perusahaan. Sedangkan pengertian piutang secara khusus adalah suatu perkiraan yang timbul akibat adanya tambahan kegiatan perusahaan dalam pemberian kredit.

Munawir (2002) menyebutkan bahwa piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. Pada dasarnya piutang bisa timbul tidak hanya karena penjualan bagarng dagangan secara kredit, tetapi karena hal-hal lain misalnya piutang kepada pegawai, piutang karena penjualan saham secara angsuran atau adanya uang muka untuk pembelian atau kontrak kerja lainnya. Piutang-piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan harus disajikan dalam neraca secara informatif.

Piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Piutang biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perusahaan (Niswonger et al, 1999).

Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa manajemen piutang dimulai dengan keputusan apakah akan memberikan kredit atau tidak, dalam manajemen piutang juga ada cara-cara piutang perusahaan dibentuk dan beberapa cara alternatif untuk memantau piutang. Sistem pemantauan digunakan, karena jika tidak piutang akan menumpuk menjadi suatu yang berlebihan, arus kas menurun dan piutang tak tertagih menutupi laba dari penjualan. Manajemen piutang mempelajari bagaimana piutang bisa dikelola dengan efisien. Rata-rata saldo piutang ditentukan oleh dua faktor yaitu penjualan kredit per hari dan jumlah hari rata-rata periode pengumpulan piutang. Keduanya sangat tergantung pada kebijakan kredit yang dijalankan oleh perusahaan. Piutang mengandung

(18)

resiko berupa kegagalan penagihan atau biasa disebut bad debts, kemungkinan resiko ini akan semakin kecil apabila perusahaan hanya melakukan penjualan kredit kepada pelanggan yang terkuat saja. Resiko piutang adalah tidak tertagih dan akan menimbulkan credit cost (biaya kredit). Biaya kredit tersebut adalah :

1. Kegagalan memenuhi default (kewajiban) atau kerugian piutang macet 2. Biaya penelitian dan penagihan yang lebih tinggi.

3. Bertambah besarnya modal dan biaya modal yang terkait dalam rekening-rekening piutang yang kurang layak (mereka yang membayar lambat, sehingga rata-rata jangka waktu penagihan menjadi bertambah panjang.

Kebijaksanaan kredit suatu perusahaan merupakan suatu alat persaingan dengan perusahaan-perusahaan lain. Perluasan pemberian kredit ini hampir sama dengan kebijaksanaan pengurangan harga perusahaan. Antara kebijaksanaan kredit suatu perusahaan dengan tingkat penjualannya terdapat hubungan yang erat. Manajemen keuangan dari perusahaan itu yang menetapkan kebijaksanaan kredit. Menurut Riyanto (2001) kebijakan manajemen kredit suatu perusahaan ada tiga variabel utama yaitu :

1. Credit Standart

Menentukan siapa yang pantas untuk diberikan kredit 2. Credit Terms

Menentukan kondisi dimana waktu kredit dapat diperpanjang, contoh : perpanjangan waktu sampai 60 hari credit terms 30 hari

3. Collection Policies

Menentukan seberapa agresif perusahaan tersebut akan mengejar orang yang tidak membayar hutang atau tterlambat membayar hutangnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah piutang

Dalam rangka memperbesar volume penjualan, perusahaan menjual produknya secara kredit. Penjualan kredit tidak langsung menambah kas, tetapi menimbulkan piutang dan baru kemudian pada waktu jatuh tempo baru terjadi aliran cash flow. Oleh karena itu piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu berputar secara terus menerus dalam perputaran modal kerja.

(19)

Dalam keadaan normal dan penjualan dilakukan secara kredit, piutang mempunyai tingkat likuiditas yang jauh lebih tinggi daripada inventory, karena perputaran piutang ke kas membutuhkan satu langkah saja. Menurut Riyanto (2001) menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang adalah

a. Volume penjualan kredit

Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan maka semakin besar jumlah investasi dalam piutang. Semakin besar volume penjualan kredit dari setiap tahun berarti perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Semakin besar jumlah piutang maka semakin besar resiko.

b. Syarat pembayaran penjualan kredit

Syarat ini dapat bersifat ketat atau lunak. Jika perusahaan menetapkan pembayaran ketat berarti perusahaan lebih mementingkan keselamatan kredit daripada profitabilitas.

c. Ketentuan tentang pembatasan kredit

Perusahaan dalam hal ini dapat menetapkan batas maksimal bagi kredit yang diberikan pelanggan. Semakin besar batas maksimal yang diberikan maka semakin besar dana yang diinvestasikan dalam piutang.

d. Kebijakan dalam mengumpulkan piutang

Perusahaan dapat menjalankan kebijakan dalam mengumpulkan piutang secara aktif maupun pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini secara aktif mempunyai pengeluaran yang lebih besar untuk membiayai kegiatan pengumpulan piutang tersebut dibandingkan perusahaan yang menjalankan secara pasif.

e. Kebiasaan membayar dari para pelanggan

Ada pelanggan yang suka membayar dengan menggunakan cash discount dan ada juga pelanggan yang tidak menggunakan kesempatan ini. Hal ini tergantung dari cara penilaian mereka mana yang lebih menguntungkan dari kedua alternatif tersebut.

(20)

Kebijakan terhadap piutang yang masih belum tertagih

Kebijakan terhadap piutang yang masih belum tertagih adalah prosedur yang ditempuh untuk memperoleh pembayaran dan rekening-rekening yang jatuh tempo (Sawir, 2001). Usaha penagihan piutang juga sebaiknya ditingkatkan karena akan mengurangi investasi dan pengeluaran piutang ragu-ragu serta akan meningkatkan laba perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan piutang sebagai sumber dana yaitu melalui factoring maupun pledging dari piutang.

a. Factoring (Anjak Piutang)

Pengertian anjak piutang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 448/KMK.017/2000 adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri

b. Pledging (Penggandaan Piutang)

Pledging hampir sama dengan factoring, hanya dalam pledging perusahaan menggandaikan piutangnya kepada lembaga keuangan untuk memperoleh dana bagi kelangsungan perusahaannya.

Sumber dana dari piutang merupakan kesepakatan legal antara penjual barang atau jasa dengan lembaga keuangan. Kesepakatan itu dinyatakan dalam suatu prosedur yang harus dijalani oleh kedua belah pihak. Setelah itu perusahaan yang menggadaikan piutang mendapatkan faktur dari lembaga keuangan.

Setelah itu lembaga keuangan mempelajari faktur tersebut dan membuat penilaian. Faktur perusahaan yang memenuhi syarat standar kredit lembaga keuangan, tidak dapat menggadaikan piutangnya.

Kebijaksanaan pemberian piutang

Menurut Barlian dan Sundjaja (2003), kebijakan kredit adalah suatu penetapan dalam penyelesaian pemberian kredit, standar kredit dan syarat kredit. Seleksi dalam pemberian kredit adalah suatu keputusan seseorang/perusahaan akan memberikan kerdit kepada pelanggannya dan jumlah kredit yang diberikan.

(21)

Lima dimensi utama yaitu : 1. Character (Karakter)

Karakter yaitu melihat dan memperhatikan sifat pribadi, cara hidup, status sosial dan lain-lain. Hal ini penting karena berkaitan dengan keinginan untuk membayar.

2. Capacity (Kemampuan)

Kemampuan yaitu melihat kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya dalam memperoleh penjualan ataupun pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang dimiliki dalam bidang usahanya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan membayar.

3. Capital (Kapital)

Kapital adalah mengukur posisi keuangan secara umum dengan memperhatikan kapital atau modal yang dimiliki perusahaan dan juga perbandingan utang dan kapital.

4. Collateral (Kolateral)

Kolateral artinya mngukur besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai jaminan atas kredit

5. Condition (Kondisi)

Kondisi disini maksudnya adalah memperhatikan kondisi perekonomian pada umumnya serta kecenderungan (trend) perekonomian yang akan mempengaruhi terhadap jalannya perusahaan.

Analisis kredit memberi perhatian utama terhadap karakter dan kemampuan karena merupakan dasar yang utama dalam memberikan kredit. Pertimbangan terhadap 3K yang lain penting dalam menyusun rencana kredit serta dalam membuat keputusan, yang juga dipengaruhi oleh pengalaman dan pertimbangan dari analisis kredit.

Informasi untuk memperoleh kredit biasanya diberikan bersamaan dengan formulir yang terdiri dari data keuangan, informasi kredit dan referensi. Itu juga bisa dibilang sebagai permohonan. Jika perusahaan sudah pernah memberikan kredit kepada pemohon maka perusahaan mempunyai sejarah dari informasi pembayarannya. Sumber dari luar yang termasuk informasi lain diantaranya

(22)

laporan keuangan, lembaga pemeringkat kredit, lembaga informasi kredit, assosiasi bisnis serta bank.

Perusahaan tidak hanya menentukan kemampuan kredit dari pelanggan tetapi juga harus memperhatikan jumlah maksimum kredit yang diberikan. Selain itu perusahaan harus membuat batas kredit yaitu jumlah maksimum pelanggan yang dapat diberikan kredit.

Stabilitas Kas

Menurut Munawir (2002), pengertian kas adalah tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali (dengan menggunakan cek atau bilyet).

Menurut Ross (1998) dalam Octavia (2004), siklus kas adalah periode waktu antara pengeluaran kas dan penerimaan kas atas kas yang telah dikeluarkan tersebut. Atau dapat juga dikatakan sebagai selisih antara siklus operasi dengan periode hutang. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Likuiditas

Likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih menurut Riyanto (2001) tentang masalah likuiditas menyatakan bahwa masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang akan segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada saat tertentu merupakan kemampuan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kemampuan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansiilnya yang harus segera dipenuhi, atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu mempunyai kemampuan membayar.

(23)

Menurut Riyanto (2001) juga, likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat ditagih. Sedangkan untuk mengukur likuiditas tersebut digunakan rasio likuiditas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan likuiditas adalah perbandingan antara jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai disatu pihak dengan jumlah hutang lancar dan pengeluaran-pengeluaran rutin untuk penyelenggaraan perusahaan dilain pihak. Atau dapat pula dikatakan bahwa likuiditas adalah kecepatan dan kemudahan suatu aktiva untuk diubah menjadi kas.

Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Stabilitas Kas Perusahaan Menurut Riyanto (2001), guna menjalankan aktivitas perusahaan, kas sangat penting kedudukannya karena kas merupakan unsur modal kerja dan juga merupakan bagian dari investasi. Operasional kas harus benar-benar mencukupi dalam aktivitas perusahaan tersebut, karena dengan adanya kas yang cukup maka dapat menunjang kegiatan operasional dan sebaliknya apabila kas yang tersedia tidak mencukupi akan mengakibatkan terganggunya kegiatan operasional perusahaan itu sendiri. Operasional kas yang dimaksud adalah bagaimana caranya perusahaan dalam menjalankan aktivitas keuangan sesuai dengan produksi yang telah ditetapkan.

Pada Riyanto (2001) juga disebutkan, arus kas masuk dan arus kas keluar harus diupayakan seimbang, artinya tidak terjadi saldo kas yang berlebihan ataupun keuntungan. Saldo kas yang berlebihan dari kebutuhan akan mengorbankan kegiatan operasional perusahaan karena tertanam jumlah uang kas yang tidak produktif. Tetapi sebaliknya saldo kas yang defisit akan menyebabkan perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik dan akibat selanjutnya kegiatan perusahaan dapat terganggu karena kurangnya pembiayaan. Sehingga diperlukan adanya penyusunan anggaran penerimaan dan pengeluaran kas yang baik, sehingga menghasilkan jumlah saldo yang optimal agar dapat menunjang aktivitas perusahaan. Jumlah kas yang optimal berarti dapat membiayai operasi perusahaan sehari-hari dan kewajiban finansial perusahaan tetap pada saat ditagih.

(24)

Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Likuiditas Perusahaan

Menurut Riyanto (2001), makin cepat suatu piutang berputar, maka maka makin liquidlah piutang itu. Itu berarti bahwa periode piutang menjadi semakin pendek. Sehingga semakin pendek periode piutang, maka semakin likuidlah piutang itu. Demikian juga halnya dengan persediaan, hutang, dan kas.

Pada Riyanto (2001) juga menyebutkan bahwa siklus operasi perusahaan mempengaruhi kelikuiditasan operasi perusahaan tersebut. Dan bahwa semakin panjang siklus operasi perusahaan, maka operasi perusahaan juga semakin illikuid (tidak likuid), karena kecepatan berubahnya aktiva menjadi kas menjadi semakin lambat akibat semakin panjangnya siklus operasi perusahaan. Dengan semakin pendeknya suatu siklus operasi perusahaan, maka aktiva perusahaan dapat dengan cepat diubah menjadi kas dan dapat dengan cepat pula digunakan untuk siklus operasi perusahaan yang berikutnya.

Penelitian Terdahulu

Susilo (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Manajemen Piutang PT. Sucofindo (Persero) Jakarta” bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis cara pengelolaan piutang, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang serta menganalisis dan mengetahui investasi dalam piutang. Alat analisis yang digunakan adalah analisis rasio, analisis horizontal, analisis investasi piutang, analisis biaya dan analisis regresi dengan SPSS versi 10. Hasil penelitian ini adalah pengelolaan piutang perusahaan tersebut tidak efektif dan faktor yang berpengaruh signifikan adalah usaha penagihan.

Maya (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Piutang dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang PT. Biro Klasifikasi Indonesia (persero)”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktek manajemen piutang pada PT. Biro Klasifikasi Indonesia, mengidentifikasi dan menganalisis keefektifan manajemen piutang terhadap profitabilitas. Pengolahan data yang dilakukan secara manual dan komputerisasi adalah analisis horizontal, analisis vertikal, analisis rasio dan analisis profitabilitas. Dari hasil penelitian menyatakan pengelolaan piutang PT. Biro Klasifikasi Indonesia kurang baik, hasil

(25)

yang diperoleh dari setiap analisis yang ada hasilnya dibawah standar umum yang ditetapkan dan adapun beberapa saran yaitu membentuk kelompok khusus dari staf-staf untuk mengikuti pelatihan agar dapat memantau piutang dan melakukan penagihan dan pemberian insentif karyawan yang berhasil menagih piutang.

Agustina (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Efektivitas Manajemen Piutang (studi kasus PT. Unitex Tbk Bogor)”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai praktek manajemen piutang, menganalisis kinerja manajemen piutang, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang serta mengetahui keefektivan pengelolaan manajemen piutang. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa jika dilihat dari rasio keuangan, analisis vertical, analisis horizontal dan analisis investasi piutang hasil yang diperoleh dibawah standart yang telah ditentukan dengan beberapa saran yang diberikan yaitu membentuk kelompok khusus untuk dapat memantau piutang dan melakukan penagihan agresif serta percepatan penerbitan surat klaim terhadap produk yang rusak agar pembayaran piutang dari pelanggan bisa disegerakan.

(26)

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Kondisi piutang perusahaan digunakan sebagai dasar untuk menentukan atau menilai pengelolaan piutang perusahaan. Dalam penelitian ini dari proses pengelolaan piutang yang ada akan dievaluasi pelaksanaan proses penagihan dengan menggunakan analisis pengukuran kinerja.

Pengukuran kinerja piutang dalam hal ini dianalisis berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan serta data dari bagian penagihan, dimana pengukuran kinerja piutang dianalisis dengan melakukan pengukuran output. Pengukuran dari aspek output adalah mengukur dan mengevaluasi dampak dari kebijakan proses penagihan yang dijalankan terhadap stabilitas kas dan likuiditas perusahaan. Pengukuran output menggunakan rasio-rasio yang dipakai dalam penelitian ini antara lain adalah rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio), periode penagihan rata-rata (Average Collection Period) dan analisis investasi piutang. Stabilitas kas disini diukur dengan menggunakan analisis cash conversion cycle dan likuiditas diukur dengan analisis ratio likuiditas yang meliputi rasio cepat dan ratio lancar.

Pengukuran kinerja piutang dalam penelitian ini dipergunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap stabilitas kas dan likuiditas perusahaan (Gambar 2). Dimulai dengan uji korelasi yaitu untuk memperoleh gambaran dari hubungan pengelolaan piutang pada PT. ”X” dengan stabilitas kas dan likuiditas perusahaan tersebut, baru setelah itu dilakukan analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh dari kinerja piutang tersebut terhadap stabilitas kas dan likuiditas perusahaan. Hasil dari analisis itu menjadi dasar untuk mendeskripsikan alternatif-alternatif pengelolaan piutang yang efektif pada PT.”X” kaitannya dengan stabilitas kas dan likuiditas perusahaan tersebut.

(27)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian Manajemen Piutang

Internal

Saran Pengelolaan Piutang Eksternal

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang

Neraca Laba Rugi

∼ Analisis Korelasi

∼ Analisis Regresi Berganda  Uji Normalitas  Uji Multikolinearitas  Uji Autokorelasi  Uji Heteroskedastisitas  Uji F dan Uji t

Analisis Penilaian Kinerja Piutang :

- Account Receivable Turn-Over Ratio - Average Collection Period

- Analisis investasi piutang

Analisis Rasio Likuiditas : - Rasio Cepat

- Rasio Lancar - Rasio Kas Pola Penjualan secara Kredit

Catatan atas Laporan Keuangan

Analisis Cash Conversion Cycle : - Days of Sales Outstanding - Days of Payable Outstanding

(28)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di PT.”X” yang bertempat di Jakarta Selatan yang dipilih secara sengaja. Pengambilan data dilaksanakan selama lima bulan dimulai pada bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2009.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri atas data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan, laporan manajemen tahunan, company profile perusahaan dan beberapa data penunjang diperoleh dari artikel, internet serta buku - buku yang berhubungan dengan penelitian.

Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara (tanya jawab berkaitan dengan objek penelitian) dengan pihak manajemen perusahaan terutama yang memiliki tugas dalam pengelolaan piutang. Pemilihan narasumber dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa yang diwawancarai ahli dalam bidangnya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai hal – hal yang terkait dengan topik penelitian.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data kuantitatif yang diperoleh diolah secara manual dan secara komputerisasi dengan menggunakan analisis penilaian kinerja piutang, analisis cash conversion cycle dan rasio likuiditas serta analisis regresi berganda dan korelasi dengan menggunakan SPSS versi 16.00 untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari penerapan manajemen piutang terhadap stabilitas kas dan likuiditas perusahaan. Pendekatan yang dilakukan dalam pengolahan hasil dan analisis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah pendekatan akuntansi. Data yang diolah disajikan dalam bentuk tabel dan grafik agar mudah dibaca, selanjutnya data tersebut diuraikan secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk uraian secara deskriptif.

(29)

3.4.1. Analisis Penilaian Kinerja Piutang

Analisis ini digunakan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan kinerja piutang perusahaan. Pengukuran yang dipakai adalah dengan menggunakan analisis rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio), periode penagihan rata-rata (Average Collection Period) dan analisis investasi piutang.

A. Rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio)

Menurut Sawir (2001), rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, dimana rataan jangka waktu penagihan adalah rataan jangka waktu lamanya perusahaan harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. Semakin tinggi rasio maka modal kerja yang ditawarkan dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio ini semakin rendah berarti over investment yang dapat mengakibatkan semakin besar piutang artinya perusahaan tidak efektif dalam melakukan penagihan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Account Receivable Turn Over =

g Piu Penjualan

tan ... (2)

B. Periode penagihan rata-rata (Average Collection Period)

Rasio ini menunjukkan jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu perusahaan setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Sawir, 2001):

Average Collection Period =

Harian Kredit Penjualan g Piutan ... (3)

Dari perhitungan tersebut dapat diketahui apakah hari rata-rata penagihan piutang realisasi sesuai dengan standar atau tidak. Apabila hari rata-rata penagihan piutang selalu lebih besar daripada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan tersebut berarti cara penagihan piutang kurang efisien.

(30)

C. Analisis investasi piutang

Metode yang biasa dilakukan untuk analisis investasi piutang pada umumnya sama dengan analisis investasi pada barang modal, yaitu dengan metode Net Present Value (NPV). Dalam metode NPV ini, menurut Sartoris dalam Susilo (2004) yaitu menyusun model keputusan kebijakan kredit yang memadukan semua manajemen aktiva lancar dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam analisis investasi piutang ditentukan juga dengan jumlah investasi yang tepat pada setiap periode yang diharapkan mendekati kenyataan dengan rata-rata investasi piutang yang terjadi. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan investasi dalam piutang yang ditetapkan dengan investasi yang terjadi, analisis ini dirumuskan sebagai berikut :

Investasi dalam Piutang =

g Piu Perputaran Kredit Penjualan tan ... (4)

3.4.2. Analisis Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)

Menurut Keown (2005), metode ini menggunakan pendekatan bahwa tujuan perusahaan meminimalkan modal kerja dengan syarat modal kerja itu harus cukup untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan. Meminimkan modal kerja dapat dilakukan dengan mempercepat penagihan kas dari penjualan, meningkatkan perputaran persediaan dan mengurangi pembelanjaan dengan kas. Siklus kas ini bisa dihitung sebagai berikut :

Cash Conversion Cycle = DSO + DSI – DPO ... (5) A. Days of Sales Outstanding (DSO)

DSO juga bisa dianggap sebagai rata umur piutang perusahaan atau rata-rata periode penagihan. Days of Sales Outstanding (DSO) bisa dihitung sebagai berikut : Harian Penjualan Dagang g Piu DSO ding Outs Sales of

(31)

B. Days of Sales in Inventory (DSI)

DSI juga bisa dianggap rata-rata umur persediaan, yaitu rata-rata jumlah hari perusahaan menyimpan 1 dollar/rupiah persediaan. DSI bisa dihitung sebagai berikut : Harian Penjualan Pokok a H Persediaan DSI Inventory Sales of Days arg ) ( = .... (7)

C. Days of Payable Outstanding (DPO)

Rasio ini menunjukkan umur rata-rata (dalam jumlah hari) dari utang dagang perusahaan. Days of Payable Outstanding (DPO) bisa dihitung sebagai berikut:

Harian Penjualan Pokok a H Dagang g U DPO ding Outs Payable of Days arg tan ) ( tan = .. (8) 3.4.3. Analisis Likuiditas

Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Rasio ini dapat menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, rasio likuiditas terdiri dari :

A. Ratio Cepat (Quick Ratio)

Menurut Munawir (2002), rasio cepat merupakan perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang lancar. Persediaan dianggap aktiva lancar yang kurang likuid. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Lancar Kewajiban Persediaan Lancar Aktiva Cepat Rasio = − ... (9)

B. Ratio Lancar (Current Ratio)

Menurut Simamora (1999), rasio ini menunjukkan hubungan aktiva lancar dengan kewajiban lancar menurut nilai-nilai rupiahnya. Rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutup dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Lancar Kewajiban Lancar Aktiva Lancar Rasio = ... (10)

(32)

C. Ratio kas (Cash Ratio)

Menurut Simamora (1999), rasio ini merupakan indikator rasio paling likuid dalam mengukur kemempuan sesungguhnya perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Lancar Kewajiban Bank Kas Kas Rasio = & ... (11)

3.4.4. Analisis Regresi Berganda dan Korelasi

Analisis regresi berganda dan korelasi digunakan untuk menganalisis pengaruh dan hubungan dari kinerja piutang terhadap stabilitas kas dan likuiditas perusahaan. Analisis yang dilakukan antara lain :

A. Analisis Korelasi Pearson

Analisis korelasi pearson digunakan untuk menjelaskan derajat hubungan antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent). Menurut Ridwan (2004) korelasi pearson mempunyai ketentuan nilai r adalah -1≤ r ≤ +1. Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; r = 1 berarti korelasinya sangat kuat.

Hipotesis nol dan hipotesis alternatif yang akan diusulkan dan akan diuji secara korelasi adalah :

Ho1 = Variabel Kas/Likuiditas tidak berkorelasi dengan Perputaran Piutang Ha1 = Variabel Kas/Likuiditas berkorelasi dengan Perputaran Piutang

Ho2 = Variabel Kas/Likuiditas tidak berkorelasi dengan Penagihan Rata-Rata Ha2 = Variabel Kas/Likuiditas berkorelasi dengan Penagihan Rata-Rata Ho3 = Variabel Kas/Likuiditas tidak berkorelasi dengan Investasi Piutang Ha3 = Variabel Kas/Likuiditas berkorelasi dengan Investasi Piutang

Ho4 = Variabel Perputaran Piutang tidak berkorelasi dengan Penagihan Rata-Rata Ha4 = Variabel Perputaran Piutang berkorelasi dengan Penagihan Rata-Rata Ho5 = Variabel Perputaran Piutang tidak berkorelasi dengan Investasi Piutang Ha5 = Variabel Perputaran Piutang berkorelasi dengan Investasi Piutang

Ho6 = Variabel Penagihan Rata-Rata tidak berkorelasi dengan Investasi Piutang Ha6 = Variabel Penagihan Rata-Rata berkorelasi dengan Investasi Piutang

(33)

Menurut Aminah dan Sutarman (2008), pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika menggunakan hipotesis nol (Ho) yang diusulkan adalah sebagai berikut :

∼ Ho diterima jika r-hitung < r-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig.(2-tailed) > level significant (α).

Ho ditolak jika r-hitung > r-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig.(2-tailed) < level significant (α).

B. Analisis Regresi Berganda

Definisi regresi berganda menurut Boedijoewono (2001) adalah yang menggunakan lebih dari satu variabel yang mempengaruhi (independent variabel) untuk menaksir variabel dependent agar taksiran menjadi lebih akurat. Regresi menunjukan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.

Sifat hubungan ini juga dapat dijelaskan antara variabel yang satu sebagai penyebab sedang yang lain sebagai akibat, dalam bentuk variabel yang independent (X) dan variabel yang dependent (Y). Pada penelitian ini analisis regresi berganda menghubungkan antara variabel kinerja piutang : Account Receivable Turn-Over Ratio (X1), Average Collection Period (X2) dan investasi piutang (X3) dengan Cash Conversion Cycle (Y1), serta Account Receivable Turn-Over Ratio (X1), Average Collection Period (X2) dan investasi piutang (X3) dengan Likuiditas (Y2).

Hubungan ini ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi, dimana variabel terikat (Y) dihubungkan dengan lebih dari satu variabel bebas (X1, X2, X3,..., Xn) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = f (X)

Y = f (X1, X2, X3,..., Xn)

Dimana : Stabilitas Kas Y1 = f (X1, X2, X3)

Y1 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 Likuiditas Y2 = f (X1, X2, X3)

(34)

Keterangan :

Y1 = Cash Conversion Cycle (CCC) Y2 = Likuiditas

a = Nilai intercept (konstanta) b = Koefisien regresi

X1 = Account Receivable Turn-Over Ratio X2 = Average Collection Period

X3 = Investasi piutang

Linieritas hanya dapat diterapkan pada regresi berganda, karena memiliki variabel independent lebih dari satu. Suatu model regresi berganda dikatakan linier jika memenuhi syarat-syarat linieritas seperti normalitas data, bebas dari asumsi klasik statistik multikolineritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas (Aminah dan Sutarman (2008).

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan : 1. Uji Normalitas

Menurut Aminah dan Sutarman (2008), uji normalitas data ini sebaiknya dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara, antara lain adalah dengan nilai skewness, histogram dan Normal P-Plot. Nilai ini digunakan untuk mengetahui bagaimana distribusi normal data dalam variabel dengan menilai kemiringan kurva serta letak tersebarnya titik-titik pada Normal P-Plot adalah menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah dengan garis diagonal.

2. Uji Multikolinearitas

Menurut Aminah dan Sutarman (2008), uji ini diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel lain dalam satu model. Selain itu juga bertujuan untuk menghindari kebiasaan dalam

(35)

proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

Deteksi multikolinearitas pada suatu model dapat dilakukan dengan antara lain melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai toleransi tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari asumsi klasik multikolinearitas. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah tolerance.

3. Uji Autokorelasi (Uji Durbin Watson)

Menurut Arief (2006), autokorelasi atau korelasi serial kemungkinan terjadi pada data time series. Akibat terjadinya autokorelasi adalah pengujian hipotesis dalam uji F dan uji t menjadi tidak valid dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan yang menyesatkan pada tingkat signifikasi dan koefisien regresi yang ditaksir. Menurut Aminah dan Sutarman (2008), deteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan penentuan letak yang dibantu dengan tabel dl (batas bawah) dan du (batas atas), dan nilai k (jumlah variabel independent). Untuk mempercepat proses ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat digunakan patokan nilai Durbin Watson hitung mendekati angka 2.

4. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan yang lain, atau adanya hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut sehingga dapat dikatakan model tersebut homoskedastisitas.

Cara memprediksinya adalah dengan melihat pola Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas.

(36)

5. Uji F

Berkaitan dengan uji yang akan dilakukan dalam uji regresi yang akan dilakukan secara simultan dengan F-test maka Ho yang diusulkan dalam uji regresi linier berganda adalah Ho diduga variabel Perputaran Piutang, Penagihan Rata-Rata dan Investasi Piutang secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel Kas/Likuiditas dan sebaliknya untuk Ha (alternatif)

Uji F digunakan untuk menguji hubungan linier dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Boedijoewono, 2001). Untuk menentukan uji F-tabel, tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dan (k-l) dimana n adalah jumlah variabel termasuk konstanta dengan kriteria uji yang digunakan : - Bila F hitung < F table, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti semua

variabel independen secara simultan tidak mempunyai hubungan linier yang signifikan terhadap variabel dependen.

- Bila F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti semua variabel independen secara simultan mempunyai hubungan linier yang signifikan terhadap variabel dependen.

6. Uji t

Guna dari uji t ini untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Untuk menentukan nilai t-tabel, tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-2) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah variabel termasuk konstanta, dengan kriteria uji yang digunakan adalah :

- Bila t-hitung > t-tabel, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

- Bila t-hitung < t-tabel, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

(37)

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan

PT. “X” adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang pengeboran sumur minyak, gas dan panas bumi yang beroperasi di daratan dan lautan. Perusahaan yang didirikan pada awal 1989 sebagai penyuplai bahan lumpur dan layanan engineering, setelah restrukturisasi di Juli 2005 berkembang menjadi perusahaan terkemuka nasional menyediakan berbagai layanan di bidang pengeboran di negara ini. Peraturan kualitas pada perusahaan ini adalah berdasarkan penawaran produk dan jasa pelanggan yang memenuhi maksud dan tujuan serta kewajiban secara kontrak terhadap pelanggan.

4.1.2 Profil Perusahaan

Sejak didirikan, PT. “X” terus berupaya untuk membentuk tim manajemen yang handal dan professional serta mengembangkan sistem manajemen yang terdokumentasi dan telah diimplementasikan keseluruh organisasi perusahan. Tujuan utama PT. “X” adalah meminimilisasi biaya dan resiko untuk memberikan pelayanan demi kepuasan pelanggan serta memberikan penambahan nilai jual bagi pelanggan melalui teknologi yang terintegrasi serta inovasi yang berkesinambungan.

PT. “X” didukung oleh vendor maupun perusahaan-perusahaan peralatan pemboran sumur minyak dari luar negeri yang mempunyai reputasi internasional. Sehingga pemilik proyek seperti Pertamina merasa puas dan memberikan penilaian yang baik atas prestasi PT. “X”. PT. “X” percaya pada investasi dan mempertahankan kualitas atas peralatan dengan inovasi dan teknologi terbaru untuk menyediakan peralatan pelanggan yang tepat untuk meningkatkan produktivitas dan memberikan biaya total yang lebih rendah. PT. “X” selalu menjaga komitmen dalam bidang kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan disemua aspek operasi. Komitmen itu mendorong dilakukannya perbaikan terus-menerus melalui kesadaran dan pengurangan risiko.

(38)

PT. “X” percaya bahwa setiap karyawan dapat menjadi pemimpin keselamatan di tempat kerja hanya dengan mengambil kepemilikan keselamatan mereka sendiri dan membuat kesehatan dan keselamatan orang di sekitar mereka perhatian utama. Komitmen untuk pengelolaan lingkungan hidup yang dipimpin PT. “X” untuk membangun sistem untuk memastikan PT. “X” memenuhi atau melampaui standar lingkungan dalam semua kegiatan.

4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan

Visi PT. ”X” akan menjadi perusahaan dengan jaringan bertaraf nasional, yang memiliki fasilitas dan kualitas pelayanan yang memuaskan, dengan keuntungan yang optimal. Sedang misi – misi PT.”X” yaitu :

1. Menyediakan peralatan pelanggan yang tepat untuk meningkatkan produktivitas

2. Menyediakan jasa- jasa engineering yang berkualitas 3. Meningkatkan hasil yang terbaik bagi stake holder 4.1.4. Produk dan Jasa PT.”X”

Pada awal didirikan PT. “X” bergerak dalam bidang oil services, khususnya Mud Engineering dan Pengadaan Material untuk Mud Services. Setelah diambil alih pada tahun 2005, bidang usaha PT. “X” dibagi menjadi :

a. Oil Services, yaitu Jasa Kontraktor yang meliputi : 1) Mud Engineering

Penyedia jasa yang harus memutuskan yang terbaik untuk komposisi fluida pengeboran sumur, berdasarkan faktor-faktor seperti tekanan, kimia, dan jenis batu yang diharapkan yang harus dihadapi.

2) Mud Logging

Penyedia jasa pengeboran serta pengambilan sampel dari lubang sumur untuk analisis. Hal ini biasanya dalam bentuk potongan yang lengkap, atau beberapa potongan tanah, yang dikenal sebagai lumpur log. Hal ini terutama bermanfaat dalam industri minyak dan panas bumi industri

(39)

pengeboran sebagai analisis liar lumpur dapat membantu mendeteksi keberadaan minyak atau daerah panas bumi.

3) Directional Drilling (pemboran berarah)

Penyedia jasa pengeboran sumur non-vertikal. Kombinasi alur kerja dan teknologi memberikan data kualitas jalur pengeboran yang tepat. Jasa ini memungkinkan para ahli untuk membuat waktu-keputusan penting untuk efisien dan akurat penempatan yang baik

4) Logging

Penyedia jasa pembukaan lahan dimana umumnya terjadi proses di mana pohon-pohon tertentu ditebang untuk pengeboran sumur.

5) Cementing

Penyedia jasa penyemenan. Semen mendukung dan melindungi casing dan membantu mencapai zona isolasi. Hal ini diperlukan untuk proses pemboran lebih terjaga, aman, ramah lingkungan dan menguntungkan. b. Supply Trading, yaitu pengadaan material, personal dan suku cadang untuk

pemboran seperti :

1) Mud Chemical guna tes lumpur

2) Directional Drilling Equipments & Spare Parts (Peralatan dan Suku Cadang Pengeboran Berarah)

3) Labor Supply (Drilling & Mud Engineers) / Tenaga ahli pengeboran Pemilihan bidang-bidang usaha diatas adalah berdasarkan pemikiran dan pertimbangan bahwa pada saat ini masalah tingginya harga minyak bumi dan krisis energi telah menyebabkan pemerintah Indonesia tidak mempunyai banyak pilihan kecuali dengan terus menerus mencari sumber minyak bumi baru (eksplorasi), maupun mengoptimalkan sumur minyak-sumur minyak yang ada (development wells, work over services).

Baik eksplorasi maupun eksploitasi sumur minyak akan menimbulkan permintaan pekerjaan bagi penyedia kontraktor oil services. Dengan dukungan vendor, peralatan dan engineer-engineer yang telah berpengalaman, hal ini

(40)

menjadi kunci sukses bagi PT. “X” untuk mendapatkan proyek-proyek pengerjaan sumur minyak dan menyelesaikannya dengan baik.

4.2. Identifikasi Proses Manajemen Piutang di PT. “X”

Terjadinya piutang merupakan akibat pemberian jasa secara kredit, dimana perusahaan memberikan pelayanan jasanya terlebih dahulu baru mendapat balas jasa atau pembayaran. Kebijakan kredit dan kebijakan pemberian jasa perusahaan tergantung dari negoisasi kontrak yang dilakukan antara pemberi pekerjaan dengan PT.”X” pada saat negoisasi. Bermula dari proses tender yang diikuti perusahaan sampai dengan menjadi pemenang tender yang ditandai dengan adanya surat penunjukan pemenang, serta surat perintah mulai pekerjaan (SPMP) untuk pelaksanaan pengeboran sumur pertama. Setelah pekerjaan yang dilakukan di lapangan selesai, Koordinator Lapangan akan menyerahkan beberapa dokumen yang akan digunakan menjadi dasar pembuatan invoice tagihan untuk dilakukan proses verifikasi di kantor pusat (lampiran 4).

4.2.1 Verifikasi Dokumen Invoice Tagihan

Dokumen-dokumen yang dihasilkan dari pemboran sumur (Daily Drilling Report, Bottom Hole Assembly, Berita Acara dan sebagainya) merupakan bukti penting bagi PT.”X” sebagai vendor untuk dapat melakukan penagihan kepada pemberi kerja. Dokumen tersebut selanjutnya akan diproses oleh Bagian Keuangan PT.”X” untuk kemudian ditagihkan kepada pemberi kerja.

Perhitungan dan penyusunan invoice kepada pemberi kerja dilakukan dengan mengecek dokumen-dokumen tersebut di atas harus sesuai dan konsisten satu dengan yang lainnya (misalnya antara Berita Acara Mulai Pekerjaan dengan Daily Report dan Equipment Activity Report harus sama dan konsisten). Untuk itu, diperlukan verifikasi teknis, sehingga pada saat dilakukan perhitungan dan penyusunan invoice oleh Bagian Keuangan, maka sudah tidak ada lagi inkonsistensi antar dokumen tersebut.

Untuk menghindari kesalahan interpretasi dalam memverifikasi dokumen, maka Koordinator Lapangan di sumur tersebut yang ditunjuk saat itu harus melakukan verifikasi bersama pada saat menyerahkan kepada Bagian Keuangan. Setelah seluruh dokumen dinyatakan lengkap dan sesuai, maka dibuatkan surat

(41)

serah terima dokumen yang ditandatangani oleh engineer dan bagian keuangan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses verifikasi dokumen adalah sebagai berikut :

a. Koordinator Lapangan harus telah ditetapkan oleh Koordinator Engineer pada saat PT.”X” akan mengirim engineer ke sumur yang dituju sesuai surat instruksi mobilisasi (surat pemanggilan) tertulis dari pemberi kerja oleh Company Man.

b. Daily Drilling Report harus mencantumkan seluruh parameter, baik parameter mud motor, mud properties dan sebagainya. Data sebagaimana tercantum dalam laporan tersebut merupakan bukti tertulis tentang kemajuan (progress) pekerjaan pemboran, sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti bila dikemudian hari terjadi perbedaan pendapat (dispute) antara PT.”X” dengan Pemberi Kerja.

c. Laporan harian pemboran (Daily Drilling Report) harus mencantumkan kegiatan secara rinci dan akurat, dan dapat memperlihatkan adanya jam operasional, jam standby, dan jam dimana kondisi alat PT.”X” rusak (down time). Laporan yang benar dan akurat akan sangat mendukung manajemen dan mempercepat proses penagihan kepada Pemberi Kerja.

d. Antara Laporan Harian Pemboran (Daily Drilling Report), Personal & Equipment Activity Report, Job Service Ticket, dan Berita Acara harus konsisten dan sama antara satu dengan lainnya.

e. Summary Drilling Report dibuat oleh Directional Drilling Engineer dan ditandatangani oleh Company Man.

f. Setiap kejadian atau peristiwa yang berkaitan dengan operasional sumur dan penting bagi PT.”X”, agar dibuatkan Berita Acara yang menjelaskan mengenai kejadian/peristiwa tersebut. Berita Acara tersebut ditandatangani oleh Engineer dan Company Man.

g. Berita Acara Alat Tiba di lokasi dan Alat Keluar dari Lokasi (Berita Acara Serah Terima Peralatan) harus ditandatangi oleh Engineer dan Company Man. Berita Acara ini harus menjelaskan mengenai peralatan yang akan di

Gambar

Gambar 1. Produksi dan Konsumsi Minyak Indonesia Tahun 1965-2007
Tabel 1. Piutang pada PT Pertamina EP per 31 Juli 2009
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian Manajemen Piutang
Tabel 2. Penilaian Kinerja Piutang Tahun 2005-2009 PT.”X”
+7

Referensi

Dokumen terkait

membuat sol belerang dengan cara menggerus butir- butir belerang yang dicampur butir gula lalu di- larutkan dalam

Untuk mencegah terjadinya anak putus sekolah yang disebabkan faktor ketidakmampuan ekonomi dan sekaligus menarik anak usia sekolah yang tidak sekolah agar masuk

h). Menyerahkan Persetujuan Ekspor kepada eksportir. Perubahan/pembetulan data PEB selain mengenai jumlah dan atau jenis dan atau spesifikasi teknis barang baik dalam

[r]

Berdasarkan sumber-sumber tersebut, dapat ditetapkan dan dikembangkan jumlah kompetensi dasar, dan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan kompetensi dasar, jumlah ulangan,

Pada minggu kedua kedatangan saya kali ini diawali untuk perkenalan para Pekerja Suave dan suasana kantor sudah cukup ramai karena dateline kerja masing-masing

dilakukan juga dapat diambil kesimpulan bahwa daerah yang. berpotensi menghasilkan bahan tambang untuk nilai K

Ratai masih terus bertambah.. Hal ini menyiratkan, meskipun garis pantai di muara sungai Way Ratai dan Way Sabu masih terus bergerak, namun demikian terlihat bahwa