• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

2) Penilaian Kompetensi Pembuatan Pola

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa dari bermacam- macam bentuk penilaian, dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan menggunakan penilaian unjuk kerja untuk mengukur pencapaian kompetensi praktik pembuatan pola kemeja. Karena tes bentuk perbuatan ini pada umumnya dapat digunakan untuk menilai proses maupun hasil (produk) dari suatu kegiatan praktik. Sedangkan untuk penilaian ranah belajar kognitif adalah dengan menggunakan tes, dan untuk penilaian afektif menggunakan lembar observasi penilaian afektif.

Menurut Sri Wening (1996:47) aspek penilaian pembuatan pola terdiri atas:

a) Persiapan, meliputi kelengkapan alat dan bahan.

b) Proses, meliputi faham gambar, ketepatan waktu, ketepatan sistem pola, merubah model.

c) Hasil, meliputi ketepatan ukuran, kelengkapan tanda pola, keruntutan proses pembuatan pola, kelengkapan pola, keluwesan bentuk pola, kerapian dan kebersihan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian tindakan kelas terhadap pencapaian kompetensi pembuatan pola kemeja

37 dinilai dari aspek persiapan, proses, dan hasil unjuk kerja. Untuk lebih jelasnya telah diuraikan seperti di bawah ini :

a) Persiapan

(1) Kelengkapan alat dan bahan

Menurut Djati Pratiwi (2006) alat-alat dan bahan yang digunakan untuk menggambar pola antara lain pita ukur, buku pola, skala, pensil hitam, pensil merah, pensil biru, pensil hijau, penggaris lurus, penggaris bentuk, penghapus, gunting, lem, kertas dorslag, dan kertas payung.

b) Proses

(1) Faham gambar

Menurut Porrie Muliawan (2006:70) faham gambar ialah memahami garis-garis gambar dan memahami arti setiap bagian berdasarkan garis-garisnya. Dapat dikatakan faham gambar sama dengan membaca gambar. Sedangkan Soekarno (2006: 269) faham gambar pada pola pakaian adalah berbagai macam bentuk dan model pakaian dilihat dari segala sudut seperti bermacam-macam kerung leher/kerah, kerung lengan/ lengan, garis hias/hiasan pakaian.

Dengan demikian faham gambar pembuatan pola kemeja mencakuppemahaman bagian-bagian pola

38 kemeja yang meliputi pola badan muka dan belakang, pola lengan, pola kerah, dan pola manset.

(2) Ketepatan ukuran

Dalam aspek proses meliputi ketepatan ukuran yang dibagi menjadi ketepatan teknik mengambil ukuran masing-masing bagian badan, ketepatan ukuran pola sesuai dengan perhitungan konstruksi. cara mengambil ukuran badan yaitu dengan mengikatkan seutas tali (peter ban) pada pinggang sebagai batas badan atas dan bawah. Cara mengambil ukuran dan ukuran yang dibutuhkan untuk membuat kemeja menurut Muhammad Hamzah Wancik (2005) adalah: (a) Lingkar badan, diukur tepat pada bagian badan

yang terbesar tepat di bawah ketiak.

(b) Lingkar panggul, diukur dari bagian panggul yang terbesar.

(c) Lingkar pinggang, diukur pada bagian pinggang yang terikat, diambil angka pertemuan, dengan kelonggaran sesuai keinginan.

(d) Lingkar leher, diukur keliling leher, diambil angka pertemuan meteran pada lekuk leher depan bagian bawah

39 (e) Tinggi panggul, diukur dari panggul yang terbesar

ke atas sampai batas pinggang.

(f) Panjang punggung, diukur dari tulang leher yang menonjol di tengah leher belakang, lurus ke bawah sampai di bawah peter ban pinggang.

(g) Lebar punggung, diukur 9 cm di bawah tulang leher yang menonjol atau pertengahan jarak bahu terendah dan ketiak dari batas lengan kiri sampai batas lengan kanan.

(h) Panjang sisi, diukur dari bawah kerung lengan ke bawah sampai batas pinggang.

(i) Lebar muka, diukur pada 5 cm di bawah lekuk leher atau pertengahan jarak bahu terendah dan ketiak dari batas lengan yang kanan sampai batas lengan yang kiri.

(j) Panjang muka, diukur dari lekuk leher di tengah muka ke bawah sampai di bawah peter ban pinggang.

(k) Panjang bahu, diukur di belakang daun telinga dari batas leher ke puncak lengan, atau bahu yang terendah.

(l) Lingkar kerung lengan, diukur pada sekeliling kerung lengan.

40 (m) Panjang lengan pendek, diukur dari puncak lengan sampai di atas siku pada batas yang dikehendaki, atau dapat disesuaikan dengan permintaan pemakai.

(n) Panjang lengan panjang, diukur dari puncak lengan sampai pergelangan tangan pada batas yang dikehendaki.

(3) Keruntutan pembuatan pola

Dalam pembuatan pola ada langkah-langkahnya dari awal hingga akhir, hal ini dibutuhkan agar dapat menghasilkan pola yang benar, dan tidak ada bagian-bagian pola yang terlupakan. Adapun urutan pembuatan pola yang benar yaitu dari pola badan, lengan, kerah, baru kemudian pecah polanya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ketepatan mengambil ukuran dan keruntutan pembuatan pola sangatlah penting dalam proses pembuatan pola, apabila terjadi kesalahan dalam pengukuran maka akan berpengaruh besar pada baik dan tidaknya busana yang dihasilkan.

c) Hasil

41 Menurut Ernawati (2008) menjelaskan untuk menghasilkan busanayang enak dipakai tentunya berpengaruh pada pola yang digunakan salah satunyakemampuan dalam menentukan kebenaran garis-garis pola, seperti garis lingkar kerung lengan, garis lekuk leher, bahu, sisi badan, sisi rok, bentuk lengan, kerah dan sebagainya. Untuk mendapatkan garis pola yang luwes harus memiliki sikap yang cermat dan teliti dalam pembuatan pola. (2) Kelengkapan tanda pola

Sejumlah tanda-tanda (simbol) dipakai pada pola untuk memberi instruksi sewaktu menggunting kain dan menjahit. Dengan memakai tanda-tanda pada pola, pembuat pola juga dapat menyampaikan instruksi kepada orang lain. Tanda-tanda di antaranya dapat dipakai untuk memberi tahu posisi corak kain, cara menggunting kain, cara menyatukan bagian-bagian pakaian, jenis jahitan, garis-garis saku, dan posisi lubang kancing. Garis dengan pensil hitam berarti garis tepi untuk pola asli, garis merahberarti garis tepi pola bagian muka, dan garis biru berarti garis tepi pola bagian belakang.

42 Wahyu Eka P.S (2011) menyebutkan beberapa tanda-tanda yang digunakan dalam pembuatan pola kemeja, dapat berupa macam-macam garis dan warna yang dapat menunjukkan keterangan dan gambar pola, antara lain :

(a) : Garis hitam, yaitu

garis pola asli

(b) : Letak serat

(c) : Garis merah, yaitu

untuk pola muka

(d) : garis biru untuk pola bagian belakang

(e) : Garis lipatan (f) : Garis bantu pola

(g) : Garis lipatan

43 (3) Kerapian dan kebersihan

Kerapian dan kebersihan pola meskipun tidak berpengaruh pada ukuran pola, namun merupakan salah satu bentuk ketelitian dalam membuat pola, karena dengan ketelitian tersebut pola yang dihasilkan tetap bersih dan rapi. Pola yang bersih dan rapi akan memudahkan untuk dibaca, dikoreksi, ataupun dilihat selain pembuatnya.