BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Status Gizi
2.1.5. Penilaian Status Gizi
Ada beberapa cara melakukan peniaian status gizi pada masyarakat. Secara garis besasr terbagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.
1. Penilaian Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian dari masing-masing adalah sebagai berikut:
a. Antropometri
Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang berhubungan dengan variabel lain variabel tersebut adalah sebagai berikut:
i. Umur
Umur sangat memegang peranan penting dalam penentuan status gizi, kesalahan dalam penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat akan tidak berarti jika tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang paling sering adalah kecenderungan memilih angka yang mudah seperti 1 tahun, 1,5 tahun, 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya untuk 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bentuk bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (Depkes, 2004)
ii. Berat badan
Beerat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran masa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan mendadak baik karna penyakit infeksi maupun penurunan konsumsi makanan. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indek BB/U (berat badan menurut umur) atau melakukan penilaian dengan melihat perubahan brat badan pada saat pengukuran dilakukan. Yang dalam penggunaanya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya menggunakan satu pengukuran, hanya saja bergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Depkes RI, 2004)
iii. Tinggi badan
Tinggi badan memberikan gambaran perubahan fungsi pertumbuhan yang dilihat dari kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang terkait dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk indek TB/U (tinggi badan menurut umur) dan juga indek BB/TB (berat badan menurut tunggi badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan
biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan dari akibat tidak sehat yang menahun (Depkes RI, 2004)
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M. Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan peka dalam menunjukan keadaan gizi kurang bila diandingkan BB/U. demikian dalam BB/TB menurut WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2 SD diatas 10% menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.
Tabel 2.1 Penilaian Staus Gizi Berdasarkan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
No Indeks yang Dipakai Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi
1 BB/U < -3 SD Gizi buruk
-3 SD s/d < -2 SD Gizi Kurang -2 SD s/d +2 SD Gizi Baik > +2 SD Gizi Lebih
2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek
-3 SD s/d < -2 SD Pendek -2 SD s/d +2 SD Normal > +2 SD Tinggi 3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus -3 SD s/d < -2 SD Kurus -2 SD s/d +2 SD Normal > +2 SD Gemuk
Sumber; Depkes RI, 2004
Data baaku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalam 2 versi yakni presentil dan skor samping baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlo, dkk, gizi anak dinegara-negara yang populasinya relatif baik sebaiknya menggunakan presentil, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relatif kurang lebih baik menggunakan skor samping baku sebagai persen terhadap median baku rujukan (Supriasa, 2001)
Tabel 2.2 Interpretasi Statu gizi berdasarkan tiga indeks antropometri (BB/U, TB/U dan BB/TB standar baku antropometri
WHO-NCHS)
No Interpretasi
BB/U TB/U BB/TB
1 Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++ Rendah Normal Rendah Sekarang kurang + 2 Normal Normal Normal Normal
Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang Normal Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu
kurang
3 Tinggi Tinggi Normal Tinggi normal Tinggi Rendah Tinggi Obese
Tinggi Normal Tinggi Sekarang lebih, belum obese
Keterangan untuk ketiga indeks (BB/U, TB/U dan BB/TB) Rendah : < -2 SD standar baku antropometri WHO-NCHS Normal : -2 s/d +2 SD standar baku antropometri WHO-NCHS
Tinggi : > +2 SD standar baku antropometri WHO-NCHS
Sumber; Depkes RI, 2004
b. Klinis
Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa
oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
c. Biokimia
Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: urine, tinja, darah, beberapa jaringan tubuh lain seperti hati dan otot.
d. Biofisik
Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi, khususnya jaringan, dan melihat perubahan struktur jaringan. (Supariasa, dkk, 2001)
2. Penilaian Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu: survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Adapun uraian dari ketiga hal tersebut adalah:
a. Survey konsumsi makanan
Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
b. Statistik vital
Adalah dengan cara menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
c. Ekologi
Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll. (Supariasa, 2001)