• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN

A. Kebugaran Pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

1. Pengertian Kebugaran

Kebugaran fisik adalah suatu kondisi dimana seorang individu memiliki energi yang cukup dan vitalitas untuk menyelesaikan tugas sehari-hari dan kegiatan rekreasi aktif tanpa kelelahan yang tidak semestinya (Nieman, 1998). Kebugaran adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya (Giriwijoyo, 2012).

Kebugaran aerobik (daya tahan kardiorespiratori) didefinisikan sebagai kepasitas maksimal untuk menghirup, menyalurkan dan menggunakan oksigen (Sharkley, 2011). Kesehatan kardiovaskuler penting untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan.

2. Klasifikasi Kebugaran

Kebugaran jasmani merupakan keadaan keseimbangan antara kegiatan biasa dengan tuntutan yang berlebih, dimana tidak terjadi kelelahan dan menyimpan cukup energi untuk aktivitas selanjutnya. Kebugaran dikategorikan menjadi dua, yaitu kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan (

health-related fitness) dan kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan atau yang disebut dengan skill-related fitness (Hoeger dan Hoeger, 1996). Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai kategori kebugaran :

a. Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan

Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan (health related fitness) didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dimana dibutuhkan energi serta kualitas dan kapasitas yang berhubungan dengan rendahnya risiko munculnya penyakit hipokinetik dini (berhubungan dengan kurangnya aktivitas fisik) (Prentice, 2004). Status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh hereditas, pola hidup sehat, akivitas fisik yang cukup dan kualitas diet yang baik (Fatmah, 2011).

Aktivitas fisik yang sesuai dengan kebutuhan akan meningkatkan kesehatan manusia dengan jalan mencegah kelebihan berat badan dan juga dipengaruhi oleh faktor lain dari kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan. Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari daya tahan kardiorespirasi, daya tahan otot yang cukup, komposisi tubuh, fleksibilitas atau kelentukan yang memadai. Beberapa organisasi profesional seperti ACSM (American College Sport Medicine) telah mengindikasikan bahwa variasi dalam melakukan aktivitas fisik dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan (Williams, 2002).

b. Kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan

Kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan atau skill-related fitness adalah kebugaran untuk melakukan gerakan-gerakan fisik dalam

aktivitas atletik atau olahraga. Skill-related fitness yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup secara umum dengan meningkatkan kemampuan seseorang untuk menghadapi kondisi-kondisi darurat yang terkadang membutuhkan ketangkasan (Hoeger dan Hoeger, 1996). Pada kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan lebih banyak berperan bagi kelompok atlet dibandingkan masyarakat umum sehingga penggunannya terbatas pada komunitas dan kegiatan olahraga (Gisolfi dan Lamb, 1989).

Skill-related fitness adalah kemampuan untuk memaksimalkan potensi genetik dengan latihan fisik dan mental yang cukup untuk menyiapkan pikiran dan tubuh dalam kompetisi. Pada kondisi ini, atlet mengembangkan kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan, dimana komponen kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan terdiri dari kekuatan, kecepatan, daya tahan, dan skill motorik neuromuskular yang spesifik terkait olahraga dari atlet (Williams, 2002).

Atlet pada semua level kompetisi, baik pada kompetisi internasional, gulat, permain baseball sekolah menengah, pelari jarak jauh pada kelompok usia senior, atau pemain muda sepak bola dapat meningkatkan performa terbaik mereka dengan intensitas latihan yang disesuaikan dengan perkembangan usia, fisik, dan mental mereka.

3. Komponen Kebugaran

Komponen kebugaran seringkali disebutkan dalam dua bagian, satu berhubungan dengan kesehatan dan yang lain berhubungan dengan ketrampilan atlet. Kebugaran berhubungan dengan keterampilan dibutuhkan untuk meraih

sukses dalam olahraga seperti tenis, sepakbola, bola voli, golf, dan basket akan tetapi, banyak ahli merasa bahwa komponen tersebut memiliki sedikit hubungan yang kuat terhadap kesehatan dan pencegahan penyakit (Nieman, 1998).

Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan digambarkan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan kekuatan dan berhubungan dengan rendahnya risiko terhadap penyakit degeneratif. Daya tahan kardiorespiratori, kebugaran muskuloskeletal (kekuatan dan daya tahan otot, fleksibilitas), dan komposisi tubuh yang optimal diukur sebagai komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan. Kebugaran yang behubungan dengan tampilan di sisi lain memiliki nilai lebih yaitu ketangkasan, keseimbangan, koordinasi, kecepatan, kekuatan dan daya ledak serta memiliki hubungan terhadap kesehatan dan pencegahan penyakit (Nieman, 1998).

Setiap komponen dari kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan dapat diukur secara terpisah dengan latihan spesifik yang sudah dirancang untuk dikembangkan sesuai dengan jenis olahraganya masing-masing. Bagian yang terpenting disini adalah kebugaran total yang disamakan dengan perkembangan dari setiap komponen mayor melalui program latihan terangkai dengan baik. Beberapa individu berlatih untuk mengembangkan kekuatan dan daya tahan otot namun sedikit dalam latihan aerobik untuk sistem kardiorespiratorinya. Beberapa pelari terkemuka memiliki kebugaran jantung dan paru yang baik namun rendah dalam hal kekuatan tubuh bagian atas (Nieman, 1998).

Individu yang bugar fisiknya dapat mengerjakan pekerjaan sehari-hari misalnya, membawa bahan makanan, menaiki tangga, berkebun dengan sedikit kelelahan dan menyisakan energi untuk latihan di waktu luang.

Berikut akan dibahas setiap komponen kebugaran yang behubungan dengan kesehatan.

a. Daya Tahan Kardiorespiratori (Ketahanan Jantung)

Daya tahan kardiorespiratori adalah kemampuan jantung, paru-paru, dan pembuluh darah untuk menyuplai oksigen ke dalam sel-sel sehingga memenuhi kebutuhan untuk memperpanjang aktivitas fisik (Hoeger dan Hoeger, 1996). Komponen ini adalah yang paling disetujui sebagai komponen kebugaran dan kriteria yang paling umum digunakan untuk pengukuran kebugaran baik pada orang dewasa maupun anak-anak karena merupakan dasar dari kebugaran menyeluruh (total fitness) dengan menggambarkan kualitas fisik seseorang dari sisi yang tergolong vital, yaitu penggunaan oksigen (Gisolfi dan Lamb, 1989).

Daya tahan kardiorespiratori ditentukan oleh kapasitas aerobik atau ambilan (uptake) oksigen maksimal (VO2max) yaitu jumlah maksimal oksigen yang dapat digunakan oleh tubuh per menit saat melakukan kegiatan atau latihan fisik. Saat tubuh sedang menghadapi beban aktivitas fisik, energi dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak sehingga jantung, paru-paru dan pembuluh darah harus menghantarkan lebih banyak oksigen untuk oksidasi energi di dalam sel menjadi ATP (Adenosine triphosphate). Oleh karena itu, semakin kecil frekuensi pompa jantung yang dibutuhkan,

semakin efisien kerja kardiorespiratori atau semakin bugar kondisi tubuh seorang individu karena berarti dengan satu kali curah, oksigen yang dihantarkan lebih banyak (Anspaugh, 1997). Perbedaan VO2max yang berarti antar individu diturunkan oleh kualitas kerja tiga sistem dalam tubuh, yaitu: (1) respirasi eksternal (fungsi paru-paru), (2) transpor udara (sistem kardiovaskuler seperti jantung, pembuluh darah dan darah), dan (3) respirasi internal (penggunaan oksigen oleh sel tubuh untuk produksi energi) (Prentice dan Bucher, 1988 dalam Wijayanti, 1998).

Pertama-tama, sistem respirasi eksternal membawa oksigen dari udara bebas ke dalam paru-paru dan membawanya ke dalam darah. Pada orang yang memiliki aktivitas fisik yang berat, kapasitas vital dan pernapasan maksimal meningkat. Maka, sirkulasi serta suplai oksigen kedalam darah dari paru-paru pun akan meningkat. Setelah itu, transpor udara pada sistem kardiovaskuler akan memompa dan mendistribusikan oksigen yang telah terikat pada darah ke seluruh tubuh. Peningkatan konsumsi oksigen dapat dicapai melalui peningkatan curah jantung yang merupakan perkalian antara volume darah sekuncup dan frekuensi atau jumlah denyut jantung. Terakhir, respirasi internal terjadi pada sel-sel di dalam tubuh (sel-sel otot dan rangka) dengan penggunaan oksigen untuk merubah simpanan karbohidrat dan lemak (energi) menjadi ATP untuk kontraksi otot dan produksi panas. Proses terakhir ini terjadi saat individu melakukan aktivitas fisik. (Prentice dan Bucher, 1988 dalam Wijayanti, 1998).

b. Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh adalah rasio dari lemak dan berat bebas lemak dan seringkali ditampilkan dalam persen lemak tubuh (Nieman, 1998). Komposisi tubuh adalah komponen kebugaran yang berhubungan dengan jumlah total relatif dari otot, lemak, tulang dan bagian vital dalam tubuh (Haskell dan Kiernan, 2000).

Lemak tubuh yang sehat berkisar antara 15% untuk laki-laki dan 23% untuk perempuan. Banyak metode yang digunakan untuk mengukur lemak tubuh seperti tes skinforld, under water weight (UWW). Tes tersebut memberikan estimasi yang lebih baik untuk berat badan ideal daripada tabel tinggi badan berat badan. Berat badan terbagi menjadi lemak dan massa bebas lemak. Massa bebas lemak terdiri dari otot, tulang dan air. Persen lemak tubuh yang merupakan presentasi dari total berat badan merepresentasi berat lemak, yang juga lebih sering digunakan untuk mengevaluasi komposisi tubuh seseorang (Nieman, 1998). Komposisi tubuh jika seseorang memiliki berat badan yang tinggi tetapi komposisi tubuhnya lebih banyak terdiri atas otot atau massa bukan lemak, risiko kesehatan yang dimiliki tidak sebesar pada orang dengan lebih banyak massa lemak (Mood, et.al, 2003 dalam Indrawagita, 2009).

Komposisi tubuh menyediakan penentuan akurat seberapa banyak berat badan seorang atlet harus ditambah atau dikurangi karena dapat menggambarkan apakah berat badan atlet tersebut lebih banyak terdiri dari massa lemak atau bukan lemak (otot). Apabila persentase lemak menurun

untuk mencapai kondisi yang paling bugar sehingga performa dapat menjadi lebih maksimal (Amheim dan Prentice, 2000 dalam Wijayanti, 2006).

c. Kekuatan dan Daya Tahan Otot

Kekuatan otot adalah kapasitas otot untuk mengatasi suatu beban. Sementara itu, daya tahan otot berkaitan dengan kemampuan dalam menghasilkan kekuatan dan kemampuan untuk mempertahankannya selama mungkin (Hoeger dan Hoeger, 1996). Individu yang menggunakan aktivitas fisik reguler untuk meningkatkan daya tahan kardiorespiratori, kebugaran muskuloskeletal dan tingkat lemak tubuh yang optimal dapat memperbaiki tingkat energi dasar mereka dan menempatkan mereka pada risiko yang rendah terhadap penyakit jantung, kanker, diabetes, osteoporosis, dan penyakit kronis lainnya (Nieman, 1998).

Kekuatan adalah kemampuan maksimal seseorang untuk mengangkat suatu beban. Menjadi kuatnya otot-otot tubuh seorang pesenam disebabkan latihan yang terus menerus. Oleh karena itu agar jasmani kita sehat maka semua otot tubuh harus dilatih, sehingga kemampuan otot menjadi maksimal. Jika kita melakukan latihan, sebaiknya mengikutserakan semua otot tubuh (Sumosardjuno, 1992).

d. Kelentukan

Kelentukan adalah jangkauan area gerak sendi-sendi tubuh. Komponen ini tercermin pada kemampuan seseorang untuk menekuk, merengang, dan memutar tubuhnya (Haskell dan Kienan, 2000). Otot, ligamen, dan tendon

mempengaruhi keleluasaan gerak pada sendi-sendi tubuh. Kelentukan berhubungan dengan umur dan aktivitas fisik.

Kelentukan akan berkurang seiring dengan meningkatnya umur yang lebih dikarenakan kekurangan aktivitas dalam gerak dibandingkan dengan proses penuaan. Kelentukan memiliki banyak keuntungan dalam hal kesehatan. Diantaranya pergerakan yang baik, meningkatkan resistensi cedera dan rasa sakit pada otot, mengurangi tekanan darah dan stres (Nieman, 1998). Kapasitas fungsional tubuh kita untuk bergerak pada daerah gerak yang maksimal, bergantung pada panjang otot, tendon, dan ligamen persendian. Untuk memperbaiki kelenturan atau memelihara kelenturan tubuh, maka kita harus menggerakkan persendian kita pada daerah geraknya secara maksimal dan teratur (Sumosardjuno, 1992). Agar kesegaran jasmani kita baik, maka kita tidak hanya melakukan latihan untuk salah satu komponen saja, tetapi juga berlatih untuk memperbaiki semua komponen.

4. Pengukuran Kebugaran

Skor atau tingkat kebugaran seseorang dapat diketahui melalui serangkaian pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan komponen-komponen kebugaran melalui tahapan dengan menggunakan peralatan tertentu (Permaesih, et.al, 2001 dalam Fatmah, 2011). Tes kebugaran merupakan indikator kuantitatif yang menggambarkan sejauh mana kualitas fisik seseorang saat ini dan setelah beraktivitas fisik.

Cara penentuan tingkat kebugaran dipilih berdasarkan tujuan pengukuran, jenis kemampuan yang akan diukur terutama yang berhubungan dengan jenis pekerjaan yang biasa dilakukan (Moeloek,dkk, 1984). Gambaran tingkat kebugaran seseorang dapat diperoleh melalui pengukuran pada komponen atau interaksi antara komponen-komponen tersebut. Pengukuran kebugaran terbagi ke dalam dua kategori berdasarkan metabolisme energi, yaitu pengukuran aerobik dan pengukurn anaerobik (Rowland M.D, 1996).

a. Uji Kebugaran Aerobik

Aerobik adalah olahraga yang dilakukan secara terus menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh, misalnya jogging, senam, renang, bersepeda (Depkes, 2002). Kebugaran aerobik adalah kapasitas maksimal untu menghirup, menyalurkan, dan menggunakan oksigen. Sebaiknya diukur dalam tes laboratorium yang disebut maksimal pemasukan oksigen (VO2max) (Sharkey, 2003).

Uji kebugaran aerobik menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan pengukuran kapasitas aerobik (VO2max) dapat dilakukan menggunakan alat Douglas Bag (dua kantung

udara yang disambung dengan selang pada mulut dan hidung dengan cara dipanggul) selama melakukan aktivitas fisik.

Metode lain dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan spirometer yang terkomputerisasi sehingga dinilai paling objektif. Uji kebugaran dapat dilakukan dengan pemberian beban latihan fisik (seperti penggunaan treadmill dan sepeda ergometer) pada individu yang telah dipasangi spirometer

sistem metabolik yang terkomputerisasi. Alat tersebut dipasang pada mulut individu yang diuji sehingga volume pertukaran gas serta detak jantung dapat dimonitor (Rowland, M.D, 1996). Pengukuran VO2max dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tes maksimal dan submaksimal. Pada tes maksimal, VO2max

diukur pada kondisi kelelahan maksimum selama melakukan beban latihan fisik sehingga sistem kardiorespiratori memang benar-benar sedang mengalami VO2max (menggunakan oksigen secara maksimal) (Rowland M.D, 1996).

Sementara itu, tes submaksimal VO2max dilakukan dengan pengukuran saat sebelum mencapai kondisi kelelahan maksimum karena individu seperti anak-anak atau lanjut usia akan menghentikan beban latihan fisik saat mereka merasa lelah, walaupun belum pada kelelahan maksimal. Pengukuran VO2max submaksimal dapat dilakukan dengan uji Åstrand-Rhyming Nomogram. Prosedur ini menganggap bahwa ambilan oksigen dan detak jantung berhubungan linear sehingga VO2max maksimal dapat diprediksi (Bucher, 1985). Namun, pengukuran laboratorium VO2max relatif mahal, memakan waktu, memerlukan tenaga yang terampil dan tidak praktis untuk tes massal (Rowland, M.D, 1996 dan Nieman, 1990 dalam Wijayanti, 1998).

Uji kebugaran dengan metode langsung akan menghasilkan jumlah yang dinyatakan dalam satuan milliliter per menit (ml/menit) atau milliliter per kilogram berat badan per menit (ml/ kgBB/ menit). Satuan VO2max dengan berat badan (ml/kgBB/menit) memungkinkan untuk membandingkan VO2max dengan memperhitungkan variasi ukuran tubuh dalam situasi lingkungan yang berbeda (Nieman, 1990; Bowers dan Fox, 1992; dalam Wijayanti, 1998).

Metode tidak langsung dilakukan dengan metode prediksi melalui detak jantung (Astrad, 1977 dalam Fatmah, 2011). Pada individu yang bugar, detak jantung atau denyut nadi lebih sedikit jumlahnya karena sistem kardiorespiratori bekerja secara lebih efisien, yaitu setiap detak oksigen yang terpompa dalam darah lebih banyak sehingga kebutuhan oksigen dapat langsung terpenuhi (Aspaugh, 1997). Tujuan yang ingin dicapai dalam olahraga pada dasarnya adalah kapasitas aerobik yang menunjukkan derajat kebugaran seseorang. Berikut jenis latihan fisik dan instrumen untuk menilai kebugaran:

Tabel 2.1

Jenis-Jenis Latihan Fisik

Jenis Latihan Fisik Instrumen

Tes lari 12 menit (Metode Cooper) Lintasan

Tes lari 2,4 km Lintssan

Tes dengan Ergocycle Sepeda Ergometer

Tes Naik Turun Bangku

- Havard Step Test (untuk laki-laki)

- Queen’s College step test

- YMCA (Young Men’s

Christian Association) 3- minute step test

- Bangku setinggi 20 inci (70 cm)

- Bangku setinggi 16.25 inci (57 cm)

- Bangku setinggi 12 inci (31 cm)

Sumber : Fatmah, 2011

Pengukuran kebugaran yang paling tepat dan sesuai untuk digunakan pada jumlah sampel besar adalah pengukuran kebugaran aerobik dengn tes naik-turun bangku (step test). Pengukuran ini berdasarkan pada denyut nadi saat atau segera setelah melakukan latihan fisik berupa naik-turun bangku yang tatacaranya telah distandarisasi (Rowland, M.D, 1996).

Diantara ketiga macam tes naik-turun bangku, waktu paling singkat dan perhitungan paling sederhana terdapat pada YMCA 3-minute (tes bangku 3 menit YMCA) sehingga cocok untk tes yang dilakukan secara massal (Nieman, 2007).YMCA3-minute step test menggunakan bangku setinggi 12 inci (31 cm) biasanya digunakan untuk tes massal selama 3 menit dan memiliki perhitungan paling sederhana (Nieman, 2007). Pengukuran kebugaran dapat dilakukan dengan perhitungan denyut nadi sesaat setelah tes dilakukan (Jones, 2010).

Recovery denyut nadi 5 menit setelah tes naik turun tangga 3 menit YMCA merupakan salah satu indikator pengukuran kebugaran kardiopulmonari. Semakin cepat denyut nadi kembali seperti sebelum tes, maka akan semakin bugar seseorang tersebut (Chen, 2006 dalam Nanda, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Yuan, Fu, Zhang, Li dan Sahan (2008) dalam Nanda (2012) membuktikan bahwa tes naik turun bangku-3 menit YMCA ini merupakan metode terbaik pengukuran kebugaran aerobik setelah dibandingkan dengan 40 cm step test dan squat-up down test karena memiliki reliabilitas tertinggi karena digunakan untuk populasi yang besar.

Untuk menentukan tingkat kebugaran seseorang berdasarkan perhitungan denyut nadi setelah melakukan tes bangku 3 menit YMCA dapat dilihat dalam tabel 2.2 :

Tabel 2.2

Tingkat Kebugaran Berdasarkan Norma Tes Bangku 3 Menit YMCA

Usia

18-25 26-35 36-45 46-55 56-65 65+

Kategori Laki-laki

Usia 18-25 26-35 36-45 46-55 56-65 65+ Kategori Baik 77-84 79-85 80-88 87-93 86-94 87-92 Diatas Rata-rata 88-93 88-94 92-98 95-101 97-100 94-102 Rata-rata 95-100 96-102 100-105 103-109 103-109 104-110 Dibawah Rata-rata 102-107 104-110 108-113 111-117 111-117 114-118 Buruk 111-119 114-121 116-124 119-128 119-128 121-126 Sangat Buruk 124-157 126-161 130-163 131-154 131-154 130-151 Perempuan Istimewa 52-81 58-80 51-84 63-91 60-92 70-92 Baik 85-93 85-92 89-96 92-101 97-103 96-101 Diatas Rata-rata 96-102 95-101 100-104 102-110 106-111 104-111 Rata-rata 104-110 104-110 107-112 111-118 113-118 116-121 Dibawah Rata-rata 113-120 113-119 115-120 119-124 119-127 123-126 Buruk 122-131 122-129 124-132 123-132 129-135 128-133 Sangat Buruk 135-169 134-171 137-169 133-171 141-174 135-155 Sumber : Nieman, 2007

b. Tes Kebugaran Anaerobik

Anaerobik adalah olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh. Misalnya, lari sprint 100 m, tenis lapangan, bulutangkis. Energi pada metabolisme anaerobik akan disalurkan pada jenis latihan yang berupa ledakan otot dan memiliki intensitas tinggi. Oleh karena itu, pengukuran kebugaran anaerobik mengarah pada komponen daya tahan dan kekuatan otot. Beberapa prosedur telah dikembangkan untuk memprediksi tingkat kebugaran anaerobik, yaitu Margaria stair-running test (tes berlari naik tangga Margaria) dan tes anaerobik Wingate (Rowland M.D, 1996). Prinsip dasar dalam pelaksanaan tes ini yaitu tes kebugaran ini harus dilaksanakan bertahap dan berkesinambungan.

Dalam penerapannya perlu dicermati siapa yang menjadi populasi yang akan menjalani tes kebugaran jasmani. Bila populasi yang akan menjalani tes kebugaran adalah heterogen (masyarakat umum) milsalnya warga suatu kelurahan maka

kapasitas tes cukup kapasits aerobik. Namun, untuk menyeleksi terhadap populasi yang homogen maka dapat dilakukan pengukuran kapasitas aerobik dan anaerobik (Giriwijoyo dkk, 2012).

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien dari pada non-aerobik, yang menghasilkan 38 molekul adenosin triphospate (ATP) yaitu komponen yang menggerakan kontraksi otot. Per molekul glukosa berbeda dengan 2 molekul jika melalui jalan anaerobik (Sharkley, 2011).

Karena menghasilkan sedikit asam laktat, latihan aerobik relatif menyenangkan. Dan hasil oksidasi lemak yang berlebih, persendian energi yang memadai untuk dapat memperpanjang latihan. Latihan aerobik dapat dilakukan dari beberapa menit hingga beberapa jam. Latihan aerobik dapat dilakukan dengan bersantai sambil becengkerama pada aerobik tingkat menengah.

Sekitar tahun 2000 ini, skor kebugaran aerobik (VO2max) telah dipandang sebagai cara mengukur kebugaran yang terbaik dan dipercayai memiliki hubungan dengan kesehatan dan prestasi kerja serta olahraga (Sharkley, 2011).

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran

Tingkat kebugaran seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: 1. Genetik

Level kemampuan fisik seseorang dipengaruhi oleh gen yang ada dalam tubuh. Genetik atau keturunan yaitu sifat-sifat spesifik yang ada dalam tubuh seseorang sejak lahir. Sifat genetik mempengaruhi perbedaan dalam ledakan kekuatan, pergerakan anggota tubuh, kecepatan lari, kecepatan reaksi,

fleksibilitas dan keseimbangan setiap orang (Montgomery, 2001 dalam Fatmah, 2011).

Penelitian oleh Malina dan Bouchard (1991) menentukan bahwa hereditas mempengaruhi 25-40% perbedaan nilai VO2max. Kemudian Sundet,

Magnus, dan Tambs (1994) berpendapat bahwa lebih dari setengah perbedaan kekuatan maksimal aerobik dikarenakan oleh perbedaan genotype, dengan faktor lingkungan (nutrisi, latihan) sebagai penyebab lainnya. Orang tua mewariskan faktor yang dapat memberikan kontribusi pada kebugaran aerobik, termasuk kapasitas maksimal sistem respiratori dan kardoivaskular, jantung, sel darah merah dan hemoglobin serta persentase serat otot. Penemuan terbaru menunjukkan bahwa kapasitas otot untuk merespon latihan juga merupakan keturunan. Faktor keturunan lainnya seperti fisik dan komposisi tubuh juga mempengaruhi kebugaran dan potensi performa yang tinggi (Sharkley, 2011).

Faktor ras juga mempengaruhi tingkat kebugaran seseorang, khususnya dari segi kebugaran aerobik. Hasil suatu penelitian yang dilakukan pada 35 wanita kulit hitam dan kulit putih menyatakan bahwa kebugaran aerobik pada wanita kulit hitam lebih rendah dibandingkan dengan kelompok wanita kulit putih (Hunter, 2000 dalam Fatmah, 2011).

2. Jenis Kelamin

Perbedaan kebugaran antara laki-laki dan perempuan berkaitan dengan kekuatan maksimal otot yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, hormon, kapasitas paru-paru dan sebagainya. Sampai pubertas biasanya kebugaran anak laki-laki hampir

sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas kebugaran pada laki-laki dan perempuan biasanya semakin berbeda, terutama yang berhubungan dengan daya tahan kardiorespiratori, yaitu kapasitas aoerobik pada perempuan lebih rendah 15-25 persen dibandingkan dengan laki-laki (Sharkley, 2011). Hal ini dikarenakan perempuan memiliki jaringan lemak lebih banyak, adanya perbedaan hormon testosteron dan esterogen, dan kadar hemoglobin yang lebih rendah.

3. Umur

Daya tahan kardiorespiratori akan semakin menurun sejalan dengan bertambahnya umur. Namun penurunan ini dapat berkurang, bila seseorang berolahraga teratur sejak dini (Moeloek, 1984). Kebugaran meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% pertahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya (Depkes, 2002).

Berdasarkan penelitian kepada seseorang yang memulai berlatih aerobik pada usia 30 tahun memiliki nilai VO2max sebelumnya 46 ml/kg.min sebelumnya

menjadi 54 ml/kg.min, beberapa bulan kemudian mengalami penurunan karena tidak meneruskan latihan. Di usia 60 tahun, ia memiliki waktu untuk melakukan aktivitas dan tes kebugarannya menujukan nilai 52 ml/kg.min artinya walaupun kemampuan latihan dapat menurun seiring dengan usia, ahli gerontologi olahraga, Dr. Herb de Vries telah menunjukkan bahwa kebugaran dapat ditingkatkan, bahkan setelah usia 70 (de Vreis, 1986 dalam Sharkley, 2011).

4. Status Kesehatan

Status kesehatanmerupakan salah satu determinan atau faktor penentu dari kebugaran kardiovaskuler (daya tahan kardiovaskuler) (Malina dan Bouchard, 1989 dalam Haskell dan kiernan, 2000). Kemampuan untuk menjalani aktivitas fisik yang lebih berat dari biasanya dapat diketahui dengan menggambarkan status kesehatan seseorang. Hal tersebut juga diperlukan sebelum melakukan tes kebugaran sehingga status kesehatan responden dapat dikontrol.

Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengetahui status

Dokumen terkait