SKRIPSI
OLEH : LILIK MUIZZAH
109101000044
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
iii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, Agustus 2013
Lilik Muizzah, NIM: 109101000044
Hubungan Antara Kebugaran Dengan Status Gizi Dan Aktivitas Fisik Pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
xv + 120 halaman, 2 bagan, 28 tabel, 7 lampiran.
ABSTRAK
Komponen kebugaran yang paling penting dan berhubungan langsung dan utama dengan kesehatan adalah daya tahan kardiorespiratori (Fatmah, 2011). Daya tahan Kardiorespirasi yang tinggi menunjukkan kemampuan bekerja yang tinggi, yang berarti kemampuan untuk mengeluarkan sejumlah energi yang cukup besar dalam periode waktu yang lama.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional study. Sampel penelitian berjumlah 94 mahasiswi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari instansi terkait dan data primer yang diperoleh melalui wawancara dan pengukuran langsung kepada responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa rata-rata tingkat kebugaran kardiorespiratori sebesar 112,45-119,38 kali/menit artinya pada mahasiswi kebugarannya kurang baik. Kemudian dari hasil analisis bivariat dengan tingkat kemaknaan 5%, diperoleh 2 faktor yang berhubungan dengan kebugaran kardiorespiratori yakni Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan P value 0,015 dan Asupan Protein dengan P value 0,043.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penulis menyarankan kepada mahasiswi agar ditengah padatnya jadwal perkuliahan untuk selalu mengonsumsi makanan dalam jenis, porsi dan frekuensi yang sesuai dengan pola makan gizi seimbang serta mengontrol berat badan dan bagi mahasiswa kesehatan masyarakat peminatan gizi dapat mengadakan konseling gizi kepada rekan-rekan mahasiswa lain mengenai kebugaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti pemahaman untuk mengonsumsi makanan yang bergizi, melakukan aktivitas fisik terutama olahraga yang teratur.
iv
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
SPECIALISATION PUBLIC HEALTH NUTRITION Skripsi, August 2013
Lilik Muizzah, NIM: 109101000044
Relationship Between Physical Fitness With Nutritional Status And Physical Activity Of Female Public Health Students UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013 xv + 120 pages, 2 charts, 28 tables, 7attachments.
ABSTRACT
The most important fitness components and has contact directly with the primary health care is cardiorespiratory endurance (Fatmah, 2011). The highest cardiorespiratory endurance showes a high ability to work, which means ability to expend considerable amounts of energy at a long period of time.
This research is a quantitative analytical approach which using a cross-sectional study design. Sample of this research was 94 female students. The data which is used in this study is secondary data from relevant agencies and primary data obtained through interviews and measurement of the respondent directly. The data analysis was performed using univariate and bivariate analysis.
Based on this research, it is known that the average fitness level of 112,45 to 119,38 kardiorespiratori times/min it means student fitness is unfavorable. Then based on the results of the bivariate analysis with a significance level of 5%, there are 2 factors related to fitness cardiorespiratory Body Mass Index (BMI) with P value 0,015 and protein intake with the P value of 0,043.
Based on these results, the author suggestes the students to eat foods with balanced although they have a tigth schedule of classes. And also control their weight for a public health students, specialisation public health nutrition should held nutrition conseling to others students about fitness and the factors which influenced their fitness, such as understanding to consume nutrition food, do physical exercise regularly.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Antara Kebugaran Dengan Status Gizi Dan Aktivitas Fisik Pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013” dengan baik.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan,
petunjuk, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu secara khusus penulis
ingin menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Keluarga tercinta, Abah Drs. Rohimin, Ibunda Dra.Nadlirotun, Inayatul Maula,
Afiffur Rahman atas do’a, dukungan, nasehat, dan kasih sayang yang tiada henti dan
mungkin tak akan mampu penulis membalasnya.
2. Ratri Ciptaningtyas, MHS selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi.
3. Riastuti Kusumawardani, SKM, MKM selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi.
4. Ir. Febrianti, M.Si. selaku dosen gizi dan ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas dukungannya.
5. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Dian Sri Rdjeki, M.Gz dan dr. Indrarti Soekotjo, Sp.KO yang telah memberikan
ix
7. Teman-teman Gidza Holic, khususnya Tika, Fitri, Nursyam, Lulu, Fahad, Mufika,
Yanita, Ana, Desly yang telah membantu dan menyemangati penulis.
8. Teman-teman kosan Dina, Fida, ka Uji, Ninta, Ratih yang telah memberikan
semangat kepada penulis.
9. Untuk sahabatku Badra Al-Aufa, Yeni Faridawati, Vina Oktoramelia, Ade
Aprilianti, Annisa Fatmaulida, Nurlia, Santi, terima kasih untuk persahabatan yang
indah ini.
10.Khairil Anam yang telah bersedia menjadi tempat curhat dan banyak memberikan
movitasi, nasehat, bantuan dan dukungannya selama proses pembuatan skripsi.
11.Ita Hanani kakakku yang super memberikan dukungan dan motivasi hidup pada
penulis.
12.Teman-teman Kesehatan Masyarakat 2009 dan seluruh mahasiswi Kesehatan
Masyarkat 2010-2012 yang telah bersedia membantu penulis khususnya yang
bersedia menjadi responden.
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan
yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya.
Jakarta, Agustus 2013
Penulis
x Data Diri :
Nama Lengkap : Lilik Muizzah
Tempat, Tanggal Lahir : Demak,03 september 1991
Alamat :Jl.Boulevard Raya G14 no.18 Sukatani Rajeg- Tangerang
Telepon : 085885282062
E-mail : lilik_iza@yahoo.com
Status : Belum Menikah
Riwayat Pendidikan : Formal
Tahun Riwayat Pendidikan
1998-2004 SDN Sukatani 3 2004-2006 SMPN 2 Mauk 2006-2009 SMAN 1 Kota Serang
2009-2013 S1 Gizi Kesehatan Masyarakat Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Non Formal
Tahun Riwayat Pendidikan
2004-2006 Pondok Pesantren Al-Jufri
xi DAFTAR ISI
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR BAGAN ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Pertanyaan Penelitian ... 9
D. Tujuan Penelitian ... 11
1. Tujuan Umum ... 11
2. Tujuan Khusus ... 11
E. Manfaat Penelitian ... 13
1. Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 13
2. Manfaat Bagi Peneliti ... 13
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran ... 29
C. Angka Kecukupan Gizi Usia Dewasa ... 42
D. Penilaian Status Gizi ... 46
E. Kerangka Teori ... 51
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS 53 A. Kerangka Konsep... 53
B. Definisi Operasional ... 56
C. Hipotesis ... 59
BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN ... 61
A. Desain Penelitian ... 61
xii
C. Populasi dan Sampel ... 61
D. Pengumpulan Data ... 64
BAB V HASIL PENELITIAN ... 71
A. Analisis Univariat ... 71
1. Distribusi Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehata Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 71
2. Distribusi Aktivitas Fisik pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. ... 73
3. Distibusi Status Gizi berdasarkan Asupan Gizi pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 74
B. Analisis Bivariat ... 78
1. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 79
2. Hubungan Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 80
3. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 80
4. Hubungan Asupan Energi dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 81
5. Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 82
6. Hubungan Asupan Vitamin A dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 83
7. Hubungan Asupan Vitamin B1 dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 83
8. Hubungan Asupan Fe dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 84
9. Hubungan Asupan Zn dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 85
BAB VI PEMBAHASAN ... 86
A. Kebugaran Pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 86
B. Gambaran serta Hubungan antara Status Gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh, Persen Lemak Tubuh, Asupan Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 88
xiii
2. Gambaran dan Hubungan Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran... 91
3. Gambaran dan Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran ... 92
4. Gambaran dan Hubungan Asupan Energi dengan Kebugaran ... 96
5. Gambaran dan Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran ... 99
6. Gambaran dan Hubungan Asupan Vitamin A dengan Kebugaran ... 102
7. Gambaran dan Hubungan Asupan B1 dengan Kebugaran ... 103
8. Gambaran dan Hubungan Zat Besi (Fe) dengan Kebugaran ... 105
9. Gambaran dan Hubungan Asupan Zn dengan Kebugaran ... 107
BAB VIIPENUTUP ... 110
A. Simpulan ... 110
B. Saran ... 111
xiv
DAFTAR TABEL
No Nama Tabel Hal
2.1 Jenis - Jenis Tes Fisik 26
2.2 Tingkat Kebugaran berdasarkan norma tes bangku 3 Menit YMCA 27
2.3 Jenis Aktivitas Fisik Sedang dan Berat 36
2.4 Angka Kecukupan Gizi Usia Dewasa 43
2.5 Klasifikasi IMT Dewasa menurut Depkes RI (2004) 47
2.6 Klasifikasi Persen Lemak Tubuh pada Perempuan 49
3.1 Definisi Operasional 56
4.1 Pembagian Jumlah Sampel 63
5.1 Distribusi Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 71 5.2 Distribusi Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat
2013 72
5.3 Distribusi Persen Lemak Tubuh pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat
2013 73
5.4 Distribusi Aktivitas Fisik pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat 2013 73 5.5 Distribusi Asupan Energi pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat 2013 74 5.6 Distribusi Asupan Protein pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat 2013 75 5.7 Distribusi Asupan Vitamin A pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat
2013 76
5.8 Distribusi Asupan Vitamin B1 pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat
2013 76
5.9 Distribusi Asupan Vitamin Fe pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat
2013 77
5.10 Distribusi Asupan Zn pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat 2013 78 5.11 Analisis Hubungan IMT dengan Kebugaran pada Mahasiswi Kesehatan
xv
5.12 Analisis Hubungan Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran pada
Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 80
5.13 Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 81
5.14 Analisis Hubungan Asupan Energi dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 81
5.15 Analisis Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran pada
Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 82
5.16 Analisis Hubungan Asupan Vitamin A dengan Kebugaran pada
Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 83
5.17 Analisis Hubungan vitamin B1 dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 84
5.18 Analisis Hubungan Asupan Fe dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 84
5.19 Analisis Hubungan Asupan Zn dengan Kebugaran pada Mahasiswi
xvi
DAFTAR BAGAN
No Nama Bagan Hal
2.1 Kerangka Teori 52
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner PAR Q and You
Lampiran 2 Prosedur YMCA 3-minute step test Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Uji Normalitas Lampiran 5 Analisis Univariat Lampiran 6 Analisis Bivariat
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan sejahtera jasmani, mental, sosial, dan
spiritual kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit dan kecacatan (WHO,
2013). Kemudian kebugaran jasmani adalah suatu kondisi dimana seorang individu
memiliki energi yang cukup dan vitalitas untuk menyelesaikan tugas sehari- hari dan
kegiatan rekreasi aktif tanpa kelelahan yang tidak semestinya (Nieman, 1998).
Sehingga kebugaran dapat menentukan derajat kesehatan seseorang.
Kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan yang ditandai oleh
kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan semangat dan
berhubungan dengan resiko rendah penyakit kronis. Diperlukan aktivitas fisik yang
aktif ditambah dengan latihan fisik yang benar, teratur dan terukur untuk mencapai
kebugaran yang optimal. Namun kenyataan dilapangan dengan majunya dunia
teknologi memberikan kemudahan aktivitas dan memanjakan manusia sehingga
menjadikan kurang gerak yang dilakukan (hypokinetic), seperti penggunaan remote
control, komputer, lift dan tangga berjalan tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik
yang akan menimbulkan penyakit akibat kurang gerak (Depkes, 2002).
Kemudian daya tahan kardiorespirasi, kebugaran musculoskeletal (kekuatan
otot dan daya tahan, fleksibilitas) dan komposisi tubuh yang optimal adalah
komponen tersebut komponen kebugaran yang paling penting dan berhubungan
langsung dan utama dengan kesehatan adalah daya tahan kardiorespiratori (Fatmah,
2011). Daya tahan kardiorespirasi yang tinggi menunjukkan kemampuan bekerja
yang tinggi, yang berarti kemampuan untuk mengeluarkan sejumlah energi yang
cukup besar dalam periode waktu yang lama berhubungan langsung dan utama
dengan kesehatan adalah daya tahan kardiorespiratori (Fatmah, 2011).
Kebugaran (daya tahan kardiorespiratori) adalah kemampuan untuk melakukan
kegiatan seluruh tubuh dan melanjutkan gerakan memperpanjang waktu tanpa
kelelahan yang tidak semestinya. Sistem kardiorespiratori berguna untuk mensuplai
dan membawa oksigen untuk berbagai jaringan dalam tubuh kita (Prentice, 2004).
Bugar tidaknya seseorang dapat dinilai dari kekuatan maksimum pergerakan otot dan
sendi, percepatan gerakan maksimum dan kemampuan maksimum pengambilan
oksigen (Fatmah, 2011).
Kebugaran aerobik (daya tahan kardiorespiratori) dapat dinilai secara langsung
dengan tes laboratorium yang disebut pemasukan oksigen (VO2max). Uji kebugaran
aerobik menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung. Metode
langsung dengan pengukuran kapasitas aerobik (VO2max) menggunakan douglas bag
selama melakukan aktivitas fisik dan metode tidak langsung dapat dilakukan dengan
metode prediksi detak jantung (Astrad, 1977 dalam Fatmah, 2011). Pada individu
yang bugar, detak jantung atau denyut nadi lebih sedikit jumlahnya karena sistem
kardiorespiratori bekerja lebih efisien (Anspaugh, 1997).
Diperlukan suatu parameter yang mampu menguji kesehatan jasmani seseorang.
diantaranya dengan metode YMCA (Young Men’s Christian Association)3 minutes
menggunakan tes naik turun bangku dalam waktu yang paling singkat dan
perhitungan paling sederhana sehingga dapat digunakan pada populasi yang banyak,
berdasarkan tingkat norma kebugaran (daya tahan kardiorespiratori) yaitu dikatakan
bugar jika denyut nadi seteleh tes berkisar antara 50-102 kali/menit bagi laki-laki dan
52- 113 kali/menit bagi perempuan (Nieman, 2007).
Data dari Behavioral Risk Factor Surveillance System (BRFSS) survey tahun
2001-2003 pada masyarakat Asia dan Hawaii atau masyarakat di Kepulauan Pasifik
lainnya diperoleh data 61% memiliki tubuh yang tergolong tidak bugar (Kruger, 2004
dalam Cassandra, 2011). Seperti halnya kondisi kebugaran pada masyarakat
Indonesia menurut data Sport Development Index (SDI) pada tahun 2006 menujukkan
kondisi yang rendah yaitu 1,08% masuk dalam ketegori baik sekali, 4,07% baik,
13,55% sedang, 43,90% kurang, dan 37,40% kurang sekali (Maksum dalam
Cassandra, 2011).
Di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang no. 36 tentang kesehatan yang
mengamanatkan bahwa upaya kesehatan olahraga ditunjukkan untuk meningkatkan
kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat serta meningkatkan prestasi belajar,
kerja dan olahraga. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia oleh Direktorat Bina
Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun 2011 telah mengadakan kegiatan kebugaran
jasmani. Dengan adanya konsep “beraktivitas fisik agar sehat dan bugar” diharapkan
masyarakat dapat melaksanakan upaya pencegahan dan penananggulangan dampak
negatif akibat kurang berolahraga dan cedera olahraga (Kemenkes RI, 2011).
generasi muda dan orang dewasa pada dasawarsa terakhir ini, dapat disimpulkan
bahwa tingkat kebugaran jasmani orang Indonesia secara umum kurang baik atau
termasuk dalam kategori rendah (FORMI,2011).
Tingkat kebugaran yang rendah banyak dialami oleh perempuan khususnya
pada usia remaja dibandingkan dengan laki-laki, hal ini diperkuat dengan penelitian
kebugaran yang dilakukan pada siswi kelas II Sekolah Menengah Kejuruan Pangudi
Luhur Tarcisius dengan menggunakan Harvard Step Test menunjukkan bahwa status
kebugaran sebanyak 78,1% berada pada kriteria kurang, 15,6% berada pada kriteria
sedang, dan 6,3% berada pada kriteria baik (Eliyus, 2005 dalam Mustakim, 2010).
Penelitian yang dilakukan pada remaja putri usia 18-19 tahun di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia menunjukkan bahwa berdasarkan norma tes
kebugaran 86,7% mahasiswi tergolong tidak bugar sedangkan berdasarkan nilai
median denyut nadi setelah tes diketahui 54,7% tergolong tidak bugar yang dihitung
dengan metode step tes YMCA 3 minute (Indrawagita, 2009). Kemudian penelitian
dari 30 orang responden remaja usia 18 hingga 23 tahun yang diteliti, 22 orang
berada pada level buruk (Indriawati, 2005).
Kebugaran sangatlah penting bagi kesehatan remaja, salah satunya kesehatan
jantung. Apabila seorang remaja menjaga kebugarannya maka sistem kardiovaskular
akan berfungsi maksimal dan tetap terpelihara (Sumosardjuno, 1992). Kebugaran
yang kurang akan mencerminkan kekurangan pula dalam kemampuan bekerja, baik
lama maupun daya tahannya untuk bekerja ataupun prestasi kerjanya (Turhayati,
Dampak dari rendahnya tingkat kebugaran adalah secara langsung akan
berpengaruh terhadap penurunan kinerja dan produktivitas dan dalam jangka waktu
yang lama akan menimbulkan penyakit jantung koroner dan penyakit degeneratif
lainnya. Penyakit jantung koroner (Coronary artery disease (CAD)) masih menjadi
penyebab kematian nomor satu. Jumlah penyakit kardiovaskular (CVD) merupakan
yang terbesar dari seluruh kematian, yang berjumlah 17,3 juta jiwa setiap tahunnya,
kemudian diikuti penyakit kanker sebanyak 7,6 juta jiwa dan diabetes sebanyak 1,3
juta jiwa. Disamping itu, jumlah kematian akibat CVD ini menggambarkan 30% dari
seluruh kematian di dunia dengan 7,3 juta orang diantaranya berhubungan dengan
penyakit jantung koroner dan 6,2 juta orang diantaranya berkaitan dengan penyakit
stroke (WHO, 2013). Penyakit CVD dan diabetes erat kaitannya dengan kejadian
obesitas. Pada tahun 2008, lebih dari 1,4 miliar orang dewasa dan lansia di dunia
mengalami overweight, dengan lebih dari 200 juta laki-laki dan sekitar 300 juta
perempuan diantaranya mengalami obesitas (WHO, 2013). Di Indonesia penyakit
jantung memiliki prevalensi 7,2 % , diabetes melitus 1,1 %, dan kanker 0,4 % .
Rata-rata kota Jakarta yang paling banyak prevalensi kejadian penyakit tidak menular
tersebut (Riskesdas, 2007).
Aktivitas fisik memberikan keuntungan kesehatan yang terbanyak dan bahwa
tingkat kebugaran aerobik yang lebih tinggi dapat mencegah dari penyakit yang
berdampak kepada kematian (Sharkley, 2003). Selanjutnya penelitian oleh Lloyd,
et.al. (1998) memecahkan hipotesis bahwa terdapat kolerasi yang positif antara
latihan fisik dengan kebugaran (kapasitas kardiorespiratori) pada perempuan remaja
pada perempuan selain dari aktivitas fisik. Diketahui jenis kelamin termasuk salah
satu faktor yang menentukan tingkat kebugaran kardiovaskuler (Haskell and Kiernan,
2000). Laki-laki memiliki kondisi tubuh yang lebih bugar dari pada perempuan
(Mustakim, 2010).
Kemudian berdasarkan hasil penelitian tentang kebugaran yang dilakukan
Pegawai Negeri Sipil (PNS) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) pada
perempuan usia 19-52 tahun terdapat hubungan yang bermakna antara persen lemak
tubuh dengan kebugaran dengan mengukur VO 2max (Wijayanti,2006).
Asupan makanan untuk memperoleh zat gizi juga menjadi salah satu penentu
status kebugaran. Penelitian disuatu negara memberikan hasil bahwa asupan gizi
sumber energi (karbohidrat dan lemak) lebih memberi pengaruh kuat pada
kemampuan kardioresporatori (kebugaran) perempuan dibandingkan dengan laki-laki
(Paul,et.al, 2004 dalam Prawestri 2011). Selain itu, sebuah studi juga menyatakan
bahwa terdapat hubungan bermakna antara asupan gizi berupa zat gizi mikro dengan
kebugaran pada perempuan remaja maupun dewasa. (Lloyd, et.al, 1998).
Penelitian terkait kebugaran diketahui terdapat perbedaan yang signifikan
antara kebugaran mahasiswi angkatan 2009 usia (18-19) tahun dibandingkan dengan
angkatan 2010 usia (20-21) tahun (Oranobuka, 2011 dalam Sharkley, 2011). Tingkat
kebugaran jasmani pada perempuan lebih rendah dibandingkan pada laki-laki
(Hermanto,dkk, 2012). Pada perempuan, kebugaran (daya tahan kardiorespiratori)
mempengaruhi secara signifikan dengan penyebab kematian (Blair, et.al. 1996 dalam
Dari data penelitian diatas diketahui bahwa kebugaran diberbagai tingkatan
dunia, Asia maupun Indonesia masih menunjukkan tingkat kebugaran pada level
rendah terutama pada perempuan. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa banyaknya perempuan dalam usia 17-21 tahun yang memiliki
tingkat kebugaran dalam skala yang rendah. Dimana pada usia tersebut rata-rata
adalah usia sekolah sebagai siswa dan mahasiswa. Kebugaran (daya tahan
kardiorespiratori) pada masa sekolah penting untuk mendukung aktivitas kerja dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk kegiatan belajar dan menyelesaikan studi dan
sebagai pencegahan terhadap terjadinya penyakit jantung koroner dan penyakit
lainnya yang berhubungan dengan rendahnya aktivitas fisik yang jika tidak dicegah
akan menimbulkan kematian. Kemudian pada perempuan kebugaran menjadi penting
karena manfaatnya akan berdampak pada siklus kehidupan selanjutnya.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait
kebugaran (daya tahan kardiorespiratori) hubungannya dengan berbagai faktor yang
mempengaruhi seperti IMT, persen lemak tubuh, asupan gizi dan aktivitas fisik pada
rentang usia mahasiswa khususnya perempuan yang dimulai sejak dini.
B. Rumusan Masalah
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah merupakan institusi pendidikan dengan 74,8% mahasiswa
berjenis kelamin perempuan (AIS, 2013). Dimana rentang usia rata-rata adalah 18-23
tahun yang termasuk dalam rentang usia produktif, karena pada usia produktif seperti
mahasiswa memerlukan aktivitas kardiorespirasi yang prima yaitu tingkat
berbagai jaringan dalam tubuh kita sehingga seluruh fungsi tubuh dapat menunjang
kegiatan belajar mengajar, organisasi, serta latihan yang berperan dalam kegiatan
kampus dan masyarakat dan dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan optimal
dan tidak cepat lelah sebagai langkah preventif diri sebagai mahasiswa Kesehatan
Masyarakat. Padatnya jadwal perkuliahan menjadi salah satu faktor kurangnya
melakukan latihan fisik untuk mencapai kebugaran (daya tahan kardiorespiratori).
Studi pendahuluan yang dilakukan kepada 30 orang mahasiswa yang terdiri dari
15 orang perempuan dan 15 orang laki-laki dinilai dari kapasitas maksimal untuk
menggunaan oksigen dengan uji tes kebugaran menggunakan metode YMCA 3
-minutes step test yang kemudian dihitung berdasarkan denyut nadinya setelah
melakukan tes tersebut. Didapatkan bahwa 66,3% mahasisiwa tidak bugar,
ditunjukkan dari jumlah denyut nadi ≥113 (kali/ menit) pada perempuan dan ≥102
laki-laki. Dan 33,7% mahasiswa bugar dengan jumlah denyut nadi <113 (kali/menit)
pada perempuan dan ≥102 pada laki-laki. Idealnya intensitas latihan menghasilkan
jumlah denyut nadi yang lebih sedikit yaitu 50-102 kali/menit (laki-laki) dan 52-113
kali/menit (perempuan). Kemudian hasil studi pendahuluan diketahui pada
perempuan 93,3% tidak bugar dibandingkan dengan laki-laki 40 % tidak bugar.
Berdasarkan hasil observasi selama 1 periode oleh Departemen Kesenian dan
Olahraga Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
menunjukkan bahwa kurangnya kegiatan untuk latihan fisik atau olahraga yang rutin
dilakukan oleh mahasiswi, berbeda dengan mahasiswa yang sering melakukan
pertandingan futsal dan latihan fisik lainnya. Kemudian ditambah dengan hasil studi
melaksanakan aktivitas olahraga. Olahraga adalah salah satu cara untuk mencapai
kebugaran. Perempuan merupakan individu paling beresiko untuk terkena suatu
penyakit dan gangguan fisik lainnya.
Dengan rendahnya kebugaran (daya tahan kardiorespiratori) pada mahasiswi
ditambah dengan rendahnya aktivitas olahraga, menjadikan peneliti tertarik untuk
mengetahui hubungan antara faktor lain yang mempengaruhi kebugaran (daya tahan
kardiorespiratori) seperti Indeks Massa Tubuh (IMT), persen lemak tubuh, asupan
gizi, aktivitas fisik pada mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran kebugaran pada mahasiswi Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?
2. Bagaimana gambaran status gizi menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) dan persen
lemak tubuh pada mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah tahun 2013?
3. Bagaimana gambaran aktivitas fisik pada mahasiswi Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?
4. Bagaimana gambaran asupan gizi berupa energi dan protein maupun vitamin A,
vitamin B1, zat besi (Fe), dan seng (Zn) pada mahasiswi Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?
5. Apakah ada hubungan antara IMT dengan kebugaran pada mahasiswi Program
6. Apakah ada hubungan persen lemak tubuh dengan kebugaran pada mahasiswi
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?
7. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran pada mahasiswi
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?
8. Apakah ada hubungan antara asupan energi dengan kebugaran pada mahasiswi
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?
9. Apakah ada hubungan antara asupan protein dengan kebugaran pada mahasiswi
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?
10. Apakah ada hubungan antara asupan vitamin A dengan kebugaran pada
mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah tahun
2013?
11. Apakah ada hubungan antara asupan vitamin B1 dengan kebugaran pada
mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah tahun
2013?
12. Apakah ada hubungan antara asupan zat besi (Fe) dengan kebugaran pada
mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah tahun
2013?
13. Apakah ada hubungan antara asupan seng (Zn) dengan kebugaran pada
mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah tahun
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara status gizi (Indeks Massa Tubuh (IMT), persen
lemak tubuh, asupan gizi) dan aktivitas fisik dengan kebugaran pada mahasiswi
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2013.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat kebugaran pada mahasiswi Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013.
b. Mengetahui gambaran status gizi menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) dan
persen lemak tubuh pada mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat
UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013.
c. Mengetahui gambaran status gizi menurut persen lemak tubuh pada
mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
tahun 2013.
d. Mengetahui gambaran aktivitas fisik pada mahasiswi Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013.
e. Mengetahui gambaran status gizi berdasarkan asupan gizi berupa energi dan
protein maupun vitamin A, vitamin B1, zat besi (Fe), dan seng (Zn) pada
mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
tahun 2013.
f. Mengetahui hubungan antara IMT dengan kebugaran pada mahasiswi
g. Mengetahui hubungan antara persen lemak tubuh dengan kebugaran pada
mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
tahun 2013.
h. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran pada mahasiswi
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013.
i. Mengetahui hubungan antara asupan energi dengan kebugaran pada
mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
tahun 2013.
j. Mengetahui hubungan antara asupan protein dengan kebugaran pada
mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
tahun 2013.
k. Mengetahui hubungan antara asupan vitamin A dengan kebugaran pada
mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
tahun 2013.
l. Mengetahui hubungan antara asupan vitamin B1 dengan kebugaran pada
mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
tahun 2013.
m. Mengetahui hubungan antara asupan zat besi (Fe) dengan kebugaran pada
mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
tahun 2013.
n. Mengetahui hubungan antara asupan seng (Zn) dengan kebugaran pada
mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
a. Memberikan informasi terkait kebugaran pada mahasiswa Kesehatan
Masyarakat sehingga didapatkan upaya dalam peningkatan produktivitas
belajar.
b. Dapat menjadikan studi acuan terkait aktivitas fisik untuk program kerja
Departemen Kesenian dan Olahraga Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan khususnya BEM Jurusan Kesehatan
Masyarakat.
2. Manfaat Bagi Peneliti
a. Sebagai media pengaplikasian ilmu kesehatan mayarakat khususnya ilmu gizi
yang telah dipelajari selama studi.
b. Dapat dijadikan referensi atau sumber dan acuan dalam melakukan penelitian
lanjutan.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi peminatan gizi Program Studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada
bulan Juni sampai Agustus 2013 pada mahasiswi Program Studi Kesehatan
Masyarakat. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara kebugaran dengan status gizi (IMT, persen lemak tubuh, dan asupan gizi) dan
Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
15 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebugaran
1. Pengertian Kebugaran
Kebugaran fisik adalah suatu kondisi dimana seorang individu memiliki
energi yang cukup dan vitalitas untuk menyelesaikan tugas sehari-hari dan
kegiatan rekreasi aktif tanpa kelelahan yang tidak semestinya (Nieman, 1998).
Kebugaran adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi
alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan terhadap keadaan
lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang
berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok
harinya (Giriwijoyo, 2012).
Kebugaran aerobik (daya tahan kardiorespiratori) didefinisikan sebagai
kepasitas maksimal untuk menghirup, menyalurkan dan menggunakan oksigen
(Sharkley, 2011). Kesehatan kardiovaskuler penting untuk meningkatkan
kebugaran dan kesehatan.
2. Klasifikasi Kebugaran
Kebugaran jasmani merupakan keadaan keseimbangan antara kegiatan
biasa dengan tuntutan yang berlebih, dimana tidak terjadi kelelahan dan
menyimpan cukup energi untuk aktivitas selanjutnya. Kebugaran dikategorikan
health-related fitness) dan kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan atau yang
disebut dengan skill-related fitness (Hoeger dan Hoeger, 1996). Berikut akan
dijelaskan lebih lanjut mengenai kategori kebugaran :
a. Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan
Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan (health related fitness)
didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
dimana dibutuhkan energi serta kualitas dan kapasitas yang berhubungan
dengan rendahnya risiko munculnya penyakit hipokinetik dini (berhubungan
dengan kurangnya aktivitas fisik) (Prentice, 2004). Status kesehatan seseorang
dipengaruhi oleh hereditas, pola hidup sehat, akivitas fisik yang cukup dan
kualitas diet yang baik (Fatmah, 2011).
Aktivitas fisik yang sesuai dengan kebutuhan akan meningkatkan
kesehatan manusia dengan jalan mencegah kelebihan berat badan dan juga
dipengaruhi oleh faktor lain dari kebugaran yang berhubungan dengan
kesehatan. Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari daya
tahan kardiorespirasi, daya tahan otot yang cukup, komposisi tubuh,
fleksibilitas atau kelentukan yang memadai. Beberapa organisasi profesional
seperti ACSM (American College Sport Medicine) telah mengindikasikan
bahwa variasi dalam melakukan aktivitas fisik dapat digunakan untuk
meningkatkan kesehatan (Williams, 2002).
b. Kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan
Kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan atau skill-related
aktivitas atletik atau olahraga. Skill-related fitness yang baik dapat
meningkatkan kualitas hidup secara umum dengan meningkatkan kemampuan
seseorang untuk menghadapi kondisi-kondisi darurat yang terkadang
membutuhkan ketangkasan (Hoeger dan Hoeger, 1996). Pada kebugaran yang
berhubungan dengan keterampilan lebih banyak berperan bagi kelompok atlet
dibandingkan masyarakat umum sehingga penggunannya terbatas pada
komunitas dan kegiatan olahraga (Gisolfi dan Lamb, 1989).
Skill-related fitness adalah kemampuan untuk memaksimalkan potensi
genetik dengan latihan fisik dan mental yang cukup untuk menyiapkan pikiran
dan tubuh dalam kompetisi. Pada kondisi ini, atlet mengembangkan
kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan, dimana komponen
kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan terdiri dari kekuatan,
kecepatan, daya tahan, dan skill motorik neuromuskular yang spesifik terkait
olahraga dari atlet (Williams, 2002).
Atlet pada semua level kompetisi, baik pada kompetisi internasional,
gulat, permain baseball sekolah menengah, pelari jarak jauh pada kelompok
usia senior, atau pemain muda sepak bola dapat meningkatkan performa
terbaik mereka dengan intensitas latihan yang disesuaikan dengan
perkembangan usia, fisik, dan mental mereka.
3. Komponen Kebugaran
Komponen kebugaran seringkali disebutkan dalam dua bagian, satu
berhubungan dengan kesehatan dan yang lain berhubungan dengan ketrampilan
sukses dalam olahraga seperti tenis, sepakbola, bola voli, golf, dan basket akan
tetapi, banyak ahli merasa bahwa komponen tersebut memiliki sedikit hubungan
yang kuat terhadap kesehatan dan pencegahan penyakit (Nieman, 1998).
Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan digambarkan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari dengan kekuatan dan berhubungan dengan
rendahnya risiko terhadap penyakit degeneratif. Daya tahan kardiorespiratori,
kebugaran muskuloskeletal (kekuatan dan daya tahan otot, fleksibilitas), dan
komposisi tubuh yang optimal diukur sebagai komponen kebugaran yang
berhubungan dengan kesehatan. Kebugaran yang behubungan dengan tampilan di
sisi lain memiliki nilai lebih yaitu ketangkasan, keseimbangan, koordinasi,
kecepatan, kekuatan dan daya ledak serta memiliki hubungan terhadap kesehatan
dan pencegahan penyakit (Nieman, 1998).
Setiap komponen dari kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan dapat
diukur secara terpisah dengan latihan spesifik yang sudah dirancang untuk
dikembangkan sesuai dengan jenis olahraganya masing-masing. Bagian yang
terpenting disini adalah kebugaran total yang disamakan dengan perkembangan
dari setiap komponen mayor melalui program latihan terangkai dengan baik.
Beberapa individu berlatih untuk mengembangkan kekuatan dan daya tahan otot
namun sedikit dalam latihan aerobik untuk sistem kardiorespiratorinya. Beberapa
pelari terkemuka memiliki kebugaran jantung dan paru yang baik namun rendah
Individu yang bugar fisiknya dapat mengerjakan pekerjaan sehari-hari
misalnya, membawa bahan makanan, menaiki tangga, berkebun dengan sedikit
kelelahan dan menyisakan energi untuk latihan di waktu luang.
Berikut akan dibahas setiap komponen kebugaran yang behubungan dengan
kesehatan.
a. Daya Tahan Kardiorespiratori (Ketahanan Jantung)
Daya tahan kardiorespiratori adalah kemampuan jantung, paru-paru,
dan pembuluh darah untuk menyuplai oksigen ke dalam sel-sel sehingga
memenuhi kebutuhan untuk memperpanjang aktivitas fisik (Hoeger dan
Hoeger, 1996). Komponen ini adalah yang paling disetujui sebagai
komponen kebugaran dan kriteria yang paling umum digunakan untuk
pengukuran kebugaran baik pada orang dewasa maupun anak-anak karena
merupakan dasar dari kebugaran menyeluruh (total fitness) dengan
menggambarkan kualitas fisik seseorang dari sisi yang tergolong vital, yaitu
penggunaan oksigen (Gisolfi dan Lamb, 1989).
Daya tahan kardiorespiratori ditentukan oleh kapasitas aerobik atau
ambilan (uptake) oksigen maksimal (VO2max) yaitu jumlah maksimal
oksigen yang dapat digunakan oleh tubuh per menit saat melakukan kegiatan
atau latihan fisik. Saat tubuh sedang menghadapi beban aktivitas fisik, energi
dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak sehingga jantung, paru-paru
dan pembuluh darah harus menghantarkan lebih banyak oksigen untuk
oksidasi energi di dalam sel menjadi ATP (Adenosine triphosphate). Oleh
semakin efisien kerja kardiorespiratori atau semakin bugar kondisi tubuh
seorang individu karena berarti dengan satu kali curah, oksigen yang
dihantarkan lebih banyak (Anspaugh, 1997). Perbedaan VO2max yang
berarti antar individu diturunkan oleh kualitas kerja tiga sistem dalam tubuh,
yaitu: (1) respirasi eksternal (fungsi paru-paru), (2) transpor udara (sistem
kardiovaskuler seperti jantung, pembuluh darah dan darah), dan (3) respirasi
internal (penggunaan oksigen oleh sel tubuh untuk produksi energi) (Prentice
dan Bucher, 1988 dalam Wijayanti, 1998).
Pertama-tama, sistem respirasi eksternal membawa oksigen dari udara
bebas ke dalam paru-paru dan membawanya ke dalam darah. Pada orang
yang memiliki aktivitas fisik yang berat, kapasitas vital dan pernapasan
maksimal meningkat. Maka, sirkulasi serta suplai oksigen kedalam darah
dari paru-paru pun akan meningkat. Setelah itu, transpor udara pada sistem
kardiovaskuler akan memompa dan mendistribusikan oksigen yang telah
terikat pada darah ke seluruh tubuh. Peningkatan konsumsi oksigen dapat
dicapai melalui peningkatan curah jantung yang merupakan perkalian antara
volume darah sekuncup dan frekuensi atau jumlah denyut jantung. Terakhir,
respirasi internal terjadi pada sel-sel di dalam tubuh (sel-sel otot dan rangka)
dengan penggunaan oksigen untuk merubah simpanan karbohidrat dan
lemak (energi) menjadi ATP untuk kontraksi otot dan produksi panas. Proses
terakhir ini terjadi saat individu melakukan aktivitas fisik. (Prentice dan
b. Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh adalah rasio dari lemak dan berat bebas lemak dan
seringkali ditampilkan dalam persen lemak tubuh (Nieman, 1998).
Komposisi tubuh adalah komponen kebugaran yang berhubungan dengan
jumlah total relatif dari otot, lemak, tulang dan bagian vital dalam tubuh
(Haskell dan Kiernan, 2000).
Lemak tubuh yang sehat berkisar antara 15% untuk laki-laki dan 23%
untuk perempuan. Banyak metode yang digunakan untuk mengukur lemak
tubuh seperti tes skinforld, under water weight (UWW). Tes tersebut
memberikan estimasi yang lebih baik untuk berat badan ideal daripada tabel
tinggi badan berat badan. Berat badan terbagi menjadi lemak dan massa
bebas lemak. Massa bebas lemak terdiri dari otot, tulang dan air. Persen
lemak tubuh yang merupakan presentasi dari total berat badan
merepresentasi berat lemak, yang juga lebih sering digunakan untuk
mengevaluasi komposisi tubuh seseorang (Nieman, 1998). Komposisi tubuh
jika seseorang memiliki berat badan yang tinggi tetapi komposisi tubuhnya
lebih banyak terdiri atas otot atau massa bukan lemak, risiko kesehatan yang
dimiliki tidak sebesar pada orang dengan lebih banyak massa lemak (Mood,
et.al, 2003 dalam Indrawagita, 2009).
Komposisi tubuh menyediakan penentuan akurat seberapa banyak berat
badan seorang atlet harus ditambah atau dikurangi karena dapat
menggambarkan apakah berat badan atlet tersebut lebih banyak terdiri dari
untuk mencapai kondisi yang paling bugar sehingga performa dapat
menjadi lebih maksimal (Amheim dan Prentice, 2000 dalam Wijayanti,
2006).
c. Kekuatan dan Daya Tahan Otot
Kekuatan otot adalah kapasitas otot untuk mengatasi suatu beban.
Sementara itu, daya tahan otot berkaitan dengan kemampuan dalam
menghasilkan kekuatan dan kemampuan untuk mempertahankannya selama
mungkin (Hoeger dan Hoeger, 1996). Individu yang menggunakan aktivitas
fisik reguler untuk meningkatkan daya tahan kardiorespiratori, kebugaran
muskuloskeletal dan tingkat lemak tubuh yang optimal dapat memperbaiki
tingkat energi dasar mereka dan menempatkan mereka pada risiko yang
rendah terhadap penyakit jantung, kanker, diabetes, osteoporosis, dan
penyakit kronis lainnya (Nieman, 1998).
Kekuatan adalah kemampuan maksimal seseorang untuk mengangkat
suatu beban. Menjadi kuatnya otot-otot tubuh seorang pesenam disebabkan
latihan yang terus menerus. Oleh karena itu agar jasmani kita sehat maka
semua otot tubuh harus dilatih, sehingga kemampuan otot menjadi
maksimal. Jika kita melakukan latihan, sebaiknya mengikutserakan semua
otot tubuh (Sumosardjuno, 1992).
d. Kelentukan
Kelentukan adalah jangkauan area gerak sendi-sendi tubuh. Komponen
ini tercermin pada kemampuan seseorang untuk menekuk, merengang, dan
mempengaruhi keleluasaan gerak pada sendi-sendi tubuh. Kelentukan
berhubungan dengan umur dan aktivitas fisik.
Kelentukan akan berkurang seiring dengan meningkatnya umur yang
lebih dikarenakan kekurangan aktivitas dalam gerak dibandingkan dengan
proses penuaan. Kelentukan memiliki banyak keuntungan dalam hal
kesehatan. Diantaranya pergerakan yang baik, meningkatkan resistensi
cedera dan rasa sakit pada otot, mengurangi tekanan darah dan stres
(Nieman, 1998). Kapasitas fungsional tubuh kita untuk bergerak pada
daerah gerak yang maksimal, bergantung pada panjang otot, tendon, dan
ligamen persendian. Untuk memperbaiki kelenturan atau memelihara
kelenturan tubuh, maka kita harus menggerakkan persendian kita pada
daerah geraknya secara maksimal dan teratur (Sumosardjuno, 1992). Agar
kesegaran jasmani kita baik, maka kita tidak hanya melakukan latihan untuk
salah satu komponen saja, tetapi juga berlatih untuk memperbaiki semua
komponen.
4. Pengukuran Kebugaran
Skor atau tingkat kebugaran seseorang dapat diketahui melalui serangkaian
pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan komponen-komponen kebugaran
melalui tahapan dengan menggunakan peralatan tertentu (Permaesih, et.al, 2001
dalam Fatmah, 2011). Tes kebugaran merupakan indikator kuantitatif yang
menggambarkan sejauh mana kualitas fisik seseorang saat ini dan setelah
Cara penentuan tingkat kebugaran dipilih berdasarkan tujuan pengukuran,
jenis kemampuan yang akan diukur terutama yang berhubungan dengan jenis
pekerjaan yang biasa dilakukan (Moeloek,dkk, 1984). Gambaran tingkat
kebugaran seseorang dapat diperoleh melalui pengukuran pada komponen atau
interaksi antara komponen-komponen tersebut. Pengukuran kebugaran terbagi ke
dalam dua kategori berdasarkan metabolisme energi, yaitu pengukuran aerobik
dan pengukurn anaerobik (Rowland M.D, 1996).
a. Uji Kebugaran Aerobik
Aerobik adalah olahraga yang dilakukan secara terus menerus dimana
kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh, misalnya jogging, senam,
renang, bersepeda (Depkes, 2002). Kebugaran aerobik adalah kapasitas
maksimal untu menghirup, menyalurkan, dan menggunakan oksigen. Sebaiknya
diukur dalam tes laboratorium yang disebut maksimal pemasukan oksigen
(VO2max) (Sharkey, 2003).
Uji kebugaran aerobik menggunakan dua metode yaitu langsung dan
tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan pengukuran kapasitas
aerobik (VO2max) dapat dilakukan menggunakan alat Douglas Bag (dua kantung
udara yang disambung dengan selang pada mulut dan hidung dengan cara
dipanggul) selama melakukan aktivitas fisik.
Metode lain dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan
spirometer yang terkomputerisasi sehingga dinilai paling objektif. Uji kebugaran
dapat dilakukan dengan pemberian beban latihan fisik (seperti penggunaan
sistem metabolik yang terkomputerisasi. Alat tersebut dipasang pada mulut
individu yang diuji sehingga volume pertukaran gas serta detak jantung dapat
dimonitor (Rowland, M.D, 1996). Pengukuran VO2max dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu tes maksimal dan submaksimal. Pada tes maksimal, VO2max
diukur pada kondisi kelelahan maksimum selama melakukan beban latihan fisik
sehingga sistem kardiorespiratori memang benar-benar sedang mengalami
VO2max (menggunakan oksigen secara maksimal) (Rowland M.D, 1996).
Sementara itu, tes submaksimal VO2max dilakukan dengan pengukuran
saat sebelum mencapai kondisi kelelahan maksimum karena individu seperti
anak-anak atau lanjut usia akan menghentikan beban latihan fisik saat mereka
merasa lelah, walaupun belum pada kelelahan maksimal. Pengukuran VO2max
submaksimal dapat dilakukan dengan uji Åstrand-Rhyming Nomogram. Prosedur
ini menganggap bahwa ambilan oksigen dan detak jantung berhubungan linear
sehingga VO2max maksimal dapat diprediksi (Bucher, 1985). Namun, pengukuran
laboratorium VO2max relatif mahal, memakan waktu, memerlukan tenaga yang
terampil dan tidak praktis untuk tes massal (Rowland, M.D, 1996 dan Nieman,
1990 dalam Wijayanti, 1998).
Uji kebugaran dengan metode langsung akan menghasilkan jumlah yang
dinyatakan dalam satuan milliliter per menit (ml/menit) atau milliliter per
kilogram berat badan per menit (ml/ kgBB/ menit). Satuan VO2max dengan berat
badan (ml/kgBB/menit) memungkinkan untuk membandingkan VO2max dengan
memperhitungkan variasi ukuran tubuh dalam situasi lingkungan yang berbeda
Metode tidak langsung dilakukan dengan metode prediksi melalui detak
jantung (Astrad, 1977 dalam Fatmah, 2011). Pada individu yang bugar, detak
jantung atau denyut nadi lebih sedikit jumlahnya karena sistem kardiorespiratori
bekerja secara lebih efisien, yaitu setiap detak oksigen yang terpompa dalam
darah lebih banyak sehingga kebutuhan oksigen dapat langsung terpenuhi
(Aspaugh, 1997). Tujuan yang ingin dicapai dalam olahraga pada dasarnya
adalah kapasitas aerobik yang menunjukkan derajat kebugaran seseorang.
[image:42.612.139.529.176.517.2]Berikut jenis latihan fisik dan instrumen untuk menilai kebugaran:
Tabel 2.1
Jenis-Jenis Latihan Fisik
Jenis Latihan Fisik Instrumen
Tes lari 12 menit (Metode Cooper) Lintasan
Tes lari 2,4 km Lintssan
Tes dengan Ergocycle Sepeda Ergometer
Tes Naik Turun Bangku
- Havard Step Test (untuk laki-laki)
- Queen’s College step test
- YMCA (Young Men’s
Christian Association) 3- minute step test
- Bangku setinggi 20 inci (70 cm)
- Bangku setinggi 16.25 inci (57 cm)
- Bangku setinggi 12 inci (31 cm)
Sumber : Fatmah, 2011
Pengukuran kebugaran yang paling tepat dan sesuai untuk digunakan
pada jumlah sampel besar adalah pengukuran kebugaran aerobik dengn tes
naik-turun bangku (step test). Pengukuran ini berdasarkan pada denyut nadi saat atau
segera setelah melakukan latihan fisik berupa naik-turun bangku yang
Diantara ketiga macam tes naik-turun bangku, waktu paling singkat dan
perhitungan paling sederhana terdapat pada YMCA 3-minute (tes bangku 3 menit
YMCA) sehingga cocok untk tes yang dilakukan secara massal (Nieman,
2007).YMCA3-minute step test menggunakan bangku setinggi 12 inci (31 cm)
biasanya digunakan untuk tes massal selama 3 menit dan memiliki perhitungan
paling sederhana (Nieman, 2007). Pengukuran kebugaran dapat dilakukan
dengan perhitungan denyut nadi sesaat setelah tes dilakukan (Jones, 2010).
Recovery denyut nadi 5 menit setelah tes naik turun tangga 3 menit
YMCA merupakan salah satu indikator pengukuran kebugaran kardiopulmonari.
Semakin cepat denyut nadi kembali seperti sebelum tes, maka akan semakin
bugar seseorang tersebut (Chen, 2006 dalam Nanda, 2012). Penelitian yang
dilakukan oleh Yuan, Fu, Zhang, Li dan Sahan (2008) dalam Nanda (2012)
membuktikan bahwa tes naik turun bangku-3 menit YMCA ini merupakan
metode terbaik pengukuran kebugaran aerobik setelah dibandingkan dengan 40
cm step test dan squat-up down test karena memiliki reliabilitas tertinggi karena
digunakan untuk populasi yang besar.
Untuk menentukan tingkat kebugaran seseorang berdasarkan perhitungan
denyut nadi setelah melakukan tes bangku 3 menit YMCA dapat dilihat dalam
tabel 2.2 :
Tabel 2.2
Tingkat Kebugaran Berdasarkan Norma Tes Bangku 3 Menit YMCA
Usia
18-25 26-35 36-45 46-55 56-65 65+
Kategori Laki-laki
Usia
18-25 26-35 36-45 46-55 56-65 65+
Kategori
Baik 77-84 79-85 80-88 87-93 86-94 87-92
Diatas Rata-rata 88-93 88-94 92-98 95-101 97-100 94-102
Rata-rata 95-100 96-102 100-105 103-109 103-109 104-110
Dibawah
Rata-rata 102-107 104-110 108-113 111-117 111-117 114-118
Buruk 111-119 114-121 116-124 119-128 119-128 121-126
Sangat Buruk 124-157 126-161 130-163 131-154 131-154 130-151
Perempuan
Istimewa 52-81 58-80 51-84 63-91 60-92 70-92
Baik 85-93 85-92 89-96 92-101 97-103 96-101
Diatas Rata-rata 96-102 95-101 100-104 102-110 106-111 104-111
Rata-rata 104-110 104-110 107-112 111-118 113-118 116-121
Dibawah
Rata-rata 113-120 113-119 115-120 119-124 119-127 123-126
Buruk 122-131 122-129 124-132 123-132 129-135 128-133
Sangat Buruk 135-169 134-171 137-169 133-171 141-174 135-155
Sumber : Nieman, 2007
b. Tes Kebugaran Anaerobik
Anaerobik adalah olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi
seluruhnya oleh tubuh. Misalnya, lari sprint 100 m, tenis lapangan, bulutangkis.
Energi pada metabolisme anaerobik akan disalurkan pada jenis latihan yang berupa
ledakan otot dan memiliki intensitas tinggi. Oleh karena itu, pengukuran kebugaran
anaerobik mengarah pada komponen daya tahan dan kekuatan otot. Beberapa
prosedur telah dikembangkan untuk memprediksi tingkat kebugaran anaerobik,
yaitu Margaria stair-running test (tes berlari naik tangga Margaria) dan tes
anaerobik Wingate (Rowland M.D, 1996). Prinsip dasar dalam pelaksanaan tes ini
yaitu tes kebugaran ini harus dilaksanakan bertahap dan berkesinambungan.
Dalam penerapannya perlu dicermati siapa yang menjadi populasi yang akan
menjalani tes kebugaran jasmani. Bila populasi yang akan menjalani tes kebugaran
kapasitas tes cukup kapasits aerobik. Namun, untuk menyeleksi terhadap populasi
yang homogen maka dapat dilakukan pengukuran kapasitas aerobik dan anaerobik
(Giriwijoyo dkk, 2012).
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien dari pada non-aerobik, yang
menghasilkan 38 molekul adenosin triphospate (ATP) yaitu komponen yang
menggerakan kontraksi otot. Per molekul glukosa berbeda dengan 2 molekul jika
melalui jalan anaerobik (Sharkley, 2011).
Karena menghasilkan sedikit asam laktat, latihan aerobik relatif menyenangkan.
Dan hasil oksidasi lemak yang berlebih, persendian energi yang memadai untuk
dapat memperpanjang latihan. Latihan aerobik dapat dilakukan dari beberapa menit
hingga beberapa jam. Latihan aerobik dapat dilakukan dengan bersantai sambil
becengkerama pada aerobik tingkat menengah.
Sekitar tahun 2000 ini, skor kebugaran aerobik (VO2max) telah dipandang
sebagai cara mengukur kebugaran yang terbaik dan dipercayai memiliki hubungan
dengan kesehatan dan prestasi kerja serta olahraga (Sharkley, 2011).
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran
Tingkat kebugaran seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Genetik
Level kemampuan fisik seseorang dipengaruhi oleh gen yang ada dalam
tubuh. Genetik atau keturunan yaitu sifat-sifat spesifik yang ada dalam tubuh
seseorang sejak lahir. Sifat genetik mempengaruhi perbedaan dalam ledakan
fleksibilitas dan keseimbangan setiap orang (Montgomery, 2001 dalam Fatmah,
2011).
Penelitian oleh Malina dan Bouchard (1991) menentukan bahwa
hereditas mempengaruhi 25-40% perbedaan nilai VO2max. Kemudian Sundet,
Magnus, dan Tambs (1994) berpendapat bahwa lebih dari setengah perbedaan
kekuatan maksimal aerobik dikarenakan oleh perbedaan genotype, dengan faktor
lingkungan (nutrisi, latihan) sebagai penyebab lainnya. Orang tua mewariskan
faktor yang dapat memberikan kontribusi pada kebugaran aerobik, termasuk
kapasitas maksimal sistem respiratori dan kardoivaskular, jantung, sel darah
merah dan hemoglobin serta persentase serat otot. Penemuan terbaru
menunjukkan bahwa kapasitas otot untuk merespon latihan juga merupakan
keturunan. Faktor keturunan lainnya seperti fisik dan komposisi tubuh juga
mempengaruhi kebugaran dan potensi performa yang tinggi (Sharkley, 2011).
Faktor ras juga mempengaruhi tingkat kebugaran seseorang, khususnya
dari segi kebugaran aerobik. Hasil suatu penelitian yang dilakukan pada 35
wanita kulit hitam dan kulit putih menyatakan bahwa kebugaran aerobik pada
wanita kulit hitam lebih rendah dibandingkan dengan kelompok wanita kulit
putih (Hunter, 2000 dalam Fatmah, 2011).
2. Jenis Kelamin
Perbedaan kebugaran antara laki-laki dan perempuan berkaitan dengan
kekuatan maksimal otot yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh,
komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, hormon, kapasitas
sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas kebugaran pada laki-laki dan
perempuan biasanya semakin berbeda, terutama yang berhubungan dengan daya
tahan kardiorespiratori, yaitu kapasitas aoerobik pada perempuan lebih rendah
15-25 persen dibandingkan dengan laki-laki (Sharkley, 2011). Hal ini
dikarenakan perempuan memiliki jaringan lemak lebih banyak, adanya
perbedaan hormon testosteron dan esterogen, dan kadar hemoglobin yang lebih
rendah.
3. Umur
Daya tahan kardiorespiratori akan semakin menurun sejalan dengan
bertambahnya umur. Namun penurunan ini dapat berkurang, bila seseorang
berolahraga teratur sejak dini (Moeloek, 1984). Kebugaran meningkat sampai
mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan
kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% pertahun, tetapi
bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya (Depkes,
2002).
Berdasarkan penelitian kepada seseorang yang memulai berlatih aerobik
pada usia 30 tahun memiliki nilai VO2max sebelumnya 46 ml/kg.min sebelumnya
menjadi 54 ml/kg.min, beberapa bulan kemudian mengalami penurunan karena
tidak meneruskan latihan. Di usia 60 tahun, ia memiliki waktu untuk melakukan
aktivitas dan tes kebugarannya menujukan nilai 52 ml/kg.min artinya walaupun
kemampuan latihan dapat menurun seiring dengan usia, ahli gerontologi
olahraga, Dr. Herb de Vries telah menunjukkan bahwa kebugaran dapat
4. Status Kesehatan
Status kesehatanmerupakan salah satu determinan atau faktor penentu dari
kebugaran kardiovaskuler (daya tahan kardiovaskuler) (Malina dan Bouchard,
1989 dalam Haskell dan kiernan, 2000). Kemampuan untuk menjalani aktivitas
fisik yang lebih berat dari biasanya dapat diketahui dengan menggambarkan
status kesehatan seseorang. Hal tersebut juga diperlukan sebelum melakukan tes
kebugaran sehingga status kesehatan responden dapat dikontrol.
Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengetahui status
kesehatan adalah kuesioner Par-Q (Physical Activity Readiness Questionnaire).
Kuesioner tersebut melihat status kesehatan melalui enam pertanyaan yang
meliputi kondisi jantung berdasarkan keterangan dokter, ada atau tidaknya nyeri
dada saat beraktivitas dan tidak beraktivitas, rasa pusing atau pengalaman
kehilangan kesadaran, masalah tulang dan sendi, obat tekanan darah atau jantung
yang sedang dikonsumsi serta alasan lain yang berhubungan dengan kesehatan
(Health Canada, 1998).
5. Kebiasaan Konsumsi Rokok dan Alkohol
Kebiasaan merokok terutama berpengaruh pada daya tahan kardiovaskuler.
Pada asap termbakau terdapat 4% karbonminoksida (CO). Daya ikat (afinitas)
CO pada hemoglobin sebesar 200-300 kali lebih kuat dari oksigen. Hal ini berarti
CO lebih cepat mengikat hemoglobin daripada oksigen. Hemoglobin berfungsi
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, dengan adanya ikatan CO pada
hemoglobin maka akan menghambat pengangkutan oksigen kejaringan tubuh
Karbondioksida dari rokok mengurangi suplai oksigen dari darah ke jaringan
dan sel tubuh. Nikotin dapat mempersempit pembuluh darah dan mengahalangi
peredaran darah. Alkohol juga dapat memberikan akibat yang merugikan kepada
kesanggupan jantung dalam memberikan sambutan kepada olahraga (Kuntaraf,
1992).
Seperti faktor risiko penyakit kardiovaskuler, merokok menjadi salah satu
yang berhubungan dengan kejadian jantung koroner. Perokok dengan konsumsi
rendah kandungan tar, nikotin, memiliki risiko lebih kecil dibandingkan dengan
perokok yang mengonsumsi lebih banyak zat berbahaya tersebut. Tetapi itu
semua berbahaya dan dapat berisiko terhadap kematian. (Bucher, 1985).
6. Aktivitas Fisik
Kegiatan fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani,
latihan fisik yang bersifat aerobik dilakukan secara teratur akan mempengaruhi
atau meningkatkan daya tahan kardiovaskular dan dapat mengurangi lemak tubuh
(Depkes, 1994 dalam Fatmah, 2011). Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh
akibat aktivitas otot-otot skelet yang mengakibatkan pengeluaran energi. Latihan
fisik adalah aktivitas fisik yang terencana, terstruktur dilakukan berulang-ulang
dan bertujuan untuk memperbaiki dan mempertahankan kebugaran. Latihan fisik
merupakan bagian dari aktivitas fisik, sedangkan olahraga adalah aktivitas fisik
yang mempergunakan otot-otot besar yang bersifat baik kompetitif maupun non
kompetitif. Aktivitas fisik merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi
tingkat kebugaran seseorang. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa latihan
ditandai dengan penurunan kapasitas aerobik dan kekuatan otot yang akan
menurunkan tingkat kebugaran (Astrad, 1992).
Para ahli epidemiologi membagi aktivitas fisik ke dalam dua kategori, yaitu
aktivitas fisik terstruktur (kegiatan olahraga) dan aktivitas fisik tidak terstruktur
(kegiatan sehari-hari seperti berjalan, bersepeda dan berkerja) (Williams, 2002).
Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat mengurangi risiko terhadap
penyakit seperti cardiovakuler disease (CDV), stroke, diabetes mellitus dan
kanker kolon. Selain itu juga memberikan efek positif terhadap penyakit seperti
kanker payudara, hipertensi, osteoporosis, dan risiko jantung, kelebihan berat
badan, kondisi muskuloskletal, gangguan mental dan psikologikal dan
mengontrol perilaku yang berisiko seperti merokok, alkohol, serta juga dapat
meningkatkan produktivitas dalam bekerja (WHO, 2008 dalam Fatmah, 2011).
Aktivitas fisik rutin dapat memberikan dampak positif bagi kebugaran
seseorang, di antaranya yaitu (Astrad, 1992) :
1) Peningkatan kemampuan pemakaian oksigen dan curah jantung.
2) Penurunan detak jantung, penurunan tekanan darah, peningkatan efisiensi
kerja otot jantung.
3) Mencegah mortalitas dan morbiditas akibat gangguan jantung.
4) Peningkatan ketahanan saat melakukan latihan fisik.
5) Peningkatan metabolisme tubuh (berkaitan dengan gizi tubuh).
6) Meningkatkan kemampuan otot.
Kebiasaan olahraga didefinisikan sebagai suatu kegiatan fisik menurut cara
dan aturan tertentu dengan tujuan meningkatkan efisiensi fungsi tubuh yang hasilnya
adalah meningkatkan kesegaran jasmani. Sedangkan kualitas olahraga adalah
penilaian terhadap aktivitas olahraga berdasarkan frekuensi dan lamanya berolahraga
setiap kegiatan dalam seminggu. Olahraga dapat meningkatkan kebugaran apabila
memenuhi syarat-syarat berikut (Depkes, 1994 dalam Fatmah 2011):
a. Intensitas latihan
Makin besar intensitas latihan, makin besar pula efek latihan tersebut.
Intensitas kesegaran jasmani sebaiknya antara 60-80% dari kapasitas aerobik
yang maksimal. Intensitas latihan yang dianjurkan untuk berolahraga kesehatan
adalah antara 72% dan 78% dari denyut nadi maksimal.
b. Lamanya latihan
Jika kita menghendaki hasil latihan yang baik, berarti cukup
bermanfaatkan bagi kesegaran jantung dan tidak berbahaya, maka harus berlatih
sampai mencapai training zone yaitu selama 15-25 menit.
c. Frekuensi latihan
Frekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas dan lamanya
latihan. Olahraga dilakukan secara teratur setiap hari atau 3 kali seminggu
minimal 30 menit setiap berolahraga.
d. Cara Pengukuran Aktivitas Fisik
Pengukuran aktivitas fisik tergolong kompleks dan tidak mudah.
Berbagai pendekatan telah dikembangkan diantaranya adalah klasifikasi
fisiologi (detak jantung) serta penggunaan k