• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Usia Status Gizi Latihan Fisik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Usia Status Gizi Latihan Fisik"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

HUBUNGAN USIA, STATUS GIZI, LATIHAN FISIK, ASUPAN ZAT GIZI MIKRO (KALSIUM, ZAT BESI, VITAMIN C) DENGAN STATUS KEBUGARAN KARYAWAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PROF. DR. HAMKA LIMAU JAKARTA TAHUN 2014.

OLEH : SITI SORAYA NIM: 1005025036

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI GIZI

(2)

ABSTRAK

HUBUNGAN USIA, STATUS GIZI, LATIHAN FISIK, ASUPAN ZAT GIZI MIKRO (KALSIUM, ZAT BESI, VITAMIN C) DENGAN STATUS

KEBUGARAN KARYAWAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA LIMAU JAKARTA TAHUN 2014.

Oleh Siti Soraya, dibawah bimbingan Ahmad Faridi, SP., MKM Xiii + 99 halaman, 42 tabel, 2 gambar, 2 lampiran.

Tingkat kebugaran pada pekerja merupakan faktor penting dalam mendukung produktifitas kerja yang optimal dan terhindar dari berbagai resiko penyakit terkait gaya hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kebugaran pada pekerja. Desain penelitian ini menggunakan studi cross-sectional pada 55 karyawan tetap yang bekerja di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau, Jakarta Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan tetap dan menggunakan criteria inklusi dan eksklusi. Uji statistic yang digunakan adalah uji korelasi pearson, berdasarkan hasil uji korelasi pearson status gizi berhubungan sedang dan terdapat korelasi yang bermakna dengan status kebugaran (r = 0.382, P value = 0.004) dan latihan fisik berhubungan sedang dan terdapat korelasi yang bermakna dengan status kebugaran (r = 0.320, P value = 0.017). Sedangkan usia (r = 0.004, P value = 0.979) dan asupan zat gizi mikro kalsium (r = -0.171, P value = 0.212), zat besi (r = -0.034, P value = 0.805), vitamin C (r = -0.218, P value = 0.109) berdasarkan hasil uji korelasi pearson usia dan asupan zat gizi mikro (kalsium, zat besi, vitamin c) tidak terdapat kekuatan korelasi yang bermakna dan tidak berhubungan. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan status kebugaran yaitu status gizi dan latihan fisik. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar kelompok pekerja/karyawan dapat meningkatkan aktivitas fisik secara rutin dan menyeimbangkan asupan zat gizi sesuai dengan pedoman gizi seimbang.

(3)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA HUBUNGAN USIA, STATUS GIZI, LATIHAN FISIK, ASUPAN ZAT GIZI

MIKRO (KALSIUM, ZAT BESI, VITAMIN C) DENGAN STATUS KEBUGARAN KARYAWAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PROF. DR. HAMKA LIMAU JAKARTA TAHUN 2014.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA GIZI

OLEH : SITI SORAYA NIM: 1005025036

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI GIZI

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Soraya

NIM : 1005025036

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Juli 1992

Alamat : Komp. Permata Pamulang Blok C 30 No 89,

Serpong Tangerang selatan 15315

Email : tyasoray@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

1998 – 2004 : SDN Pamulang IV

2004 – 2007 : SLTPN 2 Pamulang

2007 – 2010 : SMAN 6 Tangerang Selatan

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah swt, karena atas rahmat dan hidayahnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Hubungan Usia, Status Gizi, Latihan Fisik, Asupan Zat Gizi Mikro (Kalsium, Zat Besi, Vitamin C) dengan Status Kebugaran Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta Tahun 2014”. Terimakasih khususnya kepada Bapak Ahmad Faridi, SP., M.KM sebagai Dosen Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis. Dan tidak lupa ucapan terimakasih kepada Ibu Ragil Marini, SKM sebagai Dosen Pendamping yang telah memberikan bimbingan serta pengarahannya kepada penulis. Dan Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S-1) pada Program Studi Gizi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Ahmad Faridi, SP., M.KM yang telah bersedia menjadi Dosen Pembimbing Utama dan telah memberikan saran serta pengarahannya kepada penulis. 2. Ragil Marini, SKM sebagai Dosen Pendamping yang telah memberikan

bimbingan serta pengarahannya kepada penulis.

3. Rita Ramayulis, DCN., M.Kes dan Ningti Budiarti Ali, MCN sebagai penguji skripsi yang telah memberikan bimbingan dan sarannya kepada penulis dengan begitu sabar.

4. Defrizal Siregar, S.Or. sebagai Dosen Fisiologi Olahraga yang telah meluangkan waktunya untuk dapat membimbing dan memberikan begitu banyak saran dalam penelitian ini.

(8)

6. Tiga orang Mahasiswa Semester Akhir UNJ yang telah membantu penelitian kebugaran ini.

7. Kedua Orangtua saya, Ayah Machmud Romli dan Ibu Rosmaliana yang telah melimpahkan kasih sayang serta bimbingannya tanpa henti.

8. Terimakasih untuk dukungan dari Tante Lastri yang sudah memberikan motivasi, dan doa yang tiada henti.

9. Kaka saya Ratna Maidah, SKM, dan Kedua adik saya Rizka Nurmala dan Ikhsanul Muttaqien yang tiada henti-hentinya memberikan semangat serta motivasi dalam penyusunan proposal skripsi ini.

10.Teman-teman Gizi Angkatan 2010 (Lusiah Isni, Ka Muflihah, Amelia, Amarilis, Anisa Wulandari, Astiani Aisyah, Norma Rukpianti yang telah membantu pada saat penelitian ini berlangsung dengan lancar dan senantiasa memberikan supportnya)

11.Dua orang sahabat saya Adinda Rachmawati dan Zaniar Rachmi Nuzulah, SE yang begitu banyak memberikan support dan doa.

Jakarta, 2014

(9)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ... ii

ABSTRAK ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebugaran ... 7

2.1.1 Pengertian Kebugaran ... 7

2.1.2 Klasifikasi Kebugaran ... 7

2.1.3 Komponen Kebugaran ... 9

2.1.4 Pengukuran Kebugaran ... 18

2.1.5 Faktor-Faktor Kebugaran ... 21

2.1.6 Pemantauan dan Evaluasi Latihan Fisik Terprogram ... 36

2.1.7 Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Kebugaran ... 37

(10)

2.2 Karyawan ... 41

2.2.1 Pengertian Karyawan ... 41

2.2.2 Kinerja Karyawan ... 41

2.3 Penyuluhan Gizi ... 42

2.3.1 Peran Gizi terhadap Kesehatan dan Kebugaran ... 42

2.3.2 Peranan Zat-Zat Gizi untuk Pencapaian Kebugaran ... 44

2.3.3 Gizi Pekerja ... 46

2.4 Kerangka Teori... 52

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep ... 53

3.2 Definisi Operasional... 54

3.3 Hipotesis ... 56

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 57

4.2 Waktu dan Tempat ... 57

4.3 Populasi dan Sampel ... 57

4.4 Pengukuran dan Pengamatan Variabel... 58

4.4.1 Teknik Pengumpulan Data ... 58

4.4.2 Teknik Analisis Data ... 60

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 64

5.1.1 Sejarah ... 64

5.1.2 Kegiatan Olahraga Penunjang ... 66

5.2 Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 66

5.3 Analisis Univariat... 70

(11)

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian ... 81

6.1.1 Keterbatasan Responden Penelitian ... 81

6.2 Pembahasan Univariat ... 81

6.2.1 Usia ... 81

6.2.2 Status Gizi ... 82

6.2.3 Latihan Fisik ... 82

6.2.4 Asupan Zat Gizi Mikro ... 83

6.2.5 Status Kebugaran ... 84

6.3 Pembahasan Bivariat ... 85

6.3.1 Hubungan Usia dengan Status Kebugaran ... 85

6.3.2 Hubungan Status Gizi dengan Status Kebugaran ... 86

6.3.3 Hubungan Latihan Fisik dengan Status Kebugaran ... 87

6.3.4 Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro dengan Status Kebugaran ... 89

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 93

7.2 Saran ... 93

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Lingkar Pinggang ... 12

Tabel 2.2 Norma Bleep Test Laki-Laki ... 13

Tabel 2.3 Norma Bleep Test Perempuan ... 14

Tabel 2.4 Klasifikasi Fleksibilitas untuk Laki-Laki ... 14

Tabel 2.5 Klasifikasi Fleksibilitas untuk Perempuan ... 14

Tabel 2.6 Norma Penilaian dan Klasifikasi Back Strength ... 15

Tabel 2.7 Norma Penilaian dan Klasifikasi Leg Strength ... 16

Tabel 2.8 Norma Penilaian dan Klasifikasi Hand Grip Laki-laki ... 16

Tabel 2.9 Norma Penilaian dan Klasifikasi Hand Grip Perempuan... 16

Tabel 2.10 Norma Penilaian dan Klasifikasi Push Strength ... 17

Tabel 2.11 Norma Penilaian dan Klasifikasi Pull Strength... 17

Tabel 2.12 Norma Pengukuran ... 17

Tabel 2.13 Norma Tes Kebugaran ... 18

Tabel 2.14 Status Gizi Depkes RI ... 25

Tabel 2.15 Tingkat Aktivitas Fisik ... 34

Tabel 2.16 Pengelompokan Jenis Pekerjaan Berdasarkan Energi ... 47

Tabel 2.17 Kriteria Pengelompokan Jenis Pekerjaan ... 48

Tabel 2.18 Kebutuhan Energi Per-orang ... 49

Tabel 3.2 Definisi Operasional ... 54

Tabel 5.1 Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin ... 66

Tabel 5.2 Distribusi Responden menurut Kebiasaan Olahraga ... 67

Tabel 5.3 Distribusi Responden menurut Frekuensi Berolahraga ... 67

Tabel 5.4 Distribusi Responden menurut Durasi Berolahraga ... 68

Tabel 5.5 Distribusi Responden menurut Waktu Berolahraga ... 68

Tabel 5.6 Distribusi Responden menurut Jenis Olahraga ... 69

(13)

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Usia ... 70

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Status Gizi ... 70

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Latihan Fisik ... 71

Tabel 5.11 Deskripsi Asupan Zat Gizi Mikro ... 72

Tabel 5.12 Deskripsi Asupan Kalsium... 72

Tabel 5.13 Deskripsi Asupan Zat Besi ... 73

Tabel 5.14 Deskripsi Asupan Vitamin C ... 73

Tabel 5.15 Deskripsi Status Kebugaran ... 74

Tabel 5.16 Rekapitulasi Hasil Analisis Univariat ... 75

Tabel 5.17 Hubungan Usia dengan Status Kebugaran ... 76

Tabel 5.18 Hubungan Status Gizi dengan Status Kebugaran ... 77

Tabel 5.19 Hubungan Latihan Fisik dengan Status Kebugaran ... 77

Tabel 5.20 Hubungan Kalsium dengan Status Kebugaran... 78

Tabel 5.21 Hubungan Zat Besi dengan Status Kebugaran ... 79

Tabel 5.22 Hubungan Vitamin C dengan Status Kebugaran ... 79

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner, FFQ Semi Kuantitatif dan Formulir Tes Kebugaran Lampiran 2 : Surat Pemberian Izin Penelitian

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data World Ecomic Forum (WEF) tahun 2012, Indonesia termasuk kedalam klasifikasi menengah ke bawah dalam hal pendapatan per kapita. Dalam klasifikasi ini pun Indonesia masih berada di tingkatan yang rendah. Hasil ini masih dibawah Negara-negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia yang sudah masuk dalam klasifikasi menengah keatas. Pendapatan per kapita yang rendah tersebut dapat berdampak pada derajat kesehatan penduduk yang kurang baik.

Kebugaran adalah kapasitas tubuh secara umum dalam menghadapi kerja fisik baik dalam posisi bergerak maupun duduk dengan aman, efektif, dan masih dapat memenuhi fungsinya dalam keluarga maupun masyarakat serta menikmati kegiatan pilihannya tanpa mengalami kelelahan (Siregar. 2010).

(17)
(18)

jasmani baik dan sebanyak 40 orang (41,2 %) memiliki kebugaran yang sangat baik. Penelitian yang dilakukan oleh Valentino Ompusunggu (2012) menyatakan bahwa tingkat kebugaran jasmani sangat kurang dinyatakan dengan indeks 39,975.

Universitas Muhamadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) merupakan salah satu perguruan tinggi swasta milik Persyarikatan Muhammadiyah yang berbasis di Jakarta. Perguruan berakidah UHAMKA adalah Islam yang di dasarkan pada Al-Quran dan As-Sunnah dan berasaskan Pancasila dan UUD 1945. Uhamka adalah perubahan bentuk dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah Jakarta dengan nama awal Sekolah Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). Saat ini Jumlah karyawan Tetap yang bekerja di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta yaitu sebanyak 105 orang karyawan.

(19)

1.2Perumusan Masalah

Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas yang baik pula, sehingga produktivitas pada akhirnya akan mempengaruhi kemajuan suatu perusahaan. Program kebugaran Jasmani yang dilakukan di perusahaan-perusahan sangat jarang sekali padahal pada kenyataannya program kebugaran jasmani akan meningkatkan status kebugaran, menambah rasa percaya diri, membentuk jiwa sportif, mengajarkan sikap sabar, gembira, dan melatih konsentrasi. Salah satu yang menyebabkan program kebugaran jasmani di perusahaan tidak terbentuk yaitu karena adanya beberapa mitos yang terjadi diperusahaan berkaitan dengan masalah kebugaran itu sendiri dan sebagian karyawan memiliki tingkat intensitas waktu bekerja yang padat namun tidak banyak aktivitas fisik yang mereka lakukan saat bekerja sehingga prevalensi ketidakbugaran cukup tinggi pada karyawan seperti pada penelitian kebugaran jasmani Kementerian Kesehatan RI tahun 2011 yang diikuti 524 orang karyawan ternyata tingkat kebugaran jasmani yang kurang dan kurang sekali 59%, cukup 40%, baik 1 % Hal ini pula yang melatari mengapa penelitian di lakukan di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau.

Bagaimana faktor-faktor yang berhubungan dengan status kebugaran terhadap kerja karyawan belum banyak diketahui. Oleh karena itu, perlu untuk melakukan penelitian tentang status kebugaran karyawan.

1.3Tujuan

1. Tujuan Umum

(20)

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya Karakteristik (Usia) Karyawan Universitas Muhammadiah Prof Dr. Hamka Limau Jakarta Selatan.

b. Diketahuinya Karakteristik Status Gizi Karyawan Universitas Muhammadiah Prof Dr. Hamka Limau Jakarta Selatan.

c. Diketahuinya Latihan Fisik Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta Selatan.

d. Diketahuinya Asupan Zat Gizi Mikro (kalsium, zat besi, vitamin C) Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta Selatan

e. Diketahuinya Status Kebugaran Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof Dr. Hamka Limau Jakarta Selatan.

f. Menganalisis Hubungan Usia Terhadap Status Kebugaran. g. Menganalisis Hubungan Status Gizi Terhadap Status Kebugaran h. Menganalisis Hubungan Latihan Fisik Terhadap Status Kebugaran. i. Menganalisis Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro (kalsium, zat besi,

vitamin c) Terhadap Status Kebugaran.

1.4Manfaat

1. Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Memberikan informasi kepada karyawan tentang cara meningkatkan kebugaran jasmani sehingga dapat memaksimalkan produktivitas kerja.

2. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

(21)

3. Peneliti

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebugaran

2.1.1 Pengertian Kebugaran

Istilah kebugaran jasmani meliputi kemampuan untuk dapat melakukan kegiatan atas pekerjaan sehari-hari dan adaptasi terhadap pembebanan fisik tanpa menimbulkan kelelahan berlebihan dan masih memiliki cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggang maupun pekerjaan yang mendadak serta bebas dari berbagai macam penyakit (Permaesih Y, Moeloek D, Herman S, 2001).

Kebugaran merupakan salah satu indicator dalam menentukan derajat kesehatan seseorang. Dengan memiliki fisik sehat dan bugar maka seseorang dapat menjalankan aktivitas harian secara optimal. Kebugaran yang terdiri dari daya tahan kardiorespiratori dan kekuatan tubuh bagian atas merupakan unsur penting dalam melakukan aktivitas fisik, olahraga, dan latihan. Kebugaran dapat disebut juga sebagai kesegaran jasmani. Kebugaran atau kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan mudah, tanpa merasa lelah yang berlebihan, dan masih memiliki sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan yang mendadak (Sumosardjuno, 1990).

2.1.2 Klasifikasi Kebugaran

(23)

ahli profesi kesehatan. Komponen kebugaran dikelompokkan menjadi dua kategori. Secara umum, dua kategori tersebut adalah kebugaran berhubungan dengan kesehatan dan kebugaran berhubungan dengan olahraga/keterampilan (Williams, 2002). Berikut adalah pembahasan dari masing-masing kategori tersebut :

2.1.2.1 Kebugaran yang Berhubungan dengan Kesehatan

Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan (health-related fitness) didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan aktivitas harian yang membutuhkan energy serta kualitas dan kapasitas yang diasosiasikan dengan rendahnya resiko munculnya resiko penyakit hipokinetik dini yaitu penyakit yang berhubungan dengan aktivitas fisik. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, status kesehatan kita dipengaruhi kuat oleh hereditas, pola hidup sehat, aktivitas fisik yang cukup dan kualitas diet yang baik. Aktivitas fisik yang sesuai akan meningkatan status kesehatan manusia dengan cara mencegah kelebihan berat badan dan juga diperkuat dengan segi lain dari kebugaran yag berhubungan dengan kesehatan. Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan di dalamnya tidak hanya termasuk berat dan komposisi tubuh yang sehat, akan tetapi juga daya tahan kardiorespiratori, daya tahan otot yang cukup, dan fleksibilitas atau kelentukan yang memadai.

2.1.2.2 Kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan

Kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan atau skill-related fitness adalah kebugaran yang penting untuk melakukan gerakan-gerakan fisik dalam aktivitas atletik atau olahraga. Skill-related fitness yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup secara umum dengan meningkatkan kemampuan seseorang untuk menghadapi kondisi-kondisi darurat yang terkadang membutuhkan ketangkasan. Namun kategori tersebut lebih banyak berperan pada keompok atlet dibandingkan masyarakat pada umumnya sehingga penggunaannya terbatas.

(24)

2.1.3 Komponen Kebugaran

Komponen kebugaran seringkali disebutkan dalam dua bagian, yaitu berhubungan dengan kesehatan dan yang lain berhubungan dengan keterampilan. Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan digambarkan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan kekuatan dan berhubungan dengan rendahnya resiko terhadap penyakit degenerative. Daya tahan kardiorespiratori, kebugaran musculoskeletal (kekuatan dan daya tahan otot, fleksibilitas), dan komposisi tubuh yang optimal diukur sebagai komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan. Kebugaran yang berhubungan dengan tampilan di sisi lain memiliki nilai lebih yaitu ketangkasan, keseimangan, koordinasi, kecepatan, kekuatan, dan daya ledak serta memiliki sedikit hubungan terhadap kesehatan dan pencegahan penyakit. Individu yang menggunakan aktifitas fisik regular untuk meningkatan daya tahan kardiorespiratori, kebugaran musculoskeletal dan tingkat lemak tubuh yang optimal dapat memperbaiki tingkat energy dasar mereka dan menempatkn mereka pada resiko terhadap penyakit jantung, kanker, diabetes mellitus, osteoporosis, dan penyakit kronis lainnya. Individu yang bugar fisiknya dapat mengerjakan pekerjaan sehari-hari (misalnya, membawa bahan makanan, menaiki tangga, dan berkebun) dengan sedikit kelelahan dan menyisakan energy untuk latihan di waktu luang. Kebugaran adalah kebalikan dari kelelahan , dari usaha yang luar biasa, dimana dibutuhkan energy dalam memasuki aktivitas kehidupan yang penuh semangat dan untuk menghindari kelelahan yang tidak diharapkan saat melakukn aktivitas fisik (Nieman, 2001). Berikut akan dibahas setiap komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, sebagai berikut:

a. Daya Tahan Kardiorespiratori

(25)

tahan kardiorespiratori mencapai 50-86%. Dan daya tahan kardiorespiratori adalah kemampuan jantung, paru-paru dan pembuluh darah untuk menyuplai oksigen ke dalam sel-sel sehingga memenuhi kebutuhan untuk memperpanjang aktivitas fisik. Memiliki daya tahan kardiorespiratori yang baik adalah dengan memberikan contoh seperti kemampuan dalam berlari, bersepeda atau berenang dalam periode waktu yang lama. Ketika sebagian besar massa otot dari tubuh terlibat dalam aktivitas fisik yang berirama dan terus menerus, system sirkulasi, dan respiratori meningkatkan system kerjanya untuk menyediakan suplai oksigen yang cukup untuk menyediakan bahan bakar dalam rangka penyediaan energy untuk kerja otot.

Daya tahan kardiorespiratori ditentukan oleh kekuatan aerobik maksimal (V02max) yang didefinisikan sebagai rata-rata tertinggi oksigen yang dapat dihasilkan selama latihan dan diperlihatkan dalam jumlah milliliter oksigen yang dionsumsi per kilogram berat badan per menit. Perbedaan VO2max

antar individu diturunkan oleh kerja tiga system dalam tubuh, yaitu : respirasi eksternal (fungsi paru-paru), transport udara system kardiovakuler seperti jantung, pembuluh darah dan darah, respirasi internal (penggunaan oksigen oleh sel tubuh untuk memproduksi energi).

b. Komposisi Tubuh

(26)

adalah berat badan yang diukur dalam satuan kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat yang menggambarkan proporsi berat badan terhadap tinggi badan (Depkes, 2012).

Berat badan terbagi menjadi lemak dan massa lemak, massa bebas lemak terdiri dari otot, tulang, dan air. Persen lemak tubuh merupakan persentasi dari total berat badan merepreentasikan berat lemak yang juga lebih sering digunakan untuk mengevaluasi komposisi tubuh seseorang (Nieman, 2001).

c. Kekuatan dan Daya Tahan Otot

Kekuatan otot adalah kapasitas otot untuk mengatasi suatu beban. Sementara itu, daya tahan otot berkaitan dengan kemampuan dalam menghasilkan kekuatan dan kemampuan utuk mempertahankannya selama mungkin. Perkembangan dari kekuatan dan daya tahan otot mempunyai beberapa keuntungan terkait kesehatan, termasuk peningkatan kepadatan tulang, ukuran otot, dan kekuatan jaringan penghubung serta peningkatan harga diri. Diantara usis 30 hingga 70 tahun ukuran dan kekuatan otot menurun rata-rata 30%, dan mengakibatkan aktivitas yang kurang. Hal ini juga berkontribusi pada keadaan yang melemahkan di masa tua. Pada orang-orang tua yang melakukan latihan berat bisa mendapatkan kembali porsi kekuatan mereka yang hilang, memungkinkan mereka untuk kembali beraktivitas sehari-hari dengan lebih baik.

Kekuatan otot dapat didefinisikan sebagai tenaga atau tegangan otot untuk melakukan kerja yang berulang-ulang melawan tahanan dalam suatu usaha yang maksimal (Battinelli T, 2000). Kebugaran jasmani seseorang berbanding lurus dengan kekuatan dan ketahanan otot , oleh karena itu kekuatan otot dapat dimaksimalkan dengan memberikan latihan fisik yang sesuai dengan aturan olahraga (Afriwardi. 2002).

d. Kelentukan

(27)

memutar tubuhnya. Beberapa orang tidak memiliki kelentukan yang baik dikarenakan jaringannya “goyah” di sekitar area sendi, dan selama itu pula mereka terlihat kaku dan terbatas ruang geraknya. Kelentukan berhubungan dengan umur dan aktivitas fisik. Kelentukan akan berkurang seiring meningkatnya umur yang lebih dikarenakan kurang aktif dalam bergerak dibandingkan proses penuaan. Kelentukan memiliki banyak keuntungan dalam hal kesehatan, diantaranya pergerakan yang baik, meningkatkan resistensi cedera dan rasa sakit pada otot, mengurangi resiko sakit pinggang, meningkatkan postur tubuh, tubuh bergerak lebih gemulai, meningkatkan penampilan pribadi, perkembangan keterampilan berolahraga dan mengurangi tekanan darah dan stress (Nieman, 2001). Metode pengukuran kebugaran jasmani dilakukan dan dipilih sesuai dengan komponen kebugaran jasmani yang akan ditingkatkan untuk mendukung peningkatan kinerja bagi tenaga kerja. Setiap jenis pekerjaan membutuhkan komponen yang spesifik sesuai dengan posisi atau gerak yang dilakukan selama bekerja. Beberapa metode pemeriksaan komponen kebugaran jasmani bagi pekerja yang dapat dilakukan dengan fasilitas yang minimal adalah:

1. Komposisi Tubuh

a. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Pengukuran IMT dilakukan untuk mengetahui proporsi berat badan terhadap tinggi badan.

b. Lingkar Pinggang

Pengukuran lingkar pinggang dilakukan untuk mengetahui faktor risiko terhadap Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti penyakit jantung-pembuluh darah, DM tipe 2, Dislipidemia, Hipertensi.

Tabel 2.1 Klasifikasi Lingkar Pinggang

Klasifikasi Laki-Laki Wanita

Beresiko ≥ 90 cm ≥ 80 cm

(28)

2. Daya Tahan Jantung-Paru

Banyak metode pengukuran daya tahan jantung paru yang dapat dilakukan dilapangan. Salah satu pengukuran daya tahan jantung paru yaitu Bleep Test, tes ini dilakukan untuk mengukur kapasitas aerobic/kebugaran dan ketahanan kardiovaskuler. Tes ini meliputi berlari terus menerus diantara dua garis yang berjarak 20 m selama terdengar suara beep yang sudah direkam sebelumnya. Itulah sebabnya test ini disebut dengan bleep test. Kecepatan pada start sangat lambat, sesudah sekitar satu menit kecepatan suara beep akan terus bertambah dan tenggang suara beep menjadi lebih cepat. Tes ini dihentikan bila responden gagal mencapai garis (kurang dari dua meter) pada saat membalikan lari 2 kali berturut turut. Waktu antara beep memendek setiap menit (Level). Kelebihan dari bleep test yaitu, pada kelompok besar dapat melakukan test ini sekaligus sehingga biaya yang digunakan minimal. Selain itu, test ini juga merupakan upaya maksimal dari kapasitas daya tahan tubuh. Kelebihan bleep test juga merupakan tes untuk energy aerobic, sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh seseorang. Dan kelemahan pada tes ini yaitu, praktek dan tingkat motivasi dapat mempengaruhi nilai yang dicapai dan skor dapat subyektif. Tes ini sering dilakukan di luar ruangan, sehingga kondisi lingkungan dapat mempengaruhi hasil.

Tabel 2.2 Norma Bleep Test Laki-laki Age Excellent Above

Average

Average Below Average

Poor

14-16 L12 S7 L11 S2 L8 S9 L7 S1 <L6 S6

17-20 L12 S12 L11 S6 L9 S2 L7 S6 <L7 S3

21-30 L12 S12 L11 S7 L9 S3 L7 S8 <L7 S5

31-40 L11 S7 L11 S4 L6 S10 L6 S7 <L6 S4

(29)

Tabel 2.3 Norma Bleep Test Perempuan Age Excellent Above

Average

Average Below Average

Poor

14-16 L10 S9 L9 S1 L6 S7 L5 S1 <L4 S7

17-20 L10 S11 L9 S3 L6 S8 L5 S2 <L4 S9

21-30 L10 S8 L9 S2 L6 S6 L5 S1 <L4 S9

31-40 L10 S4 L8 S7 L6 S3 L4 S6 <L4 S5

41-50 L9 S9 L7 S2 L5 S7 L4 S2 <L4 S1

(Sumber : http://www.topendsports.com/index.htm)

3. Fleksibilitas

Pengukuran fleksibilitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan ruang lingkup gerak sendi terutama sendi pinggul dan batang tubuh. Tes ini memerlukan alat khusus yang digunakan sesuai kebutuhan pekerjaan yang ditekuni dan dilakukan secara individual. Salah satu pengukuran fleksibilitas yang mudah dan murah untuk dilakukan adalah tes

Fleksibility meter.

Tabel 2.4 Klasifikasi Penilaian Tes Fleksibilitas untuk Laki-Laki

Laki-Laki UMUR (tahun)

15-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69

kurang Sekali ≤ 23 ≤ 24 ≤ 22 ≤ 17 ≤ 15 ≤ 14

Kurang 24-28 25-29 23-27 18-23 16-23 15-19

Cukup 29-33 30-33 28-32 24-48 24-27 20-24

Baik 34-38 34-39 33-37 29-34 28-34 25-32

Baik Sekali ≥ 39 ≥ 40 ≥ 38 ≥ 35 ≥ 35 ≥ 33

Tabel 2.5 Klasifikasi Penilaian Tes Fleksibilitas untuk Perempuan

Perempuan UMUR (tahun)

15-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69

kurang Sekali ≤ 28 ≤ 27 ≤ 26 ≤ 24 ≤ 24 ≤ 23

Kurang 29-33 28-32 27-31 25-29 25-29 23-26

Cukup 34-37 33-36 32-35 30-33 30-32 27-30

Baik 38-42 37-40 36-40 34-37 33-38 31-34

Baik Sekali ≥ 43 ≥ 41 ≥ 41 ≥ 38 ≥ 39 ≥ 35

(30)

4. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

Pengukuran daya tahan otot dilakukan untuk mengetahui kemampuan otot atau sekelompok otot untuk berkontraksi secara submaksimal dan berulang-ulang, dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran kekuatan otot dilakukan untuk mengetahui kemampuan otot atau sekelompok otot untuk kontraksi secara maksimal sehingga menghasilkan sejumlah tenaga/gaya/tegangan. Tes ini digunakan sesuai kebutuhan pekerjaan yang ditekuni dan dilakukan secara individual. Salah satu tes pengukuran daya tahan dan kekuatan otot yang dapat dilakukan untuk mengetahui kekuatan otot, salah satunya adalah Tes Back Leg Strenght.

Tujuan dari tes back leg strength ini adalah untuk mengukur komponen kekuatan otot punggung (KONI. 1999). Tes ini dapat dilakukan pada laki-laki dan perempuan, dengan alat Back Dynamometer. Pelaksanaan tes ini adalah dengan cara berdiri, panggul dirapatkan didinding dan badan dibungkukkan ke depan. Kedua tangan lurus memegang

dynamometer dengan kedua tangan lurus, responden berusaha sekuat-kuatnya mengangkat badan ke atas, sehingga menuju pada sikap berdiri tegak. Dan pada alat tersebut menunjukkan angka yang menyatakan besarnya kekuatan kontraksi dari otot punggung tersebut.

Tabel 2.6 Norma Penilaian dan Klasifikasi Back Strength KATEGORI PRESTASI (kg)

Kategori Laki-Laki Wanita

Baik >130 >100

Sedang 100-129 80-120

Kurang <100 <80

(sumber : Dr. Arie. S 2006)

(31)

bagian tengah tongkat pegangan back leg dynamometer, kedua tangan lurus, punggung lurus sedangkan lutut ditekuk mebuat sudut krang lebih 120 derajat, setelah itu tarik tongkat pegangan keatas sekuat-kuatnya dengan meluruskan lutut dan tumit tidak boleh diangkat.

Tabel 2.7 Norma Penilaian dan Klasifikasi Leg Strength KATEGORI PRESTASI (kg)

Kategori Laki-Laki Wanita

Baik >140 >120

Sedang 110-140 80-120

Kurang <110 <80

(sumber : Dr. Arie. S 2006)

Tes Hand Grip, tes hand grip bertujuan untuk mengukur kekuatan menggenggam dari otot-otot tangan. Untuk melakukan tes ini diperlukan sebuah alat yang dikenal dengan HandGrip Dynamometer. Pelaksanaan

handgrip dynamometer adalah dengan menggenggam kuat handgrip, setiap usaha yang dilakukan akan dicatat skorenya dengan melihat penujukkan jarum alat tersebut.

Tabel 2.8 Norma Penilaian dan Klasifikasi Hand Grip Laki-Laki

Tabel 2.9 Norma Penilaian dan Klasifikasi Hand Grip Wanita

Tes Push Pull Strength yaitu, tes yang mengukur kekuatan otot tangan dalam menarik dan mendorong (otot bahu). Alat yang biasa digunakan pada tes ini adalah Expanding Dynamometer, satuan dari alat ini adalah

Kategori Kanan Kiri

Baik >46.5 >44.5

Sedang 36.5-46 33.5-44

Kurang <36 <33

Kategori Kanan Kiri

Baik >32.5 >27

Sedang 24.5-32 19-26.5

(32)

kilogram (kg). prosedur pelaksanaan tes ini, yaitu seseorang mencoba berdiri tegak dengan posisi kaki terbuka kurang lebih 20 cm atau selebar bahu, pandangan lurus kedepan, Expanding Dynamometer dipegang dengan kedua tangan, diangkat dengan kedua tangan dan berada didepan dada, badan dan alat menghadap keluar atau kedepan, kedua lengan atas kesamping dan siku ditekuk, jarum dynamometer berada pada angka nol, kemudian tarik sekuat-kuatnya expanding dynamometer dengan kedua tangan dilakukan dengan sekali tarikan, dan alat tersebut tidak boleh menyentuh badan.

Tabel 2.10 Norma Penilaian dan Klasifikasi Push Strength

Tabel 2.11 Norma Penilaian dan Klasifikasi Pull Strength

Setelah melakukan tes jantung-paru, kekuatan otot, Flexibilitas dan komposisi tubuh yang terdiri dari, Bleep Test, Hand Grip, Back Leg Strength, Push Pull Strength, Fleksibilitas dan IMT. Maka setelah semua hasil sudah didapatkan berdasarkan masing-masing kekuatan responden maka dapat dinilai dengan perhitungan sebagai berikut:

Tabel 2.12 Nilai Pengukuran

Kategori Nilai

Kurang Sekali 1

Kurang 2

Cukup 3

Baik 4

Baik Sekali 5

Kategori Laki-Laki Wanita

Baik >40 >30

Sedang 30-40 20-30

Kurang <30 <20

Kategori Laki-Laki Wanita

Baik >40 >30

Sedang 30-40 20-30

(33)

Pengukuran jantung-paru, kekuatan otot, Flexibilitas dan komposisi tubuh dapat dilakukan untuk mengetahui status kebugaran seseorang, yaitu dengan melakukan perhitungan Bleep Test, Hand Grip, Back Leg Strength, Push Pull Strength, Fleksibilitas dan IMT dimana semua hasil yang sudah didapatkan dijumlahkan maka saat itu status kebugaran seseorang akan terlihat berdasarkan:

Tabel 2.13 Norma Tes Kebugaran

Klasifikasi Norma Tes Kebugaran

Baik Sekali 22-25

Baik 18-21

Sedang 14-17

Kurang 10-13

Kurang Sekali 05-09

Sumber: Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. Depdikbud. 1997

2.1.4 Pengukuran Kebugaran

Skor atau tingkat kebugaran sesorang dapat diketahui melalui serangkaian pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan komponen-komponen kebugaran melalui tahapan dengan menggunakan peralatan tertentu (Permaesih, et.al., 2001). Tes kebugaran merupakan indikator kuantitatif yang menggambarkan sejauh mana kualitas fisik seseorang saat ini dan setelah beraktivitas fisik. Cara penentuan tingkat kebugaran dipilih berdasarkan tujuan pengukuran, jenis kemampuan yang akan diukur terutama yang berhubungan dengan jenis pekerjaan yang biasa dilakukan. Pengukuran kebugaran terbagi kedalam dua kategori berdasarkan metabolisme energy, yaitu pengukuran aerobik dan pengukuran anaerobik.

a. Uji Kebugaran Aerobik

(34)

(V02max). Uji kebugaran aerobik menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan pengukuran kapasitas aerobik (VO2max) yang dapat dilakukan menggunakan alat

Douglas Bag (dua kantung udara yang disambung dengan selang pada mulut dan hidung dengan cara dipanggul) selama melakukan aktivitas fisik. Metode tidak langsung dilakukan dengan metode prediksi melalui detak jantung. Pada individu yang bugar, detak jantung atau denyut nadi lebih sedikit jumlahnya karena system kardiorespiratori bekerja secara lebih efisien, yaitu setiap detak oksigen yang terpompa dalam darah lebih banyak sehingga kebutuhan oksigen dapat langsung terpenuhi. Tujuan yang ingin dicapai dalam olahraga pada dasarnya adalah kapasitas aerobik yang menunjukkan derajat kebugaran seseorang dan cara umum yang sering dilakukan untuk mengukur kebugaran seseorang sebagai berikut :

1) Tes Ketahanan Kardiorespiratori

Tes lari 12 menit Cooper

Penilaian yang dilakukan dengan melihat jarak yang dapat dicapai selama berlari 12 menit berlari.

Tes lari 2,4 km

Penilaian yang dilakukan dengan melihat waktu yang diperlukan untuk lari 2,4 km.

Tes dengan Ergocycle

Tes ini dilakukan dengan menggunakan suatu sepeda ergometer yang diam/statis dipergunakan untuk melihat kebugaran berdasarkan kemampuan aerobic (kemampuan menghirup oksigen).

Tes Turun Naik Bangku

(35)

recover). Ketinggian bangku, irama naik turun bangku, dan kapan mengukur denyut nadi pemulihannya membedakan tes yang satu dengan yang lain (Sudarno SP, 1992).

2) Tes Kekuatan Otot

Tes kekuatan otot bertujuan unuk mengetahui kekuatan otot seseorang secara spesifik. Tes ini bisa dilakukan dengan melakukan angkat beban satu kali secara maksmal. Tes kekuatan otot dapat dilakukan dengan tes

Handgrip Dynamometer, Pull and Push Dynamometer, Leg Dynamometer, Back Dynamometer, One-Repetition Maximum.

3) Tes Daya Tahan Otot

Pegukuran daya tahan otot meliputi pull up, sit up, push up, handgrip, back leg strength, push pull strength.

4) Tes Kelentukan

Pengukuran dilakukan dengan sit and reach test menggunakan flexometer atau dapat dilakukan dengan fleksibiliy meter.

5) Tes Komposisi Tubuh

Tes ini dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama skinfold atau

Biolectrical Impedance Analysis atau dapat juga diukur dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh) pegukuran Tinggi badan dan Berat Badan.

b. Uji Kebugaran An-aerobik

(36)

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebugaran

Kebugaran individu ditentukan oleh :

2.1.5.1Usia

Pada usia pertumbuhan kebugaran jasmani seseorang biasanya jauh lebih baik, hal ini dikarenakan fungsi organ tubuh akan akan tumbuh secara optimal. Sedangkan pada orang tua terjadinya penurunan kebugaran jasmani dikarenakan banyaknya jaringan-jaringan dalam tubuh yang mengalami kerusakan (Muslichatun, 2005). Tingkat kebugaran jasmani akan meningkat sampai dengan mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Astrand, dinyatakan bahwa sebelum memasuki masa pubertas laki-laki dan perempuan pada usia yang sama tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal kekuatan aerobic maksimal. Puncaknya adalah pada usia 18-25 tahun yang diikuti dengan menurunnya maximal oxygen uptake secara berangsung-angsur (Astrand dan Rodahl, 1986). Usia sangat memiliki pengaruh besar terhadap kebugaran jasmani, yaitu:

a. Daya tahan jantung dan pembuluh darah

Pada usia anak-anak daya tahan jantung dan pembuluh darah meningkat hingga usia sekitar 20 tahun dan akan mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun, sehingga menurun sesuai dengan perubahan usia. Sehingga pada usia 70 tahun hanya memiliki daya tahan jantung dan pembuluh darah sekitar 50% saja.

b. Kekuatan otot

(37)

2.1.5.2Jenis Kelamin

Perbedaan kebugaran antara laki-laki dan perempuan berkaitan dengan kekuatan maksimal otot yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, hormone, kapasitas paru-paru, dan sebagainya. Sampai usia pubertas biasanya nilai kebugaran jasmani pada laki-laki dan perempuan hampir sama, tetapi setelah usia tersebut laki-laki memiliki nilai yang jauh lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan oleh:

a. Laki-laki memiliki serat otot yang lebih tebal, besar, dan kuat bahkan tanpa melakukan latihan beban, ini disebabkan karena efek hormone testoteron yang mendorong sintesis dan penyusunan aktin dan miosin yang menyebabkan massa otot laki-laki secara alamiah lebih besar.

b. Perempuan memiliki jaringan lemak yang lebih banyak, adanya perbedaan hormone testosteron dan estrogen dan kadar hemoglobin yang lebih rendah.

2.1.5.3Genetik

(38)

2.1.5.4Aktivitas Fisik

Kegiatan fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani, latihan fisik yang bersifat aerobik dilakukan secara teratur yang akan mempengaruhi atau meningkatkan daya tahan kardiovaskular dan dapat mengurangi lemak tubuh. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh akibat aktivitas otot-otot skelet yang mengakibatkan pengeluaran energi. Latihan fisik adalah aktivitas fisik yang terencana, terstruktur yang dilakukan berulang-ulang dan bertujuan untuk memperbaiki dan mempertahankan kebugaran. Latihan fisik merupakan bagian dari aktivitas fisik, sedangkan olahraga adalah aktivitas fisik yang mempergunakan otot-otot besar yang bersifat kompetitif maupun non kompetitif. Para ahli epidemiologi membagi aktivitas fisik ke dalam dua kategori, yaitu aktivitas fisik terstruktur (kegiatan olahraga), dan aktivitas fisik tidak terstruktur (kegiatan sehari-hari seperti berjalan, bersepeda, dan bekerja). Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat mengurangi resiko terhadap penyakit seperti cardiovaskuler disease (CVD), stroke, diabetes mellitus dan kanker kolon. Selain itu juga memberikan efek positif terhadap berbagai macam penyakit serta juga dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Aktivitas fisik yang rutin dilakukan dapat memberikan dampak positif bagi kebugaran seseorang, diantaranya yaitu peningkatan kemampuan pemakaian oksigen dan curah jantung, penurunan detak jantung, penurunan tekanan darah, peningkatan efisiensi kerja otot jantung, mencegah mortalitas dan morbiditas akibat gangguan jantung, peningkatan ketahanan saat melakukan latihan fisik, peningkatan metabolisme tubuh, meningkatkan kemampuan otot, dan mencegah obesitas. Kualitas olahraga adalah penilaian terhadap aktivitas olahraga berdasarkan frekuensi dan lamanya olahraga setiap kegiatan dalam seminggu. Olahraga dapat meningkatkan kebugaran seseorang apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Intensitas latihan

(39)

yang maksimal. Intensitas latihan yang dianjurkan untuk olahraga kesehatan antara 72% dan 78% dari denyut nadi maksimal.

b. Lamanya latihan

Hasil latihan yang baik cukup bermanfaat bagi kesegaran jantung dan tidak berbahaya. Waktu berlatih sampai mencapai training zone yaitu selama 15-25 menit.

c. Frekuensi latihan

Frekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas dan lamanya latihan. Olahraga dilakukan secara teratur setiap hari atau dilakukan 3-5 kali seminggu minimal 30 menit setiap kali berolahraga (Moelyono Ws, 1991). Berdasarkan riset yang dilakukan, terdapatnya 3 aspek yang secara bermakna dapat menggambarkan tingkat aktivitas fisik seseorang, yaitu pekerjaannya, olahraga dan kegiatan di waktu luang. Oleh karena itu kuisioner dapat meninjau aktivitas fisik pada tiga aspek tersebut yang mencakup kategori terstruktur dan tidak terstruktur, yaitu aktivitas fisik saat bekerja, berolahraga, dan aktivitas fisik pada waktu luang sehingga dapat diperolehnya gambaran keseluruhan aktivitas fisik seseorang individu.

2.1.5.5Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok terutama berpengaruh pada daya tahan kardiovaskuler, karena didalam rokok terdapat berbagai macam zat-zat yang merusak tubuh , yaitu karbon monoksida, nikotin, tar, dan beberapa zat lainnya. Dampak merokok pada tubuh manusia menurut Conrad and Miller (1986) dalam sitepoe (2000), seseorang menjadi perokok melalui dorongan psikologis dan fisiologis.

2.1.5.6Status Gizi

(40)

pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2001). Sedangkan zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu dengan menghasikan energy, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses kehidupan (Almtsier, 2005). Ketersediaan zat gizi didalam tubuh akan berpengaruh pda kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan kardiovaskuler. Untuk mendapatkan kebugaran yang baik seseorang haruslah melakukan latihan-latihan olahraga yang cukup, mendapatkan asupan gizi yang memadai untuk kegiatan fisiknya dan tidur dengan cukup. Indikator status gizi yang digunakan pada orang dewasa didasarkan pada pengukuran antropometri Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) yang disajikan dalam bentuk Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh akan dihitung berdasarkan Berat Badan dalam kilogram (kg) dibagi dengan Tinggi Badan dikuadratkan dalam meter.

Rumus Perhitungan IMT adalah:

IMT =

Tabel 2.14 Status Gizi Depkes RI

Sumber: Depkes RI (2003)

Tebal lemak bawah kulit merupakan salah satu indeks antropometri yang digunakan dalam pengukuran status indeks antropometri untuk mengukur status gizi. Pengukuran tebal lemak bawah kulit biasanya digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak dalam tubuh. Jumlah lemak dalam tubuh dari seseorang tergantung dari berat badan, jenis kelamin, umur dan aktivitas.

Classification Body Mass Index (kg/m2)

Sangat Kurus <17,0 kg/m2

Kurus 17,0 – 18,4 kg/m2

Normal 18,5 – 25,0 kg/m2

Gemuk 25,1 – 27,0 kg/m2

(41)

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengukuran tebal lemak bawah kulit dapat digunakan untuk memperkirakan jumah lemak dalam tubuh terutama pada orang dewasa. Persentase kandungan lemak tubuh dapat dipakai untuk menilai status gizi dengan pengukuran tebal lemak bawah kulit (TLBK) di 4 tempat yaitu: trisep, bisep, subskapular dan suprailiaka. Skinfold adalah pengukuran kulit dan jaringan lemak yang kemudian diestimasi dalam persen lemak tubuh. Menurut Davidson (1972) yang dikutip dari Husaini dan Hasibuan, jaringan tubuh dapat dinilai dengan mengukur tebal lemak dalam kulit dengan alat caliper. Standar tempat pengukuran skinfold ada 10 tempat yaitu dada (chest), subskapula (subskapular), midaksilaris (midaxillary), suprailiaka (suprailiac), perut (abdominal), trisep (tricep), bisep (biceps), punggung belakang bawah (lower back), paha (thigh), dan betis (calf).

Mengukur Lipatan kulit (skinfold) terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan kulit dan lapisan lemak subkutan. Untuk tempat pengukuran tergantung dari tujuan penelitian, umur yang akan diperiksa, seks, ketelitian daerah dan lemak serta mudah dilakukan. Cara melakukan pengukurannya yaitu kulit dicubit dengan dua jari. Calipers diletakkan tegak lurus lipatan kulit yang tercubit sekitar 1 cm diatas jari. Kemudian panahan caliper dilepas sehingga menjepit lapisan kulit (jepitan rata-rata sebesar 1 kg/mm2). Lakukan beberapa kali sebelum membaca skala (skala dibaca 0,5 mm). pembacaan skala dilakukan antara 2-3 detik. Pengukuran minimal 2 kali. Jika pengukuran kedua berselisih lebih dari 1 mm dari pengukuran pertama maka harus diulangi. Selang waktu antara pengukuran pertama dan ke dua yaitu 15 detik. Persentase body fat dapat diestimasi dari

skinfold menggunakan persamaan secara umum atau kelompok tertentu. Salah satu persamaan pengukuran secara umum yaitu persamaan durnin and womersley. Persentase body fat dapat dihitung dengan menggunakan data satu atau hasil penjumlahan dua sampai empat pengukuran skinfold, yang dilakukan sesuai dengan prosedur.

(42)

Diabetes Mellitus type 2, kolesterol tinggi yang tak terkontrol, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung. Ukuran lingkar pinggang yang aman untuk pria adalah kurang dari 90 cm, sedangkan wanita kurang dari 80 cm. lebih dari angka itu maka terjadinya kelebihan lemak.Rasio lingkar pinggang dan pinggul adalah cara penilaian obesitas terbaik untuk mengukur risiko serangan jantung. Rasio lingkar pinggang dan pinggul dikalkulasikan dengan membagi ukuran lingkar pinggang dengan lingkar perut.

Penilaian status gizi

Status gizi merupakan gambaran keadaan kesehatan seseorang tentang perkembangan keseimbangan antara asupan (Intake) dan kebutuhan (requirement) untuk berbagai proses biologis, termasuk untuk tubuh. Penilaian status gizi dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Penilaian Status Gizi Secara Langsung a. Pengukuran Antropometri

Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak dibawah kulit. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidak seimbangan antara asupan protein dan energy. Pada klasifikasi orang dewasa biasanya dilakukan dengan pengukuran IMT.

a) IMT (Indeks Massa Tubuh)

(43)

b) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelialtissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa, dkk, 2002).

c) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, dkk, 2002).

d) Biofisika

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan (Supariasa, dkk, 2002).

2. Penilaian Status Gizi Tidak Langsung a. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Metode survei konsumsi makanan untuk individu yaitu: metode recall 24 jam, metode estimated food record, metode penimbangan makanan (food weighting), metode dietary history dan metode frekuensi makanan (food frequency).

1) Metode recall 24 jam

(44)

lalu. Pada recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif, oleh karena itu untuk mendapatkan data kualitatif maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring, dll) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari. Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1 X 24 jam) maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut (Supariasa., Dkk,. 2002).

2) Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)

Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu, seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Selain itu dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif

b. Statistik Vital

Pengukuran gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data dengan beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian sebagai akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi (Supariasa, dkk., 2002).

c. Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisk, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain (Supariasa, dkk., 2002) Zat-zat makanan diperlukan untuk kebugaran jasmani, dan zat-zat tersebut baik digunakan untuk: a. Tenaga/kalori

(45)

proses pembakaran ketiga macam zat makanan tersebut dapat diolah menjadi tenaga.

b. Pembentukan sel

Zat-zat makanan akan dibutuhkan secara terus menerus oleh sel untuk mengganti atau memperbaiki sel-sel yang mati atau rusak (luka). Pokok-pokok persoalan dalam pengetahuan gizi perlu diketahui untuk dapat membentuk tubuh yang sehat dan mempertahankan tingkat kesehatan serta kegiatan yang tinggi, terlebih pada saat melakukan kegiatan berolahraga. Menurut Almatsier (2009) Tingkat gizi kita dipengaruhi oleh berbagai macam zat kebutuhan dan selalu harus ada dalam jumlah yang cukup pada pola makan kita sehari-hari, yaitu: a) Karbohidrat

Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena sumber energi utama bagi manusia yang harganya relatif murah. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi dalam dua golongan, yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Sesungguhnya semua jenis karbohidrat terdiri atas karbohidrat sederhana atau gula sederhana, sedangkan karbohidrat kompleks memiliki lebih dari dua unit gula sederhana di dalam satu molekul. Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memilki peranan penting dalam metabolisme karbohidrat.

b) Protein

(46)

membran sel ke dalam sel-sel. Kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan pada absorpsi dan transportasi zat-zat gizi. Protein hewani pada umumnya memiiki susunan asam amino yang paling sesuai untuk kebutuhan manusia.

c) Lemak

Lemak merupakan simpanan energi paling utama di dalam tubuh, dan merupakan sumber zat gizi esensial. Komposisi asam lemak trigliserida simpanan lemak ini bergantung pada susunan makanan, lemak merupakan sumer energi paling padat yang menghasilkan 9 Kkal untuk tiap gramnya, yaitu 2 ½ kli besar energi yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah yang sama. Sebagai simpanan lemak, lemak merupakan cadangan energi tubuh paling besar. Simpanan ini berasal dari konsumsi berlebihan salah satu atau kombinasi zat-zat energi, karbohidrat, lemak dan protein. Lemak tubuh pada umumnya disimpan sebagai berikut, yaitu 50% di jaringan bawah kulit (subkutan), 45% di sekeliling organ dalam rongga perut, dan 5% di jaringan intramuskular.

d) Vitamin dan Mineral

(47)

makro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari.

2.1.5.7Kebiasaan Olahraga

Kebugaran jasmani sangat erat kaitannya dengan program latihan karena kebugaran jasmani yang tinggi dapat dicapai melalui program latihan yang teratur. Sedangkan peningkatan kebugaran jasmani dapat dilakukan dengan meningkatkan intensitas latihan dan lamanya latihan. Karena latihan fisik dapat meningkatkan kebugaran jasmani seseorang.

a. Tipe Latihan

Tipe latihan seseorang harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai sebab tipe latihan akan memberikan efek faal tubuh sesuai dengan apa yang dilakukan. Tipe latihan untuk peningkatan kebugaran antara lain memiliki ciri-ciri yaitu pada aerobik melibatkan otot-otot besar dan dapat dipertahankan kontinuitas dan ritmiknya. Jenis-Jenis latihan kebugaran antara lain:

1) Berjalan kaki

Berjalan kaki merupakan latihan fisik yang sering dilakukan. Yang memiliki banyak keuntungan seperti tidak banyaknya biaya yang dikeluarkan, mudah, dan memiliki resiko cedera yang kecil.

2) Jogging

Jogging adalah lari perlahan secara kontinyu. Latihan ini sangat mudah dan tidak mengeluarkan biaya. Jogging bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran jantung-paru dan otot. Pada saat selesai melakukan jogging sebaiknya disarankan untuk tidak berhenti secara mendadak melainkan tetap berlari atau berjalan secara perlahan hingga detak jantung kembali normal.

3) Bersepeda

(48)

diruangan tertutup. Jika ini dilakukan secara teratur maka akan bermanfaat untuk kebugaran.

4) Berenang

Berenang merupakan olahraga yang sangat disukai oleh semua kalangan. Yang melibatkan seluruh anggota badan sehingga dapat melepaskan kelelahan, meningkatkan kebugaran dapat digunakan sebagai terapi. 5) Senam Aerobik

Senam aerobik merupakan olahraga yang diiringi irama dinamis yang mendatangkan keceriaan, dengan intensitas yang dapat dipilih sesuai dengan irama musik.

b. Intensitas Latihan

Intensitas latihan jasmani merupakan hal yang dipertahankan dalam latihan yaitu keadaan intensitas (penekanan) latihan yang dilakukan. Intensitas latihan menyatakan beratnya latihan dan merupakan faktor utama yang mempengaruhi efek latihan terhadap faal tubuh. Semakin berat latihan (sampai dengan batas tertentu) maka semakin baik efek yang diperoleh. Latihan jasmani yang sesuai untuk meningkatkan kebugaran jasmani adalah dengan latihan olahraga yang sifatnya aerobik.

c. Frekuensi Latihan

(49)

d. Durasi latihan

Durasi latihan adalah lama perangsangan atau lama latihan setiap sesi. Menurut Nieman (2001), untuk meningkatkan dan mempertahankan kebugaran latihan harus dilakukan selama 30-60 menit tanpa berhenti atau 2-3 jam dalam seminggu. Hasil latihan akan terlihat setelah 12-16 minggu setelah rutin berolahraga.

Tingkat Aktivitas Fisik dapat dikelompokkan menjadi 4 level dengan mencatat intensitas dan durasi aktivitas fisik pekerja selama seminggu.

Tabel 2.15 Tingkat Aktivitas Fisik (Kebiasaan Olahraga)

No AKTIVITAS FISIK NILAI

1 Saya tidak melakukan latihan fisik atau hanya sesekali melakukan latihan fisik

1

2 Saya melakukan latihan fisik secara teratur minimal 30-60 menit dalam seminggu

2

3 Saya melakukan latihan fisik secara teratur 3 x seminggu atau minimal 2-3 jam dalam seminggu

3

4 Saya melakukan latihan fisik secara teratur 5 x dalam seminggu

4

Sumber: Depkes (2012).

Tingkat aktivitas fisik dengan nilai 1 dan 2 termasuk tingkat aktifitas fisik rendah.

Prinsip Kaidah Latihan Fisik

Prinsip Kaidah latihan Fisik yang baik, benar, terukur, dan teratur dapat memberikan hasil optimal bagi peningkatan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat.

(50)

b. Latihan fisik yang benar adalah latihan fisik yang dilakukan sesuai kondisi fisik dan secara medis mampu dilakukan tanpa menimbulkan dampak yang merugikan. Latihan fisik dilakukan secara bertahap dimulai dari pemanasan dan peregangan 10-15 menit, dilanjutkan dengan latihan inti 20-60 menit, dan diakhiri pendinginan dengan peregangan selama 5-10 menit.

c. Latihan fisik yang terukur adalah latihan fisik yang dilakukan dengan mengukur intensitas latihan dengan menghitung denyut nadi latihan dan lama waktu latihan. Waktu latihan dimulai semampunya, ditambah bertahap secara perlahan-lahan antara 20-60 menit. Cara lain untuk mengukur intensitas latihan menggunakan tes bicara (talk test) yang dapat menentukan latihan fisik dengan intensitas sedang.

d. Latihan fisik yang teratur adalah latihan fisik yang dilakukan secara teratur dalam seminggu dengan selang waktu untuk istirahat.

Menurut WHO aktivitas fisik dibedakan dalam 4 kategori:

1) Aktivitas fisik untuk hidup adalah aktivitas fisik ringan sampai dengan sedang yang dilakukan selama 10 menit atau lebih dalam sehari dan dapat dilakukan beberapa kali dalam sehari. Aktivitas fisik ini dilakukan setiap hari.

2) Aktivitas fisik untuk sehat adalah aktivitas fisik sedang yang dilakukan selama 30 menit atau lebih dalam sehari dan dilakukan setiap hari. 3) Latihan fiik untuk kebugaran jasmani adalah latihan fisik sedang

sampai dengan berat yang dilakukan selama 20 menit atau lebih. Latihan fisik ini yang dilakukan 3-4 kali dalam seminggu selang waktu sehari.

(51)

2.1.6 Pemantauan dan Evaluasi Latihan Fisik Terprogram

1. Pemantauan latihan fisik terprogram:

Pelaksanaan pemantauan latihan fisik terprogram perlu dilakukan untuk memantau keluhan yang timbul pada saat melakukan latihan fisik dan kendala lain. Monitoring dilakukan pada latihan fisik berkelompok ditempat kerja maupun latihan fisik mandiri di rumah atau tempat lain. Monitoring dilakukan dengan:

a. Menggunakan Kartu Menuju Bugar (KMB) atau kartu latihan (KL) yang disiapkan oleh perusahaan atau kelompok olahraga.

b. Melakukan pemeriksaan kondisi tubuh denyut nadi istirahat dan tekanan darah sebelum melakukan latihan fisik sebelum sesi latihan.

c. Mengukur denyut nadi (DN). Denyut nadi yang dianjurkan untuk diukur adalah pada saat sebelum latihan (nadi istirahat), setelah melakukan pemanasan (nadi pemanasan), setelah melakukan latihan inti (nadi latihan) dan setelah melakukan pendinginan (nadi pendinginan).

Evaluasi pelaksanaan latihan fisik terprogram meliputi aktivitas fisik dan kebugaran jasmani dtempat kerja perlu dikaitkan dengan produktivitas kerja agar manfaat latihan fisik dapat dirasakan oleh pekerja maupun pemberi kerja. Evaluasi dilakukan untuk melihat partisipasi pekerja yang melakukan aktivitas fisik, partisipasi pekerja yang ikut melakukan latihan, pengukuran kebugaran jasmani, dan produktivitas. Setiap 3 bulan melakukan latihan fisik terprogram dengan menggunakan pengukuran tingkat kebugaran jasmani sesuai dengan metode. Peningkatan intensitas latihan dilakukan setiap bulan dengan menanyakan keluhan pekerja pada saat latihan fisik dan kemampuan melakukan latihan fisik setiap sesi latihan.

(52)

2.1.7 Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Kebugaran

Pendidikan jasmani tidak hanya memberikan pelajaran mengenai berbagai macam olahraga, tetapi juga memberikan dasar bagaimana melakukan aktivitas fisik/gerak jasmani (physical exercise) secara teratur, dengan frekuensi tertentu tiap minggunya, durasi aktivitas fisik serta intensitas yang dilakukan.

Kontraksi otot rangka mengakibatkan kebutuhan oksigen dan sumber energi untuk kontraksi meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan otot tersebut maka terjadi peningkatan aktivitas pernafasan, jantung, sistem sirkulasi darah, hormonal, sistem syaraf, dan metabolisme. Akibatnya terjadi peningkatan daya tahan tubuh terhadap stress fisik maupun stress psikis. Peningkatan sistem pertahanan tubuh, antara lain lebih cepat terbentuk antibodi serta meningkatnya kemampuan tubuh terhadap kerja yang berlebihan.

Pada dasarnya olahraga adalah suatu aktivitas fisik atau gerakan anggota tubuh yang berlangsung secara berulang dalam waktu tertentu. Organ yang paling aktif pada saat aktivitas adalah otot rangka. Agar otot rangka dapat berkontraksi dengan baik dan dapat meningkatkan kinerjanya maka perlunya suatu kesatuan yang baik dengan sistem saraf yang menginervasinya. Aktivitas otot rangka yang diakukan secara teratur dan terukur akan memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap fungsi organ tubuh yang lain. Selanjutnya, akan meningkatkan tingkat kesehatan dan kebugaran. Tingkat kesehatan dan kebugaran yang meninngkat disebabkan oleh fungsi jantung dan sirkulasi, fungsi respirasi, darah dan sistem pertahanan tubuh, meningkatnya kinerja neuro-muskular (sistem saraf dan otot) dan memacu perkembangan skeleton.

(53)

a. Bagaimana mungkin program kebugaran jasmani akan mendukung kerja karyawan

b. Bagaimana bisa olahraga dapat meningkatkan produktivitas kerja

(54)
(55)

2.1.8 Hal-Hal Penelitian yang Terkait

Peneliti/lokasi, tahun Judul Variabel Hasil

Penelitian

Lain-Lain

Fauziah,nanda/ PT.Wijaya Karya, Jakarta Timur, 2012

Hubungan Status Gizi, Aktivitas Fisik, Asupan Gizi dengan Tingkat

Kebugaran Karyawan PT Wijaya Karya Jakarta

Status Gizi, Aktifitas Fisik, Asupan Gizi, dan Kebugaran

Sebanyak 78 % karyawan

PT Wika

memiliki tingkat kebugaran kurang

98 responden. Cross sectional

Komang Ayu/ PT. Amoco Mitsui Indonesia, Merak Banten, 2011

Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kebugaran Jasmani Karyawan di PT. Amoco Mitsui Indonesia Kebugaran jasmani, Usia, Kebiasaan Merokok, Kebiasaan Olahraga, Status Gizi.

Sebanyak 5,2 % memiliki tingkat kebugaran kurang, 11,3 %

kebugaran sedang, 22,7 %

kebugaran cukup, 19,6 %

kebugaran Baik, dan

41,2 %

kebugaran sangat baik.

97 responden. Cross Sectional

Sport Devoplemnt Index/ Parameter Olahraga di Indonesia, 2006

Parameter Dalam Mengukur Pembagunan Olahraga Indonesia Kebugaran Jasmani, Kebiasan Olahraga Kesegaran Jasmani Masyarakat Indonesia 1.08% memiliki tingkat kebugaran baik sekali, 4.07% tergolong baik, 13.55% termasuk kategori sedang, 43.90% tergolong kurang bugar dan 37.40% tergolong kurang sekali

-

Valentino Ompusunggu/ KSU UA & CO Medan, 2012

Kebugaran Jasmani dan Motivasi Kerja Karyawan KSU UA & CO Medan

Kebugaran Usia, Jenis kelamin, kebiasaan olahraga, kebugaran jasmani Tingkat Kebugaran Jasmani sangat kurang dinyatakan dengan indeks 39,875

20 sampel. Metode deskriptif dengan teknik

tes dan

(56)

2.2 Karyawan

2.2.1 Pengertian Karyawan

Karyawan merupakan kekayaan utama suatu perusahaan, tanpa karyawan aktivitas suatu perusahaan tidak akan terjadi. Karyawan berperan aktif dalam menetapkan rencana, system, proses, dan tujuan yang ingin dicapainya. Menurut Malayu Hasibuan (2012) karyawan adalah penjual jasa (pikiran dan tenaga) dan mendapat kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu. Karyawan wajib dan terikat untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh kompensasi sesuai dengan perjanjian.

2.2.2 Kinerja Karyawan

Kinerja seorang karyawan merupakan perilaku organisasi yang secara langsung berhubungan dengan produksi suatu barang atau penyampaian jasa. Informasi mengenai kinerja suatu organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting digunakan untuk mengevaluasi apakah proses kinerja yang dilakukan suatu organisasi sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum. Menurut Rivai dan Basri (2005) kinerja adalah kesediaan seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakanya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil yang sesuai dengan harapan. Sedangkan menurut Hakim (2006) kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau tugas individu tersebut dalam suatu perusahaan pada suatu periode waktu tertentu yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari perusahaan dimana individu tersebut bekerja. Tika (2006) mengemukakan bahwa ada 4 unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja, yaitu:

1) Hasil-hasil fungsi pekerjaan

2) Faktor-faktor yng berpengaruh terhadap prestasi karyawan 3) Pencapaian tujuan organisasi

(57)

Tujuan kinerja menurut Rivai dan Basri (2005), yaitu:

1) Kemahiran dan kemampuan tugas baru yang diperuntukkan untuk perbaikan hasil kinerja dan kegiatannya

2) Kemahiran dari pengetahuan baru dimana akan membuat karyawan mampu memecahkan suatu masalah yang kompleks

3) Kemahiran atau perbaikan pada sikap terhadap rekan kerja dengan satu aktivitas kinerja

4) Memiliki target aktivitas untuk perbaikan kinerja 5) Perbaikan dalam kualitas dan produksi

6) Perbaikan dalam waktu.

2.3 Gizi terhadap Kesehatan dan Kebugaran

2.3.1 Penjelasan mengenai peran gizi terhadap kesehatan dan kebugaran tubuh

(58)

munculnya penyakit-penyakit degenerative seperti DM, PJK dan hipertensi. Upaya yang perlu dilakukan dalam meningkatkan kebugaran tubuh antara lain : a. Menerapkan pola konsumsi gizi seimbang yang memenuhi kriteria makanan

sehat

b. Menghindari fast food dan junk food karena fast food merupakan makanan tinggi lemak jenuh, rendah serat, vitamin dan mengandung tinggi natrium. c. Menambah variasi menu makanan tinggi protein hewani dan nabati d. Memiliki waktu istirahat yang cukup

e. Gaya hidup sehat, tidak merokok dan mengkonsumsi alcohol.

Bugar tidaknya seseorang dapat dinilai berdasarkan kekuatan maksimum pergerakan otot dan sendi, percepatan gerakan

Gambar

Tabel 2.2 Norma Bleep Test Laki-laki
Tabel 2.3 Norma Bleep Test Perempuan Above Average
Tabel 2.8 Norma Penilaian dan Klasifikasi Hand Grip Laki-Laki
Tabel 2.10 Norma Penilaian dan Klasifikasi Push Strength
+7

Referensi

Dokumen terkait

Status gizi mahasiswa ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan dikategorikan menjadi status gizi kurus, normal dan beresiko mengalmi kegemukan berdasarkan

Terdapat hubungan status gizi Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) dengan prestasi nilai Matematika siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang karena nilai p

Penelitian ini menunjukkan bahwa indeks massa tubuh dan persen lemak tubuh tidak berhubungan dengan tingkat kebugaran sedangkan aktivitas fisik berhubungan dengan

Terdapat hubungan status gizi Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) dengan prestasi nilai Matematika siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang karena nilai p

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status gizi yang diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan usia menarche pada siswi SMP Bintang

Suatu studi cross sectional untuk menilai hubungan antara status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dan aktivitas fisik dengan tingkat kebugaran pada anak usia 10-12 tahun.. Jenis penelitian ini

381 HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH IMT DENGAN KEJADIAN DISMENORHEA PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA KEBIDANAN WIRA HUSADA NUSANTARA MALANG Petrario Putra Lestari