• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara status gizi berdasarkan Indeks MassaTubuh (IMT) dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan antara status gizi berdasarkan Indeks MassaTubuh (IMT) dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TINGKAT MATURITAS SEKSUAL DAN

MENARKE PADA ANAK PEREMPUAN

KHOLIDAH NASUTION 087103020/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TINGKAT MATURITAS SEKSUAL DAN

MENARKE PADA ANAK PEREMPUAN

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik (M. Ked-Ped) pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

KHOLIDAH NASUTION 087103020 / IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Penelitian : Hubungan antara status gizi berdasarkan Indeks MassaTubuh (IMT) dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan

Nama Mahasiswa : Kholidah Nasution No. Induk Mahasiswa : 087103020/IKA

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

Dr. H. Hakimi, Sp.A(K) Ketua

Dr. Sri Sofyani, Sp.A(K) Anggota

Ketua Program Magister Ketua TKP-PPDS

(4)

Tanggal Lulus: 22 April 2013 PERNYATAAN

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TINGKAT MATURITAS SEKSUAL DAN MENARKE

PADA ANAK PEREMPUAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, Januari 2013

(5)

Tanggal lulus : 22 April 2013

Telah diuji pada

Tanggal : 22 April 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : dr. Hakimi, Sp. A(K) ………...

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya serta atas ridhaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan Magister Kedokteran Klinik di bidang Ilmu Kesehatan Anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Pembimbing utama dr. Hakimi, SpA(K) dan dr. Sri Sofyani, SpA(K) yang

memberikan bimbingan, bantuan, serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

(7)

memberikan nasehat dan bimbingan kepada penulis hingga selesainya penulisan tesis ini.

3. dr. Melda Deliana, SpA(K), dr. Siska Mayasari Lubis, M.Ked.Ped, SpA, dan dr. Karina Sugiharto, M.Ked.Ped, SpA selaku staf di Divisi Endokrinologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU yang telah memberikan bimbingan dan sumbangan pemikiran sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.

4. Rektor USU, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), SpA(K) dan mantan Rektor USU, Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K), yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinik di bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Kesehatan Anak di FK USU.

5. Dekan Fakultas Kedokteran USU, Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinik di bidang Ilmu Kesehatan Anak dan PPDS Ilmu Kesehatan Anak di FK USU.

(8)

7. Bupati Kabupaten Mandailing Natal, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal, dan Camat Kecamatan Panyabungan Kota beserta jajarannya, yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.

8. Teman-teman seangkatan yang tidak mungkin bisa saya lupakan, dr. Fadli Sahputra, dr. Johan El Hakim, dr. Sri Rahayu, dr. Beatrix, dr. Desy

Aswita, dr. Viviana, dr. Eka Destianti, dr. Irfan Indra, dr. Darnifa Yanti, dr. Indra Mustawa, dr. Washli Zakia, dr. Afita Sari dan dr. Cut Vera yang

selalu saling menjaga silaturahmi dan mendukung dalam suka dan duka, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini.

9. Teman sejawat PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK USU, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

(9)

Kepada ibunda Nurhayati Batubara yang telah memberikan kasih sayang dan semangat untuk terus belajar. Kepada ayahanda Alm. Abdul Kadir Nasution, kakanda Irma Nirawati Nasution, Ir. Syarifah Hannum Nasution, Ir. Elvi Nasyariah, abangda Mhd. Musyafran Nasution, S.Sos dan adinda Taufik Hamin Nasution SE, serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan, memberikan dorongan, motivasi, bantuan moril dan materil selama penulis mengikuti pendidikan ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kasih sayang dan karuniaNya kepada kita semua dan segala budi baik yang telah diberikan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah yang Maha Kuasa.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, 21 Januari 2013

(10)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing ii

Daftar Isi iii

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendahuluan 5

2.2. Perubahan Hormonal dan Awitan Pubertas 6 2.3. Perubahan Fisik pada Masa Pubertas 7 2.4. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pubertas 11 2.5. Hubungan IMT dan Waktu Pubertas 13

2.6 Kerangka Konseptual 15

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain 16

3.2. Tempat dan Waktu 16

3.3. Populasi dan Sampel 16

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 16

3.5.1. Kriteria Inklusi 16

3.5.2. Kriteria Eksklusi 17

3.5. Perkiraan Besar Sampel 17

3.6. Persetujuan/Informed Consent 17

3.7. Etika Penelitian 18

3.8. Cara Kerja 18

3.9. Alur Penelitian 20

3.10. Identifikasi Variabel 21

3.11. Definisi Operasional 21

3.12. Pengolahan dan Analisis Data 23 BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.1. Data Demografi 24

(11)

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Subjek Penelitian 29

5.2. Hubungan IMT dengan Tingkat Maturitas Seksual 31 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 36

6.2. Saran 36

BAB 7. RINGKASAN 37

DAFTAR PUSTAKA 39

LAMPIRAN

1. Personil Penelitian 43

2. Biaya Penelitian 43

3. Jadwal Penelitian 44

4. Persetujuan Setelah Penjelasan 45

5. Penjelasan kepada Orang tua 46

6. Lembar Pemeriksaan 47

7. Lembar Kuisioner 49

8. Grafik WHO Reference 2007 50

9. Tabel & Gambar Perkembangan Pubertas 51

10. Lampiran Hasil Penelitian 53

11. Daftar Riwayat Hidup 59

12. Lembar Persetujuan Komisi Etik 60

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tahap perkembangan pubertas pada anak perempuan 8 Tabel 4.1. Karakterstik subjek penelitian 26 Tabel 4.2. Hubungan status gizi dan tahap perkembangan 27

maturitas seksual payudara

Tabel 4.3. Hubungan status gizi dan tahap perkembangan 28 maturitas rambut pubis

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi sistem gonadotropin dan gambaran sekresi 7 LH dan FSH pada masa pubertas

Gambar 2.2. Tahapperkembangan maturitas seksual (1 sampai 5) 9 dari payudara pada anak perempuan.

Gambar 2.3. Tahap perkembangan maturitas seksual (2 sampai 5) 9 dari rambut pubis pada anak perempuan

Gambar 2.4. Urutan perkembangan maturitas seksual pada anak 10 perempuan

Gambar 2.5. Pengaruh lingkungan terhadap batas usia pubertas 12

Gambar 2.6. Kerangka konseptual 15

Gambar 3.1. Alur penelitian 20

(14)

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA

BMI : Body Mass Index

IMT : Indeks Massa Tubuh BB : Berat Badan

TB : Tinggi Badan

GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone

FSH : Folikel Stimulating Hormone

LH : Luteinizing Hormone

HPA : Hipothalamus-Pituitary-Gonadal Axis

GH/IGF-1 : Growth hormone/Insulin Like growth Faktor-1

ob : Obesitas

ng : Nanogram

ml : Milliliter

r : Koefisien korelasi Pearson

(15)

RI : Rohrer Index

AAP : American Academy of Pediatrics

NHANES : Third National Health and Nutrition Examination Survey

SD : Standard Deviation

DHEA : Dehydroepiandrosterone

DHEA-S : Dehydroepiandrosterone-Sulfate

PSP : Persetujuan Setelah Penjelasan FK : Fakultas Kedokteran

USU : Universitas Sumatera Utara

(16)

ABSTRAK

Latar Belakang. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya kecenderungan usia pubertas pada anak dengan obesitas semakin cepat. Namun sangat sedikit data yang menyatakan hubungan tersebut pada remaja perempuan di Indonesia sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut menilai hubungan antara perubahan komposisi tubuh, maturitas perkembangan seksual, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

.

Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan.

Metode. Suatu studi cross sectional untuk menilai hubungan antara status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan berusia 8 sampai 14 tahun. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2010 di sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah tingkat pertama (SMTP) di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Tingkat maturitas seksual dinilai dengan skala Tanner dan menarke dari hasil kuisioner yang dibagikan. Untuk menilai hubungan antara status pubertas dengan maturitas seksual digunakan uji chi square

Hasil. Seratus Sembilan puluh lima anak perempuan memenuhi kriteria terdiri dari 167 orang siswa SD dan 28 orang siswa pesantren setingkat SMTP. Hasil analisis dengan uji chi square ditemukan hubungan bermakna antara status gizi berdasarkan IMT dengan maturitas seksual payudara, pertumbuhan rambut pubis dan menarke (P=0.0001)

Kesimpulan. Dijumpai hubungan bermakna antara status gizi berdasarkan IMT dengan maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan

(17)

ABSTRACT

Background. Previous studies indicate a tendency of early puberty in obese children. However, data regarding this issue in Indonesia was limited. The research assessing the relationship between changes in body composition, maturity sexual development, and the factors that influence are needed

.

Objective. To assess the relationship between nutritional status based on body mass index (BMI) with sexual maturity and menarche in girls.

Methods. A cross sectional study was performed to determine the relationship between BMI and sexual maturity stage in adolescent girl 8 to 14 year old. This study was conducted in May and June 2010 at elementary school and senior high school in Mandailing Natal. Sexual maturity stage was determined with Tanner staging and menarche was determined by questionnaires filled out by the subjects. The relationship between BMI with sexual maturity was assessed by chi square test

Results. One hundred ninety-five subjects participated in this study which consist of 167 students of primary schools and 28 students of junior high schools. The results of the analysis with chi square test showed a significant relationship between nutritional status based on BMI and breast sexual maturity, growth of pubic hair and menarche (P=0.0001)

Conclusion. There was a significant relationship between BMI with sexual maturity and menarche in girls

(18)

ABSTRAK

Latar Belakang. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya kecenderungan usia pubertas pada anak dengan obesitas semakin cepat. Namun sangat sedikit data yang menyatakan hubungan tersebut pada remaja perempuan di Indonesia sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut menilai hubungan antara perubahan komposisi tubuh, maturitas perkembangan seksual, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

.

Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan.

Metode. Suatu studi cross sectional untuk menilai hubungan antara status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan berusia 8 sampai 14 tahun. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2010 di sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah tingkat pertama (SMTP) di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Tingkat maturitas seksual dinilai dengan skala Tanner dan menarke dari hasil kuisioner yang dibagikan. Untuk menilai hubungan antara status pubertas dengan maturitas seksual digunakan uji chi square

Hasil. Seratus Sembilan puluh lima anak perempuan memenuhi kriteria terdiri dari 167 orang siswa SD dan 28 orang siswa pesantren setingkat SMTP. Hasil analisis dengan uji chi square ditemukan hubungan bermakna antara status gizi berdasarkan IMT dengan maturitas seksual payudara, pertumbuhan rambut pubis dan menarke (P=0.0001)

Kesimpulan. Dijumpai hubungan bermakna antara status gizi berdasarkan IMT dengan maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan

(19)

ABSTRACT

Background. Previous studies indicate a tendency of early puberty in obese children. However, data regarding this issue in Indonesia was limited. The research assessing the relationship between changes in body composition, maturity sexual development, and the factors that influence are needed

.

Objective. To assess the relationship between nutritional status based on body mass index (BMI) with sexual maturity and menarche in girls.

Methods. A cross sectional study was performed to determine the relationship between BMI and sexual maturity stage in adolescent girl 8 to 14 year old. This study was conducted in May and June 2010 at elementary school and senior high school in Mandailing Natal. Sexual maturity stage was determined with Tanner staging and menarche was determined by questionnaires filled out by the subjects. The relationship between BMI with sexual maturity was assessed by chi square test

Results. One hundred ninety-five subjects participated in this study which consist of 167 students of primary schools and 28 students of junior high schools. The results of the analysis with chi square test showed a significant relationship between nutritional status based on BMI and breast sexual maturity, growth of pubic hair and menarche (P=0.0001)

Conclusion. There was a significant relationship between BMI with sexual maturity and menarche in girls

(20)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pubertas merupakan masa ketika anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan munculnya tanda-tanda seks sekunder. Perkembangan pubertas pada anak perempuan biasanya dimulai dengan pertumbuhan payudara (telarke), namun sekitar 10% dari perempuan normal mengalami perkembangan rambut pubis (adrenarke) yang mendahului perkembangan payudara.1 Rambut pubis mulai tumbuh sekitar usia 11 tahun. Bersamaan dengan tumbuhnya rambut pubis, tumbuh pula rambut aksila. Umumnya menarke terjadi 2 tahun sejak perkembangan payudara dengan rerata usia 12,8 tahun dan rentang usia 10 sampai 16 tahun. Haid merupakan tahap akhir pubertas pada perempuan. Dengan terjadinya haid secara periodik, maka akan berakhir pertumbuhan fisik perempuan. Tinggi badan tidak akan bertambah lagi setelah haid berlangsung secara periodik. 2

Studi diberbagai negara menunjukkan perubahan onset pubertas bervariasi pada ras dan etnis, kondisi lingkungan, lokasi geografis, dan nutrisi.3 Di Amerika Serikat pubertas normal pada sebagian besar anak perempuan berlangsung pada usia 8 sampai 13 tahun, sedang anak laki-laki pada usia 9 sampai 14 tahun. 2

Saat ini usia pubertas pada perempuan semakin cepat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, dimana usia menarke di

(21)

negara-negara industri seperti di benua Eropa dan Amerika semakin berkurang dua sampai tiga bulan tiap dekade dari tahun 1840. Dalam beberapa tahun belakangan ini juga terlihat di negara-negara berkembang.3 Banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain ras, genetik, perubahan lingkungan, peningkatan status nutrisi dan pendidikan, perkembangan fisik, dan meningkatnya status sosial ekonomi terbukti sebagai penyebab perubahan ini. 2,4-6

(22)

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan ?

1.3. Hipotesis

Ada hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan umum adalah untuk mengetahui hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan

1.5. Manfaat Penelitian

1. Di bidang akademik/ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang endokrinologi, khususnya tentang hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan

2. Di bidang pelayanan masyarakat : meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya peran penilaian status gizi berdasarkaan IMT

(23)
(24)

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendahuluan

Pubertas merupakan masa transisi antara anak-anak dengan dewasa yang dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisik maupun psikologis yang timbul karena adanya perubahan aktivitas endokrin secara sekuensial dan teratur. Ukuran dan bentuk badan berubah dari ciri khas anak ke bentuk dewasa. Tinggi badan dan berat badan meningkat dengan cepat dan tanda-tanda seksual sekunder mulai timbul. Organ-organ reproduksi berubah dari bentuk infantil menjadi bentuk dewasa.2 Munculnya tanda-tanda seks sekunder ini segera diikuti dengan perubahan komposisi tubuh serta maturasi tulang yang cepat, kemudian diakhiri dengan penyatuan epifisis dan perawakan akhir dewasa.

Perubahan yang terjadi pada masa pubertas ini dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks. Pada masa ini terjadi perubahan fisik maupun psikologis yang timbul akibat perubahan hormon seks yang dihasilkan oleh gonad dan kelenjar adrenal. Selain itu dipengaruhi oleh berbagai banyak faktor seperti genetik, nutrisi, lingkungan, dan sosial ekonomi. Faktor-faktor ini berperan terhadap awitan pubertas dan perkembangan selanjutnya menuju maturitas seksual yang lengkap.

2,7

2

(25)

2.2. Perubahan Hormonal dan Awitan Pubertas

Awal pubertas memerlukan peningkatan pelepasan Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) secara pulsatil dari hipotalamus. Gonadostat hipotalamus secara progresif menjadi kurang peka oleh efek supresi steroid seks terhadap sekresi gonadotropin. Akibatnya kadar Follicle Simulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) meningkat yang selanjutnya akan menstimulasi gonad sehingga tercapai keadaan homeostatik baru dari Hipothalamus-Pituitary-Gonadal Axis (HPA).

Gonadotropin (LH dan FSH) dilepas ke sirkulasi sesuai dengan pola sekresi GnRH. Testosteron dan progesteron menghambat frekuensi pulsasi GnRH tetapi menurunkan sekresi gonadotropin selama masa anak-anak. Selama masa remaja respon LH terhadap GnRH, meningkat dengan cepat, namun peningkatan FSH tidak sepesat kenaikan LH. Follicle Simulating Hormone (FSH) dan LH bekerja secara sinergis untuk menimbulkan perubahan gonad pada masa pubertas. Penurunan kepekaan hipotalamus dianggap penting dalam awitan pubertas.

1,2

Pada perempuan terjadi perubahan hormonal yang mencolok menjelang menarke yaitu penurunan sensitivitas mekanisme umpan balik negatif hormon seks. Umpan balik negatif hormon seks terhadap FSH kurang peka sehingga kadar FSH meningkat yang akan merangsang ovarium sehingga folikel-folikel primer berkembang dan kadar estradiol meningkat. Perubahan status hormanal ini akan tampak dari tanda-tanda seks sekunder. Beberapa saat menjalang menarke, muncul mekanisme

(26)

kontrol baru yaitu umpan balik positif estradiol terhadap hipofisis yang menghasilkan lonjakan LH. Peningkatan ini berkaitan dengan ovulasi. Bila tidak terjadi ovulasi maka kadar estradiol menurun dan keadaan ini akan diikuti dengan perdarahan akibat deskuaminasi endometrium yang berupa haid pertama (menarke). 2

Gambar 2.1. Anatomi sistem gonadotropin dan gambaran sekresi LH dan FSH pada masa pubertas. 7

2.3. Perubahan Fisik pada Masa Pubertas

(27)

Tabel 2.1. Tahap perkembangan pubertas pada anak perempuan.

Tahap

2

Payudara Rambut pubis

Tahap 1

Breast budding,menonjol seperti bukit kecil, areola membesar

Payudara dan areola membesar, tidak ada kontur pemisah

Areola dan papilla membentuk bukit kedua

Bentuk dewasa, papilla menonjol, areola sebagian bagian dari kontur buah dada

Tidak ada rambut pubis

Jarang, berpigmen sedikit, lurus, atas medial labia

Lebih hitam, mulai ikal, jumlah bertambah

Kasar, keriting, belum sebanyak dewasa

Bentuk segitiga seperti pada perempuan dewasa, tersebar sampai medial paha

Jika terdapat ketidak sesuaian antara tahap perkembangan payudara dan rambut pubis, maka sangat penting untuk mengklasifikasikan kedua tahap perkembangan tersebut. Perkembangan payudara (gambar 2.3) terutama dikendalikan oleh sekresi estrogen dari ovarium, sedang perkembangan rambut pubis (gambar 2.4) dipengaruhi oleh sekresi androgen dari adrenal.2

(28)

Gambar 2.2. Tahapperkembangan maturitas seksual (1 sampai 5) dari payudara

pada anak perempuan. 7

(29)

Pada anak perempuan, tanda pertama pubertas terlihat dari ciri khas dari tahap 2 skala Tanner yaitu munculnya bantalan payudara antara usia 8 sampai 12 tahun. Menstruasi biasanya mulai 2 sampai 2.5 tahun kemudian selama tahap 3 sampai 4 (rerata usia 12 tahun, rentang normal 9 sampai 16 tahun), sekitar masa kecepatan puncak tinggi badan (gambar 2.4). Perubahan tampak kurang jelas pada pembesaran ovarium, uterus, labia, klitoris, dan penebalan dari mukosa vagina dan endometrium. 9

Gambar 2.4. Urutan perkembangan maturasi seksual pada anak perempuan 9

Selama masa pubertas tinggi badan anak perempuan akan bertambah rata-rata sekitar 25 cm dan anak lelaki rata-rata 28 cm. Namun tumbuh kejar pada anak laki-laki kira-kira dua tahun lebih lambat dibanding anak perempuan.10

(30)

Massa otot mulai meningkat selama awal pubertas, baik pada anak laki-laki maupun perempuan, namun hal ini juga dipengaruhi faktor lingkungan dan aktivitas fisik. Pada anak laki-laki, peningkatan IMT relatif rendah dibandingkan anak perempuan.11

2.4. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Pubertas

Di samping faktor genetik, faktor lingkungan seperti nutrisi dan stres juga berperan dalam awitan pubertas. Pada keadaan malnutrisi dapat dijumpai pubertas yang terlambat.8 Studi tahun 1992 di Amerika Serikat mendapatkan awitan pubertas yang lebih dini dibandingkan data normal yang dibuat dua dekade sebelumnya. Hal ini dihubungkan dengan meningkatnya prevalensi overweight dan obesitas pada remaja.4

(31)

Pada anak yang bermigrasi atau diadopsi ke luar negeri dapat terjadi tumbuh kejar (catch-up growth) dan terpicunya pubertas dini. Di Afrika Selatan, Kolombia, dan Filipina, melaporkan bahwa proporsi anak-anak yang diadopsi merupakan anak-anak yang hidup di panti asuhan sebelum diadopsi. Akibat lepasnya si anak dari lingkungan yang penuh stress, efek kemiskinan dan penderitaan, mengakibatkan peningkatan aktivitas metabolik pada masa tumbuh kejar.12

Respon neuroendokrin terhadap berbagai faktor lingkungan menunjukkan pola yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan tertentu menggunakan beberapa jalur spesifik dalam mempengaruhi pubertas. Berbagai faktor seperti siklus pajanan terhadap cahaya, musim, dan bahan kimia yang mengganggu sistem endokrin juga dikatakan dapat mempengaruhi awitan pubertas (gambar 2.5).12

Gambar 2.5. Pengaruh lingkungan terhadap batas usia pubertas. 13

2.5. Hubungan IMT dan Waktu Pubertas

(32)

anak laki-laki dan perempuan dengan membandingkan IMT antara anak dengan IMT normal dan meningkat, menunjukkan bahwa adanya pubertas dini pada perkembangan payudara dan rambut pubis yang sebelum usia 8 tahun pada anak perempuan dengan peningkatan IMT.14

Suatu review menyatakan masih banyak yang belum diketahui bagaimana hubungan antara komposisi tubuh dengan waktu pubertas. Kabanyakan penelitian menyatakan remaja perempuan dengan peningkatan IMT akan mengalami mensturasi dan pubertas lebih dini, hal ini diduga bahwa pubertas dini pada remaja perempuan berhubungan dengan peningkatan lemak tubuh Namun sedikit penelitian yang menyatakan hubungan lemak tubuh dan pubertas dini pada remaja laki-laki.15 Terjadinya pubertas dini tersebut diduga karena adanya peran hormon leptin terhadap stimulasi sekresi gonadotropin pada tingkat hipotalamus dan hipofisis anterior.16,17

Leptin adalah protein dari gen (ob) obesitas, disekresikan sebagai hormon terutama dari jaringan adiposa putih dan berfungsi sebagai sinyal ke otak untuk menyimpan energi tubuh. Dengan mengurangi asupan makanan dan meningkatkan termogenesis, leptin mengotrol jaringan lemak tubuh dan berat badan.17 Penelitian tindakan fisiologis pada manusia menunjukkan korelasi positif kuat antara konsentrasi serum leptin dan persentase lemak tubuh.

18,19

(33)

leptin selama masa pubertas dikaitkan dengan penurunan usia menarke. Setiap peningkatan 1 ng/ml kadar serum leptin dikaitkan dengan penurunan 1 bulan usia saat menarke, dan setiap kenaikan 1 kg lemak tubuh dikaitkan dengan penurunan 13 hari usia saat menarke.20

Penelitian yang dilakukan di Denmark tahun 1997 menyatakan bahwa adanya pengaruh hormon leptin terhadap IMT pada tahap 2 dari perkembangan pubertas. Pada remaja perempuan kadar leptin meningkat (r=0.47) dan P<0.0001), sedangkan pada laki-laki terjadi penurunan kadar leptin (r=-0.34 dan P<0.0001). Hal ini mempengaruhi IMT dimana remaja perempuan akan memiliki IMT relatif lebih tinggi dari laki-laki terutama pada saat berusia 12 tahun. 21

(34)

2.6. Kerangka Konseptual

Gambar 2.6. Kerangka konseptual

: variabel yang diteliti

Waktu pubertas

Tingkat maturitas seksual

Payudara Rambut pubis Menarke Usia tulang

Faktor Nutrisi

Hormon lain (leptin) Tinggi

Badan

Berat Badan

Indeks Massa Tubuh

Aktivitas Fisik

(35)

BAB 3. METODOLOGI

3.1. Desain

Penelitian ini merupakan studi cross-sectional untuk menilai hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan

3.2 . Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan terhadap anak perempuan usia 8 sampai 14 tahun di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara pada bulan Mei sampai Juni 2010

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi target adalah anak perempuan usia 8 sampai 18 tahun. Populasi terjangkau adalah anak perempuan SD dan SMTP di tempat penelitian yang berusia 8 sampai 14 tahun. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1. Kriteria Inklusi

(36)

3.4.2. Kriteria Eksklusi

1. Mendapat steroid jangka panjang 2. Mendapat kemoterapi atau radioterapi

3. Mendapat obat-obatan hormonal (growth hormone)

4. Menderita penyakit kronis (tirotoksikosis, gagal jantung, anemia kronisl) 5. Menderita gangguan fisik atau mental yang dapat mempengaruhi

habitus tubuh atau perkembangan pubertas 6. Anak menolak dilakukan pemeriksaan

3.5. Perkiraan Besar Sampel

Untuk menilai korelasi antara status gizi berdasarkan IMT dengan tingkat maturitas seksual dan menarke dihitung berdasarkan rumus besar sampel untuk koefisien korelasi dengan sampel tunggal.

(Zα + Zβ)

Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel adalah 194 orang 24

3.6. Persetujuan/informed Consent

(37)

skala Tanner, usia menarke ditentukan dengan mengisi kuisioner dan penilaian status gizi dengan cara mengukur berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) subjek peneliti. Formulir persetujuan setelah penjelasan dan naskah penjelasan terlampir.

3.7. Etika Penellitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.8 Cara Kerja

3.8.1. Metode Pengambilan Sampel

Pemilihan sekolah SD dan SMTP ditetapkan secara acak sistematik. Subjek dikelompokkan berdasarkan IMT dengan stratified random sampling

3.8.2. Pengukuran

1. Melakukan survei dan pendataan awal di SD dan SMTP di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Melakukan pengambilan sampel dengan menilai kriteria inklusi dan eksklusi

(38)

3. Mengukur BB dengan menggunakan timbangan merk Camry dengan tingkat presisi 0,5 kg. Subjek ditimbang tanpa menggunakan alas kaki dan hanya memakai pakaian sekolah saja.

4. Melakukan penilaian IMT yaitu BB (dalam kg) dibagi TB2 (dalam m2

5. Menentukan status pubertas berdasarkan pada tingkat maturasi seksual menurut skala Tanner

), kemudian memetakannya pada grafik IMT WHO Reference tahun 2007 untuk anak perempuan usia 5 sampai 19 tahun, dilihat pada Z-Score (ZS) berapa nilainya kemudian ditentukan status gizinya.

(39)

3.9. Alur Penelitian

Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria

inklusi

Mengukur BB & TB

 IMT

Pengelompokan sampel berdasarkan status gizi dengan menggunakan grafik IMT WHO Reference tahun 2007 untuk anak perempuan usia 5 sampai 19 tahun

IMT < -3 z-score

IMT -3< z-score<-2

IMT -2< z-score<1

IMT 1< z-score<2

IMT >2 z-score

Gambar 3.1. Alur penelitian Menilai status pubertas

Maturitas payudara

Maturitas

(40)

3.10. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Status nutrisi Kategorik

Variabel tergantung Skala

1. Tahap perkembangan maturitas payudara Kategorik - belum pubertas

- pubertas

2. Tahap perkembangan maturitas rambut pubis Kategorik - belum pubertas

- pubertasMenstruasi

3. Menarke Kategorik

- sudah - belum

3.11. Definisi Operasional

1. Anak perempuan adalah anak perempuan berusia 8 sampai 18 tahunn,25

2. IMT adalah BB (dalam kg) dibagi TB

yang sedang menjalani pendidikan SD dan SMTA di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.

(41)

3. Status gizi berdasarkan IMT menurut umur (IMT/U) dikelompokkan pada 26

a. Severe thinness adalah IMT berada pada <-3 Z-score grafik WHO Reference tahun 2007 pada anak perempuan usia 5 sampai 19

c. Normoweight adalah IMT berada pada -2< Z-score <1 grafik WHO Reference tahun 2007 pada anak perempuan usia 5 sampai 19 tahun.

d. Overweight adalah IMT berada pada 1< Z-score <2 grafik WHO Reference tahun 2007 pada anak perempuan usia 5 sampai 19 tahun.

e. Obesity adalah IMT berada pada >2 Z-score grafik WHO Reference tahun 2007 untuk anak perempuan usia 5 sampai 19 tahun.

4. Tingkat maturitas seksual adalah penilaian maturitas seksual dengan menilai pertumbuhan payudara dan rambut pubis dengan skala Tanner.

5. Menarke merupakan menstruasi pertama yang dialami anak perempuan.

7,8

6. Waktu pubertas masa peralihan dari anak-anak menuju kedewasaan. Perubahan yang terjadi pada masa pubertas meliputi perubahan fisik,

(42)

psikis, perilaku, sosial dan munculnya tanda-tanda seks sekunder. Pada anak perempuan pubertas berlangsung pada usia 8 sampai 13 tahun. 2

3.12. Pengolahan dan Analisis Data

(43)

BAB 4.

HASIL PENELITIAN

4.1. Data Demografik

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Mandailing Natal. Secara

geografis Kabupaten Mandailing Natal terletak antara 00.10’–100 50’

Lintang Utara dan 980 50’- 1000 10’ Bujur Timur. Wilayah administrasi

Mandailing Natal dibagi atas 17 kecamatan dan 392 desa/kelurahan

yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan

Undang-Undang No.12 Tahun 1998 pada tanggal 23 November 1998. Namun

sampai pada tahun 2009, setelah terjadi pemekaran, maka jumlah

kecamatan menjadi 23 kecamatan dan 395 desa/kelurahan.

Daerah Kabupaten Mandailing Natal secara geografis terletak

paling selatan dari Propinsi Sumatera Utara dengan batas-batas sebagai

berikut :

27

1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Padang Lawas

2. Sebelah Selatan dengan Propinsi Sumatera Barat

3. Sebelah Timur dengan Propinsi Sumatera Barat

4. Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia

Pekerjan utama penduduk Mandailing Natal dari sektor pertanian

(71.4%), perdagangan (12.94%), jasa (5%), dan lainnya seperti angkutan

(44)

4.2. Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri No. 142587 Hutarimbaru, SD

Negeri No. 142584 Gunung Baringin, di SD Negeri No. 145609

Parmompang, Kecamatan Panyabungan Timur, Kabupaten Mandailing

Natal dan pesantren Purba Baru, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten

Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara.

(45)

Populasi terjangkau berjumlah 210 orang anak perempuan yang

terdiri dari 182 orang siswa SD kelas 3 sampai 6 dan 28 orang siswa

pesantren setingkat SMTP. Sebanyak 195 orang (92.9%) memenuhi

kriteria yang terdiri dari 167 orang siswa SD dan 28 orang siswa

pesantren. Karakteristik dasar subjek penelitian seperti pada tabel 4.1.

Tabel 4.1.Karakterstik subjek penelitian

Karakteristik

Usia, mean (SD), tahun 11.8 (1.37)

Berat badan, mean (SD), kg 31.0 (8.74)

Tinggi badan, mean (SD), m 1.3 (0.09)

Indeks massa tubuh 17.2 (3.11)

Status gizi berdasarkan IMT, n (%) IMT/U <-3 Z-Score (Severe Thinness) IMT/U -3<Z-Score<-2 (Thinness) IMT/U -2<Z-Score<0 (Normoweight) IMT/U 0<Z-Score<1 (Normoweight) IMT/U 1<Z-Score<2 (Overweight)

2 (1.0) 37 (19.0) 94 (48.2) 46 (23.6) 16 ( 8.2)

Perkembangan maturitas payudara (M), mean (SD) M1

Tabel 4.1. menyajikan informasi mengenai karakteristik subjek

penelitian. Dari tabel tersebut diketahui bahwa rerata usia subjek

(46)

(SD=0.09). Berdasarkan perhitungan IMT, sebagian besar subjek

penelitian berstatus gizi normoweight sebanyak 140 orang (71.8%). Sedang usia rerata perkembangan maturitas payudara 12.2 tahun

(SD=1.28), rambut pubis 13.2 tahun (SD=0.92), dan menarke 12.3 tahun

(SD=0.45)

Tabel 4.2. Hubungan status gizi dan tahap perkembangan payudara

Status Gizi Tingkat Maturitas Payudara P

Belum Pubertas (%) Pubertas (%)

Overweight 0 (0) 16 (100) 0.0001

Hasil analisis dengan uji Chi-square yang pada tabel 4.2 diperoleh hubungan yang signifikan antara status gizi dan tingkat maturitas

payudara (P=0.0001). Dari 16 orang dengan overweight keseluruhan telah mengalami maturitas payudara. Sedangkan dari 39 orang dengan

status gizi thinness dan severe thinness hanya 3 orang yang mengalami pubertas.

Tabel 4.3. Hubungan status gizi dan tahap perkembangan rambut pubis

Status Gizi Tingkat MaturitasPubis P

(47)

Dari hasil analisis pada tabel 4.3 diketahui bahwa seluruh subjek

penelitian dengan status gizi overweight telah mengalami perkembangan rambut pubis sebanyak 13 orang (81.3%). Sedang pada kelompok status

gizi thinness dan severe thinness belum mengalami perkembangan rambut pubis. Dari hasil analisis uji Chi-square diperoleh hubungan yang

signifikan antara status gizi dan tahap maturitas rambut pubis (P=0.0001)

Tabel 4.4. Hubungan status gizi dan menarke

Status Gizi Menarke P

Sudah (%) Belum (%)

Overweight 9 (56.2) 7 (43.8) 0.0001

Normoweight 18 (12.9) 122 (87.1)

Thinness

Severe thinness

0 (0) 0 (0)

37 (100) 2 (100)

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebanyak 9 (56.2%) dari 16 orang

(48)

BAB 5.

PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Pubertas pada anak perempuan berlangsung pada usia 8 sampai 13 tahun

sedang anak laki-laki pada usia 9 sampai 14 tahun.2 Sedangkan literatur

lainnya mendefinisikan remaja bila anak telah mencapai usia 10 sampai 19

tahun.28

Penelitian ini menilai status gizi berdasarkan IMT dengan

menggunakan grafik WHO Reference tahun 2007 untuk anak perempuan

usia 5 sampai 19 tahun. Berdasarkan grafik tersebut dijumpai 2 anak dengan

severe thinness, 37 orang dengan thinness, 104 orang dengan normoweight, dan 16 orang dengan overweight.

Pada penelitian ini, dilakukan penilaian tingkat maturitas seksual

pada anak perempuan berusia 8 sampai 14 tahun.

Pengukuran IMT dapat menilai perubahan komposisi tubuh terjadi

pada masa anak dan remaja, baik pada laki-laki maupun pada perempuan. 29

Walaupun tergantung ras dan jenis kelamin, penelitian di beberapa negara

menunjukkan bahwa penilaian IMT merupakan pengukuran yang paling baik

untuk menilai persentase lemak tubuh dan hubungan berat badan dengan

(49)

daripada penilaian tebal lipatan kulit,32 indeks Rohrer (kg/m3)33 dan

menggunakan alat non invasif.34

Berdasarkan suatu studi longitudinal pada anak laki-laki dan

perempuan berusia 8 sampai 18 tahun, perubahan IMT dapat merefleksikan

perubahan komposisi tubuh.

35 Suatu penelitian menilai validasi pengukuran

komposisi tubuh dengan IMT dibanding dengan Rohrer Index (RI) pada

anak usia 2 dan 19 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan pengukuran

dengan IMT lebih baik dibanding dengan RI untuk menilai status underweight

dan overweigh pada subjek penelitian.

American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemantauan IMT untuk mencegah kejadian obesitas pada anak dan

remaja.

33

36 Pada penelitian ini rerata IMT pada anak perempuan berusia 8

sampai 18 tahun adalah 17.18 kg/m2

Pada peneltian ini rerata usia anak untuk mencapai perkembangan

payudara pada usia 12.2 tahun (SD=1.28), rambut pubis 13,2 tahun

(SD=0.92) dan sudah menarke sebanyak 27 anak perempuan dengan rerata

usia menarke 12.3 tahun (SD=0.45)

, masih dalam kategori normoweight.

Penelitian ini adalah cross sectional sehingga tidak dapat menilai perubahan IMT yang merupakan gambaran dari perubahan komposisi tubuh.

Untuk menilai tingkat maturitas seksual, diperlukan beberapa

(50)

menggunakan skala Tanner memiliki tingkat akurasi yang cukup baik dalam

menentukan usia pubertas. Berdasarkan data dari The Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) yang melakukan penelitian pada anak perempuan usia 8 sampai 16 tahun bahwa onset rata-rata usia

tumbuhnya rambut pubis, perkembangan payudara, dan usia menarke

masing-masing 9.5; 9.5; dan 12.1 tahun pada anak perempuan kulit hitam,

sementara untuk Amerika Meksiko masing-masing 10.3; 9.8; dan 12.2 tahun,

sedangkan pada anak perempuan kulit putih masing-masing 10.5; 10.3; dan

12.7 tahun. Dari hasil ini diketahui anak perempuan kulit hitam dan Amerika

Meksiko memiliki perkembangan rambut pubis, perkembangan payudara,

dan onset menarke pada usia yang lebih muda dari pada kulit putih. Temuan

ini semakin memperkuat penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa

ras dan etnis berhubungan dengan maturasi pubertas pada anak-anak

perempuan di Amerika.37

5.2. Hubungan IMT dengan Tingkat Maturitas Seksual

Beberapa faktor non hormonal telah diketahui dapat mempengaruhi

perkembangan seksual. IMT merupakan salah satu faktor yang paling banyak

diteliti oleh para ahli terhadap maturitas seksual. Namun hubungan antara

IMT dengan tingkat maturitas seksual juga dipengaruhi oleh berbagai faktor

(51)

lingkungan. 2,4-6

Hampir semua penelitian menunjukkan hubungan antara pubertas dini

pada anak perempuan dengan obesitas namum belum diketahui apakah

peningkatan lemak tubuh merupakan predisposisi anak perempuan

mengalami pubertas lebih awal yang disebabkan karena peningkatan hormon

estrogen.

Penelitian ini menilai hubungan antara IMT dengan tingkat

maturitas seksual pada anak perempuan berusia 8 sampai 18 tahun di

daerah pedesaan Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal,

Provinsi Sumatera Utara. Dengan melakukan uji Chi-square hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna antara IMT dengan tingkat

maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan, semakin tinggi IMT

maka makin cepat anak perempuan mengalami maturitas seksual dan

menarke.

Suatu review menilai tentang efek steroid gonad pada komposisi tubuh

menyimpulkan bahwa kadar hormon estrogen dan progesteron yang lebih

tinggi pada anak perempuan dengan obesitas karena kedua hormon

berfungsi dalam penyimpanan kelebihan kalori sebagai lemak. Estrogen

berperan dalam penimbunan lemak pada jaringan adiposa perifer. 15

Dengan

demikian ada kemungkinan bahwa remaja dengan pubertas dini

(52)

peningkatan IMT dan lemak tubuh lebih besar dibanding dengan remaja

seusianya yang masih prapubertas.

Penelitian longitudinal di Swedia menyatakan bahwa obesitas

mengakibatkan terjadinya pubertas dini pada anak perempuan. Pada

penelitian ini data pertumbuhan dikumpulkan pada sampel anak-anak dengan

menggunakan catatan dokter sampai usia 6 tahun dan catatan sekolah dari

usia 7 sampai 18 tahun. Sebagai pertanda pubertas pada studi ini yaitu usia

saat mencapai puncak kecepatan TB. Peningkatan IMT yang lebih cepat,

mengakibatkan waktu pubertas yang lebih dini yaitu 0,6 tahun pada anak

laki-laki dan 0,7 tahun pada anak perempuan. Studi ini menunjukkan bahwa

kelebihan gizi pada anak saat usia dini dapat mengakibatkan pubertas dini. 38

Penelitian longitudinal pada 197 anak perempuan usia 5 tahun di

Pennsylvania, awal pemeriksaan dilakukan pada usia 5 tahun dan kemudian

dilakukan pemeriksaan ulang saat usia 7 dan 9 tahun. Massa lemak dan

persentase lemak tubuh dihitung dari rumus menggunakan ukuran TB, BB,

ketebalan kulit subskapularis dan trisep, dan impedansi bioelectrical. Pada

usia 9 tahun, dinilai tahap perkembangan payudara secara inspeksi, dan

kadar serum estradiol. Ditemukan bahwa anak perempuan dengan

persentase lemak tubuh atau IMT lebih tinggi saat usia 5 tahun dan 7 tahun

secara bermakna lebih mungkin memiliki perkembangan pubertas lebih dini

(53)

antara persentase lemak tubuh saat usia 7 tahun dengan perkembangan

payudara usia 9 tahun.

Penelitian terbaru studi longitudinal pada 354 remaja perempuan

dengan menilai TB dan BB dari usia 3 tahun sampai 6 tahun dan

pemeriksaan status pubertas dari pemeriksaan fisik yang dilaporkan orang

tua. Penelitian ini menunjukkan peningkatan IMT sejak usia 3 tahun yang

berlanjut sampai usia 6 tahun, merupakan faktor risiko yang signifikan untuk

memasuki masa pubertas lebih awal. 40

Mekanisme sekresi adrenal androgen diaktifkan pada usia 6 sampai

10 tahun, menyebabkan munculnya rambut pubis, namun mekanisme

tersebut belum dipahami dan kemungkinan melibatkan hormon Insulin dan

GH/IGF-1 yang menginduksi enzim adrenal steroidogenik dan meningkatkan produksi sekresi adrenal androgens.

41

Untuk penyelidikan apakah obesitas dan faktor nutrisi mungkin

mempengaruhi proses sekresi adrenal androgen, suatu penelitian observasi

longitudinal yang berlangsung selama 6 tahun pengamatan di Dortmund,

Jerman. Populasi penelitian dilakukan pada anak laki-laki dan perempuan

prepubertas kulit putih, dengan pemeriksaan kadar dehydroepiandrosterone

sulfate (DHEA-S) pada sampel urin 24 jam tiap tahunnya. IMT dinilai tahunan

dan dihubungkan dengan kadar DHEA-S urin. Meskipun dalam penelitian ini,

(54)

menunjukkan hubungan, namun anak dengan kenaikan IMT cenderum

memiliki kadar DHEA-S yang lebih tinggi dibanding anak dengan IMT lebih

rendah. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan lemak tubuh memainkan

peran penting dalam menstimulasi sekresi androgen adrenal.

Penelitian di Perancis menemukan bahwa 32,5% anak perempuan

dengan IMT ≥ 2 SD mengalami pertumbuhan rambut pubis lebih dini. Hasil

penelitian ini menemukan adanya hubungan bermakna antara peningkatan

IMT dan peningkatan kadar serum DHEA-S (P=0.004).

42

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian ini cross

sectional sehingga perubahan komposisi tubuh tidak dapat dinilai dan

penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan kadar hormon seks (FSH, LH, dan

testosteron), dan tidak menilai usia tulang dalam menentukan usia pubertas.

Masih diperlukan penelitian lebih lanjut yang mencakup semua aspek dalam

(55)

BAB 6.

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Ditemukan hubungan yang signifikan antara status gizi berdasarkan IMT dan

tingkat maturitas seksual pada anak perempuan

6.2. Saran

Masih diperlukan penelitian lebih lanjut yang mencakup semua aspek dalam

menentukan hubungan IMT dengan usia pubertas. Sebaiknya dilakukan

penelitian dengan studi longitudinal untuk menentukan hubungan antara

perubahan komposisi tubuh, kadar hormon leptin, hormon seks, usia tulang,

dengan perkembangan maturitas seksual, serta faktor-faktor yang dapat

(56)

BAB 7.

RINGKASAN

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya

kecenderungan usia pubertas pada anak dengan obesitas semakin cepat.

Namun sangat sedikit data yang menyatakan hubungan tersebut pada

remaja perempuan di Indonesia sehingga masih diperlukan penelitian lebih

lanjut menilai hubungan antara perubahan komposisi tubuh, maturitas

perkembangan seksual, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status gizi

berdasarkan IMT dengan tingkat maturitas seksual pada anak perempuan.

Penelitian ini merupakan cross sectional yang menilai hubungan antara IMT dengan tingkat maturitas seksual pada anak perempuan berusia 8 sampai

14 tahun. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2010 di SD

dan SMTP di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal,

Sumatera Utara. Sebanyak 195 orang anak perempuan memenuhi kriteria yang terdiri dari 167 orang siswa SD dan 28 orang siswa pesantren. Hasil

penelitian ini ditemukan rerata usia subjek penelitian adalah 11.8 tahun

(SD=1.37), dengan rerata BB dan TB masing-masing 31 kilogram (SD=8.74)

dan 1.3 meter (SD=0.09). Berdasarkan perhitungan IMT, sebagian besar

(57)

Sedang usia rerata perkembangan maturitas payudara 12.2 tahun (SD=1.28),

rambut pubis 13.2 tahun (SD=0.92), dan menarke 12.3 tahun (SD=0.45).

Dengan uji chi square ditemukan hubungan signifikan antara status gizi berdasarkan IMT dengan maturitas seksual payudara, pertumbuhan rambut

pubis dan menarke (P=0.0001). Penelitian ini menyimpulkan bahwa dijumpai

hubungan yang bermakna antara status gizi berdasarkan IMT dengan

(58)

DAFTAR PUSTAKA

1. Rosenfield RL. Puberty in the female and its disorders. Dalam: Sperling MA, penyunting. Pediatric Endokcrinology. Edisi ke-2. Philadelpia: W.B. Saunders; 2002.h.455-518

2. Pulungan AB. Pubertas dan gangguannya. Dalam: Batubara JR, Tridjaja Bambang, Pulungan AB, penyunting. Buku ajar endokrinologi anak. Edisi ke-1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010. h.85-123

3. Lee PA. Normal pubertal development. Dalam: Moshang T, penyunting. Pediatric endocrinology the requisites in pediatrics. Edisike-1. New York; Elsevier; 2005. h.63-71

4. Herman-Giddens ME, Slora EJ, Wasserman RC, Bourdony CJ, Bhapkar MV, Koch GG. Secondary sexual characteristics and menses in young girls seen in office practice: A study from the pediatric research in office settings network. Pediatrics.1997; 99:505-12

5. Wu Tiejian, Mendola P, Buck GM. Ethnic differences in the presence of secondary sex characteristics and menarche among US girls: the third national health and nutrition examination survey, 1988–1994. Pediatrics.

2002; 110:752-7

6. Kaplowitz PB, Slora EJ, Wasserman RC, Pedlow SE, Herman-Giddens ME. Earlier onset of puberty in girls: relation to increased body mass index and race. Pediatrics. 2001; 108:347-53

7. Brook CG, Brown RS, penyunting. Handbook of clinical pediatric endocrinology. Edisi ke-1. Australia: Blackwell, 2008. h.68-77

8. Guercio Gabriela, Rivarola MA, Chaler Eduardo, Maceiras Mercedes, Belgorosky Alicia. Relationship between the growth hormone/insulin-like growth factor-i axis, insulin sensitivity, and adrenal. J Clin Endocrinol Metab. 2003; 88 :1389-93

9. Marcell AV. Adolescence. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson text book of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelpia : Saunders Corporation, 2008. h.60–5.

10. Abbassi V. Growth and normal puberty. Pediatrics. 1998; 102:507-11. 11. Golub MS, Collman GW, Foster PM, Kimmel CA, Meyts ER, Reiter EO,

Sharpe RM, dkk. Public health implications of altered puberty timing. Pediatrics. 2008; 121:218-30.

12. Georgopoulos N, Markou K, Theodoropoulou A, Paraskevopoulou P, Varaki I, Kazantzi Z. Growth and pubertal development in elite femal rhythmic gymnasts. J Clin Endocrinol Metab. 1999; 84:4525-30.

(59)

variations around the world, secular trends, and changes after migration. Endocr Rev. 2003; 24: 668-93.

14. Rosenfield RL, Lipton RB, Drum ML. Thelarche, pubarche, and menarche attainment in children with normal and elevated body mass index. Pediatrics. 2009; 123:84-8

15. Kaplowitz PB. Link between body fat and the timing puberty. Pediatrics. 2008; 121:208-17

16. Garcia-Mayor R, Andrade MA, Rios M, Lage M, Dieguez C, Casanueva FF. Serum leptin in normal children : Relationship to age, gender, body mass index, pituitary-gonadal hormones, and pubertal stage. J Clin Endocrinol Metab. 1997; 82: 2849-55

17. Shalitin S, Philli M. Role of obesity and leptin in the pubertal process and pubertal growth-a review. Int J Obes.2003; 27:869-74

18. Considine RV, Sinha MK, Heiman ML, Kriauciunas A, Stephens TW, Nice MR, dkk. Serum immunoreactive leptin concentrations in normalweight and obese humans. N Engl J Med 1996; 334: 292-5

19. Hassink SG, Sheslow DV, de Lancey E, Opentanova I, Considine RV, Caro JF. Serum leptin in children with obesity: relationship to gender and development. Pediatrics. 1996; 98:201-3

20. Matkovic V, Ilich JZ, Skugor M, Badenhop NE, Goel P, Clairmont A, dkk. Leptin is inversely related to age at menarche in human females. J Clin Endocrinol Metab. 1997; 82:3239-45.

21. Blum WF, Englaro P, Hanitsch S, Juul A, Hertel NT, Muller J, dkk. Plasma leptin levels in healthy children and adolescents: Dependence on body mass index, body fat mass, gender, pubertal stage, and testosterone. J Clin Endocrinol Metab. 1997; 82:2904-10.

22. Quinton ND, Smith RF, Clayton PE, Gill MS, Shalet S, Justice SK, dkk. Leptin binding activity changes with age: the link between leptin and puberty. J Clin Endocrinol Metab. 1999; 84:2336-41

23. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto, 2008. h.302–31

24. Wang Y. Is obesity associated with early sexual maturation? A comparison of the association in American boys versus girls. Pediatrics. 2002; 110:903-10

25. World Health Organization. Definition of child abuse

26. Dinsdale H, Ridler C, Ells L. A simple guide to classifying body mass index in children. Oxford: National Obesity Observatory; 2011.

(60)

27. Badan pusat statistik kabupaten Mandailing Natal. Kabupaten Mandailing dalam angka 2010. Panyabungan: Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal; 2010

28. Pardede N. Masa remaja. Dalam: Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsi, Suyitno H, Ranuh IG, penyunting.Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi ke-1. Jakarta : Sagung Seto. 2002. h. 138-70

29. Maynard LM, Wisemandle W, Roche AF, Chumlea WC, Guo SS, Siervogel RM. Chilhood body composition in relation to body mass index. Pediatrics. 2001; 107: 344-50

30. Ellis KJ. Body composition of a young, multiethnic, male population. Am J Clin Nutr. 1997; 66:1323-31

31. Ellis KJ, Abrams SA, Wong WW. Monitoring childhood obesity: Assesment of the weight/height2

32. Malina RM, Katmarzyk PT. Validity of the body mass index as an indicator of the risk and presence of overweight in adolescents. Am J Clin Nutr. 1999; 70:131-6

index. Am J Epidemiol.1999; 150:939–46

33. Mei Z, Grummer-strawn LM, Pietrobelli A, Goulding A, Goran MI, Dietz WH. Validity of body mass index compared with other body composition screening indexes for the assessment of body fatness in children and adolescents. Am J Clin Nutr. 2002; 75:978-85

34. Elberg J, McDuffie JR, Sebring NG, Salaita C, Keil M, Robotham D, dkk. Comparison of methods to assess change in children’s body composition. Am J Clin Nutr. 2004; 80:64-9

35. Demerath EW, Schubert CM, Maynard LM, Sun SS, Chumlea WC, Pickoff A, dkk. Do changes in body mass index percentile reflect changes in body composition in children? Data from the fels longitudinal study. Pediatrics. 2006; 117:487-95

36. American Academy of Pediatrics. Policy statement: Prevention of pediatric overweight and obesity. Pediatrics. 2003; 112:424-30

37. Wu T, Mendola P, Buck GM. Ethnic differences in the presence of secondary sex characteristics and menarche among US girls : the Third National Health and Nutrition Examination Survey, 1988-1994. Pediatrics. 2002; 110:752-7

38. Rosenbaum M, Leibel RL. Role of gonadal steroids in the sexual dimorphism in body composition and circulating concentrations of leptin. J Clin Endocrinol Metab.1999; 84:1784-9

39. He Q, Karlberg J. BMI gain in childhood and its association with height gain, timing of puberty, and final height. Pediatr Res. 2001; 49:244-51 40. Davison KK, Susman EJ, Birch LL. Percent body fat at age 5 predicts

(61)

41. Lee JM, Appugliese D, Kaciroti N, Corwyn RF, Bradley RH, Lumeng JC.

Weight status in young girls and the onset of puberty. Pediatrics. 2007; 119:

42. Remer T, Manz F. Role of nutritional status in the regulation of adrenarche. J Clin Endocrinol Metab. 1999; 84:3936-44

43. Charkaluk ML, Trivin C, Brauner R. Premature pubarche as an indicator of how body weight influences the onset of adrenarche. Eur j pediatr. 2004;163 : 89-93

(62)

LAMPIRAN

1. Personil Penelitian

1. Ketua Penelitian

Nama : dr. Kholidah Nasution

Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak

FK-USU/RSHAM

2. Supervisor penelitian

1. dr.Hakimi,SpA(K)

2. dr.Sri Sofyani, SpA(K)

3. Anggota penelitian

1. Desi Aswira Nasution

2. Washli Zakia

3. Nelly Simarmata

2. Biaya Penelitian

1. Bahan / perlengkapan : Rp. 2.000.000

2. Transportasi / Akomodasi : Rp. 3.000.000

3. Penyusunan / penggandaan : Rp. 2.000.000

4. Seminar hasil penelitian : Rp. 6.000.000

(63)

3. Jadwal Penelitian

WAKTU

KEGIATAN

APRIL 2010

MEI 2010

JUNI 2010

JULI 2010

Persiapan

Pelaksanaan

Penyusunan laporan Pengiriman

(64)

4. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ...

Umur : ...

Alamat : ...

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

Untuk dilakukan pemeriksaan fisik, tinggi badan, berat badan dan maturitas seksual berdasarkan skala Tanner terhadap anak saya :

Nama : ...

Umur : ...

Alamat Rumah : ...

Alamat Sekolah : ...

Yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Saksi-Saksi Tanda Tangan

1. ...

(65)

5. Naskah Penjelasan kepada Orangtua

Yth. Bapak/Ibu ...

Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri. Kami dokter Kholidah Nasution

dan kawan-kawan, bertugas di Divisi Endokrinologi Departemen Ilmu

Kesehatan Anak FK USU/RSUP H Adam Malik Medan. Saat ini kami sedang

melaksanakan penelitian tentang hubungan Status gizi berdasarkan Indeks

Massa Tubuh (IMT) dengan maturitas seksual dan menarke (haid pertama)

pada anak SD dan SMP di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing

Natal. Bersama ini, kami mohon izin kepada Bapak/Ibu orangtua dari

... untuk melakukan pendataan tentang kondisi

anak Bapak / Ibu tersebut.

Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya dilakukan pemeriksaan tersebut,

maka kami mengharapkan Bapak / Ibu bersedia datang ke sekolah pada

... untuk menandatangani lembar

Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP). Demikian yang dapat kami

sampaikan.

Atas perhatian Bapak / Ibu, diucapkan terima kasih.

Hormat Kami,

Ketua Tim Peneliti

(66)

6. Lembar pemeriksaan

No. Reg : Tanggal : Dilakukan oleh :

Identitas Pribadi

Nama : ………

Tempat, Tanggal Lahir : ………

Tinggi / Berat Badan : ………

Alamat Rumah : ………

Alamat Sekolah : ………

Anak ke ….. dari ….. bersaudara. Kembar (ya / tidak)

Identitas Orang Tua Ibu Ayah

Nama ……… ……….

Tanggal Lahir ……… ……….

Suku Bangsa ………... …………...……

Pekerjaan ……… ………

Pendidikan ……… ………

Tinggi / Berat Badan ……… ………

Penyakit (jika ada) ……… ………

(67)

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : tampak sehat / sakit ; Kesadaran : ………

Status Pubertas : Payudara : …... Rambut Pubis : …..

Menarke (Haid pertama): ya/tidak, bila ya,usia... tahun

Kelainan kongenital nyata / dismorfik : ………

TD : ………… HR : …… Pols : ……… Temp. : …… RR : …

Kepala : bentuk ………. rambut ……

telinga ……….. mata ……… hidung … mulut …

Leher : tiroid ……... KGB : …………

Dada : ………

Perut : ………Hati ……Limpa ……. Ginjal ………

Genitalia : ………

Ekstremitas : Atas ……… Bawah ………

Ukuran-ukuran Badan

Tinggi Badan : …… Persentil…… Berat Badan:... . Persentil ...

(68)

7. Lembar Kuisioner

1. Apakah anda sedang menderita penyakit tertentu? ya/tidak

Jika ya ,penyakit apa ? ...

2. Apakah menderita penyakit sebelumnya ? ya/tidak

Jika ya, penyakit apa ? ...

3. Apakah anda memakai obat-obatan? ya/tidak

Jika ya, obat apa dan berapa lama dikonsumsi ...

4. Apakah anda sedang menjalani kemoterapi ? ya/tidak

Jika ya, sudah berapa lama ? ...

5. Apakah kedua orang tua anda masih hidup ? ya/tidak

6. Apakah anda dan keluarga anda sering berpindah tempat ? ya/tidak

7. Apakah anda mempunyai masalah di lingkungan keluarga anda? ya/tidak

Jika ya, masalah apa ? ...

8. Apakah anda mempunyai masalah di lingkungan sekolah anda ? ya/tidak

Jika ya, masalah apa ? ...

9. aApakah anda sudah mensturasi ? ya/tidak

Jika ya, usia... tahun

10. Apakah anda saat ini sedang menjalani latihan fisik dan kompetisi olah raga

yang intensif ? ya/tidak

Jika ya, latihan fisik apa dan sudah berapa lama dijalani ?

...

11. Apakah anda sering mamakan makanan instan/fast food? ya/tidak

Jika ya jenis makanannya……….. berapa kali seminggu……….

12. Apakah anda serimg menonton TV di rumah ? ya/tidak

Jika ya berapa jam dalam sehari……….

13. Apakah anda sering bermain internet ? ya/tidak

Jika ya berapa jam dalam seminggu………

(69)
(70)

Tabel 2.1. Tahap perkembangan pubertas pada anak perempuan

Tahap Payudara Rambut pubis

Tahap 1

Payudara dan areola membesar, tidak ada kontur pemisah

Areola dan papilla membentuk bukit kedua

Bentuk dewasa, papilla menonjol, areola sebagian bagian dari kontur buah dada

Tidak ada rambut pubis

Jarang,berpigmen sedikit, lurus, atas medial labia

Lebih hitam, mulai ikal, jumlah bertambah

Kasar, keriting, belum sebanyak dewasa

Bentuk segitiga seperti pada perempuan dewasa, tersebar sampai medial paha

Gambar 2.2. Tahap perkembangan maturitas seksual (2 sampai 5) dari

(71)

Gambar 2.3. Tahapperkembangan maturitas seksual (1 sampai 5) dari

(72)

LAMPIRAN HASIL STATISTIK PENELITIAN

Std. Deviation 1,37238

Variance 1,883

Std. Deviation 8,74163

Variance 76,416

Range 37,00

Minimum 18,00

Maximum 55,00

a Multiple modes exist. The smallest value is shown

3. TB

Std. Deviation ,08591

Variance ,007

Range ,43

Minimum 1,13

(73)

4. IMT

Std. Deviation 3,11097

Variance 9,678

Range 12,35

Minimum 12,94

Maximum 25,29

a Multiple modes exist. The smallest value is shown

5. Z Score

6. Rerata usia perkembangan maturitas payudara Group Statistics

7. Rerata usia perkembangan maturitas rambut pubis

(74)

8. Rerata usia menarke

9. Gizi*maturitas payudara

Statistics

S. Gizi * m aturitaspayuda ra Crosstabulation

56 84 140

2 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,94.

(75)

10. S.Gizi*maturitas rambut pubis

11. S.Gizi*menarke

S. Gizi * m aturitaspubis Crosstabulation

102 38 140

3 cells (37,5%) have expected count less than 5. The mi nimum expected count is ,52.

(76)

Chi-Square Tests

30,500a 3 ,000

27,487 3 ,000

195 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio N of Valid Cases

Value df

As ymp. Sig. (2-sided)

3 cells (37,5%) have expected count less than 5. The mi nimum expected count is ,28.

(77)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : dr.Kholidah Nasution

Tempat/tanggal lahir : Padangsidimpuan, 31 Agustus 1975

Alamat : Jalan Walet VII No.144 Perumnas Mandala

Nama Suami : Mhd. Rois Batubara, SE

Nama anak : Denisha Amelia Rois Batubara

Pendidikan

1. Sekolah Dasar Negeri 142431 Padangsimdipuan, selesai tahun 1988

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Padangsidimpuan, selesai

tahun 1991

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Padangsidimpuan, selesai tahun 1994.

4. S1 Sarjana Kedokteran (S.Ked), Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara, selesai tahun 1998.

5. Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara, selesai tahun 2000.

6. S2 Magister Kedokteran Klinik Bidang Pediatrik (M.Ked-Ped) dan

Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak (PPDSA) Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tahun 2007 sampai sekarang.

Riwayat Pekerjaan

1. Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Puskesmas Simpanggambir dan

Sihepeng, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara,

tahun 2001.

2. Dokter Umum pada RS. Permata Madina Kabupaten Mandailing Natal

Provinsi Sumatera Utara tahun 2002

3. Dokter Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada RSUD. Panyabungan

Gambar

Gambar 2.1. Anatomi sistem gonadotropin  dan gambaran sekresi LH
Gambar 2.3. Tahap perkembangan maturitas seksual (2 sampai 5) dari
Gambar 2.4. Urutan perkembangan maturasi seksual pada anak
Gambar 2.5. Pengaruh lingkungan terhadap batas usia pubertas. 13
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Rekening air yang ditagihkan tiap-tiap bulan kepada pelanggan terdapat salah satu komponen atau item dari rekening air yaitu Biaya Dana Meter. Biaya Dana

Perputaran modal usaha yang baik akan sangat berpengaruh terhadap aktivitas perusahaan karena dari modal kerja yang baik dalam pengaturannya maka perusahaan akan terus beroprasi

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B7, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia- Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikanpenulisan skripsi

Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka dan di sisi tempat tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka pilihan lain harus dipertimbangkan untuk memastikan

Pasien dengan trauma tumpul abdomen dan positif terjumpa trauma yang lain atau cedera pada bagian retroperitoneal haruslah dilakukan CT abdomen.. Pasien juga haruslah diikuti

Tabel 19 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas kabupaten/kota yogyakarta data tahun 2014.. Tabel 20

Mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka dilakukan penelitian untuk perancangan dan implementasi aplikasi pembelajaran servis sepeda