TESIS
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TINGKAT MATURITAS SEKSUAL DAN
MENARKE PADA ANAK PEREMPUAN
KHOLIDAH NASUTION 087103020/IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TINGKAT MATURITAS SEKSUAL DAN
MENARKE PADA ANAK PEREMPUAN
TESIS
Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik (M. Ked-Ped) pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
KHOLIDAH NASUTION 087103020 / IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Penelitian : Hubungan antara status gizi berdasarkan Indeks MassaTubuh (IMT) dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan
Nama Mahasiswa : Kholidah Nasution No. Induk Mahasiswa : 087103020/IKA
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak
Menyetujui Komisi Pembimbing
Dr. H. Hakimi, Sp.A(K) Ketua
Dr. Sri Sofyani, Sp.A(K) Anggota
Ketua Program Magister Ketua TKP-PPDS
Tanggal Lulus: 22 April 2013 PERNYATAAN
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TINGKAT MATURITAS SEKSUAL DAN MENARKE
PADA ANAK PEREMPUAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, Januari 2013
Tanggal lulus : 22 April 2013
Telah diuji pada
Tanggal : 22 April 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : dr. Hakimi, Sp. A(K) ………...
UCAPAN TERIMA KASIH
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya serta atas ridhaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan Magister Kedokteran Klinik di bidang Ilmu Kesehatan Anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Pembimbing utama dr. Hakimi, SpA(K) dan dr. Sri Sofyani, SpA(K) yang
memberikan bimbingan, bantuan, serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.
memberikan nasehat dan bimbingan kepada penulis hingga selesainya penulisan tesis ini.
3. dr. Melda Deliana, SpA(K), dr. Siska Mayasari Lubis, M.Ked.Ped, SpA, dan dr. Karina Sugiharto, M.Ked.Ped, SpA selaku staf di Divisi Endokrinologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU yang telah memberikan bimbingan dan sumbangan pemikiran sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.
4. Rektor USU, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), SpA(K) dan mantan Rektor USU, Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K), yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinik di bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Kesehatan Anak di FK USU.
5. Dekan Fakultas Kedokteran USU, Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinik di bidang Ilmu Kesehatan Anak dan PPDS Ilmu Kesehatan Anak di FK USU.
7. Bupati Kabupaten Mandailing Natal, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal, dan Camat Kecamatan Panyabungan Kota beserta jajarannya, yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.
8. Teman-teman seangkatan yang tidak mungkin bisa saya lupakan, dr. Fadli Sahputra, dr. Johan El Hakim, dr. Sri Rahayu, dr. Beatrix, dr. Desy
Aswita, dr. Viviana, dr. Eka Destianti, dr. Irfan Indra, dr. Darnifa Yanti, dr. Indra Mustawa, dr. Washli Zakia, dr. Afita Sari dan dr. Cut Vera yang
selalu saling menjaga silaturahmi dan mendukung dalam suka dan duka, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini.
9. Teman sejawat PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK USU, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.
Kepada ibunda Nurhayati Batubara yang telah memberikan kasih sayang dan semangat untuk terus belajar. Kepada ayahanda Alm. Abdul Kadir Nasution, kakanda Irma Nirawati Nasution, Ir. Syarifah Hannum Nasution, Ir. Elvi Nasyariah, abangda Mhd. Musyafran Nasution, S.Sos dan adinda Taufik Hamin Nasution SE, serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan, memberikan dorongan, motivasi, bantuan moril dan materil selama penulis mengikuti pendidikan ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kasih sayang dan karuniaNya kepada kita semua dan segala budi baik yang telah diberikan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah yang Maha Kuasa.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Medan, 21 Januari 2013
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Pembimbing ii
Daftar Isi iii
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendahuluan 5
2.2. Perubahan Hormonal dan Awitan Pubertas 6 2.3. Perubahan Fisik pada Masa Pubertas 7 2.4. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pubertas 11 2.5. Hubungan IMT dan Waktu Pubertas 13
2.6 Kerangka Konseptual 15
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain 16
3.2. Tempat dan Waktu 16
3.3. Populasi dan Sampel 16
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 16
3.5.1. Kriteria Inklusi 16
3.5.2. Kriteria Eksklusi 17
3.5. Perkiraan Besar Sampel 17
3.6. Persetujuan/Informed Consent 17
3.7. Etika Penelitian 18
3.8. Cara Kerja 18
3.9. Alur Penelitian 20
3.10. Identifikasi Variabel 21
3.11. Definisi Operasional 21
3.12. Pengolahan dan Analisis Data 23 BAB 4. HASIL PENELITIAN
4.1. Data Demografi 24
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Subjek Penelitian 29
5.2. Hubungan IMT dengan Tingkat Maturitas Seksual 31 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 36
6.2. Saran 36
BAB 7. RINGKASAN 37
DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN
1. Personil Penelitian 43
2. Biaya Penelitian 43
3. Jadwal Penelitian 44
4. Persetujuan Setelah Penjelasan 45
5. Penjelasan kepada Orang tua 46
6. Lembar Pemeriksaan 47
7. Lembar Kuisioner 49
8. Grafik WHO Reference 2007 50
9. Tabel & Gambar Perkembangan Pubertas 51
10. Lampiran Hasil Penelitian 53
11. Daftar Riwayat Hidup 59
12. Lembar Persetujuan Komisi Etik 60
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tahap perkembangan pubertas pada anak perempuan 8 Tabel 4.1. Karakterstik subjek penelitian 26 Tabel 4.2. Hubungan status gizi dan tahap perkembangan 27
maturitas seksual payudara
Tabel 4.3. Hubungan status gizi dan tahap perkembangan 28 maturitas rambut pubis
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Anatomi sistem gonadotropin dan gambaran sekresi 7 LH dan FSH pada masa pubertas
Gambar 2.2. Tahapperkembangan maturitas seksual (1 sampai 5) 9 dari payudara pada anak perempuan.
Gambar 2.3. Tahap perkembangan maturitas seksual (2 sampai 5) 9 dari rambut pubis pada anak perempuan
Gambar 2.4. Urutan perkembangan maturitas seksual pada anak 10 perempuan
Gambar 2.5. Pengaruh lingkungan terhadap batas usia pubertas 12
Gambar 2.6. Kerangka konseptual 15
Gambar 3.1. Alur penelitian 20
DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA
BMI : Body Mass Index
IMT : Indeks Massa Tubuh BB : Berat Badan
TB : Tinggi Badan
GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone
FSH : Folikel Stimulating Hormone
LH : Luteinizing Hormone
HPA : Hipothalamus-Pituitary-Gonadal Axis
GH/IGF-1 : Growth hormone/Insulin Like growth Faktor-1
ob : Obesitas
ng : Nanogram
ml : Milliliter
r : Koefisien korelasi Pearson
RI : Rohrer Index
AAP : American Academy of Pediatrics
NHANES : Third National Health and Nutrition Examination Survey
SD : Standard Deviation
DHEA : Dehydroepiandrosterone
DHEA-S : Dehydroepiandrosterone-Sulfate
PSP : Persetujuan Setelah Penjelasan FK : Fakultas Kedokteran
USU : Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Latar Belakang. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya kecenderungan usia pubertas pada anak dengan obesitas semakin cepat. Namun sangat sedikit data yang menyatakan hubungan tersebut pada remaja perempuan di Indonesia sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut menilai hubungan antara perubahan komposisi tubuh, maturitas perkembangan seksual, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
.
Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan.
Metode. Suatu studi cross sectional untuk menilai hubungan antara status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan berusia 8 sampai 14 tahun. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2010 di sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah tingkat pertama (SMTP) di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Tingkat maturitas seksual dinilai dengan skala Tanner dan menarke dari hasil kuisioner yang dibagikan. Untuk menilai hubungan antara status pubertas dengan maturitas seksual digunakan uji chi square
Hasil. Seratus Sembilan puluh lima anak perempuan memenuhi kriteria terdiri dari 167 orang siswa SD dan 28 orang siswa pesantren setingkat SMTP. Hasil analisis dengan uji chi square ditemukan hubungan bermakna antara status gizi berdasarkan IMT dengan maturitas seksual payudara, pertumbuhan rambut pubis dan menarke (P=0.0001)
Kesimpulan. Dijumpai hubungan bermakna antara status gizi berdasarkan IMT dengan maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan
ABSTRACT
Background. Previous studies indicate a tendency of early puberty in obese children. However, data regarding this issue in Indonesia was limited. The research assessing the relationship between changes in body composition, maturity sexual development, and the factors that influence are needed
.
Objective. To assess the relationship between nutritional status based on body mass index (BMI) with sexual maturity and menarche in girls.
Methods. A cross sectional study was performed to determine the relationship between BMI and sexual maturity stage in adolescent girl 8 to 14 year old. This study was conducted in May and June 2010 at elementary school and senior high school in Mandailing Natal. Sexual maturity stage was determined with Tanner staging and menarche was determined by questionnaires filled out by the subjects. The relationship between BMI with sexual maturity was assessed by chi square test
Results. One hundred ninety-five subjects participated in this study which consist of 167 students of primary schools and 28 students of junior high schools. The results of the analysis with chi square test showed a significant relationship between nutritional status based on BMI and breast sexual maturity, growth of pubic hair and menarche (P=0.0001)
Conclusion. There was a significant relationship between BMI with sexual maturity and menarche in girls
ABSTRAK
Latar Belakang. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya kecenderungan usia pubertas pada anak dengan obesitas semakin cepat. Namun sangat sedikit data yang menyatakan hubungan tersebut pada remaja perempuan di Indonesia sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut menilai hubungan antara perubahan komposisi tubuh, maturitas perkembangan seksual, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
.
Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan.
Metode. Suatu studi cross sectional untuk menilai hubungan antara status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan berusia 8 sampai 14 tahun. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2010 di sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah tingkat pertama (SMTP) di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Tingkat maturitas seksual dinilai dengan skala Tanner dan menarke dari hasil kuisioner yang dibagikan. Untuk menilai hubungan antara status pubertas dengan maturitas seksual digunakan uji chi square
Hasil. Seratus Sembilan puluh lima anak perempuan memenuhi kriteria terdiri dari 167 orang siswa SD dan 28 orang siswa pesantren setingkat SMTP. Hasil analisis dengan uji chi square ditemukan hubungan bermakna antara status gizi berdasarkan IMT dengan maturitas seksual payudara, pertumbuhan rambut pubis dan menarke (P=0.0001)
Kesimpulan. Dijumpai hubungan bermakna antara status gizi berdasarkan IMT dengan maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan
ABSTRACT
Background. Previous studies indicate a tendency of early puberty in obese children. However, data regarding this issue in Indonesia was limited. The research assessing the relationship between changes in body composition, maturity sexual development, and the factors that influence are needed
.
Objective. To assess the relationship between nutritional status based on body mass index (BMI) with sexual maturity and menarche in girls.
Methods. A cross sectional study was performed to determine the relationship between BMI and sexual maturity stage in adolescent girl 8 to 14 year old. This study was conducted in May and June 2010 at elementary school and senior high school in Mandailing Natal. Sexual maturity stage was determined with Tanner staging and menarche was determined by questionnaires filled out by the subjects. The relationship between BMI with sexual maturity was assessed by chi square test
Results. One hundred ninety-five subjects participated in this study which consist of 167 students of primary schools and 28 students of junior high schools. The results of the analysis with chi square test showed a significant relationship between nutritional status based on BMI and breast sexual maturity, growth of pubic hair and menarche (P=0.0001)
Conclusion. There was a significant relationship between BMI with sexual maturity and menarche in girls
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pubertas merupakan masa ketika anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan munculnya tanda-tanda seks sekunder. Perkembangan pubertas pada anak perempuan biasanya dimulai dengan pertumbuhan payudara (telarke), namun sekitar 10% dari perempuan normal mengalami perkembangan rambut pubis (adrenarke) yang mendahului perkembangan payudara.1 Rambut pubis mulai tumbuh sekitar usia 11 tahun. Bersamaan dengan tumbuhnya rambut pubis, tumbuh pula rambut aksila. Umumnya menarke terjadi 2 tahun sejak perkembangan payudara dengan rerata usia 12,8 tahun dan rentang usia 10 sampai 16 tahun. Haid merupakan tahap akhir pubertas pada perempuan. Dengan terjadinya haid secara periodik, maka akan berakhir pertumbuhan fisik perempuan. Tinggi badan tidak akan bertambah lagi setelah haid berlangsung secara periodik. 2
Studi diberbagai negara menunjukkan perubahan onset pubertas bervariasi pada ras dan etnis, kondisi lingkungan, lokasi geografis, dan nutrisi.3 Di Amerika Serikat pubertas normal pada sebagian besar anak perempuan berlangsung pada usia 8 sampai 13 tahun, sedang anak laki-laki pada usia 9 sampai 14 tahun. 2
Saat ini usia pubertas pada perempuan semakin cepat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, dimana usia menarke di
negara-negara industri seperti di benua Eropa dan Amerika semakin berkurang dua sampai tiga bulan tiap dekade dari tahun 1840. Dalam beberapa tahun belakangan ini juga terlihat di negara-negara berkembang.3 Banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain ras, genetik, perubahan lingkungan, peningkatan status nutrisi dan pendidikan, perkembangan fisik, dan meningkatnya status sosial ekonomi terbukti sebagai penyebab perubahan ini. 2,4-6
1.2. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan ?
1.3. Hipotesis
Ada hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan umum adalah untuk mengetahui hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan
1.5. Manfaat Penelitian
1. Di bidang akademik/ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang endokrinologi, khususnya tentang hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan
2. Di bidang pelayanan masyarakat : meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya peran penilaian status gizi berdasarkaan IMT
BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendahuluan
Pubertas merupakan masa transisi antara anak-anak dengan dewasa yang dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisik maupun psikologis yang timbul karena adanya perubahan aktivitas endokrin secara sekuensial dan teratur. Ukuran dan bentuk badan berubah dari ciri khas anak ke bentuk dewasa. Tinggi badan dan berat badan meningkat dengan cepat dan tanda-tanda seksual sekunder mulai timbul. Organ-organ reproduksi berubah dari bentuk infantil menjadi bentuk dewasa.2 Munculnya tanda-tanda seks sekunder ini segera diikuti dengan perubahan komposisi tubuh serta maturasi tulang yang cepat, kemudian diakhiri dengan penyatuan epifisis dan perawakan akhir dewasa.
Perubahan yang terjadi pada masa pubertas ini dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks. Pada masa ini terjadi perubahan fisik maupun psikologis yang timbul akibat perubahan hormon seks yang dihasilkan oleh gonad dan kelenjar adrenal. Selain itu dipengaruhi oleh berbagai banyak faktor seperti genetik, nutrisi, lingkungan, dan sosial ekonomi. Faktor-faktor ini berperan terhadap awitan pubertas dan perkembangan selanjutnya menuju maturitas seksual yang lengkap.
2,7
2
2.2. Perubahan Hormonal dan Awitan Pubertas
Awal pubertas memerlukan peningkatan pelepasan Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) secara pulsatil dari hipotalamus. Gonadostat hipotalamus secara progresif menjadi kurang peka oleh efek supresi steroid seks terhadap sekresi gonadotropin. Akibatnya kadar Follicle Simulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) meningkat yang selanjutnya akan menstimulasi gonad sehingga tercapai keadaan homeostatik baru dari Hipothalamus-Pituitary-Gonadal Axis (HPA).
Gonadotropin (LH dan FSH) dilepas ke sirkulasi sesuai dengan pola sekresi GnRH. Testosteron dan progesteron menghambat frekuensi pulsasi GnRH tetapi menurunkan sekresi gonadotropin selama masa anak-anak. Selama masa remaja respon LH terhadap GnRH, meningkat dengan cepat, namun peningkatan FSH tidak sepesat kenaikan LH. Follicle Simulating Hormone (FSH) dan LH bekerja secara sinergis untuk menimbulkan perubahan gonad pada masa pubertas. Penurunan kepekaan hipotalamus dianggap penting dalam awitan pubertas.
1,2
Pada perempuan terjadi perubahan hormonal yang mencolok menjelang menarke yaitu penurunan sensitivitas mekanisme umpan balik negatif hormon seks. Umpan balik negatif hormon seks terhadap FSH kurang peka sehingga kadar FSH meningkat yang akan merangsang ovarium sehingga folikel-folikel primer berkembang dan kadar estradiol meningkat. Perubahan status hormanal ini akan tampak dari tanda-tanda seks sekunder. Beberapa saat menjalang menarke, muncul mekanisme
kontrol baru yaitu umpan balik positif estradiol terhadap hipofisis yang menghasilkan lonjakan LH. Peningkatan ini berkaitan dengan ovulasi. Bila tidak terjadi ovulasi maka kadar estradiol menurun dan keadaan ini akan diikuti dengan perdarahan akibat deskuaminasi endometrium yang berupa haid pertama (menarke). 2
Gambar 2.1. Anatomi sistem gonadotropin dan gambaran sekresi LH dan FSH pada masa pubertas. 7
2.3. Perubahan Fisik pada Masa Pubertas
Tabel 2.1. Tahap perkembangan pubertas pada anak perempuan.
Tahap
2
Payudara Rambut pubis
Tahap 1
Breast budding,menonjol seperti bukit kecil, areola membesar
Payudara dan areola membesar, tidak ada kontur pemisah
Areola dan papilla membentuk bukit kedua
Bentuk dewasa, papilla menonjol, areola sebagian bagian dari kontur buah dada
Tidak ada rambut pubis
Jarang, berpigmen sedikit, lurus, atas medial labia
Lebih hitam, mulai ikal, jumlah bertambah
Kasar, keriting, belum sebanyak dewasa
Bentuk segitiga seperti pada perempuan dewasa, tersebar sampai medial paha
Jika terdapat ketidak sesuaian antara tahap perkembangan payudara dan rambut pubis, maka sangat penting untuk mengklasifikasikan kedua tahap perkembangan tersebut. Perkembangan payudara (gambar 2.3) terutama dikendalikan oleh sekresi estrogen dari ovarium, sedang perkembangan rambut pubis (gambar 2.4) dipengaruhi oleh sekresi androgen dari adrenal.2
Gambar 2.2. Tahapperkembangan maturitas seksual (1 sampai 5) dari payudara
pada anak perempuan. 7
Pada anak perempuan, tanda pertama pubertas terlihat dari ciri khas dari tahap 2 skala Tanner yaitu munculnya bantalan payudara antara usia 8 sampai 12 tahun. Menstruasi biasanya mulai 2 sampai 2.5 tahun kemudian selama tahap 3 sampai 4 (rerata usia 12 tahun, rentang normal 9 sampai 16 tahun), sekitar masa kecepatan puncak tinggi badan (gambar 2.4). Perubahan tampak kurang jelas pada pembesaran ovarium, uterus, labia, klitoris, dan penebalan dari mukosa vagina dan endometrium. 9
Gambar 2.4. Urutan perkembangan maturasi seksual pada anak perempuan 9
Selama masa pubertas tinggi badan anak perempuan akan bertambah rata-rata sekitar 25 cm dan anak lelaki rata-rata 28 cm. Namun tumbuh kejar pada anak laki-laki kira-kira dua tahun lebih lambat dibanding anak perempuan.10
Massa otot mulai meningkat selama awal pubertas, baik pada anak laki-laki maupun perempuan, namun hal ini juga dipengaruhi faktor lingkungan dan aktivitas fisik. Pada anak laki-laki, peningkatan IMT relatif rendah dibandingkan anak perempuan.11
2.4. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Pubertas
Di samping faktor genetik, faktor lingkungan seperti nutrisi dan stres juga berperan dalam awitan pubertas. Pada keadaan malnutrisi dapat dijumpai pubertas yang terlambat.8 Studi tahun 1992 di Amerika Serikat mendapatkan awitan pubertas yang lebih dini dibandingkan data normal yang dibuat dua dekade sebelumnya. Hal ini dihubungkan dengan meningkatnya prevalensi overweight dan obesitas pada remaja.4
Pada anak yang bermigrasi atau diadopsi ke luar negeri dapat terjadi tumbuh kejar (catch-up growth) dan terpicunya pubertas dini. Di Afrika Selatan, Kolombia, dan Filipina, melaporkan bahwa proporsi anak-anak yang diadopsi merupakan anak-anak yang hidup di panti asuhan sebelum diadopsi. Akibat lepasnya si anak dari lingkungan yang penuh stress, efek kemiskinan dan penderitaan, mengakibatkan peningkatan aktivitas metabolik pada masa tumbuh kejar.12
Respon neuroendokrin terhadap berbagai faktor lingkungan menunjukkan pola yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan tertentu menggunakan beberapa jalur spesifik dalam mempengaruhi pubertas. Berbagai faktor seperti siklus pajanan terhadap cahaya, musim, dan bahan kimia yang mengganggu sistem endokrin juga dikatakan dapat mempengaruhi awitan pubertas (gambar 2.5).12
Gambar 2.5. Pengaruh lingkungan terhadap batas usia pubertas. 13
2.5. Hubungan IMT dan Waktu Pubertas
anak laki-laki dan perempuan dengan membandingkan IMT antara anak dengan IMT normal dan meningkat, menunjukkan bahwa adanya pubertas dini pada perkembangan payudara dan rambut pubis yang sebelum usia 8 tahun pada anak perempuan dengan peningkatan IMT.14
Suatu review menyatakan masih banyak yang belum diketahui bagaimana hubungan antara komposisi tubuh dengan waktu pubertas. Kabanyakan penelitian menyatakan remaja perempuan dengan peningkatan IMT akan mengalami mensturasi dan pubertas lebih dini, hal ini diduga bahwa pubertas dini pada remaja perempuan berhubungan dengan peningkatan lemak tubuh Namun sedikit penelitian yang menyatakan hubungan lemak tubuh dan pubertas dini pada remaja laki-laki.15 Terjadinya pubertas dini tersebut diduga karena adanya peran hormon leptin terhadap stimulasi sekresi gonadotropin pada tingkat hipotalamus dan hipofisis anterior.16,17
Leptin adalah protein dari gen (ob) obesitas, disekresikan sebagai hormon terutama dari jaringan adiposa putih dan berfungsi sebagai sinyal ke otak untuk menyimpan energi tubuh. Dengan mengurangi asupan makanan dan meningkatkan termogenesis, leptin mengotrol jaringan lemak tubuh dan berat badan.17 Penelitian tindakan fisiologis pada manusia menunjukkan korelasi positif kuat antara konsentrasi serum leptin dan persentase lemak tubuh.
18,19
leptin selama masa pubertas dikaitkan dengan penurunan usia menarke. Setiap peningkatan 1 ng/ml kadar serum leptin dikaitkan dengan penurunan 1 bulan usia saat menarke, dan setiap kenaikan 1 kg lemak tubuh dikaitkan dengan penurunan 13 hari usia saat menarke.20
Penelitian yang dilakukan di Denmark tahun 1997 menyatakan bahwa adanya pengaruh hormon leptin terhadap IMT pada tahap 2 dari perkembangan pubertas. Pada remaja perempuan kadar leptin meningkat (r=0.47) dan P<0.0001), sedangkan pada laki-laki terjadi penurunan kadar leptin (r=-0.34 dan P<0.0001). Hal ini mempengaruhi IMT dimana remaja perempuan akan memiliki IMT relatif lebih tinggi dari laki-laki terutama pada saat berusia 12 tahun. 21
2.6. Kerangka Konseptual
Gambar 2.6. Kerangka konseptual
: variabel yang diteliti
Waktu pubertas
Tingkat maturitas seksual
Payudara Rambut pubis Menarke Usia tulang
Faktor Nutrisi
Hormon lain (leptin) Tinggi
Badan
Berat Badan
Indeks Massa Tubuh
Aktivitas Fisik
BAB 3. METODOLOGI
3.1. Desain
Penelitian ini merupakan studi cross-sectional untuk menilai hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan tingkat maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan
3.2 . Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan terhadap anak perempuan usia 8 sampai 14 tahun di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara pada bulan Mei sampai Juni 2010
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi target adalah anak perempuan usia 8 sampai 18 tahun. Populasi terjangkau adalah anak perempuan SD dan SMTP di tempat penelitian yang berusia 8 sampai 14 tahun. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1. Kriteria Inklusi
3.4.2. Kriteria Eksklusi
1. Mendapat steroid jangka panjang 2. Mendapat kemoterapi atau radioterapi
3. Mendapat obat-obatan hormonal (growth hormone)
4. Menderita penyakit kronis (tirotoksikosis, gagal jantung, anemia kronisl) 5. Menderita gangguan fisik atau mental yang dapat mempengaruhi
habitus tubuh atau perkembangan pubertas 6. Anak menolak dilakukan pemeriksaan
3.5. Perkiraan Besar Sampel
Untuk menilai korelasi antara status gizi berdasarkan IMT dengan tingkat maturitas seksual dan menarke dihitung berdasarkan rumus besar sampel untuk koefisien korelasi dengan sampel tunggal.
(Zα + Zβ)
Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel adalah 194 orang 24
3.6. Persetujuan/informed Consent
skala Tanner, usia menarke ditentukan dengan mengisi kuisioner dan penilaian status gizi dengan cara mengukur berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) subjek peneliti. Formulir persetujuan setelah penjelasan dan naskah penjelasan terlampir.
3.7. Etika Penellitian
Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.8 Cara Kerja
3.8.1. Metode Pengambilan Sampel
Pemilihan sekolah SD dan SMTP ditetapkan secara acak sistematik. Subjek dikelompokkan berdasarkan IMT dengan stratified random sampling
3.8.2. Pengukuran
1. Melakukan survei dan pendataan awal di SD dan SMTP di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Melakukan pengambilan sampel dengan menilai kriteria inklusi dan eksklusi
3. Mengukur BB dengan menggunakan timbangan merk Camry dengan tingkat presisi 0,5 kg. Subjek ditimbang tanpa menggunakan alas kaki dan hanya memakai pakaian sekolah saja.
4. Melakukan penilaian IMT yaitu BB (dalam kg) dibagi TB2 (dalam m2
5. Menentukan status pubertas berdasarkan pada tingkat maturasi seksual menurut skala Tanner
), kemudian memetakannya pada grafik IMT WHO Reference tahun 2007 untuk anak perempuan usia 5 sampai 19 tahun, dilihat pada Z-Score (ZS) berapa nilainya kemudian ditentukan status gizinya.
3.9. Alur Penelitian
Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria
inklusi
Mengukur BB & TB
IMT
Pengelompokan sampel berdasarkan status gizi dengan menggunakan grafik IMT WHO Reference tahun 2007 untuk anak perempuan usia 5 sampai 19 tahun
IMT < -3 z-score
IMT -3< z-score<-2
IMT -2< z-score<1
IMT 1< z-score<2
IMT >2 z-score
Gambar 3.1. Alur penelitian Menilai status pubertas
Maturitas payudara
Maturitas
3.10. Identifikasi Variabel
Variabel bebas Skala
Status nutrisi Kategorik
Variabel tergantung Skala
1. Tahap perkembangan maturitas payudara Kategorik - belum pubertas
- pubertas
2. Tahap perkembangan maturitas rambut pubis Kategorik - belum pubertas
- pubertasMenstruasi
3. Menarke Kategorik
- sudah - belum
3.11. Definisi Operasional
1. Anak perempuan adalah anak perempuan berusia 8 sampai 18 tahunn,25
2. IMT adalah BB (dalam kg) dibagi TB
yang sedang menjalani pendidikan SD dan SMTA di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.
3. Status gizi berdasarkan IMT menurut umur (IMT/U) dikelompokkan pada 26
a. Severe thinness adalah IMT berada pada <-3 Z-score grafik WHO Reference tahun 2007 pada anak perempuan usia 5 sampai 19
c. Normoweight adalah IMT berada pada -2< Z-score <1 grafik WHO Reference tahun 2007 pada anak perempuan usia 5 sampai 19 tahun.
d. Overweight adalah IMT berada pada 1< Z-score <2 grafik WHO Reference tahun 2007 pada anak perempuan usia 5 sampai 19 tahun.
e. Obesity adalah IMT berada pada >2 Z-score grafik WHO Reference tahun 2007 untuk anak perempuan usia 5 sampai 19 tahun.
4. Tingkat maturitas seksual adalah penilaian maturitas seksual dengan menilai pertumbuhan payudara dan rambut pubis dengan skala Tanner.
5. Menarke merupakan menstruasi pertama yang dialami anak perempuan.
7,8
6. Waktu pubertas masa peralihan dari anak-anak menuju kedewasaan. Perubahan yang terjadi pada masa pubertas meliputi perubahan fisik,
psikis, perilaku, sosial dan munculnya tanda-tanda seks sekunder. Pada anak perempuan pubertas berlangsung pada usia 8 sampai 13 tahun. 2
3.12. Pengolahan dan Analisis Data
BAB 4.
HASIL PENELITIAN
4.1. Data Demografik
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Mandailing Natal. Secara
geografis Kabupaten Mandailing Natal terletak antara 00.10’–100 50’
Lintang Utara dan 980 50’- 1000 10’ Bujur Timur. Wilayah administrasi
Mandailing Natal dibagi atas 17 kecamatan dan 392 desa/kelurahan
yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan
Undang-Undang No.12 Tahun 1998 pada tanggal 23 November 1998. Namun
sampai pada tahun 2009, setelah terjadi pemekaran, maka jumlah
kecamatan menjadi 23 kecamatan dan 395 desa/kelurahan.
Daerah Kabupaten Mandailing Natal secara geografis terletak
paling selatan dari Propinsi Sumatera Utara dengan batas-batas sebagai
berikut :
27
1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Padang Lawas
2. Sebelah Selatan dengan Propinsi Sumatera Barat
3. Sebelah Timur dengan Propinsi Sumatera Barat
4. Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia
Pekerjan utama penduduk Mandailing Natal dari sektor pertanian
(71.4%), perdagangan (12.94%), jasa (5%), dan lainnya seperti angkutan
4.2. Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri No. 142587 Hutarimbaru, SD
Negeri No. 142584 Gunung Baringin, di SD Negeri No. 145609
Parmompang, Kecamatan Panyabungan Timur, Kabupaten Mandailing
Natal dan pesantren Purba Baru, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara.
Populasi terjangkau berjumlah 210 orang anak perempuan yang
terdiri dari 182 orang siswa SD kelas 3 sampai 6 dan 28 orang siswa
pesantren setingkat SMTP. Sebanyak 195 orang (92.9%) memenuhi
kriteria yang terdiri dari 167 orang siswa SD dan 28 orang siswa
pesantren. Karakteristik dasar subjek penelitian seperti pada tabel 4.1.
Tabel 4.1.Karakterstik subjek penelitian
Karakteristik
Usia, mean (SD), tahun 11.8 (1.37)
Berat badan, mean (SD), kg 31.0 (8.74)
Tinggi badan, mean (SD), m 1.3 (0.09)
Indeks massa tubuh 17.2 (3.11)
Status gizi berdasarkan IMT, n (%) IMT/U <-3 Z-Score (Severe Thinness) IMT/U -3<Z-Score<-2 (Thinness) IMT/U -2<Z-Score<0 (Normoweight) IMT/U 0<Z-Score<1 (Normoweight) IMT/U 1<Z-Score<2 (Overweight)
2 (1.0) 37 (19.0) 94 (48.2) 46 (23.6) 16 ( 8.2)
Perkembangan maturitas payudara (M), mean (SD) M1
Tabel 4.1. menyajikan informasi mengenai karakteristik subjek
penelitian. Dari tabel tersebut diketahui bahwa rerata usia subjek
(SD=0.09). Berdasarkan perhitungan IMT, sebagian besar subjek
penelitian berstatus gizi normoweight sebanyak 140 orang (71.8%). Sedang usia rerata perkembangan maturitas payudara 12.2 tahun
(SD=1.28), rambut pubis 13.2 tahun (SD=0.92), dan menarke 12.3 tahun
(SD=0.45)
Tabel 4.2. Hubungan status gizi dan tahap perkembangan payudara
Status Gizi Tingkat Maturitas Payudara P
Belum Pubertas (%) Pubertas (%)
Overweight 0 (0) 16 (100) 0.0001
Hasil analisis dengan uji Chi-square yang pada tabel 4.2 diperoleh hubungan yang signifikan antara status gizi dan tingkat maturitas
payudara (P=0.0001). Dari 16 orang dengan overweight keseluruhan telah mengalami maturitas payudara. Sedangkan dari 39 orang dengan
status gizi thinness dan severe thinness hanya 3 orang yang mengalami pubertas.
Tabel 4.3. Hubungan status gizi dan tahap perkembangan rambut pubis
Status Gizi Tingkat MaturitasPubis P
Dari hasil analisis pada tabel 4.3 diketahui bahwa seluruh subjek
penelitian dengan status gizi overweight telah mengalami perkembangan rambut pubis sebanyak 13 orang (81.3%). Sedang pada kelompok status
gizi thinness dan severe thinness belum mengalami perkembangan rambut pubis. Dari hasil analisis uji Chi-square diperoleh hubungan yang
signifikan antara status gizi dan tahap maturitas rambut pubis (P=0.0001)
Tabel 4.4. Hubungan status gizi dan menarke
Status Gizi Menarke P
Sudah (%) Belum (%)
Overweight 9 (56.2) 7 (43.8) 0.0001
Normoweight 18 (12.9) 122 (87.1)
Thinness
Severe thinness
0 (0) 0 (0)
37 (100) 2 (100)
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebanyak 9 (56.2%) dari 16 orang
BAB 5.
PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Subjek Penelitian
Pubertas pada anak perempuan berlangsung pada usia 8 sampai 13 tahun
sedang anak laki-laki pada usia 9 sampai 14 tahun.2 Sedangkan literatur
lainnya mendefinisikan remaja bila anak telah mencapai usia 10 sampai 19
tahun.28
Penelitian ini menilai status gizi berdasarkan IMT dengan
menggunakan grafik WHO Reference tahun 2007 untuk anak perempuan
usia 5 sampai 19 tahun. Berdasarkan grafik tersebut dijumpai 2 anak dengan
severe thinness, 37 orang dengan thinness, 104 orang dengan normoweight, dan 16 orang dengan overweight.
Pada penelitian ini, dilakukan penilaian tingkat maturitas seksual
pada anak perempuan berusia 8 sampai 14 tahun.
Pengukuran IMT dapat menilai perubahan komposisi tubuh terjadi
pada masa anak dan remaja, baik pada laki-laki maupun pada perempuan. 29
Walaupun tergantung ras dan jenis kelamin, penelitian di beberapa negara
menunjukkan bahwa penilaian IMT merupakan pengukuran yang paling baik
untuk menilai persentase lemak tubuh dan hubungan berat badan dengan
daripada penilaian tebal lipatan kulit,32 indeks Rohrer (kg/m3)33 dan
menggunakan alat non invasif.34
Berdasarkan suatu studi longitudinal pada anak laki-laki dan
perempuan berusia 8 sampai 18 tahun, perubahan IMT dapat merefleksikan
perubahan komposisi tubuh.
35 Suatu penelitian menilai validasi pengukuran
komposisi tubuh dengan IMT dibanding dengan Rohrer Index (RI) pada
anak usia 2 dan 19 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan pengukuran
dengan IMT lebih baik dibanding dengan RI untuk menilai status underweight
dan overweigh pada subjek penelitian.
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemantauan IMT untuk mencegah kejadian obesitas pada anak dan
remaja.
33
36 Pada penelitian ini rerata IMT pada anak perempuan berusia 8
sampai 18 tahun adalah 17.18 kg/m2
Pada peneltian ini rerata usia anak untuk mencapai perkembangan
payudara pada usia 12.2 tahun (SD=1.28), rambut pubis 13,2 tahun
(SD=0.92) dan sudah menarke sebanyak 27 anak perempuan dengan rerata
usia menarke 12.3 tahun (SD=0.45)
, masih dalam kategori normoweight.
Penelitian ini adalah cross sectional sehingga tidak dapat menilai perubahan IMT yang merupakan gambaran dari perubahan komposisi tubuh.
Untuk menilai tingkat maturitas seksual, diperlukan beberapa
menggunakan skala Tanner memiliki tingkat akurasi yang cukup baik dalam
menentukan usia pubertas. Berdasarkan data dari The Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) yang melakukan penelitian pada anak perempuan usia 8 sampai 16 tahun bahwa onset rata-rata usia
tumbuhnya rambut pubis, perkembangan payudara, dan usia menarke
masing-masing 9.5; 9.5; dan 12.1 tahun pada anak perempuan kulit hitam,
sementara untuk Amerika Meksiko masing-masing 10.3; 9.8; dan 12.2 tahun,
sedangkan pada anak perempuan kulit putih masing-masing 10.5; 10.3; dan
12.7 tahun. Dari hasil ini diketahui anak perempuan kulit hitam dan Amerika
Meksiko memiliki perkembangan rambut pubis, perkembangan payudara,
dan onset menarke pada usia yang lebih muda dari pada kulit putih. Temuan
ini semakin memperkuat penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa
ras dan etnis berhubungan dengan maturasi pubertas pada anak-anak
perempuan di Amerika.37
5.2. Hubungan IMT dengan Tingkat Maturitas Seksual
Beberapa faktor non hormonal telah diketahui dapat mempengaruhi
perkembangan seksual. IMT merupakan salah satu faktor yang paling banyak
diteliti oleh para ahli terhadap maturitas seksual. Namun hubungan antara
IMT dengan tingkat maturitas seksual juga dipengaruhi oleh berbagai faktor
lingkungan. 2,4-6
Hampir semua penelitian menunjukkan hubungan antara pubertas dini
pada anak perempuan dengan obesitas namum belum diketahui apakah
peningkatan lemak tubuh merupakan predisposisi anak perempuan
mengalami pubertas lebih awal yang disebabkan karena peningkatan hormon
estrogen.
Penelitian ini menilai hubungan antara IMT dengan tingkat
maturitas seksual pada anak perempuan berusia 8 sampai 18 tahun di
daerah pedesaan Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal,
Provinsi Sumatera Utara. Dengan melakukan uji Chi-square hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna antara IMT dengan tingkat
maturitas seksual dan menarke pada anak perempuan, semakin tinggi IMT
maka makin cepat anak perempuan mengalami maturitas seksual dan
menarke.
Suatu review menilai tentang efek steroid gonad pada komposisi tubuh
menyimpulkan bahwa kadar hormon estrogen dan progesteron yang lebih
tinggi pada anak perempuan dengan obesitas karena kedua hormon
berfungsi dalam penyimpanan kelebihan kalori sebagai lemak. Estrogen
berperan dalam penimbunan lemak pada jaringan adiposa perifer. 15
Dengan
demikian ada kemungkinan bahwa remaja dengan pubertas dini
peningkatan IMT dan lemak tubuh lebih besar dibanding dengan remaja
seusianya yang masih prapubertas.
Penelitian longitudinal di Swedia menyatakan bahwa obesitas
mengakibatkan terjadinya pubertas dini pada anak perempuan. Pada
penelitian ini data pertumbuhan dikumpulkan pada sampel anak-anak dengan
menggunakan catatan dokter sampai usia 6 tahun dan catatan sekolah dari
usia 7 sampai 18 tahun. Sebagai pertanda pubertas pada studi ini yaitu usia
saat mencapai puncak kecepatan TB. Peningkatan IMT yang lebih cepat,
mengakibatkan waktu pubertas yang lebih dini yaitu 0,6 tahun pada anak
laki-laki dan 0,7 tahun pada anak perempuan. Studi ini menunjukkan bahwa
kelebihan gizi pada anak saat usia dini dapat mengakibatkan pubertas dini. 38
Penelitian longitudinal pada 197 anak perempuan usia 5 tahun di
Pennsylvania, awal pemeriksaan dilakukan pada usia 5 tahun dan kemudian
dilakukan pemeriksaan ulang saat usia 7 dan 9 tahun. Massa lemak dan
persentase lemak tubuh dihitung dari rumus menggunakan ukuran TB, BB,
ketebalan kulit subskapularis dan trisep, dan impedansi bioelectrical. Pada
usia 9 tahun, dinilai tahap perkembangan payudara secara inspeksi, dan
kadar serum estradiol. Ditemukan bahwa anak perempuan dengan
persentase lemak tubuh atau IMT lebih tinggi saat usia 5 tahun dan 7 tahun
secara bermakna lebih mungkin memiliki perkembangan pubertas lebih dini
antara persentase lemak tubuh saat usia 7 tahun dengan perkembangan
payudara usia 9 tahun.
Penelitian terbaru studi longitudinal pada 354 remaja perempuan
dengan menilai TB dan BB dari usia 3 tahun sampai 6 tahun dan
pemeriksaan status pubertas dari pemeriksaan fisik yang dilaporkan orang
tua. Penelitian ini menunjukkan peningkatan IMT sejak usia 3 tahun yang
berlanjut sampai usia 6 tahun, merupakan faktor risiko yang signifikan untuk
memasuki masa pubertas lebih awal. 40
Mekanisme sekresi adrenal androgen diaktifkan pada usia 6 sampai
10 tahun, menyebabkan munculnya rambut pubis, namun mekanisme
tersebut belum dipahami dan kemungkinan melibatkan hormon Insulin dan
GH/IGF-1 yang menginduksi enzim adrenal steroidogenik dan meningkatkan produksi sekresi adrenal androgens.
41
Untuk penyelidikan apakah obesitas dan faktor nutrisi mungkin
mempengaruhi proses sekresi adrenal androgen, suatu penelitian observasi
longitudinal yang berlangsung selama 6 tahun pengamatan di Dortmund,
Jerman. Populasi penelitian dilakukan pada anak laki-laki dan perempuan
prepubertas kulit putih, dengan pemeriksaan kadar dehydroepiandrosterone
sulfate (DHEA-S) pada sampel urin 24 jam tiap tahunnya. IMT dinilai tahunan
dan dihubungkan dengan kadar DHEA-S urin. Meskipun dalam penelitian ini,
menunjukkan hubungan, namun anak dengan kenaikan IMT cenderum
memiliki kadar DHEA-S yang lebih tinggi dibanding anak dengan IMT lebih
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan lemak tubuh memainkan
peran penting dalam menstimulasi sekresi androgen adrenal.
Penelitian di Perancis menemukan bahwa 32,5% anak perempuan
dengan IMT ≥ 2 SD mengalami pertumbuhan rambut pubis lebih dini. Hasil
penelitian ini menemukan adanya hubungan bermakna antara peningkatan
IMT dan peningkatan kadar serum DHEA-S (P=0.004).
42
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian ini cross
sectional sehingga perubahan komposisi tubuh tidak dapat dinilai dan
penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan kadar hormon seks (FSH, LH, dan
testosteron), dan tidak menilai usia tulang dalam menentukan usia pubertas.
Masih diperlukan penelitian lebih lanjut yang mencakup semua aspek dalam
BAB 6.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Ditemukan hubungan yang signifikan antara status gizi berdasarkan IMT dan
tingkat maturitas seksual pada anak perempuan
6.2. Saran
Masih diperlukan penelitian lebih lanjut yang mencakup semua aspek dalam
menentukan hubungan IMT dengan usia pubertas. Sebaiknya dilakukan
penelitian dengan studi longitudinal untuk menentukan hubungan antara
perubahan komposisi tubuh, kadar hormon leptin, hormon seks, usia tulang,
dengan perkembangan maturitas seksual, serta faktor-faktor yang dapat
BAB 7.
RINGKASAN
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya
kecenderungan usia pubertas pada anak dengan obesitas semakin cepat.
Namun sangat sedikit data yang menyatakan hubungan tersebut pada
remaja perempuan di Indonesia sehingga masih diperlukan penelitian lebih
lanjut menilai hubungan antara perubahan komposisi tubuh, maturitas
perkembangan seksual, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status gizi
berdasarkan IMT dengan tingkat maturitas seksual pada anak perempuan.
Penelitian ini merupakan cross sectional yang menilai hubungan antara IMT dengan tingkat maturitas seksual pada anak perempuan berusia 8 sampai
14 tahun. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2010 di SD
dan SMTP di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal,
Sumatera Utara. Sebanyak 195 orang anak perempuan memenuhi kriteria yang terdiri dari 167 orang siswa SD dan 28 orang siswa pesantren. Hasil
penelitian ini ditemukan rerata usia subjek penelitian adalah 11.8 tahun
(SD=1.37), dengan rerata BB dan TB masing-masing 31 kilogram (SD=8.74)
dan 1.3 meter (SD=0.09). Berdasarkan perhitungan IMT, sebagian besar
Sedang usia rerata perkembangan maturitas payudara 12.2 tahun (SD=1.28),
rambut pubis 13.2 tahun (SD=0.92), dan menarke 12.3 tahun (SD=0.45).
Dengan uji chi square ditemukan hubungan signifikan antara status gizi berdasarkan IMT dengan maturitas seksual payudara, pertumbuhan rambut
pubis dan menarke (P=0.0001). Penelitian ini menyimpulkan bahwa dijumpai
hubungan yang bermakna antara status gizi berdasarkan IMT dengan
DAFTAR PUSTAKA
1. Rosenfield RL. Puberty in the female and its disorders. Dalam: Sperling MA, penyunting. Pediatric Endokcrinology. Edisi ke-2. Philadelpia: W.B. Saunders; 2002.h.455-518
2. Pulungan AB. Pubertas dan gangguannya. Dalam: Batubara JR, Tridjaja Bambang, Pulungan AB, penyunting. Buku ajar endokrinologi anak. Edisi ke-1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010. h.85-123
3. Lee PA. Normal pubertal development. Dalam: Moshang T, penyunting. Pediatric endocrinology the requisites in pediatrics. Edisike-1. New York; Elsevier; 2005. h.63-71
4. Herman-Giddens ME, Slora EJ, Wasserman RC, Bourdony CJ, Bhapkar MV, Koch GG. Secondary sexual characteristics and menses in young girls seen in office practice: A study from the pediatric research in office settings network. Pediatrics.1997; 99:505-12
5. Wu Tiejian, Mendola P, Buck GM. Ethnic differences in the presence of secondary sex characteristics and menarche among US girls: the third national health and nutrition examination survey, 1988–1994. Pediatrics.
2002; 110:752-7
6. Kaplowitz PB, Slora EJ, Wasserman RC, Pedlow SE, Herman-Giddens ME. Earlier onset of puberty in girls: relation to increased body mass index and race. Pediatrics. 2001; 108:347-53
7. Brook CG, Brown RS, penyunting. Handbook of clinical pediatric endocrinology. Edisi ke-1. Australia: Blackwell, 2008. h.68-77
8. Guercio Gabriela, Rivarola MA, Chaler Eduardo, Maceiras Mercedes, Belgorosky Alicia. Relationship between the growth hormone/insulin-like growth factor-i axis, insulin sensitivity, and adrenal. J Clin Endocrinol Metab. 2003; 88 :1389-93
9. Marcell AV. Adolescence. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson text book of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelpia : Saunders Corporation, 2008. h.60–5.
10. Abbassi V. Growth and normal puberty. Pediatrics. 1998; 102:507-11. 11. Golub MS, Collman GW, Foster PM, Kimmel CA, Meyts ER, Reiter EO,
Sharpe RM, dkk. Public health implications of altered puberty timing. Pediatrics. 2008; 121:218-30.
12. Georgopoulos N, Markou K, Theodoropoulou A, Paraskevopoulou P, Varaki I, Kazantzi Z. Growth and pubertal development in elite femal rhythmic gymnasts. J Clin Endocrinol Metab. 1999; 84:4525-30.
variations around the world, secular trends, and changes after migration. Endocr Rev. 2003; 24: 668-93.
14. Rosenfield RL, Lipton RB, Drum ML. Thelarche, pubarche, and menarche attainment in children with normal and elevated body mass index. Pediatrics. 2009; 123:84-8
15. Kaplowitz PB. Link between body fat and the timing puberty. Pediatrics. 2008; 121:208-17
16. Garcia-Mayor R, Andrade MA, Rios M, Lage M, Dieguez C, Casanueva FF. Serum leptin in normal children : Relationship to age, gender, body mass index, pituitary-gonadal hormones, and pubertal stage. J Clin Endocrinol Metab. 1997; 82: 2849-55
17. Shalitin S, Philli M. Role of obesity and leptin in the pubertal process and pubertal growth-a review. Int J Obes.2003; 27:869-74
18. Considine RV, Sinha MK, Heiman ML, Kriauciunas A, Stephens TW, Nice MR, dkk. Serum immunoreactive leptin concentrations in normalweight and obese humans. N Engl J Med 1996; 334: 292-5
19. Hassink SG, Sheslow DV, de Lancey E, Opentanova I, Considine RV, Caro JF. Serum leptin in children with obesity: relationship to gender and development. Pediatrics. 1996; 98:201-3
20. Matkovic V, Ilich JZ, Skugor M, Badenhop NE, Goel P, Clairmont A, dkk. Leptin is inversely related to age at menarche in human females. J Clin Endocrinol Metab. 1997; 82:3239-45.
21. Blum WF, Englaro P, Hanitsch S, Juul A, Hertel NT, Muller J, dkk. Plasma leptin levels in healthy children and adolescents: Dependence on body mass index, body fat mass, gender, pubertal stage, and testosterone. J Clin Endocrinol Metab. 1997; 82:2904-10.
22. Quinton ND, Smith RF, Clayton PE, Gill MS, Shalet S, Justice SK, dkk. Leptin binding activity changes with age: the link between leptin and puberty. J Clin Endocrinol Metab. 1999; 84:2336-41
23. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto, 2008. h.302–31
24. Wang Y. Is obesity associated with early sexual maturation? A comparison of the association in American boys versus girls. Pediatrics. 2002; 110:903-10
25. World Health Organization. Definition of child abuse
26. Dinsdale H, Ridler C, Ells L. A simple guide to classifying body mass index in children. Oxford: National Obesity Observatory; 2011.
27. Badan pusat statistik kabupaten Mandailing Natal. Kabupaten Mandailing dalam angka 2010. Panyabungan: Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal; 2010
28. Pardede N. Masa remaja. Dalam: Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsi, Suyitno H, Ranuh IG, penyunting.Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi ke-1. Jakarta : Sagung Seto. 2002. h. 138-70
29. Maynard LM, Wisemandle W, Roche AF, Chumlea WC, Guo SS, Siervogel RM. Chilhood body composition in relation to body mass index. Pediatrics. 2001; 107: 344-50
30. Ellis KJ. Body composition of a young, multiethnic, male population. Am J Clin Nutr. 1997; 66:1323-31
31. Ellis KJ, Abrams SA, Wong WW. Monitoring childhood obesity: Assesment of the weight/height2
32. Malina RM, Katmarzyk PT. Validity of the body mass index as an indicator of the risk and presence of overweight in adolescents. Am J Clin Nutr. 1999; 70:131-6
index. Am J Epidemiol.1999; 150:939–46
33. Mei Z, Grummer-strawn LM, Pietrobelli A, Goulding A, Goran MI, Dietz WH. Validity of body mass index compared with other body composition screening indexes for the assessment of body fatness in children and adolescents. Am J Clin Nutr. 2002; 75:978-85
34. Elberg J, McDuffie JR, Sebring NG, Salaita C, Keil M, Robotham D, dkk. Comparison of methods to assess change in children’s body composition. Am J Clin Nutr. 2004; 80:64-9
35. Demerath EW, Schubert CM, Maynard LM, Sun SS, Chumlea WC, Pickoff A, dkk. Do changes in body mass index percentile reflect changes in body composition in children? Data from the fels longitudinal study. Pediatrics. 2006; 117:487-95
36. American Academy of Pediatrics. Policy statement: Prevention of pediatric overweight and obesity. Pediatrics. 2003; 112:424-30
37. Wu T, Mendola P, Buck GM. Ethnic differences in the presence of secondary sex characteristics and menarche among US girls : the Third National Health and Nutrition Examination Survey, 1988-1994. Pediatrics. 2002; 110:752-7
38. Rosenbaum M, Leibel RL. Role of gonadal steroids in the sexual dimorphism in body composition and circulating concentrations of leptin. J Clin Endocrinol Metab.1999; 84:1784-9
39. He Q, Karlberg J. BMI gain in childhood and its association with height gain, timing of puberty, and final height. Pediatr Res. 2001; 49:244-51 40. Davison KK, Susman EJ, Birch LL. Percent body fat at age 5 predicts
41. Lee JM, Appugliese D, Kaciroti N, Corwyn RF, Bradley RH, Lumeng JC.
Weight status in young girls and the onset of puberty. Pediatrics. 2007; 119:
42. Remer T, Manz F. Role of nutritional status in the regulation of adrenarche. J Clin Endocrinol Metab. 1999; 84:3936-44
43. Charkaluk ML, Trivin C, Brauner R. Premature pubarche as an indicator of how body weight influences the onset of adrenarche. Eur j pediatr. 2004;163 : 89-93
LAMPIRAN
1. Personil Penelitian
1. Ketua Penelitian
Nama : dr. Kholidah Nasution
Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak
FK-USU/RSHAM
2. Supervisor penelitian
1. dr.Hakimi,SpA(K)
2. dr.Sri Sofyani, SpA(K)
3. Anggota penelitian
1. Desi Aswira Nasution
2. Washli Zakia
3. Nelly Simarmata
2. Biaya Penelitian
1. Bahan / perlengkapan : Rp. 2.000.000
2. Transportasi / Akomodasi : Rp. 3.000.000
3. Penyusunan / penggandaan : Rp. 2.000.000
4. Seminar hasil penelitian : Rp. 6.000.000
3. Jadwal Penelitian
WAKTU
KEGIATAN
APRIL 2010
MEI 2010
JUNI 2010
JULI 2010
Persiapan
Pelaksanaan
Penyusunan laporan Pengiriman
4. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ...
Umur : ...
Alamat : ...
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan
PERSETUJUAN
Untuk dilakukan pemeriksaan fisik, tinggi badan, berat badan dan maturitas seksual berdasarkan skala Tanner terhadap anak saya :
Nama : ...
Umur : ...
Alamat Rumah : ...
Alamat Sekolah : ...
Yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Saksi-Saksi Tanda Tangan
1. ...
5. Naskah Penjelasan kepada Orangtua
Yth. Bapak/Ibu ...
Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri. Kami dokter Kholidah Nasution
dan kawan-kawan, bertugas di Divisi Endokrinologi Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FK USU/RSUP H Adam Malik Medan. Saat ini kami sedang
melaksanakan penelitian tentang hubungan Status gizi berdasarkan Indeks
Massa Tubuh (IMT) dengan maturitas seksual dan menarke (haid pertama)
pada anak SD dan SMP di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing
Natal. Bersama ini, kami mohon izin kepada Bapak/Ibu orangtua dari
... untuk melakukan pendataan tentang kondisi
anak Bapak / Ibu tersebut.
Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya dilakukan pemeriksaan tersebut,
maka kami mengharapkan Bapak / Ibu bersedia datang ke sekolah pada
... untuk menandatangani lembar
Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP). Demikian yang dapat kami
sampaikan.
Atas perhatian Bapak / Ibu, diucapkan terima kasih.
Hormat Kami,
Ketua Tim Peneliti
6. Lembar pemeriksaan
No. Reg : Tanggal : Dilakukan oleh :
Identitas Pribadi
Nama : ………
Tempat, Tanggal Lahir : ………
Tinggi / Berat Badan : ………
Alamat Rumah : ………
Alamat Sekolah : ………
Anak ke ….. dari ….. bersaudara. Kembar (ya / tidak)
Identitas Orang Tua Ibu Ayah
Nama ……… ……….
Tanggal Lahir ……… ……….
Suku Bangsa ………... …………...……
Pekerjaan ……… ………
Pendidikan ……… ………
Tinggi / Berat Badan ……… ………
Penyakit (jika ada) ……… ………
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : tampak sehat / sakit ; Kesadaran : ………
Status Pubertas : Payudara : …... Rambut Pubis : …..
Menarke (Haid pertama): ya/tidak, bila ya,usia... tahun
Kelainan kongenital nyata / dismorfik : ………
TD : ………… HR : …… Pols : ……… Temp. : …… RR : …
Kepala : bentuk ………. rambut ……
telinga ……….. mata ……… hidung … mulut …
Leher : tiroid ……... KGB : …………
Dada : ………
Perut : ………Hati ……Limpa ……. Ginjal ………
Genitalia : ………
Ekstremitas : Atas ……… Bawah ………
Ukuran-ukuran Badan
Tinggi Badan : …… Persentil…… Berat Badan:... . Persentil ...
7. Lembar Kuisioner
1. Apakah anda sedang menderita penyakit tertentu? ya/tidak
Jika ya ,penyakit apa ? ...
2. Apakah menderita penyakit sebelumnya ? ya/tidak
Jika ya, penyakit apa ? ...
3. Apakah anda memakai obat-obatan? ya/tidak
Jika ya, obat apa dan berapa lama dikonsumsi ...
4. Apakah anda sedang menjalani kemoterapi ? ya/tidak
Jika ya, sudah berapa lama ? ...
5. Apakah kedua orang tua anda masih hidup ? ya/tidak
6. Apakah anda dan keluarga anda sering berpindah tempat ? ya/tidak
7. Apakah anda mempunyai masalah di lingkungan keluarga anda? ya/tidak
Jika ya, masalah apa ? ...
8. Apakah anda mempunyai masalah di lingkungan sekolah anda ? ya/tidak
Jika ya, masalah apa ? ...
9. aApakah anda sudah mensturasi ? ya/tidak
Jika ya, usia... tahun
10. Apakah anda saat ini sedang menjalani latihan fisik dan kompetisi olah raga
yang intensif ? ya/tidak
Jika ya, latihan fisik apa dan sudah berapa lama dijalani ?
...
11. Apakah anda sering mamakan makanan instan/fast food? ya/tidak
Jika ya jenis makanannya……….. berapa kali seminggu……….
12. Apakah anda serimg menonton TV di rumah ? ya/tidak
Jika ya berapa jam dalam sehari……….
13. Apakah anda sering bermain internet ? ya/tidak
Jika ya berapa jam dalam seminggu………
Tabel 2.1. Tahap perkembangan pubertas pada anak perempuan
Tahap Payudara Rambut pubis
Tahap 1
Payudara dan areola membesar, tidak ada kontur pemisah
Areola dan papilla membentuk bukit kedua
Bentuk dewasa, papilla menonjol, areola sebagian bagian dari kontur buah dada
Tidak ada rambut pubis
Jarang,berpigmen sedikit, lurus, atas medial labia
Lebih hitam, mulai ikal, jumlah bertambah
Kasar, keriting, belum sebanyak dewasa
Bentuk segitiga seperti pada perempuan dewasa, tersebar sampai medial paha
Gambar 2.2. Tahap perkembangan maturitas seksual (2 sampai 5) dari
Gambar 2.3. Tahapperkembangan maturitas seksual (1 sampai 5) dari
LAMPIRAN HASIL STATISTIK PENELITIAN
Std. Deviation 1,37238
Variance 1,883
Std. Deviation 8,74163
Variance 76,416
Range 37,00
Minimum 18,00
Maximum 55,00
a Multiple modes exist. The smallest value is shown
3. TB
Std. Deviation ,08591
Variance ,007
Range ,43
Minimum 1,13
4. IMT
Std. Deviation 3,11097
Variance 9,678
Range 12,35
Minimum 12,94
Maximum 25,29
a Multiple modes exist. The smallest value is shown
5. Z Score
6. Rerata usia perkembangan maturitas payudara Group Statistics
7. Rerata usia perkembangan maturitas rambut pubis
8. Rerata usia menarke
9. Gizi*maturitas payudara
Statistics
S. Gizi * m aturitaspayuda ra Crosstabulation
56 84 140
2 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,94.
10. S.Gizi*maturitas rambut pubis
11. S.Gizi*menarke
S. Gizi * m aturitaspubis Crosstabulation
102 38 140
3 cells (37,5%) have expected count less than 5. The mi nimum expected count is ,52.
Chi-Square Tests
30,500a 3 ,000
27,487 3 ,000
195 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio N of Valid Cases
Value df
As ymp. Sig. (2-sided)
3 cells (37,5%) have expected count less than 5. The mi nimum expected count is ,28.
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : dr.Kholidah Nasution
Tempat/tanggal lahir : Padangsidimpuan, 31 Agustus 1975
Alamat : Jalan Walet VII No.144 Perumnas Mandala
Nama Suami : Mhd. Rois Batubara, SE
Nama anak : Denisha Amelia Rois Batubara
Pendidikan
1. Sekolah Dasar Negeri 142431 Padangsimdipuan, selesai tahun 1988
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Padangsidimpuan, selesai
tahun 1991
3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Padangsidimpuan, selesai tahun 1994.
4. S1 Sarjana Kedokteran (S.Ked), Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, selesai tahun 1998.
5. Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, selesai tahun 2000.
6. S2 Magister Kedokteran Klinik Bidang Pediatrik (M.Ked-Ped) dan
Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak (PPDSA) Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tahun 2007 sampai sekarang.
Riwayat Pekerjaan
1. Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Puskesmas Simpanggambir dan
Sihepeng, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara,
tahun 2001.
2. Dokter Umum pada RS. Permata Madina Kabupaten Mandailing Natal
Provinsi Sumatera Utara tahun 2002
3. Dokter Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada RSUD. Panyabungan