• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agar penilaian yang dilakukan benar-benar menggambarkan keadaan siswa yang sebenarnya, perlu dilakukan suatu penilaian yang mampu mengukur keadaan siswa yang sebenarnya. Siswa tidak hanya dinilai dari satu aspek, melainkan dari berbagai aspek sehingga data yang didapat bisa menggambarkan keadaan siswa yang sebenar proses.

Penilaian autentik memiliki beberapa karakteristik, menurut Senduk (2004: 52) penilaian autentik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) harus mengukur semua aspek pembelajaran, (b) dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran, (c) menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber, (d) tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian, (e) tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-bagian dari kehidupan siswa.

Berdasarkan pendapat tersebut penilaian autententik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa menggambarkan perkembangan siswa. Penilaian ini menekan pada perkembangan kemampuan siswa dalam memahami dan mempelajari pengetahuan atau keterampilan. Penilaian ini dilakukan dengan berbagai cara yaitu pemberian tugas, proses pembelajaran, kinerja, performan, hasil karya atau produk dan sebagainya.

Autentic Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, dan perlu diketahui oleh guru untuk bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Penekanannya pada assesment dalam proses pembelajaran, data yang dikumpulkan diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat

melakukan proses pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses pembelajaran, bukan melalui hasil.

Karakteristik assessment adalah: (a) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, (b) bisa digunakan untuk formatif dan sumatif, (c) yang diukur keterampilan dan performansi bukan fakta, (d) berkesinambungan, (e) terintegrasi, (f) dapat digunakan sebagai feed back. Bentuk-bentuk penilaian autentik: fortofolios, story reteling, interview, video, tape evaluation of performance, audio tepe evaluation of reading, teacher observations, close test. Dalam hal iniakan dilakukan penilaian terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan produk tulisan deskripsi siswa dalam bahasa lampung.

b. Perbedaan Pendekatan kontestual dengan Pendekatan Konvensional Menurut pendapat Nurhadi (2003: 7) terdapat perbedaan antara pendekatan CTL dan konvensional yaitu:

No Pendekatan CTL Pendekatan Konvensional

1 Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

Siswa adalah penerima informasi secara pasif.

2 Siswa belajar dari teman melalui kerja.

Siswa belajar secara individual. 3 Pembelajaran dikaitkan dengan

kehidupan nyata atau masalah yang disimulasikan.

Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis.

4 Perilaku dibangun atas kesadaran diri.

Perilaku dibangun atas kebiasaan. 5 Hadiah untuk perilaku baik adalah

kepuasan diri

Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (raport).

6 Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.

Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.

7 Seseorang tidak melakukan yang jelek karana dia sadar hal itu keliru dan merugikan.

Seorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman.

pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam monteks nyata.

struktural: rumus, diterangkan sampai paham, kemudian dilatihkan (drill). 9 Pemahaman rumus dikembangkan

atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa.

Rumus itu ada di luar diri siswa, yang harus diterangkan, diterima, dihafalkan dan dilatihkan.

10 Pemahaman rumus relatif berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya sesuai dengan skemata siswa.

Rumus adalah kebenaran absolut, hanya ada dua kemungkinan yaitu pamahaman rumus yang salah atau yang benar.

11 Siswa menggunakan kemampuan berfikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing- masing ke dalam proses pembelajaran.

Siswa secara fasif menerima rumus atau kaidah (membaca, mendengar, mencatat, menghafal), tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran.

No Pendekatan CTL Pendekatan Konvensional

1 Pengetahuan yang dimiliki manusia, dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia menciptakan atau membangun pengetahauan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya.

Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang berada di luar diri manusia.

2 Ilmu pengetahuan dikonstruksi oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami

peristiwa baru maka

pengetahuan.tidak pernah stabil, selalu berkembang.

Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final.

3 Siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing- masing.

Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.

4 Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan.

Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa.

5 Hasil belajar diukur dengan berbagai cara, proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes dan lain-lain.

Hasil belajar diukur hanya dengan tes.

tempat, konteks dan setting

7 Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek

Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek.

8 Perilaku baik berdasar motivasi intrinsik.

Perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik.

9 Seorang berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat.

Seseorang berperilaku baik karena terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menyenangkan.

c. Beberapa Hal Penting Dalam Pembelajaran CTL

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL harus memperhatikan hal- hal yang yang terkait, baik berkaitan dengan konsep, langkah-langkah, maupun pelaksanaan pembelajaran dengan CTL. Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Clifford dan Wilson (2000:2) adalah pendekatan dalam pembelajaran yang dapat membantu siswa menemui ketuntasan belajar berdasarkan kompetensi yang telah ditetapkan. Siswa dapat dikatakan tuntas belajar jika ia dapat berguna dan mampu mengaplikasikan pengetahuannya terhadap lingkungan sekitar kehidupannya, baik masa kini maupun masa depan, sebagai seorang anggota keluarga, warga negara, dan pekerja atau karyawan.

CTL dikatakan efektif digunakan dalam pembelajaran karena: (Clifford dan Wilson, 2000:2):

1. emphasizes problem-solving,

2. recognizes the need for teaching and learning to occur in multiple contexts,

3. teaches students to become self-regulated learners, 4. anchors teaching in students‟ diverse life contexts,

5. encourages students to learn from each other in interdependent groups, and

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran dengan Contextual Teaching Learning, terutama berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Lampung adalah sebagai berikut

1. CTL adalah model pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.

2. CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.

3. Kelas, dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka dilapangan.

4. Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain. (Sanjaya, 2006:125).