• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi adalah istilah yang diambil dari bahasa Belanda “prestatie” yang berarti hasil usaha. Kata prestasi dalam berbagai penggunaan selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu. Prestasi belajar adalah kemampuan nyata yang dapat langsung diukur dengan tes tertentu dan dapat dihitung hasilnya, menurut Zainal dalam Sagala (2005: 101), bahwa: “Prestasi merupakan kemampuan siswa yang dapat dicapai saat dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap berbagai hal yang pernah dilatihkan/ diajarkan sudah dapat diperoleh gambaran yang nyata tentang pencapaian program pembelajaran secara menyeluruh”.

Di samping itu menurut Wittrock dalam Latuheru (1999: 46), “prestasi belajar adalah suatu terminology yang menggambarkan suatu proses perubahan melalui

pengalaman. Proses tersebut mempersyaratkan perubahan yang relative permanen berupa sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan dan keterampilan melalui pengalaman”.

Skiner dengan teori operant conditioning sebagaimana dikutip Gredler (dalam Slameto, 2003: 49) mengatakan bahwa, prestasi belajar merupakan respon/ tingkah laku yang baru. Walaupun Skiner mengatakan demikian namun pada dasarnya respon yang baru itu sama pengertiannya dengan tingkah laku/ pengetahuan, sikap, keterampilan yang baru.

Prestasi menurut Hamalik (1983:84) adalah perubahan tingkahlaku yang diharapkan kepada murid setelah diadakan proses belajar mengajar. Sedangkan menurut Yusuf (1982:24) prestasi adalah tingkatan kepandaian keterampilan yang telah dicapai setelah melakukan kegiatan pekerjaan atau latihan itu sendiri. Menurut Adi Nugroho prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang berasil dan prestasi itu menunjukkan kecakapan.. Selanjutnya, Purwadarminto menyebutkan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan/ dilakukan.

Reigeluth dalam yang sama berpendapat, prestasi belajar dapat juga dikatakan sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda, ada hasilnyata dan diinginkan. Hasil nyata, hasil-hasil kehidupan nyata dari menggunakan metode (strategi) spesifik dalam kondisi yang spesifik pula, sedangkan hasil yang diinginkan adalah tujuan-tujuan (goals) yang umumnya berpengaruh pada pemilihan suatu metode.

Ini berarti prestasi belajar sangat erat kaitannya dengan metode (strategi) yang digunakan pada sesuatu kondisi (pembelajaran) tertentu. Semakin ketepatan pemilihan metode atau strategi (pembelajaran) pada suatu kondisi semakin baik hasil belajar. Selanjutnya juga mengatakan, secara spesifik hasil belajar adalah suatu kinerja (peformance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang diperoleh. Hasil belajar tersebut selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan-tujuan khusus perilaku (unjuk kerja).

Muhibin (1997:141) menyebutkan bahwa prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Demikian pula pendapat Albach, Arnove dan Kelly (1999:201) bahwa prestasi belajar hanya ukuran keberhasilan di sekolah tidak termasuk keberhasilan dalam keluarga dan masyarakat. Davis dalam Slameto (1985:21) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah pengetahuan yang diperoleh siswa sebagai hasil dari pembelajaran.

Pendapat-pendapat di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar dipergunakan untuk menyebut berbagai macam hasil kegiatan atau usaha. Hal ini sesuai dengan kenyataan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Istilah prestasi belajar sering digunakan untuk menyebut hasil yang dicapai dalam berbagai kegiatan, misalnya prestasi olahraga, prestasi seni, prestasi kerja, prestasi belajar, prestasi usaha, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar, yaitu penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu. Prestasi belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas, seperti prestasi belajar dalam ulangan harian, prestasi pekerjaan rumah, prestasi belajar tengah semester, prestasi akhir semester, dan sebagainya.

Cara yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat prestasi belajar adalah dengan menggunakan tes. Tes prestasi dapat digunakan sebagai suatu tes diagnosis yang dirancang untuk membuktikan mengenai gambaran kelebihan dan kekurangan siswa.

Pada proses pembelajaran, prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil dari pembelajaran yang meliputi penguasaan, perubahan emosional, dan perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes objektif maupun tes uraian. Dengan demikian, prestasi belajar Bahasa Lampung adalah prestasi belajar siswa pada tes ujian akhir semester atau pada Konpetensi Dasar pada mata pelajaran Bahasa Lampung.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar Bahasa Lampung merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari pelajaran Bahasa Lampung di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi tertentu.

Prestasi belajar memiliki beberapa kategori. Gagne (1992:5) mengklasifikasikannya menjadi lima kategori yakni: 1) Intellectual skill, 2) Cognitive strategies, 3) Verbal information, 4) Motor skill, dan 5) Attitudes.

1) Keterampilan intelektual.

Kemampuan ini merupakan keterampilan yang membuat seseorang secara cakap berinteraksi dengan lingkungan melalui penggunaan lambang-lambang. 2) Strategi kognitif.

Kemampuan yang mengatur cara bagaimana si belajar mengelola belajarnya. 3) Informasi verbal.

Kemampuan ini berupa perolehan label atau nama, fakta dan pengetahuan yang sudah tersusun rapi.

4) Keterampilan motorik.

Kemampuan yang mendasari pelaksanaan perbuatan jasmaniah secara mulus. 5) Sikap.

Kemampuan yang mempengaruhi pilihan tindakan yang akan diambil.

Lebih lanjut, Bloom dan kawan-kawan sebagai mana dikutip oleh Degeng dalam Hamalik (2004: 90) mengklasifikasikan prestasi belajar menjadi 3 (tiga) domain atau ranah, yaitu ”ranah kognitif, psikomotor, dan afektif” ranah kognitif, menaruh perhatian pada pengembangan kapabilitas dan keterampilan intelektual, ranah psikomotor berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif atau keterampilan motorik, dan ranah efektif berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai, dan emosi”. Ketiga ketegori prestasi belajar itu mempunyai aspek masing-masing.

Kognitif, aspek-aspek dari domain ini terdiri dari: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Afektif, domain ini terdiri dari aspek- aspek penerimaan tanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pengarahan.

Psikomotorik, terdiri dari beberapa aspek: kemampuan gerak refleks, kemampuan gerak dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisik, kemampuan gerak terampil, dan kemampuan gerak komunikatif.

Dapat diasumsikan bahwa untuk menghasilkan kategori kapabilitas atau kelima ranah prestasi belajar tersebut sedikitnya banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor internal seperti pengetahuan prasyarat atau kemampuan awal dari masing- masing kategori hasil belajar yang dimiliki oleh siswa, yang berkaitan dengan kapabilitas atau keterampilan yang sedang dipelajari/ baru.

Gagne (1992:66) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pemngetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Belajar adalah suatu aktivitas yang melibatkan bukan hanya penguasaan kemampuan akademik baru saja, melainkan juga perkembangan emosional, interksi sosial dan perkembangan kepribadian. Menurut Gagne (1992:3) belajar adalah perubahan dalam diri manusia atau kemampuan yang berlangsung selama satu masa waktu yang tidak semata-mata disebabkan oleh perubahan pertumbuhan.

Jenis perubahan yang dimaksud dalam belajar ini meliputi perubahan tingkah laku setelah siswa mendapatkan berbagai pengalaman dalam proses pembelajaran. Pengalaman tersebut akan menyebabkan proses perubahan pada diri sibelajar, dengan kata lain bahwa proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkahlaku dan terjadi karena pengalaman.

Yang dimaksud prestasi belajar siswa dalam penelitian ini adalah prestasi yang ditunjukkan siswa setelah dilakukan pembelajaran, jika prestasi belajar mengalami peningkatan maka siswa dapat dinyatakan mencapai prestasi belajar atau mengalami peningkatan setelah mengalami belajar, jika tidak prestasi belajar tidak tercapai atau belum tuntas.

Memperhatikan pernyatan tersebut belajar merupakan upaya siswa untuk memahami materi ajar yaitu, menulis deskripsi bahasa Lampung sesuai dengan aturan penulisan atau kaidah bahasa, diharapkan siswa memiliki pengetahuan dan kemampuan dan dapat mengaplikasikan serta melaksanakan nilai positif dalam kehidupan sehari-hari. Dipahaminya suatu ilmu dalam proses pembelajaran akan tercermin melalui hasil evaluasi. Penggunaan pendekatan CTL, media dan alat belajar yang tepat dalam pembelajaran akan sangat membantu siswa belajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa penggunaan pendekatan, media dan alat dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi hasil belajar, siswa dapat menjadi aktif belajar, berkolaborasi dan belajar dalam waktu yang telah ditentukan, pesan dapat disalurkan, dapat merangsang berpikir, perhatian, minat siswa, sehingga proses belajar berlangsung dengan baik. Pemahaman siswa terhadap materi mengarah pada tercapainya tujuan pembelajaran dan mencapai prestasi yang tinggi.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah berupa pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap sesuai tujuan atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang diharapkan diperoleh setelah melalui proses pembelajaran.

Pretasi belajar yang dimaksudkan peneliti adalah perolehan dari proses pembelajaran yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik mencapai lebih besar atau sama dengan KKM pelajaran bahasa Lampung, dari tujuan pembelajaran yang diturunkan dari indikator, kompetensi dasar dan standar kompetensi yang diperoleh siswa melalui interaksi dengan lingkungan belajar dan suatu kondisi pembelajaran materi menulis deskripsi yang dirancang guru sebagai fasilitator.

c. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal

Standar nasional Pendidikan (Depdiknas, 2008: 5) menyatakan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria tertentu yang digunakan untuk menentukan kelulusan peserta didik. KKM ditentukan oleh kelompok guru mata pelajaran pada awal tahun pelajaran dan menjadi acuan bagi pendidik dan peserta didik. KKM setiap standar kompetensi merupakan rata-rata KKM kompetensi dasar. KKM setiap kompetensi dasar merupakan rata-rata KKM dari indikator yang terdapat dalam kompetensi dasar tersebut. Penentuan KKM didasarkan pada tiga unsur.

Pertama, Tingkat kompleksitas: Kesulitan/ kerumitan setiap indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai peserta didik. Suatu indikator dikatakan memliliki tingkat kompleksitas tinggi apabila dalam pencapaiannya didukuoleh sekurang-kurangnya satu dari sejumlah kondisi sebagai berikut:

1) Guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan pada peserta didik;

2) guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi;

3) Guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang diajarkan;

4) Peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi; 5) Peserta didik yang cakap/ terampil menerapkan monsep;

6) Peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian tugas/ pekerjaan;

7) Waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga dalam proses pembelajarannya memerlukan pengulangan/ latihan;

8) Tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar.

Kedua, Kemampuan daya pendukung: meliputi a. Sarana dan prasarana peendidikan yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dicapai peserta didik seperti perpustakaan, laboratorium, dan alat/ bahan untuk proses pembelajaran; b. Ketersediaan tenaga, manajemen sekolah dan kepedulian stakeholders sekolah.

Ketiga, Tingkat Kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang bersangkutan. Penetapan intake di kelas V dapat didasarkan pada nilai prestasi rata-rata siswa saat kenaikan kelas atau dikelas sebelumnya yaitu kelas IV.

KKM mulok Bahasa Lampung kelas V, sesuai yang telah ditetapkan dalam Kurikulum Sekolah atau KTSP SDN 1 Sukarame Dua Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2009/2010 adalah 65. KKM ini akan dijadikan tolak ukur evaluasi keberhasilan siswa belajar, apakah siswa telah mencapai ketuntasan atau belum baik secara individual maupun secara klasikal.

B. Teori Belajar Bahasa dan Pembelajaran