• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.3 Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa dapat dilihat dari aspek psikomotor dan aspek kognitif. Dari aspek psikomotor, dilihat dari tujuh indikator penilaian yaitu: keterampilan menggunakan alat, melakukan pengamatan, bekerjasama, ketepatan prosedur praktikum, kebersihan alat dan ruangan, hasil praktikum dan pembuatan laporan. Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata hasil belajar psikomotor siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan CEP mencapai 71,35 dalam kategori baik. Adapun rata-rata ketujuh indikator tersebut dapat diihat pada tabel berikut.

Tabel 4.21. Rata-rata Hasil Belajar Psikomotor.

No Indikator Rata-rata Kriteria

1 Menggunakan alat 65,57 Cukup

2 Melakukan pengamatan 69,77 Baik

3 Bekerjasama 72,05 Baik

4 Prosedur praktikum 70,80 Baik

5 Kebersihan alat dan ruangan 75,34 Baik

6 Hasil praktikum 71,36 Baik

7 Pembuatan laporan 74,55 Baik

Total 71,35 Baik

Terlihat dari tabel 4.21, menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan siswa dalam melakukan pengamatan ketika melaksanakan praktikum. Kerjasama, menjalankan prosedur praktikum, menjaga kebersihan alat dan ruangan, hasil praktikum serta dalam pembuatan laporan tergolong baik yaitu pada interval 69-84, namun dalam menggunakan alat masih tergolong cukup.

Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Psikomotor.

No Interval Kriteria Frekuensi Persentase

1 84,01 -100,00 Sangat baik 0 0,00 2 68,01 - 84,00 Baik 31 70,45 3 52,01 - 68,00 Cukup 13 29,55 4 36,01 - 52,00 Kurang baik 0 0,00 5 20,00 - 36,00 Tidak baik 0 0,00 Jumlah 44 100

Terlihat dari tabel 4.22, sebanyak 70,45% siswa memperoleh hasil belajar psikomotor yang baik dan 29,55% siswa dalam kategori cukup.

Rata-rata hasil belajar kognitif siswa sebelum dam sesudah pembelajaran CEP dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.23. Uji Peningkatan Hasil Belajar Kognitif.

Kondisi Mean Peningkatan thitung dk p value Kriteria

Sebelum 3,94 75,27 17,789 43 0,000 Signifikan

Sesudah 6,91

Terlihat dari tabel 4.23, rata-rata hasil belajar siswa sebelum pembelajaran CEP sebesar 3,94 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 6,91 atau mengalami peningkatan sebesar 75,27%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 17,789 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value < 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan hasil belajar kognitif yang signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui pembelajaran CEP dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Di samping itu hasil yang dicapai telah mencapai ketuntasan belajar karena secara signifikan hasil belajar tersebut melebihi batas ketuntasan (6,4). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.24. Hasil Uji Ketuntasan Belajar Kognitif Siswa. Mean μo thitung dk p value Kriteria

6.91 6,4 3,452 43 0,001 Tuntas belajar

Terlihat dari tabel 4.24, diperoleh thitung = 3,452 dengan p value = 0,001. karena nilai p value < 0,05, dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar kognitif siswa telah melebihi batas ketuntasan (6,4). Dengan kata lain melalui pembelajaran CEP berpengaruh pada ketuntasan belajar siswa.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pembelajaran CEP terjadi peningkatan motivasi belajar siswa. Rata-rata motivasi belajar siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran CEP mencapai 62,31 dan setelah dilaksanakan pembelajaran CEP terjadi peningkatan 14,21% dengan rata-rata motivasinya sebesar 71,16. Dari hasil uji t, diperoleh thitung = 8,449 dengan p value = 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa secara nyata terjadi peningkatan motivasi belajar siswa. Peningkatan motivasi belajar siswa merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapatn Sardiman (2005: 85) yang menyatakan tiga fungsi motivasi yaitu 1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepas energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dari kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Perubahan motivasi belajar siswa tersebut secara nyata nampak dari peningkatan minat siswa terhadap pelajaran kimia, peningkatan tingkat kesenangan untuk mencari dan memecahkan masalah kimia, peningkatan keuletan menghadapi kesulitan masalah kimia, peningkatan kemandirian siswa dan peningkatan minat terhadap bermacam-macam masalah, meskipun belum sepenuhnya terjadi peningkatan tingkat ketekunan siswa dalam menghadapi tugas.

Hal ini dikarenakan kurangnya waktu dalam mengerjakan tugas-tugas yang ada pada modul pembelajaran. Sehingga mengakibatkan siswa menjadi kurang tekun dalam mengerjakan tugas.

Adanya peningkatan motivasi belajar tersebut merupakan dampak positif dari pembelajaran CEP yang dirasakan menyenangkan oleh siswa. Hal ini disebabkan karena konsep pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP) merupakan suatu pendekatan pembelajaran kimia yang kontekstual yaitu pendekatan pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan objek nyata sehingga selain mendidik, dengan pendekatan CEP ini memungkinkan siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan menjadi produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi dan menumbuhkan semangat berwirausaha. Dengan pendekatan CEP ini pengajaran kimia akan lebih menyenangkan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan potensinya agar menghasilkan suatu produk..

Seperti dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, siswa diberikan suatu materi yang berkaitan dengan hidrokarbon yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari seperti membuat lilin hias, balsem dan semir sepatu. Materi dari tersebut tidak hanya bersifat teoritis semata, namun lebih ditekankan pada proses pembuatan, sehingga siswa benar-benar mengerti, memahami dan mampu membuatnya sendiri. Pada kesempatan berikutnya, siswa juga diberikan kesempatan untuk mencoba dengan kreativitas siswa.

Melalui kegiatan tersebut juga menumbuhkan minat berwirausaha siswa. Hal ini nampak dari rata-rata minat berwirausaha siswa sebelum pembelajaran CEP mencapai 65,84 dan setelah pembelajaran CEP mengalami peningkatan

menjadi 78,87 atau meningkat 19,8%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 18,421 dengan p value = 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa secara signifikan terjadi petumbuhan minat berwirausaha siswa. Peningkatan minat berwirausaha ini karena adanya tambahan keterampilan konkrit dalam kimia yang dapat menjadi bekal untuk berwirausaha. Adanya peningkatan minat wirausaha siswa tersebut dapat dilihat dari peningkatan kemauan mencapai tujuan dan kebutuhan hidup, peningkatan keyakinan pada diri sendiri, peningkatan kejujuran dan tanggung jawab siswa, peningkatan ketahanan fisik dan mental, ketekunan dalam bekerja dan berusaha, peningkatan kreativitas pemikiran siswa, peningkatan orientasi ke masa depan dan peningkatan keberanian siswa mengambil resiko.

Adanya pertumbuhan minat berwirausaha siswa tersebut karena penerapan pembelajaran CEP lebih menuntut potensi siswa untuk belajar secara maksimal sehingga mampu menampilkan kompetensi tertentu. Proses belajar siswa tidak lagi berorientasi kepada banyaknya materi pelajaran kimianya (subject-matter oriented), tetapi lebih berorientasi kepada kecakapan yang dapat ditampilkan oleh siswa (life-skill oriented). Dengan pendekatan pembelajaran yang demikian sejumlah kompetensi dapat dicapai, proses belajar mengajarnya menjadi lebih menarik, siswa terfokus perhatiannya dan termotivasi untuk mengetahui lebih jauh serta hasil belajarnya menjadi lebih bermakna (D’amore et al., 2003). Life skill oriented tersebut yang dapat mempengaruhi minat berwirausaha siswa. Sesuai hasil penelitian Susi Y.A (2004), motivasi belajar mempunyai peranan yang positif dalam membentuk minat wirausaha siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan selalu maju dan sukses dalam hidupnya, yang terwujud

dalam sikap kemauan keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup, keyakinan kuat atas kekuatan diri, sikap jujur dan tanggung jawab, ketahanan fisik dan mental, ketekunan dan keuletan dalam bekerja dan berusaha, pemikiran yang kreatif dan konstruktif, berorientasi ke masa depan, dan berani mengambil resiko.

Keterbatasan dari pembelajaran CEP ini adalah membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugas-tugas pada modul dan waktu untuk melaksanakan praktik wirausaha. Salah satu alternatif untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan dilaksanakannya praktik di luar jam pelajaran, sehingga nantinya diharapkan akan bisa menjadi kegiatan ekstra kurikuler wirausaha kimia atau menjadi kegiatan karya ilmiah remaja.

Tidak hanya sebatas motivasi dan minat berwirausaha saja yang mengalami peningkatan. Prestasi belajar pun mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa sebelum pembelajaran CEP dilaksanakan sebesar 3,94 dan mengalami peningkatan mencapai 6,91 atau meningkat 75,27%. Dari hasil uji t diperoleh nilai thitung sebesar 17,789 dengan p value = 0.000 < 0,05, yang berarti secara signifikan hasil belajar kogntif siswa mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar ini disebabkan karena siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar kimia, sehingga hasil belajarnya juga mengalami peningkatan. Di samping itu rata-rata hasil belajar kogntiif siswa telah mencapai ketuntasan atau melebihi standar ketuntasan 6,4. Dari hasil uji ketuntasan menggunakan uji t diperoleh thitung = 3,452 dengan p value = 0,001 < 0,05. Adanya peningkatan dan ketuntasan belajar tersebut membuktikan bahwa penerapan pembelajaran CEP berpengaruh positif

terhadap hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajarannya, sebagian besar siswa mampu mengikuti setiap kegiatan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar psikomotor yang tergolong baik. Hal ini berarti bahwa siswa sudah memiliki keterampilam dalam melakukan pengamatan, bekerjasama, melakukan praktikum sesuai dengan prosedur pratik secara benar, menjaga keberishan dan ruangan. Menampilkan hasil praktikum secara baik dan membuat laporan praktikum. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mursiti et al., (2006), yang menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran CEP mampu meningkatkan hasil belajar kognitif, psikomotorik, dan ketuntasan belajar siswa.

74

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

4. Pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sebesar 14,21%.

5. Pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan minat wirausaha siswa 19,80%.

6. Pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan hasil belajar siswa 75,27%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketekunan siswa dalam menghadapi tugas kimia sebagai indikator motivasi belajar siswa tidak mengalami peningkatan dalam pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CEP, oleh karena itu disarankan kepada guru pengampu mata pelajaran kimia yang berkeinginan untuk menerapkan pendekatan CEP agar tugas yang diberikan kepada siswa lebih bervariatif.

Dilihat dari rata-ratanya, minat siswa terhadap bermacam-macam masalah sebagai indikator motivasi belajar relatif rendah dibandingkan dengan indikator menunjukkan minat terhadap pelajaran kimia, senang mencari dan memecahkan masalah kimia, ulet menghadapi kesulitan atau tidak mudah putus asa, tekun

menghadapi tugas pelajaran kimia, lebih senang bekerja sendiri. Oleh karena itu, guru pengampu mata pelajaran kimia yang berkeinginan mengembangkan pendekatan CEP perlu memberikan permasalahan-permasalahan kimia sehari-hari yang lebih bervariatif.

Dilihat dari minat berwirausaha siswa, melalui pembelajaran CEP ini mengalami peningkatan, oleh karena itu bagi guru pengampu mata pelajaran kimia perlu menindaklanjuti pembelajaran CEP tidak hanya di dalam kelas sebagai intrakurikuler, namun perlu dikembangkan dalam bentuk ekstrakurikuler yang dapat melatih wirausaha siswa. Dengan demikian di lingkungan sekolah akan tumbuh sentra-sentra industri kecil yang dikelola siswa dan bekerjasama dengan koperasi sekolah.

76

Dokumen terkait