• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI, HASIL BELAJAR DAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI, HASIL BELAJAR DAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP)."

Copied!
287
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI, HASIL BELAJAR DAN

MINAT BERWIRAUSAHA SISWA MELALUI

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN

CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP)

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Universitas Negeri semarang

Oleh : Ferina Agustini NIM : 4001505004

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis ini disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian tesis.

Semarang, Agustus 2007

Dosen Pembimbing I Dosen pembimbing II

Dr. Supartono, M. S Dr. Hartono, M. Pd

(3)

iii

PENGESAHAN

Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang, pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 11 September 2007

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. H. A.T Soegito, SH, MM Dr. Supartono, M.S

NIP. 131345757 NIP. 131281224

Penguji I Penguji II

Dr. Wiyanto, MSi Drs. Ersanghono Kusuma, M.S NIP. 131764032 NIP. 130894821

Penguji III

Dr. Hartono, MPd

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam tesis ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdaarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2007

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Kita harus yakin bahwa apa yang ditentukan oleh Allah buat kita, itulah yang terbaik (Hamka)

Cita-cita dan niat yang baik mesti disertai dengan usaha dan jalan yang baik untuk melaksanakannya.

untuk kedua orang tuaku, adikku Rini dan Nita,

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program strata dua pada Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang. Dalam menyusun tesis saya mendapat bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini saya menghaturkan terima kasih kepada yang terhormat:

Dr. Supartono, M. S selaku Pembimbing I dan Dr. Hartono, M. Pd selaku Pembimbing II yang telah memberikan petunjuk, bimbingan, arahan dengan penuh kesabaran sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Rektor, Direktur, Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan IPA Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan yang luas kepada saya untuk menyelesaikan studi.

(7)

vii

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Slamet Panca Mulyadi, SPd selaku Kepala Sekolah SMA N 9 Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melaksanakan penelitian ini.

Kepada Bapak dan Ibunda, adik-adikku, dan mamazku Heru serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang dengan tulus ikhlas telah memberikan dorongan, semangat dan do’a kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan di PPS UNNES.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati mohon ke hadirat Allah S.W.T, semoga tesis ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan khususnya di bidang kimia, Amin.

(8)

viii

ABSTRAK

Ferina Agustini. 2007. Peningkatan Motivasi Belajar dan Minat Berwirausaha Siswa Melalui Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP). Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Dr. Supartono, M.S., II. Dr. Hartono, M.Pd.

Kata Kunci: Motivasi belajar, Minat Berwirausaha, Chemoentrepreneurship (CEP)

Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, telah lama dilakukan. Namun sampai saat ini mutu pendidikan masih jauh dari harapan. Upaya guru dalam posisi ini adalah mengaktifkan potensi itu sehingga siswa termotivasi dalam proses pembelajaran. Selain itu, tidak semua lulusan SMA melanjutkan ke Universitas. Sementara, para lulusan SMA belum mempunyai bekal atau belum dipersiapkan untuk bekerja. Di sisi lain, tuntutan pemenuhan kebutuhan yang semakin meningkat sedangkan penghasilan relatif tetap sehingga diperlukan upaya pengembangan usaha untuk meningkatkan perolehan pendapatan. Oleh karena itu, para siswa SMA perlu diberi pemahaman tentang berwirausaha sebagai bekal dirinya untuk memulai atau melanjutkan kegiatan secara layak. Untuk itu perlu pengembangan pembelajaran yang dapat meningkatkan minat berwirausaha serta motivasi belajar siswa yang terintegrasikan dalam mata pelajaran yang ada di SMA. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat dikembangkan pada mata pelajaran kimia adalah Chemoentrepreneurship (CEP).

Permasalahan dalam penelitian ini adalah kontribusi pendekatan CEP untuk meningkatkan motivasi belajar, hasil belajar dan minat berwirausaha siswa belum diketahui. Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan motivasi belajar, minat wirausaha siswa dan peningkatan hasil belajar siswa. Manfaat penelitian adalah memberi informasi mengenai kontribusi pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP terhadap peningkatan motivasi belajar, minat berwirausaha dan hasil belajar siswa.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-7 SMA Negeri 9 Semarang. Variabel yang diteliti adalah motivasi belajar, minat berwirausaha dan hasil belajar siswa, Data diambil dengan kuesioner, observasi dan test, selanjutnya dianalisis menggunakan statistik parametrik yaitu uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP mengalami peningkatan 14,21%. Minat berwirausaha siswa mengalami peningkatan 19,80%. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan 75,27%.

(9)

ix

ABSTRACT

Ferina Agustini. 2007. The Improvement of Student’s Learning Motivation and Business Interest through Chemistry Teaching Learning Process using CEP approach. Thesis. Magister of Education of UNNES.

Key Words : A Learning Motivation, A Business Interest, and

Chemoentrepreneurship (CEP)

The efforts in improved education quality in Indonesia, have been done for many years. Yet, the education quality is beyond of our expectation. In this case, the teacher’s effort is to activate the students potential in order to motivate in teaching learning process. Besides, high school graduated students are not ready to work yet. On the other hand, the demand of improved in fulfilling needs is needed while there is an unappropriate income. So, we need to have a developing effort to improved the income. Therefore, high school students need to be given the understanding of business as their skill in order to continue their life better. Here, teaching learning development that can improved their business interest and students learning motivation which is integrated to high school subject is needed. One of the learning approach developed to chemistry is CEP.

The problems of the research are the contribution of CEP approach to improved the learning motivation, learning achievement and business interest of has been unrecognized yet. Meanwhile, the achievement of this research is to analyze the improved of a learning motivation, students business interest and learning achievement. The advantages of this research is to give information about the contribution of chemistry using CEP approach to improved the learning motivation, students business interest and learning achievement.

The students of class X-7 of SMA N 9 Semarang are the subject of this research. The observed variable is learning motivation, students business interest and learning achievement. By questionaire, observation and test, the data are being taken. Then that data is analyzed using parametric statistic, t test.

The research result indicates that students learning motivation in chemistry using CEP approach has been improved 14.21%. A business interest has been improved 19.80%. The students acheivement has been improved 75.27%.

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pendekatan Pembelajaran CEP ... 8

2.1.1 Pembelajaran Kontekstual ... 8

2.1.2 Chemoentrepreneurship (CEP) ... 9

(11)

xi

2.2 Motivasi Belajar ... 13

2.2.1 Pengertian Motivasi ... 13

2.2.2 Usaha Peningkatan Motivasi ... 15

2.2.3 Ciri-ciri Motivasi ... 15

2.2.4 Fungsi Motivasi ... 16

2.3 Kewirausahaan ... 17

2.3.1 Pengertian Kewirausahaan ... 17

2.3.2 Minat Berwirausaha ... 18

2.4 Analisis Materi ... 21

2.4.1 Hidrokarbon Termasuk Senyawa Karbon ... 21

2.4.2 Kekhasan Atom Karbon ... 21

2.4.3 Klasifikasi Hidrokarbon ... 23

2.5 Kerangka Teoritis ... 24

2.6 Kerangka Berpikir ... 25

2.7 Hipotesis ... 26

BAB III. METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Subyek Penelitian ... 33

3.2 Variabel Penelitian ... 33

3.3 Instrumen Penelitian ... 33

3.4 Tolok Ukur Keberhasilan ... 35

3.5 Analisis Instrumen Penelitian ... 35

3.5.1 Uji Validitas ... 35

3.5.2 Reliabilitas ... 37

3.5.3 Taraf Kesukaran ... 38

3.5.4 Daya Pembeda ... 39

3.6 Analisis Data ... 40

(12)

xii

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Hasil Penelitian ... 45

4.1.1 Peningkatan Motivasi Belajar dalam Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan CEP ... 45

4.1.1.1 Minat Terhadap Pelajaran Kimia ... 48

4.1.1.2 Senang Mencari dan Memecahkan Masalah Kimia ... 50

4.1.1.3 Ulet Menghadapi Kesulitan Masalah Kimia ... 51

4.1.1.4 Tekun Menghadapi Tugas ... 52

4.1.1.5 Lebih Senang Bekerja Mandiri ... 53

4.1.1.6 Menunjukkan Minat Terhadap Bermacam-macam Masalah Kimia ... 54

4.1.2 Peningkatan Minat Berwirausaha Siswa ... 55

4.1.2.1 Kemauan Keras untuk Mencapai Tujuan dan Kebutuhan Hidup ... 58

4.1.2.2 Keyakinan Kuat atas Kekuatan Sendiri... 59

4.1.2.3 Sikap Jujur dan Tanggungjawab ... 61

4.1.2.4 Ketahanan Fisik dan Mental... 62

4.1.2.5 Ketekunan dalam Bekerja dan Berusaha... 63

4.1.2.6 Pemikiran yang Kreatif dan Konstruktif ... 64

4.1.2.7 Berorientasi ke Masa Depan ... 65

4.1.2.8 Berani Mengambil Resiko ... 66

4.1.3 Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 67

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 3.1 Daftar Nama Para Validator dan Perangkat yang Divalidasi ... 31 4.1 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah

Pembelajaran CEP ... 46 4.2 Uji Peningkatan Tingkat Motivasi Belajar Siswa ... 46 4.3 Uji Peningkatan Tingkat Motivasi Belajar Siswa ... 47 4.4 Minat Siswa Terhadap Pelajaran Kimia Sebelum dan Sesudah

Pembelajaran CEP ... 49 4.5 Tingkat Kesenangan untuk Mencari dan Memecahkan Masalah Kimia

Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP ... 50 4.6 Tingkat Keuletan dalam Menghadapi Masalah Kimia Sebelum dan

Sesudah Pembelajaran CEP ... 51 4.7 Tingkat Ketekunan Siswa dalam Menghadapi Tugas Kimia Sebelum dan

Sesudah Pembelajaran CEP ... 52 4.8 Tingkat Kesenangan Siswa untuk Bekerja Mandiri Sebelum dan

Sesudah Pembelajaran CEP ... 53 4.9 Tingkat Minat Siswa terhadap Bermacam-macam Masalah Kimia

Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP ... 54 4.10 Distribusi Minat Berwirausaha Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP ... 55 4.11 Uji Peningkatan Minat Berwirausaha Siswa ... 56 4.12 Perubahan Minat Berwirausaha Siswa Setelaj Pembelajaran CEP ... 57 4.13 Kemauan Keras untuk Mencapai Tujuan dan Kebutuhan Hidup Sebelum

dan Sesudah Pembelajaran CEP ... 59 4.14 Keyakinan Kuat atas Kekuatan Sendiri Sebelum dan Sesudah

Pembelajaran CEP ... 60 4.15 Sikap Jujur dan Tanggungjawab Sebelum dan Sesudah Pembelajaran

(14)

xiv

4.17 Ketekunan dalam Bekerja dan Berusaha Sebelum dan Sesudah

Pembelajaran CEP ... 63

4.18 Pemikiran yang Kreatif dan Konstruktif Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP ... 64

4.19 Berorientasi ke masa depan Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP . 65 4.20 Berani Mengambil Resiko Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP ... 66

4.21 Rata-rata Hasil Belajar Psikomotor ... 67

4.22 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Psikomotor ... 67

4.23 Uji Peningkatan Hasil Belajar Kognitif ... 68

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1 Proses Pembelajaran CEP untuk Mempraktikkan Pembuatan Balsem dan

Lilin Hias ... 11 2.2 Contoh Produk Hasil Pembelajaran CEP dalam Pembuatan Balsem dan

Lilin Hias ... 11 2.3 Kerangka Berpikir ... 26 3.1 Langkah-langkah Penelitian ... 28 3.2 Siswa Aktif Melakukan Kegiatan Praktikum Membuat Produk-produk

seperti balsam, semir sepatu dan lilin hias yang siap diujicoba untuk dipasarkan ... 44 3.3 Contoh Produk Lilin Hias yang Berhasil Dibuat dengan Kreativitas

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Nilai Raport Semester Ganjil ... 78

2. Uji Normalitas Data Nilai Raport Semester 1 Kelas X-1 ... 79

3. Uji Normalitas Data Nilai Raport Semester 1 Kelas X-2 ... 80

4. Uji Normalitas Data Nilai Raport Semester 1 Kelas X-3 ... 81

5. Uji Normalitas Data Nilai Raport Semester 1 Kelas X-4 ... 82

6. Uji Normalitas Data Nilai Raport Semester 1 Kelas X-5 ... 83

7. Uji Normalitas Data Nilai Raport Semester 1 Kelas X-6 ... 84

8. Uji Normalitas Data Nilai Raport Semester 1 Kelas X-7 ... 85

9. Uji Homogenitas Populasi... 86

10.Analisis Varians (Uji Kesamaan Keadaan Awal dari Populasi ... 87

11.Hipotesis ANAVA ... 88

12.Hasil Analisis Uji Coba Soal ... 90

13.Perhitungan Daya Beda Soal ... 96

14.Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 97

15.Perhitungan Validitas Butir ... 99

16.Perhitungan Reliabilitas Instrumen ... 100

17.Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Motivasi Belajar ... 101

18.Perhitungan Validitas Angket Motivasi Belajar ... 104

19.Perhitungan Reliabilitas Angket Motivasi Belajar ... 105

20.Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Minat Berwirausaha ... 106

21.Perhitungan Validitas Angket Minat Berwirausaha ... 108

22.Perhitungan Reliabilitas Angket Motivasi Belajar ... 109

23.Data Motivasi Belajar ... 110

24.Data Minat Berwirausaha ... 116

25.Data Hasil Belajar ... 122

26.Data Belajar Psikomotor 1 (Observer 1) ... 123

27.Data Belajar Psikomotor 1 (Observer 2) ... 124

(17)

xvii

29.Data Belajar Psikomotor 2 (Observer 2) ... 126

30.Rata-rata Hasil Belajar Psikomotor ... 127

31.t-test Minat terhadap Pelajaran Kimia ... 128

32.t-test Senang Mencari dan Memecahkan Masalah Kimia ... 129

33.t-test Ulet Menghadapi Kesulitan... 130

34.t-test Tekun Menghadapi Tugas ... 131

35.t-test Lebih Senang Bekerja Sendiri ... 132

36.t-test Menunjukkan Minat terhadap Masalah Kimia ... 133

37.t-test Motivasi Belajar ... 134

38.t-test Kemauan Keras untuk Mencapai Tujuan dan Kebutuhan Hidup ... 135

39.t-test Keyakinan Kuat Atas Kekuatan Sendiri ... 136

40.t-test Sikap Jujur dan Tanggung jawab ... 137

41.t-test Ketahanan Fisik dan Mental... 138

42.t-test Ketekunan dalam Bekerja dan Berusaha ... 139

43.t-test Pemikiran yang Kreatif dan Konstruktif ... 140

44.t-test Berorientasi ke masa depan ... 141

45.t-test Berani Mengambil Resiko ... 142

46.t-test Minat Berwirausaha ... 143

47.t-test Uji Ketuntasan Belajar ... 144

48.Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba Materi Pokok Hdrokarbon ... 145

49.Soal Tes Uji Coba ... 147

50.Lembar Jawaban Tes Uji Coba ... 158

51.Kunci Jawaban Uji Coba ... 159

52.Soal Tes Hasil Belajar ... 160

53.Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ... 167

54.Angket Uji Coba Motivasi Belajar ... 168

55.Angket Motivasi Belajar ... 172

56.Kisi-kisi Angket Uji Coba Minat Berwirausaha ... 176

57.Angket Uji Coba Minat Berwirausaha ... 177

58.Angket Minat Berwirausaha ... 181

(18)

xviii

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didukung oleh arus globalisasi yang hebat dari waktu ke waktu, memunculkan persaingan dalam berbagai bidang kehidupan. Dunia pendidikan yang akan mencetak generasi-generasi muda yang handal dan berkualitas diharapkan benar-benar dapat menjadi sarana terciptanya lulusan yang siap bersaing dalam upaya menghadapi persaingan diberbagai bidang kehidupan tersebut.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan dewasa ini adalah tentang peningkatan mutu pendidikan. Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, telah lama dilakukan. Bahkan setiap Repelita, peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan di bidang pendidikan. Berbagai program dan inovasi pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar dan buku referensi lainnya, peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidikan mereka, peningkatan manajemen pendidikan, serta pengadaan fasilitas penunjang, dan lain-lain selalu dilakukan. Namun sampai saat ini mutu pendidikan masih jauh dari harapan. Hal ini nampak pada hasil Ujian Akhir Nasional yang kenyatannya masih ada siswa yang tidak lulus ujian.

(20)

dorongan-dorongan. Upaya guru dalam posisi ini adalah mengaktifkan potensi itu sehingga siswa termotivasi dalam proses pembelajaran.

Menurut Donnel dalam Purnomo (2005:59), motivasi diartikan sebagai dorongan dan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Seseorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, dorongan dan kebutuhan.

Persoalan motivasi ini dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya, sejauh apa yang dilihatnya mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.

(21)

SMA yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi menjadi semakin banyak dan lama. Sementara, para lulusan SMA belum mempunyai bekal atau belum dipersiapkan untuk bekerja. Di sisi lain, tuntutan pemenuhan kebutuhan yang semakin meningkat sedangkan penghasilan relatif tetap sehingga diperlukan upaya pengembangan usaha untuk meningkatkan perolehan pendapatan. Oleh karena itu, para siswa SMA perlu diberi pemahaman tentang berwirausaha sebagai bekal dirinya untuk memulai atau melanjutkan kegiatan secara layak.

Berbeda dengan para lulusan SMK yang sudah mempunyai keterampilan khusus, sehingga mereka dapat menciptakan serta mengembangkan pekerjaan melalui kegiatan wirausaha. Menurut Purnomo (2005:87), hal ini dikarenakan pelajaran kewirausahaan di SMK tercantum dalam kurikulum atau GBPP Tahun 1999 maupun dalam KBK. Mata pelajaran ini tergolong sebagai mata pelajaran adaptif, berupa bidang keahlian. Sementara di SMA tidak tercantum materi kewirausahaan, sehingga diyakini bahwa minat kewirausahaan para siswa SMK akan lebih cepat terbentuk dibandingkan mereka yang berasal dari SMA.

Menurut Purnomo (2005:122), minat berwirausaha para siswa dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, pendidikan sebagai usaha sadar diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat diwujudkan dalam bentuk kemampuan, keterampilan, sikap dan kepribadian sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

(22)

berbagai tantangan kehidupan. Siswa tidak cukup hanya menguasai teori-teori, tetapi juga mau dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sosial. Siswa tidak hanya mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah, tetapi juga mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan yang demikian adalah pendidikan yang berorientasi pada pembentukan minat wirausaha, yaitu suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara dari situasi yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhan sendiri. Atau dapat diartikan bahwa minat wirausaha merupakan suatu appetensi atau hasrat yang kuat dari seseorang terhadap aktivitas kewirausahaan, baik disadari atau tidak yang terpuaskan lewat perilaku tertentu. Pendidikan yang berwawasan kewirausahaan khususnya di tingkat SMA, dapat diterapkan pada siswa melalui kurikulum yang terintegrasi yang dikembangkan di sekolah.

Berdasar pertimbangan di atas, perlu dilakukan perencanaan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran tentang pendidikan yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan minat wirausaha siswa. Tersedianya perangkat pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang proses pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Model pembelajaran dan perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan minat wirausaha siswa.

(23)

mengembangkan perangkat pembelajaran kimia melalui pendekatan pembelajaran Chemoentrepreneurship (CEP). Menurut Mursiti et al, (2006:7), konsep pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP) merupakan suatu pendekatan pembelajaran kimia yang kontekstual yaitu pendekatan pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan objek nyata sehingga selain mendidik, dengan pendekatan CEP ini memungkinkan siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan menjadi produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi dan meningkatkan minatnya untuk berwirausaha.

Hidrokarbon merupakan salah satu materi dalam pelajaran kimia di SMA yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Standar kompetensi yang diterapkan adalah memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai adalah menjelaskan kegunaan dan komposisi senyawa hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari dalam bidang pangan, sandang, papan, perdagangan, seni dan estetika. Beberapa keterampilan yang dapat dilakukan adalah dengan kegiatan percobaan/eksperimen membuat produk lilin hias, membuat semir sepatu dan membuat balsem.

(24)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Belum tersedia perangkat pembelajaran untuk materi Hidrokarbon melalui pendekatan pembelajaran Chemoentrepreneurship (CEP).

2. Motivasi belajar pada siswa belum terbentuk dengan baik, sehingga mutu dan produktivitas yang dihasilkan belum memuaskan.

3. Belum meningkatnya minat wirausaha yang menonjol pada siswa SMA, sehingga kurang memiliki sikap kemauan keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup, keyakinan kuat atas kekuatan diri, sikap jujur dan tanggung jawab, ketahanan fisik dan mental, ketekunan dan keuletan dalam bekerja dan berusaha, pemikiran yang kreatif dan konstruktif, berorientasi ke masa depan, dan berani mengambil resiko.

4. Hasil belajar siswa yang rendah.

1.3 Rumusan Masalah

Masalah utama dalam penelitian ini adalah berapa besar kontribusi pembelajaran kimia dengan pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP) terhadap peningkatan motivasi belajar, hasil belajar dan minat wirausaha siswa.

Masalah tersebut dioperasionalkan menjadi pertanyaan penelitian berikut:

1. Apakah pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?

(25)

3. Apakah pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP.

2. Untuk meningkatkan minat wirausaha siswa dalam pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP.

3. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberi informasi mengenai kontribusi pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP terhadap motivasi belajar siswa.

2. Memberi gambaran mengenai peningkatan minat berwirausaha siswa dalam pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP.

(26)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Pendekatan Pembelajaran CEP

2.1.1 Pembelajaran Kontekstual

(27)

2.1.2 Chemoentrepreneurship (CEP)

Istilah entrepreneurship acapkali diasosiasikan dengan memulai sesuatu yang baru dan dimotivasi oleh pencapaian keuntungan semata. Pengertian entrepreneurship semacam itu mengabaikan esensi dan arti sebenarnya dari entrepreneurship. Istilah entrepreneur sesungguhnya datang dari bidang ekonomi Perancis pada awal abad ke 18. Di Perancis kata entrepreneur berarti seseorang yang melakukan atau mengusahakan suatu proyek atau aktivitas secara signifikan. Kemudian, oleh para ahli ekonomi Perancis menghargai bagi orang-orang semacam itu dengan istilah entrepreneur. Sebab pengusaha tersebut telah menggeser sumber daya ekonomi ke luar dari area yang produktivitasnya rendah ke area yang produktivitasnya tinggi. Selanjutnya, pada abad ke 20 para ahli ekonomi menyoroti pentingnya entrepreneurship adalah sebagai inovasi yang menggerakkan proses kapitalisme kreatif-destruktif. Akhirnya esensi istilah entrepreneurship adalah inovasi dalam penciptaan nilai-nilai baik ekonomi, sosial dan lainnya (Starcher,G. 2003: 4-14).

(28)

Untuk merancang pembelajaran dengan pendekatan CEP diperlukan materi-materi kimia yang tepat dan sesuai dengan pendekatan pembelajaran CEP. Pembuatan desain pembelajarannya harus sesuai antara objek atau fenomena yang dipelajari dengan kegiatan siswa. Kegiatan siswa ini perlu dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa. Pembelajaran didesain dan dilaksanakan berangkat dari objek atau fenomena yang ada di sekitar kehidupan siswa, kemudian dikembangkan ke konsep-konsep kimia yang berkaitan dan proses kimia yang melandasi, termasuk faktor-faktor yang mengendalikan atau mempengaruhi proses tersebut hingga sampai ke kesimpulan bermakna. Kesimpulan bermakna ini dapat berupa penemuan suatu produk yang bermanfaat, terobosan teknologi yang berkaitan dengan konsep atau proses kimia yang dipelajari dan rekomendasi-rekomendasi dampaknya terhadap kemaslahatan umat manusia dan lingkungan (Supartono, 2005).

(29)

Gambar 2.1. Proses Pembelajaran CEP untuk Mempraktikkan Pembuatan Balsem dan Lilin Hias (Dokumentasi Ferina, 2007)

Gambar 2.2. Contoh Produk Hasil Pembelajaran CEP dalam Pembuatan Balsem dan Lilin Hias (Dokumentasi Ferina, 2007)

2.1.3 Kreativitas dan Inovasi

(30)

Menurut de Bono dalam Mutis (1995:3), pemikiran kreatif merupakan motivator yang sangat besar karena membuat orang tertarik akan pekerjaannya. Pemikiran kreatif juga memberikan kemungkinan bagi setiap orang untuk mencapai sesuatu. Pemikiran kreatif membuat hidup menjadi lebih menyenangkan dan lebih menarik. Pemikiran kreatif menyediakan kerangka kerja sehingga kita dapat bekerja dengan orang lain sebagai satu tim. Kegiatan kreatif berarti melakukan sesuatu yang lain, suatu pola yang bersifat alternatif bagi kelaziman yang telah bersifat baku (Suriasumantri, J.S. 2003: 268).

Dalam buku Managing Innovation pada bagian yang ditulis oleh Robert Rosenfeld dan Jenny C.Servo dalam Mutis (1995:8), dikatakan bahwa banyak orang yang beranggapan bahwa kreativitas sinonim dengan inovasi, padahal sesungguhnya keduanya berbeda. Kreativitas merujuk pada pembentukan ide-ide baru, inovasi untuk menghasilkan uang dengan menggunakan ide-ide baru tersebut. Kreativitas adalah titik permulaan bagi setiap inovasi. Menurut Mutis (1995:8), inovasi adalah kerja keras yang mengikuti pembentukan ide dan biasanya melibatkan usaha banyak orang dengan keahlian yang bervariasi tetapi saling melengkapi. Tantangan yang dihadapi adalah mengubah ide-ide kreatif menjadi produk nyata atau proses yang akan meningkatkan pelayanan kepada konsumen, menekankan biaya dan menghasilkan pendapatan bagi suatu organisasi.

(31)

penemuan. Konsepsi, penemuan dan pemanfaatan adalah elemen-elemen yang ada dalam inovasi.

2.2Motivasi Belajar

2.2.1 Pengertian Motivasi

Dilihat dari istilah, motivasi berasal dari bahasa Latin “movere” yang artinya “to move” atau bergerak. Ada beberapa definisi motivasi yang dikemukakan oleh para ahli dalam Purnomo (2005:59), yaitu :

1. Menurut Terry, motivasi diartikan sebagai keinginan intrinsik yang mendorong individu untuk bertindak.

2. Menurut Donnel, motivasi diartikan sebagai dorongan dan usaha untuk memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan (a want) atau suatu tujuan (a goal).

3. Sedangkan menurut Sardiman, mengartikan motivasi sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Atau dapat dikatakan motivasi adalah daya penggerak aktif seseorang yang bersifat intrinsik untuk melakukan suatu tindakan guna mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhan.

(32)

Menurut Purwanto (2004:72), motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu kebutuhan, tujuan dan dorongan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak seimbangan antara yang ia miliki dengan apa yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan adalah inti dari motivasi.

Dilihat dari sifatnya motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik kemunculannya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap orang telah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedang motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada perangsang dari luar. Misalnya, seseorang mempunyai kemauan belajar yang cukup tinggi, karena akan mengikuti ujian dengan harapan akan memperoleh nilai yang baik.

(33)

seseorang untuk menjadi wirausahawan sukses yang dapat mendorong motivasi belajar seseorang.

2.2.2 Usaha Peningkatan Motivasi

Dengan adanya motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Cara dan jenis dalam menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Guru harus berhati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar anak didik. Menurut Gage dan Berliner dalam Slameto (2003:176), ada beberapa cara untuk meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan belajar disekolah yaitu:

1. Pergunakan pujian verbal.

2. Pergunakan tes dalam nilai secara bijaksana.

3. Bangkitkan rasa ingin tahu siswa dan keinginannya untuk mengadakan eksplorasi.

4. Merangsang hasrat siswa dengan jalan memberikan pada siswa sedikit contoh hadiah yang akan diterimanya bila ia berusaha untuk belajar.

5. Agar siswa lebih mudah memahami bahan pengajaran, pergunakan materi-materi yang sudah dikenal sebagai contoh.

6. Terapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks yang unik dan luar biasa, agar siswa jadi lebih terlibat.

2.2.3 Ciri-ciri Motivasi

(34)

1. Menunjukkan minat terhadap pelajaran kimia

2. Senang mencari dan memecahkan masalah kimia (memberi waktu yang lebih dan penafsiran terhadap kimia)

3. Ulet menghadapi kesulitan atau tidak mudah putus asa dan tidak mudah puas terhadap prestasi yang dicapai dalam pelajaran kimia

4. Tekun menghadapi tugas pelajaran kimia (bersemangat, dapat bekerja terus menerus dalam rentang waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai/tanggung jawab)

5. Lebih senang bekerja sendiri (tidak tergantung pada orang lain) 6. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah kimia

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas berarti orang tersebut memiliki motivasi yang kuat .

2.2.4 Fungsi Motivasi

Serangkaian kegiatan yang oleh masing-masing pihak sebenarnya dilatar belakangi oleh sesuatu atau yang secara umum disebut motivasi. Begitu pula dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi agar hasil belajar menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pula pelajaran itu. Ada tiga fungsi motivasi menurut Sardiman (2005:85)

(35)

2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dari kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Dari pendapat diatas tampak bahwa motivasi penting dalam proses belajar mengajar. Sehingga dalam proses belajar mengajar tersebut diperlukan suatu usaha yang dapat meningkatkan motivasi siswa, agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

2.3Kewirausahaan

2.3.1 Pengertian Kewirausahaan

(36)

Kewirausahaan tidak selalu identik dengan watak atau ciri pengusaha semata, karena sifat ini bisa dimiliki pula oleh seorang bukan pengusaha. Jiwa atau sikap wirausaha itu sebenarnya ada pada setiap orang yang memiliki perilaku inovatif dan kreatif, pada setiap orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan dan tantangan. Dengan demikian, kewirausahaan mencakup semua aspek pekerjaan baik karyawan swasta maupun pemerintahan dan juga berlaku pada semua orang termasuk para pemuda dan pelajar (Purnomo, 2005:21).

2.3.2 Minat Berwirausaha

Pembangunan akan lebih mantap jika ditunjang oleh wirausahawan karena kemampuan pemerintah sangat terbatas. Pemerintah tidak akan mampu menggarap semua aspek pembangunan karena sangat banyak membutuhkan anggaran belanja, personalia dan pengawasan. Menurut Mardiyatmo (2006:6), manfaat adanya para wirausahawan di lingkungan kita antara lain:

1. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran.

2. Sebagai generator pembangunan lingkungan.

3. Sebagai pribadi unggul yang patut dicontoh dan diteladani, karena seorang wirausaha adalah orang yang jujur, berani hidup, tidak merugikan orang lain. 4. Hidup secara efisien, tidak berfoya-foya dan tidak boros.

(37)

Dalam rangka mengembangkan dunia usaha, “setidak-tidaknya Indonesia harus memiliki 3 juta wirausahawan besar, dan 30 juta wirausahawan kecil” (Purnomo, 2005:26). Oleh sebab itu, menurut Harper seperti dikutip oleh Purnomo (2005:26) pertumbuhan ekonomi suatu negara, utamanya negara sedang berkembang termasuk Indonesia, akan dapat berjalan dengan baik apabila dirangsang oleh adanya aktivitas kewirausahaan. Langkah utama yang pasti harus segera dilaksanakan adalah dengan menumbuhkan minat kewirausahaan, sebab eksistensi wirausaha tidak akan dapat berkembang baik bila tanpa didukung oleh perubahan sikap masyarakat.

Minat dapat diartikan sebagai kesadaran jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari luar. Sedangkan menurut White and Bernard seperti yang dikutip dalam Purnomo (2005:66), minat merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara dari situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhannya sendiri.

Kedua pengertian tersebut saling melengkapi, dalam definisi pertama disebutkan bahwa minat itu akan aktif bila ada rangsangan dari luar. Pandangan kedua disebutkan bahwa minat akan timbul bila seseorang melihat ciri-ciri dan arti sementara, yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhan sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat akan timbul bila ada rangsangan dari luar setelah seseorang melihat ciri-ciri, arti, maupun karakter dari objek yang dihubungkan dengan keinginan maupun kebutuhannya.

(38)

diri dari para peserta didik dengan berbagai macam cara. Misalnya, dengan cara membangkitkan kebutuhan mereka, untuk selanjutnya dihubungkan dengan pengalaman yang ada.

Peranan minat berwirausaha dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi harus terus ditingkatkan. Mengingat bahwa minat tersebut akhirnya akan menjadi potensi bagi seseorang untuk melakukan aktivitas wirausaha. Tingginya minat kewirausahaan ini dapat dijadikan sebagai alat forecasting dalam upaya meningkatkan proses pembangunan ekonomi.

Berdasarkan pada kajian di atas, maka dapat digarisbawahi bahwa minat wirausaha merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara dari situasi yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhan sendiri. Atau dapat diartikan bahwa minat wirausaha merupakan suatu appetensi atau hasrat yang kuat dari seseorang terhadap aktivitas kewirausahaan, baik disadari atau tidak yang terpuaskan lewat perilaku tertentu.

Menurut Purnomo (2005:70), indikator minat berwirausaha: 1. Kemauan keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup 2. Keyakinan kuat atas kekuatan diri

3. Sikap jujur dan tanggung jawab 4. Ketahanan fisik dan mental

5. Ketekunan dan keuletan dalam bekerja dan berusaha 6. Pemikiran yang kreatif dan konstruktif

(39)

2.4Analisis Materi

2.4.1 Hidrokarbon Termasuk Senyawa Karbon

Senyawa hidrokarbon terdiri atas karbon dan hidrogen. Bagian dari ilmu kimia yang membahas senyawa hidrokarbon disebut kimia karbon. Dulu ilmu kimia karbon disebut kimia organik, karena senyawa-senyawanya dianggap hanya dapat diperoleh dari tubuh makhluk hidup dan tidak dapat disintesis dalam pabrik. Akan tetapi sejak Friedrich Wohler pada tahun 1928 berhasil mensintesis urea (suatu senyawa yang terdapat dalam air seni) dari senyawa anorganik, amonium sianat dengan jalan memanaskan amonium sianat tersebut.

Hidrokarbon merupakan segolongan senyawa yang banyak terdapat di alam sebagai minyak bumi. Indonesia banyak menghasilkan minyak bumi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, diolah menjadi bahan bakar motor, minyak pelumas, dan aspal.

2.4.2 Kekhasan Atom Karbon

Atom karbon dengan nomor atom 6 mempunyai susunan elektron K = 2, L = 4, jadi mempunyai 4 elektron valensi dan dapat mernbentuk empat ikatan kovalen, serta dapat digambarkan dengan rumus struktur sebagai berikut, contoh nya untuk CH4.

diagram sederhana dari molekul metana H H

\ / C / \ H H

(40)

Selain itu atom karbon mempunyai kemampuan untuk membentuk ikatan dengan atom karbon lain membentuk rantai karbon yang terbuka atau tertutup/berlingkar.

Ikatan dalam rantai atom karbon dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Ikatan jenuh atau tunggal

2. Ikatan tidak jenuh (rangkap) :

Ikatan tidak jenuh dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Ikatan rangkap dua

b. Ikatan rangkap tiga

Berdasarkan bentuk ikatan rantainya, senyawa karbon dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Senyawa alifatik

Senyawa alifatik ini, dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Alifatik jenuh

b. Alifatik tidak jenuh 2. Senyawa siklik

Senyawa siklik dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Senyawa heterosiklik

b. Senyawa karbosiklik

Senyawa ini dibedakan menjadi 2, yaitu: 1) Senyawa aromatik

(41)

Berdasarkan posisinya, ikatan antaratom karbon dibedakan sebagai berikut: atom karbon primer, atom karbon sekunder, atom karbon tersier, atom karbon kuartener.

2.4.3 Klasifikasi Hidrokarbon

1. Alkana

Hidrokarbon jenuh yang paling sederhana merupakan suatu deret senyawa yang memenuhi rumus umum CnH2n+2 yang dinamakan alkana atau parafin. 2. Alkena

Alkena tergolong hidrokarbon tidak jenuh yang mengandung satu ikatan rangkap dua antara dua atom C yang berurutan. Jadi rumus umumnya mempunyai 2 atom H lebih sedikit dari alkana karena itu rumus umumnya menjadi CnH2n+2 -2H = CnH2n.

3. Alkuna

(42)

2.5Kerangka Teoritis

Dengan adanya perkembangan IPTEK sekarang ini, akan meningkatkan kebutuhan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, khususnya dunia pendidikan harus mampu berperan aktif menyiapkan sumberdaya manusia terdidik yang mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Siswa tidak cukup hanya menguasai teori-teori, tetapi juga mau dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sosial. Siswa tidak hanya mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah, tetapi juga mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satunya adalah dengan mengembangkan perangkat pembelajaran kimia melalui pendekatan pembelajaran Chemoentrepreneurship (CEP). Menurut Mursiti et al, (2006:7), konsep pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP) merupakan suatu pendekatan pembelajaran kimia yang kontekstual yaitu pendekatan pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan objek nyata sehingga selain mendidik, dengan pendekatan CEP ini memungkinkan siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan menjadi produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi dan meningkatkan minatnya untuk berwirausaha.

(43)

Menurut Purnomo (2005:122), minat berwirausaha para siswa dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, pendidikan sebagai usaha sadar diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat diwujudkan dalam bentuk kemampuan, keterampilan, sikap dan kepribadian sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Selain itu, pembelajaran ini juga akan meningkatkan motivasi belajar siswa. Seperti yang dikutip Donnel dalam Purnomo (2005:59), motivasi diartikan sebagai dorongan dan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Seseorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi.

Motivasi akan menyebabkan suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, dorongan dan kebutuhan. Seseorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi.

Demikian yang diharapkan dari para siswa, selain memiliki motivasi belajar yang tinggi dan minatnya untuk berwirausaha, kemudian pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan hasil belajarnya.

2.6Kerangka Berpikir

(44)

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir

2.7Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan minat wirausaha siswa.

3. Pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Motivasi belajar Minat berwirausaha

CEP

Kontekstual

(pendekatan pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan objek nyata)

Pembelajaran Teori

Praktik pembuatan produk

Praktik wirausaha

(45)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, minat wirausaha siswa dan hasil belajar siswa dengan mengembangkan perangkat pembelajaran Kimia kelas X SMA pada materi pokok Hidrokarbon. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi Bahan Ajar, Rencana Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, dan Instrumen Penilaian. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 9 Semarang, karena mempunyai laboratorium kimia yang cukup, motivasi belajar yang rendah karena letaknya yang ada di daerah pinggiran kota dan lokasinya mudah dijangkau. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2007. Langkah-langkah penelitian selengkapnya disajikan dalam gambar 3.1. Langkah-langkah penelitian dijelaskan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah

Tujuan identifikasi ini adalah untuk mengetahui kebutuhan siswa maupun masyarakat, sehingga menetapkan arah dasar yang dibutuhkan dalam pemilihan strategi, metode maupun pendekatan dan pengembangan perangkat pembelajaran. Dari arah dasar ini lalu disusun alternatif pembelajaran yang sesuai. Dalam melaksanakan analisis tujuan ditinjau dari aspek Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dari latar belakang yang sudah diungkapkan, permasalahan yang dapat diidentifikasi yaitu: 1) belum tersedia perangkat pembelajaran untuk materi Hidrokarbon melalui pendekatan pembelajaran Chemoentrepreneurship (CEP), 2) motivasi belajar pada siswa belum terbentuk dengan baik, sehingga mutu dan produktivitas yang dihasilkan belum memuaskan, 3) belum meningkatnya minat

(46)

wirausaha yang menonjol pada siswa SMA, sehingga kurang memiliki keberanian dan kemauan menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar, kreatif untuk mencari solusi dan mengatasi problema hidup, mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, 4) hasil belajar siswa yang rendah.

Gambar 3. 1. Langkah-langkah penelitian

Identifikasi masalah

Analisis keadaan Pengelolaan berbagai tugas

Merumuskan tujuan pembelajaran Menentukan metode

pembelajaran

Menyusun prototype program pembelajaran

dan alat evaluasi

Desain awal perangkat pembelajaran

Validasi pakar Simulasi dan revisi

Analisis ujicoba

Implementasi pembelajaran dan evaluasi

Analisis data

Kesimpulan:

Pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP untuk meningkatkan motivasi belajar, minat wirausaha dan hasil belajar siswa.

(47)

2. Analisis keadaan siswa

Analisis keadaan siswa merupakan telaah karakteristik siswa yang meliputi tingkat perkembangan kognitif, kemampuan, latar belakang pengetahuan, dan latar belakang sosial budaya siswa. Hasil observasi peneliti pada siswa yang menjadi subyek penelitian diperoleh informasi akademik siswa. Melalui guru kimia diperoleh informasi mengenai pengetahuan awal siswa yang berkaitan dengan materi pokok Hidrokarbon. Dari hasil analisis ini nantinya akan dijadikan kerangka acuan dalam menyusun materi pembelajaran. Siswa kelas X SMA yang menjadi subjek penelitian berasal dari SMP. Dengan demikian, siswa mempunyai latar belakang pengetahuan yang berbeda-beda.

3. Mengatur pengelolaan berbagai tugas, tanggung jawab serta waktu.

Analisis tugas merupakan pemahaman tugas dalam pembelajaran. Analisis tugas didasarkan pada standard kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi struktur materi pokok dan pemilihan pengalaman belajar yang dipilih.

(48)

dan Lembar Kegiatan Siswa’ sebagai perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.

4. Merumuskan tujuan pembelajaran.

Hasil analisis tugas yang terdapat pada standard kompetensi dan kompetensi dasar digunakan sebagai acuan perumusan tujuan pembelajaran yang dinyatakan dengan tingkah laku. Tujuan pembelajaran telah diisyaratkan dalam indikator pencapaian hasil belajar. Indikator pencapaian hasil belajar disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Rangkaian tujuan ini merupakan dasar untuk desain perangkat pembelajaran dan penyusunan tes.

5. Menentukan metode pembelajaran sebagai upaya mencapai tujuan

pembelajaran.

Berdasarkan identifikasi masalah, analisis pengelolaan tugas dan tanggung jawab serta analisis tujuan pembelajaran maka metode yang digunakan dalam pembelajaran materi pokok hidrokarbon adalah metode pendekatan pembelajaran Chemoentrepreneurship (CEP).

6. Menyusun prototype program pembelajaran sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan dan alat evaluasi.

Berdasarkan metode pembelajaran yang dipilih maka disusun prototipe program pembelajaran yang meliputi bahan ajar, rencana pembelajaran, lembar kerja siswa dan instrument evaluasi.

(49)

Prototipe pembelajaran yang dihasilkan akan divalidasi terlebih dahulu oleh pakar pendidikan. Pendapat validator digunakan untuk menguji validitas. Dalam hal ini setelah perangkat pembelajaran dibuat dengan aspek-aspek yang akan diukur berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan validator. Para validator akan memberikan pendapat perangkat dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, atau mungkin diperbaiki secara total.

Tabel 3.1. Daftar Nama Para Validator dan Perangkat yang Divalidasi

No. Nama Jenis Perangkat yang Divalidasi

1. Dr. Supartono, M.S Silabus, RP, LKS, materi ajar, alat evaluasi dan instrumen penelitian.

2. Dr. Hartono, M.Pd Silabus, RP, LKS, materi ajar, alat evaluasi dan instrumen penelitian.

8. Simulasi RP tertentu dan Revisi

Simulasi dilakukan untuk menyempurnakan perangkat pembelajaran yang telah divalidasi. Simulasi dilaksanakan di kelas X-6. Pada kegiatan ini, peneliti melakukan simulasi RP 4,5,6 satu kali pertemuan (90 menit). Masukan dan data simulasi dapat digunakan untuk merevisi perangkat pembelajaran, sehingga dapat diujicobakan di kelas X-7 di SMA N 9 Semarang.

Kegiatan revisi dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang dibuat. Pada penelitian ini, revisi dilakukan berdasarkan masukan dan penilaian yang diperoleh dari kegiatan validasi pakar, simulasi RP. Perangkat pembelajaran yang perlu direvisi adalah; materi ajar, rencana pembelajaran, lembar kegiatan siswa, dan instrumen tes hasil belajar

(50)

9. Mengadakan uji coba prototipe program pembelajaran.

Prototipe program pembelajaran yang dikembangkan diujicobakan dalam kegiatan pembelajaran. Uji coba dilakukan untuk analisis dan revisi prototipe program pembelajaran serta mencari reliabilitas dan validitas instrumen yang telah dikembangkan.

10.Menganalisis hasil uji coba dari prototipe program pembelajaran.

Data hasil dari uji coba dengan instrumen angket dan instrumen tes dianalisis reliabilitas dan validitasnya.

11.Implementasi pembelajaran dan evaluasi

Prototipe pembelajaran apabila berdasarkan hasil analisis uji coba sudah memadai atau telah diperbaiki maka akan diimplementasikan dalam pembelajaran. Dalam hal ini, guru (peneliti) melakukan proses pembelajaran materi hidrokarbon. Langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan guru dapat dilihat pada lampiran Rencana Pembelajaran. Pada akhir proses pembelajaran guru memberikan evaluasi/tes.

12.Analisis data

Data hasil pelaksanaan pembelajaran dianalisis sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan untuk menjawab suatu kesimpulan penelitian.

13.Kesimpulan

(51)

3.1 Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA N 9 Semarang tahun ajaran 2006/2007. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada kelas X-7 yang memiliki 44 siswa. Sampel ini diambil secara acak dari 7 kelas yang ada, dengan alasan bahwa semua kelas memiliki karakteristik yang hampir sama baik dari segi kemampuan maupun penyebaran siswanya. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian rata-rata kelas meggunakan anava dan pengujian varians menggunakan uji Bartlet. Hasil uji anava seperti tercantum pada lampiran diperoleh F hitung sebesar 1,5185 dan lebih kecil daripada Ftabel = 2,13 pada taraf kesalahan 5%, dk1 = 6 dan dk 2 = 297. Berdasarkan uji Bartlet diperoleh χ2 hitung = 12,320 < χ2tabel = 12,59 pada taraf kesalahan 5% dan dk = 6. Dari kedua analisis menunjukkan bahwa ketujuh kelas tersebut memiliki rata-rata dan varians hasil belajar yang tidak berbeda nyata. Dengan demikian setiap kelas memiliki peluang yang sama untuk diambil sebagai sampel.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Motivasi belajar siswa

2. Minat berwirausaha siswa 3. Hasil belajar siswa

3.3 Instrumen Penelitian

(52)

1. Lembar kuesioner/angket

Instrumen ini digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa dan minat wirausaha siswa pada sebelum dan setelah selesai pembelajaran. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar dan minat wirausaha siswa maka dilakukan penyebaran kuesioner yang diisi oleh siswa dan selanjutnya dianalisis. Setiap obtion/pilihan yang dijawab, dinilai dan diberi skor oleh peneliti, skor yang diberikan setiap obtion/pilihan dibagi dalam 4 kategori yaitu pilihan a = mempunyai skor 4, b = mempunyai skor 3, c = mempunyai skor 2, d = mempunyai skor 1.

2. Lembar observasi/pengamatan

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada aspek psikomotorik. Pengamatan atau penilaian aspek psikomotorik dilakukan pada saat siswa melakukan kegiatan praktikum. Dalam pengamatan ini, yang bertindak sebagai observer adalah 2 orang pengamat dari guru mitra. Setiap aspek yang diamati dinilai dan diberi skor oleh pengamat, skor yang diberikan setiap aspek dibagi dalam 5 kategori yaitu 1= sangat kurang, 2= kurang, 3= cukup, 4= baik, 5= amat baik.

3. Tes tertulis

(53)

3.4 Tolok Ukur Keberhasilan

Berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut (Mulyasa, 2004).

3.5 Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini berupa angket dan tes hasil belajar. Sebelum digunakan perlu dilakukan ujicoba yang selanjutnya dianalisis validitas, reliabilitas untuk angket dan ditambah uji daya pembeda serta tingkat kesukaran untuk tes hasil belajar.

3.5.1 Uji Validitas

Untuk menguji validitas digunakan korelasi product moment untuk instrumen berupa angket karena skor yang digunakan berkisar antar 1-4, sedangkan untuk tes hasil belajar digunakan korelasi point biserial karena skor 1 dan 0 saja. Adapun korelasi Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar dapat dilihat pada rumus 1.

(54)

N = jumlah siswa

x = skor butir soal (item) y = skor total butir soal

Menurut Arikunto (1997), kriteria koefisien korelasi adalah sebagai berikut antara 0,800 sampai dengan 1,00 sangat tinggi; antara 0,600 sampai dengan 0,800 tinggi; antara 0,400 sampai dengan 0,600 cukup; antara 0,200 sampai dengan 0,400 rendah; antara 0,00 sampai dengan 0,200 sangat rendah Setelah dihitung r dibandingkan dengan r tabel (r-product moment) dengan taraf signifikansi 5%, jika r hitung> r tabel maka dikatakan soal valid.

Uji validitas butir tes hasil belajar menggunakan korelasi point biserial sebagai berikut :

q

rpbis : Koefisien korelasi point biserial

Mp : Rata- rata skor total yang menjawab benar pada butir soal Mt : Rata- rata skor total

St : Standar deviasi skor total

p : Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal q : Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal

(55)

hasil belajar dengan jumlah item 50 soal, jumlah item yang tidak valid 20 soal. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat di lembar lampiran.

3.5.2 Reliabilitas

Menurut Arikunto (1997), reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu intrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menguji reliabilitas angket motivasi dan minat berwirausaha digunakan rumus Alpha sebagai berikut

11

σ = jumlah varians skor tiap-tiap item

2

t

σ = varians total

Untuk menguji reliabilitas test hasil belajar digunakan rumus KR-21 sebagai berikut

(56)

M : Rata- rata skor total Vt : Varians total Y : Skor total

n : Jumlah siswa

Kemudian r11 dikonsultasikan ke tabel r product moment dengan taraf 5 %, jika r 11> r tabel maka dikatakan instrumen reliabel. Hasil analisis uji reliabilitas yaitu: instrumen motivasi belajar reliabel dengan r11=0,832, instrumen minat berwirausaha reliabel dengan r11=0,724, instrumen hasil belajar reliabel dengan r11=0,757. Hasil analisis uji reliabilitas dapat dilihat secara lengkap di lembar lampiran.

3.5.3 Taraf Kesukaran

Ditinjau dari segi kesukaran, soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha penyelesaiannya. Soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencobanya lagi karena di luar jangkauan kemampuannya (Arikunto, 1997). Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut dengan indeks kesukaran yang diberi lambang IK. Harga indeks kesukaran dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut :

B

IK : Indeks/ tingkat kesukaran soal

(57)

JBB : Jumlah benar pada butir soal pada kelompok bawah. JSA : Banyaknya siswa pada kelompok atas

JSB : Banyaknya siswa pada kelompok bawah Kriteria

IK = 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang 0,70 < IK <1,00 Soal mudah IK = 1,00 Soal terlalu mudah

Hasil analisis tingkat kesukaran soal yaitu: kategori terlalu sukar tidak ada item soalnya, kategori sukar 7 item soal, kategori sedang 22 item soal, kategori mudah 21 item soal, kategori sangat mudah tidak ada item soal, sehingga jumlah seluruhnya 50 item soal. Hasil analisis tingkat kesukaran soal secara lengkap dapat dilihat pada lembar lampiran.

3.5.4 Daya Pembeda

Semakin tinggi nilai daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan anak yang pandai dan yang kurang pandai. Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pandai atau kelompok atas (upper group) dan kelompok bodoh atau kelompok bawah (lower group).

(58)

menunjukkan besarnya daya pembeda disebut dengan indeks diskriminasi atau biasa disingkat dengan DP. Rumus untuk menentukan indeks pembeda adalah sebagai berikut.

JBA : Jumlah benar pada butir soal pada kelompok atas JBB : Jumlah benar pada butir soal pada kelompok bawah JSA : Banyaknya Siswa kelompok atas

Kriteria

Hasil analisis daya pembeda yaitu: kategori sangat jelek 2 item soal, kategori jelek 16 item soal, kategori cukup 31 item soal, kategori baik 1 item soal, kategori sangat baik tidak ada item soal. Hasil analisis daya pembeda selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

3.6 Analisis Data

(59)

peningkatan yang signifikan motivasi belajar, minat berwirasuaha serta hasil belajar siswa. Analisis statistik ini dapat dilanjutkan apabila data berdistribusi normal. Untuk pengujian normalitas digunakan uji Kolmogorov Smirnov. Apabila nilai p value > 0,05, dapat disimpulkan bahwa data beristribusi normal.

3.7 Pelaksanaan Pembelajaran CEP

Pelaksanaan pembelajaran CEP dilaksanakan selama 11 pertemuan, yaitu sebagai berikut:

Kegiatan pada pertemuan pertama, guru (peneliti) memasuki ruang kelas X-7 dan mengenalkan diri dengan siswa kemudian mengadakan pretest, mengisi lembar angket motivasi belajar dan minat berwirausaha. Setelah pre test dilaksanakan, selanjutnya guru membagikan bahan ajar kepada siswa, menyampaikan kontrak pembelajaran dan menugasi siswa untuk mengerjakan LKS 2 di rumah. Pembagian modul yang berisi LKS tersebut diharapkan agar siswa memiliki bekal pengetahuan dan pemahaman tentang materi yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutkan. Penugasan LKS dengan maksud agar siswa memiliki tanggungjawab untuk mempelajari materi tersebut.

(60)

unsur C dan H dalam senyawa karbon dengan kegiatan praktikum (LKS 3). Untuk penyelelidikan ini guru membutuhkan tabung reaksi, penjepit, pembakar spirtus, spatula, kertas kobalt dan gula pasir yang diprediksi memiliki unsur hidrokarbon. Secara kelompok, siswa melakukan pengujian unsur H dan O dengan cara memasukkan gula pasir ke dalam tabung reaksi, memanaskan gula dan menutup dengan kertas kobalt dan mengamati perubahannya. Dalam pengujian ini diperoleh hasil bahwa terjadi perubahan warna kertas kobalt yang tadinya biru menjadi merah muda. Karena di dalam tabung reaksi berisi gula pasir yang termasuk glukosa. Apabila dipanaskan akan menghasilkan uap air. Uap air tersebut akan merubah warna kertas kobalt dari biru menjadi merah muda karena bersifat asam. Untuk pembuktian adanya unsur C, gula pasir dicampurkan dengan CuO dalam tabung reaksi dan dipanaskan. Perubahan yang terjadi pada larutan yang ada dalam tabung reaksi yaitu larutan menjadi keruh. Hal ini terjadi karena larutan dari hasil pembakaran antara campuran CuO dan glukosa akan bereaksi dengan air kapur, sehingga akan terbentuk warna hitam. Hal ini menunjukkan adanya unsur karbon

Pertemuan ketiga, menjelaskan materi pada modul 3, memberikan masukan kepada siswa tentang pemanfaatan karbon dalam kehidupan sehari-hari (dimanfaatkan sebagai bahan pembuat semir sepatu). Guru menginformasikan kepada siswa tentang cara pembuatan semir sepatu (alat, bahan dan cara pembuatan terlampir). Kemudian memberikan latihan soal dan evaluasi.

(61)

dalam kehidupan sehari-hari (misalnya paraffin untuk membuat lilin hias dan balsem gosok). Guru menginformasikan kepada siswa tentang cara pembuatan lilin hias dan balsem gosok (alat, bahan dan cara pembuatan terlampir). Kemudian memberikan tugas rumah.

Pertemuan kelima, membahas tugas pertemuan yang lalu, menjelaskan materi pada modul 5 dan latihan soal serta evaluasi.

Pertemuan keenam, menjelaskan materi pada modul 6, latihan soal dan evaluasi.

Pertemuan ketujuh, menjelaskan materi pada modul 7, latihan soal dan evaluasi. Membagi kelompok kerja sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati yaitu sesuai dengan lokasi tempat duduk. Setiap kelompok kerja diberi nama sesuai dengan nama deret homolog pada alkana. Setiap kelompok kerja diberi tugas untuk membawa alat dan bahan yang mudah dijangkau oleh siswa. Untuk bahan-bahan praktikum disediakan oleh peneliti. Guru bersama-sama dengan siswa mendiskusikan analisa lanjut/tindak lanjut usaha (perhitungan modal kerja, modal tetap, biaya operasional, keuntungan, BEP).

Pertemuan kedelapan, mendiskusikan kegiatan pada LKS 4 (modul 8). Menjelaskan tentang pembuatan laporan praktikum dan mengawasi siswa dalam piket menyiapkan alat dan bahan praktikum, yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran sekolah.

(62)

Guru mengobservasi kegiatan siswa. Mengarahkan siswa dalam pemasarannya/penjualannya.

Pertemuan kesepuluh, siswa melakukan percobaan membuat produk (lilin hias, semir sepatu dan balsem) yang sesuai dengan kreativitas siswa. Guru mengobservasi kegiatan siswa.

Pertemuan kesebelas, posttest, mengisi lembar angket motivasi belajar dan minat berwirausaha.

Gambar 3.2. Siswa Aktif Melakukan Kegiatan Praktikum Membuat Produk-produk seperti balsem, semir sepatu dan lilin hias yang siap diujicoba untuk dipasarkan (Dokumentasi Ferina, 2007).

(63)

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan: 1) untuk menganalisis peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP, 2) untuk mengkaji peningkatan minat wirausaha siswa dalam pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dan 3) untuk mengkaji peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP. Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, maka sajian hasil penelitian meliputi : (1) analisis data hasil motivasi belajar siswa, (2) analisis data minat berwirausaha dan 3) analisis data hasil belajar siswa.

4.1.1 Peningkatan Motivasi Belajar dalam Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan CEP

Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia dapat dilihat dari enam aspek yaitu menunjukkan minat terhadap pelajaran kimia, senang mencari dan memecahkan masalah kimia, ulet menghadapi kesulitan atau tidak mudah putus asa dan tidak mudah puas terhadap prestasi yang dicapai dalam pelajaran kimia, tekun menghadapia tugas, lebih senang bekerja sendiri atau tidak tergantung pada orang lain dan menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah kimia.

Secara umum motivasi belajar siswa dalam pembelajaran CEP terjadi perubahan yang nyata. Hal ini dapat dilihat dari distribusi frekuensi motivasi belajar siswa pada tabel berikut.

(64)

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan

Sesudah Pembelajaran CEP

Interval Kriteria Sebelum pembelajaran CEP Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

81,26 - 100 Sangat tinggi 0 0,0 2 4,5

62,51 - 81,25 Tinggi 16 36,4 40 90,9

43,76 - 62,50 Rendah 28 63,6 2 4,5

25,00 - 43,75 Sangat rendah 0 0,0 0 0,0

Jumlah 44 100 44 100

Terlihat dari tabel 4.1, setelah pembelajaran CEP, motivasi belajar siswa yang tergolong sangat tinggi mencapai 4,5%, motivasi belajar siswa yang tergolong tinggi pada sebelum pembelajaran CEP 36,4% dan setelah pembelajaran CEP mengalami peningkatan 90,0%, motivasi belajar siswa yang tergolong rendah pada sebelum pembelajaran CEP 63,6% dan setelah pembelajaran CEP menjadi lebih sedikit yaitu sebesar 4,5%. Hal ini berarti bahwa motivasi belajar siswa setelah pembelajaran CEP mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan motivasi belajar siswa menggunakan uji t sebagai berikut.

Tabel 4.2. Uji Peningkatan Tingkat Motivasi Belajar Siswa

Kondisi Mean Peningkatan thitung dk p value Kriteria Sebelum 62,31 14,21% 8,449 43 0,000 Signifikan Sesudah 71,16

(65)

mencari dan memecahkan masalah, lebih ulet menghadapi kesulitan, lebih tekun menghadapi tugas, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah kimia, lebih senang bekerja sendiri dan menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah kimia. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3. Uji Peningkatan Tingkat Motivasi Belajar Siswa

Aspek Rata-rata Pening

-katan thitung dk p value Kriteria

(66)

menghadapi tugas pelajaran kimia mengalami peningkatan paling rendah yaitu sebesar 2,93%.

Gambar 4.1 di bawah ini menjelaskan perbandingan aspek motivasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CEP.

72.54 70.60

Analisis data hasil motivasi belajar siswa tiap aspek indikator.

4.1.1.1Minat terhadap Pelajaran Kimia

Gambaran tentang minat siswa terhadap pelajaran kimia pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut.

(67)

Interval Kriteria Sebelum pembelajaran CEP Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

81,26 - 100 Sangat tinggi 3 6,8 11 25,0

62,51 - 81,25 Tinggi 21 47,7 21 47,7

43,76 - 62,50 Rendah 20 45,5 12 27,3

25,00 - 43,75 Sangat rendah 0 0,0 0 0,0

Jumlah 44 100 44 100

Terlihat dari tabel 4.4, sebelum pembelajaran CEP, minat siswa terhadap pelajaran kimia sebagian besar sudah tergolong tinggi hingga mencapai 47,7% namun masih ada 45,5% siswa yang memiliki minat yang rendah terhadap pelajaran kimia, dan setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan minat siswa terhadap pelajaran kimia, dimana sebanyak 47,7% siswa memiliki minat yang tinggi dan 25% dalam kategori sangat tinggi, dan hanya 27,3% saja yang memiliki minat yang rendah terhadap pelajaran kimia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan minat siswa terhadap pelajaran kimia menggunakan uji t pada tabel 4.3 hal: 47 .

Terlihat dari tabel 4.3, hal: 47, rata-rata minat siswa terhadap pelajaran kimia sebelum pembelajaran CEP sebesar 64,58 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 72,54 atau mengalami peningkatan 12,32%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 3,167 dengan p value = 0,003. Karena nilai p value < 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan minat siswa terhadap pelajaran kimia setelah mengikuti pembelajaran CEP.

4.1.1.2Senang Mencari dan Memecahkan Masalah Kimia

Gambar

Tabel                                                                                                      Halaman
Gambar                                                                                                  Halaman
Gambar 2.2.  Contoh  Produk Hasil Pembelajaran CEP dalam Pembuatan Balsem
Gambar 2.3. Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian tertarik merupakan awal dari individu tersebut menaruh minat sehingga seseorang (peserta didik) menaruh minat untuk lebih belajar dalam bidang yang di

Akan tetapi, tidak terdapat perbedaan minat belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan media animasi komputer untuk sekolah SMA Santo Thomas-1; (b)

Berangkat dari masalah yang ada di lapangan, hasil penelitian dan kurikulum berbasis kompetensi, dengan demikian muncul gagasan untuk memperbaiki proses dan hasil belajar kimia

Dengan demikian dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran Information Search dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPS siswa

Melihat kondisi tersebut maka perlu dicermati secara lebih mendalam faktor-faktor penyebabnya, karena pada dasarnya SMK merupakan sekolah dengan pendidikan yang

Upaya Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Keterampilan Proses“adalah benar

penguasaan konsep siswa. Hasil belajar juga dapat digunakan untuk melihat apakah seseorang telah melakukan proses yang efektif dan efisien, sehingga dapat