• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Minat Belajar a. Hakekat Belajar - PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI ENERGI PANAS DAN BUNYI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS IV SD NEGERI 1 PENARUBAN - repository perpusta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Minat Belajar a. Hakekat Belajar - PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI ENERGI PANAS DAN BUNYI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS IV SD NEGERI 1 PENARUBAN - repository perpusta"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Minat Belajar

a. Hakekat Belajar

Menurut Winkel (1996:53) belajar adalah suatu aktifitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi aktif di lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman dalam nilai sikap, perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Belajar menurut MKDK IKIP (1996:1) adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan dan sekaligus mengembangkan dirinya. Sedangkan menurut Hamalik (2001:28) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkunngannya. Selain itu, menurut Slameto (2010:2) belajar diartikan sebagai suatu proses usaha yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan sikap dan tingkah laku kearah yang lebih baik.

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut Slameto (2010:3) yaitu:

(2)

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena orang yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis indah, dapat menulis dengan pulpen, dapat menulis dengan kapur, dan sebagainya. Di samping itu dengan kecakapan menulis yang telah dimilikinya ia dapat memperoleh kecakapan-kecakapan lain misalnya, dapat menulis surat, menyalin catatan-catatan, mengerjakan soal-soal dan sebagainya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

(3)

dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

(4)

perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, ketrampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Sebagai contoh jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak ialah dalam ketrampilan naik sepeda itu. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, dan sebagainya. Jadi aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya.

b. Minat Belajar

1) Pengertian minat

Secara bahasa minat berarti “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.” (Poerwadarminta, 2007:769). Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.

(5)

gairah seseorang untuk memenuhi kesediaannya dalam belajar. Minat menurut Slameto (2010:57), minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Selain itu, menurut Sardiman (2007:76), minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. Orang yang berminat terhadap sesuatu akan tertarik dan cenderung memperhatikan sesuatu yang diminati.

(6)

4) dorongan untuk mencapai hasil, ditunjukkan melalui kerjasama, kreatif atau banyak ide dan komunikatif. Keempat dorongan tersebut dapat membuat seseorang yang belajar meraih prestasi yang lebih baik. Identitas minat anak didik sangat menentukan prestasi belajarnya.

Usaha membangkitkan minat tidak lepas dari peran serta guru yang tidak hanya menyampaikan materi pelajaran saja melainkan harus pula memperhatikan keadaan psikologis siswa yaitu bersedia membina siswa dalam belajar mengajar sehingga terbentuklah minat siswa terhadap materi yang akan disampaikan guru.

2) Ciri-ciri minat

Menurut Hurlock (2007 : 115) ciri-ciri minat yaitu:

a) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental

b) Minat bergantung pada kesiapan belajar c) Minat bergantung pada kesempatan belajar d) Perkembangan minat mungkin terbatas e) Minat dipengaruhi pengaruh budaya f) Minat berbobot emosional

g) Minat itu egosentris 3) Indikator minat

(7)

perhatian dan (4) keterlibatan.

Dari definisi tersebut dapat disusun indikator minat belajar sebagai berikut:

a) Kesukacitaan siswa dalam mengikuti pembelajaran yaitu siswa senang dalam mengikuti pembelajaran, kemauan siswa untuk belajar IPA, kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran.

b) Ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran, yaitu kesegaran siswa dalam mengumpulkan tugas dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.

c) Perhatian siswa pada mata pelajaran IPA, yaitu memperhatikan penjelasan guru, konsentrasi siswa dalam belajar.

d) Keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran, yaitu aktif dalam pembelajaran IPA, aktif berdiskusi dalam kelompoknya. Dengan adanya indikator di atas, dapat diketahui siswa yang berminat dan siswa yang tidak berminat dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar pada mata pelajaran IPA.

2. Prestasi Belajar

(8)

instruksional. Dari tepat atau tidak tepatnya prestasi belajar, dapat ditarik kesimpulan mengenai dimilikinya kemampuan internal.

Prestasi belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:243) salah satu faktor intern belajar adalah kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar yang merupakan suatu puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar.

Sedangkan menurut Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993:700) prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes / angka yang diberikan guru.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang ingin dicapai dari usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan yang lebih baik dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan penguasaan pengetahuan yang dikembangkan yang ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar digunakan untuk mengukur keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti dan menerima kegiatan belajar yang telah dilaksanakan.

3. Metode STAD

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Solihatin Etin (2008:4) pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku

(9)

atau lebih yang mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas dalam suasana

kebersamaan diantara sesama anggota kelompok.

Slavin (2005:8-16) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif yaitu :

a. STAD

Para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etnik.

b. TGT

Metode ini menggunakan pelajaran sama yang disampaikan guru dan tim kerja yang sama seperti dalam STAD, tetapi menggantikan kuis dengan turnamen mingguan, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.

c. Jigsaw 2

Dalam teknik ini, siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat orang dengan latar belakang yang berbeda seperti dalam STAD dan TGT.

d. TAI

(10)

hampir semua mata pelajaran dan tingkat kelas, sementara TAI dirancang khusus untuk mengajarkan matematika siswa kelas 3-6. b. Kooperatif tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe pelajaran kooperatif yang didalamnya dibentuk ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari 4 atau 5 anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Guru memberikan pelajaran selanjutnya siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran yang diberikan. Kemudian siswa melaksanakan tes atau materi yang diberikan dan mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya.

STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu : 1. Presentasi kelas

Materi STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD.

2. TIM

(11)

untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

3. Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, setiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.

4. Skor kemajuan individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual yaitu untuk memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang akan dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari pada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberi kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor ”awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

5. Rekognisi tim

(12)

siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

Menurut Slavin (2005:151), siklus pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

a. Mengajar

Menyampaikan pelajaran. b. Belajar dalam tim

Para siswa bekerja dengan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi.

c. Tes

Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual. d. Rekognisi tim

Skor tim dihitung berdasarkan skor kemajuan yang dibuat tiap anggota tim.

Menurut Slavin (2005:147-160), langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:

1. Persiapan a. Materi

(13)

b. Membagi para siswa kedalam tim

Tim-tim STAD mewakili seluruh bagian tim di dalam kelas. Di dalam kelas yang terdiri dari separuh laki-laki, separuh perempuan, tiga perempat kulit putih, dan seperempat minoritas boleh saja membentuk tim yang terdiri dari empat orang yang terdiri dari dua laki-laki dan dua perempuan, dan tiga siswa kulit putih serta satu siswa minoritas. Tim tersebut juga harus terdiri dari seorang siswa berprestasi tinggi, seorang siswa berprestasi rendah, dan dua lainnya berprestasi sedang.

c. Menentukan skor awal pertama

Skor awal mewakili skor rata-rata siswa pada kuis-kuis sebelumnya. Apabila anda memulai STAD setelah anda memberikan tiga kali atau lebih kuis, gunakan rata-rata skor kuis siswa sebagai skor awal. Atau jika tidak, gunakan hasil nilai terakhir siswa dari tahun lalu.

d. Membangun tim

Sebelum memulai program pembelajaran kooperatif apa pun, akan sangat baik jika memulai dengan satu atau lebih latihan pembentukan tim sekedar untuk memberi kesempatan kepada anggota tim untuk melakukan sesuatu yang mengasikkan dan untuk mengenal satu sama lain.

2. Penyajian materi

Penyajian materi dalam kegiatan pembelajaran kooperatif terdiri dari tiga kegiatan yaitu:

(14)

1. Sampaikan pada siswa apa yang akan mereka pelajari dan mengapa hal itu penting.

2. Anda bisa saja membuat para siswa bekerja dalam tim mereka untuk “menemukan” konsep-konsep, atau untuk membangkitkan minat mereka terhadap pelajaran.

3. Ulangi tiap persyaratan atau informasi secara singkat. b. Pengembangan

1. Tetaplah selalu pada hal-hal yang anda ingin agar dipelajari para siswa.

2. Fokuskan pada pemaknaan, bukan penghafalan.

3. Demonstrasikan secara aktif konsep-konsep atau skil-skil dengan menggunakan alat bantu visual, cara-cara cerdik, dan contoh yang banyak.

4. Nilailah siswa sesering mungkin dengan memberi banyak pertanyaan.

5. Jelaskan mengapa sebuah jawaban bisa salah atau benar, kecuali jika memang sudah sangat jelas.

6. Berpindahlah pada konsep berikutnya begitu para siswa telah menangkap gagasan utama.

7. Peliharalah momentum dengan menghilangkan interupsi, terlalu banyak bertanya, dan berpindah bagian pelajaran terlalu cepat.

c. Pedoman pelaksanaan

(15)

2. Panggil siswa secara acak. Ini akan membuat para siswa selalu mempersiapkan diri mereka untuk menjawab.

3. Pada saat ini jangan memberikan tugas-tugas kelas yang memakan waktu lama.

3. Belajar tim

Selama masa belajar tim, tugas para anggota tim adalah menguasai materi yang anda sampaikan di dalam kelas dan membantu teman-teman sekelasnya untuk menguasai materi tersebut. Para siswa mempunyai lembar kegiatan dan lembar jawaban yang dapat mereka gunakan untuk melatih kemampuan selama proses pengajaran dan untuk menilai diri mereka sendiri dan teman sekelasnya.

4. Kuis

Bagikan kuisnya dan berikan waktu yang sesuai kepada para siswa untuk menyelesaikannya. Jangan biarkan para siswa bekerja sama mengerjakan kuis tersebut. Pada saat ini siswa harus memperlihatkan apa yang telah mereka pelajari secara individual. 5. Rekognisi tim

Penghargaan tim dilakukan dalam dua tahap perhitungan yaitu:

a. Menghitung skor indivisual dan tim

(16)

melakukan tugas dengan baik dan menerima rekognisi, pada akhirnya akan meningkatkan motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik.

Poin kemajuan. Para siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat skor kuis mereka (persentase yang benar) melampaui skor awal mereka:

Tabel. 2.1 Perhitungan skor kemajuan individu

No Skor Kuis Poin Kemajuan

1 Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5

2 10-1 dibawah skor awal 10

3 Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20 4 Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30 5 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari

skor awal)

30

b. Merekognisi prestasi tim

Tiga macam tingkat penghargaan diberikan disini ketiganya didasarkan pada rata-rata skor tim, sebagai berikut: Tabel 2.2 Penghargaan prestasi kelompok

No Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan

1 25 – 30 SUPER TEAM

2 15 – 24 GREAT TEAM

3 5 – 14 GOOD TEAM

Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe STAD :

1) Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma dalam kelompok

2) Siswa aktif dalam membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil

(17)

4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD :

1) Pengaturan tempat duduk untuk kerja kelompok sangat menyita waktu.

2) Jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas menyebabkan guru kurang maksimal dalam mengamati belajar siswa maupun kelompok. 3) Guru bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan

dengan pembelajaran yang dilakukan.

4) Memerlukan waktu dan biaya banyak dalam mempersiapkan maupun melaksanakan pembelajaran.

4. IPA SD

a. Hakikat IPA

1) IPA Sebagai Produk

IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks. Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis digunakan.

2) IPA Sebagai Proses

(18)

berkesinambungan, dengan harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak SD dapat melakukan penelitian sederhana. Jadi, pada hakikatna, dalam proses mendapatkan IPA diperlukan sepuluh keterampilan dasar. Oleh karena itu, jenis-jenis keterampilan dasar yang diperlukan dalam proses mendapatkan IPA disebut juga “keterampilan proses”. Untuk memahami sesuatu konsep, siswa tidak diberitahu oleh guru, tetapi guru member peluang pada siswa untuk memperoleh dan menemukan konsep melalui pengalaman siswa dengan mengembangkan keterampilan dasar melalui percobaan dan membuat kesimpulan.

3) IPA Sebagai Pemupukan Rasa Ingin Tahu

Menurut Sulistyorini (2007 : 10), makna “sikap” pada pengajaran IPA SD/MI dibatasi pengertiannya pada “sikap ilmiah terhadap alam sekitar”. Sikap ilmiah ini bisa dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan di lapangan.

(19)

pengetahuan yang dimiliki orang lain mungkin lebih banyak dan lebih sempurna daripada yang dimilikinya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuannya ia merasa membutuhkan kerjasama dengan orang lain.

b. Kompetensi Dasar: mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.

1. Energi Panas

Energi panas adalah semua yang dapat menghasilkan panas. Misalnya lilin yang menyala menghasilkan panas, api unggun menghasilkan panas, gesekan antara dua benda dapat menghasilkan panas. Ini berarti bahwa lilin yang menyala, api unggun, dan gesekan dua benda merupakan sumber energi panas. Sumber energi panas terbesar adalah matahari.

Perambatan panas ada tiga cara yaitu radiasi, konveksi, dan konduksi. Radiasi adalah perambatan panas dengan pancaran misalnya panas matahari yang sampai ke bumi, panas api unggun, panas pengaruh bola lampu (bohlam) dan lain-lain.

(20)

Konduksi yaitu perambatan panas dengan perantara tanpa disertai perpindahan bagian-bagian zat perantara itu, perantara ini banyak terjadi pada zat padat. Misalnya pada mesin kendaraan bermotor, setrika listrik, dan lain-lain. Sedangkan konveksi yaitu perambatan panas dengan aliran misalnya pada saat kita melakukan perebusan air.

Benda-benda yang termasuk penghantar panas misalnya besi, tembaga, aluminium, dan lain-lain (logam). Benda yang dapat menghantarkan panas biasa disebut konduktor, sedangkan yang tidak menghantarkan panas disebut isolator. Contoh konduktor adalah semua jenis logam sedangkan isolator misalnya adalah kayu, plastik, karet, kain, dan lain-lain.

2. Energi Bunyi

Bunyi dihasilkan oleh getaran, semua getaran benda yang dapat menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi. Misalnya percakapan orang, kicauan burung, suara petasan, dan suara radio.

B. Kerangka Berfikir

(21)

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan penggunaan model pembelajaran yang baru ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan akan meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa di kelas IV SD Negeri 1 Penaruban Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga.

C. Hipotesis Tindakan

Gambar

Tabel 2.2 Penghargaan prestasi kelompok

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Allah Bapa Yang Maha Kasih karena atas rahmat dan kasih- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Tingkat Minat, Keaktifan,

Simpulan dalam penelitian ini yaitu penerapan metode eksperimen untuk pembelajaran pelajaran IPA materi energi panas dan bunyi dapat meningkatkan prestasi belajar

melalui percobaan yang dilakukannya. Dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah. Hasil belajar dikuasai siswa dengan baik dan tahan lama

Menurut Sardiman (2007 : 22), belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia (id-ego-super ego) dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta,

motivasi yang diberikan oleh guru kepada siswa saat belajar dan cara. pembelajaran yang digunakan guru yang masih bersifat teacher

Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang

Penelitan tentang Peningkatan Kemandirian dan Prestasi Belajar IPA Materi Energi Panas dan Bunyi Melalui Pendekatan CTL menggunakan metode inkuiri telah dilaksanakan di SD Negeri

Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi energi panas dan energi bunyi Di kelas IV dapat