• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan jumlah investor nasional

Dalam dokumen Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Bali. (Halaman 48-54)

A.2. Evaluasi Tematik Pembangunan Pariwisata di Provinsi Bali Perkembangan Kedatangan Wisatawan

9. Peningkatan jumlah investor nasional

Dalam pembangunan di sektor pariwisata, pemerintah mengharapkan keterlibatan investor domestik. Investasi di dalam proses pertumbuhan ekonomi memberikan peranan kunci, karena memiliki watak ganda melalui proses akselerasi dan proses multipier.

Penanaman modal di Provinsi Bali, baik Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menunjukkan bahwa sektor pariwisata yang

diwakili oleh sektor Perdagangan Hotel dan Restoran merupakan primadona penanaman modal di Provinsi Bali, diikuti oleh sektor jasa.

Adapun ringkasan sasaran Nawa Cita dan kegiatan pendukung pembangunan pariwisata di Provinsi Bali disajikan pada Tabel 2.5.

No Sasaran Nawa Cita Kegiatan Pendukung Kementerian/

Lembaga

1 Akses transportasi Pembangunan jalan dari Soka-Tanah Lot, Beringkit – Mas dan pembangunan bandara di Buleleng

Kemen PU, Pemda

2 Akses informasi dan komunikasi

Meningkatkan promosi pariwisata dan meningkatkan jaringan internet ke seluruh kawasan wisata

Kemenpar, Kemenkominfo, Pemda

3 Pengembangan budaya lokal Pelestarian dan pengembangan kebudayaan Bali dengan memperkuat kelembagaan tradisional kemasyarakatan Kemendikbud, Pemda 4 Pengembangan dan pengelolaan kawasan pariwisata Peningkatan kemampuan manajemen pengelolaan kawasan wisata serta

peningkatan fasilitas umum di kawasan wisata Kemenpar, Kemen PU, Pemda 5 Kualitas SDM masyarakat lokal

Meningkatkan kualitas SDM dan meningkatkan penguasaan serta penerapan IPTEK

Kemendikbud, KemenNaker, Pemda 6 Ekonomi kreatif berbasis

eco-tourism

Program Gerakan

Interpreneurship (Kewirausahaan) dan daya saing pengusaha kecil dan menengah

Kemenpar, KemenNaker, Pemda 7 Keterlibatan masyarakat

dalam pengelolaan lokasi pariwisata

Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan lokasi pariwisata Pemda Kab/Kota 8 Kebijakan anggaran pembangunan pariwisata Meningkatkan anggaran pembangunan pariwisata Kemenku, Kemenpar, Kemen PU, Pemda 9 Kebijakan investasi Menarik lebih banyak investor

dalam negeri

Pemprov, Pemda Kab/Kota

Permasalah yang Dihadapi dalam Bidang Pariwisata

Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pariwisata, al:

a. Indikasi penurunan lama tinggal wisatawan mancanegara, penurunan rata rata pengeluaran wisman per orang/perhari, rata rata tingkat hunian hotel wisman. Hal ini karena pariwisata sangat rentan terhadap berbagai isu seperti isu politik, keamanan, kesehatan dan lain-lain baik disebabkan faktor internal maupun eksternal.

b. Pengembangan pariwisata banyak memerlukan sumberdaya alam khususnya tanah dan air. Air semakin langka di Bali oleh karena meningkatkan kebutuhan untuk hotel dan restoran. Hal ini dapat mengancam kelangsungan hidup sektor pertanian. Dengan pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi dan pertumbuhan sektor pariwisata yang pesat dibandingkan dengan persediaan air tanah yang terpusat di Bali Selatan akan cenderung terjadi penurunan muka air tanah akibat pengambilan yang berlebihan.

c. Alih fungsi lahan telah banyak terjadi, terutama untuk hotel dan restoran. Alih fungsi lahan sawah yang terjadi di Bali dalam 11 tahun terakhir rata-rata sekitar 0,5% per tahun dan apabila dilihat lima tahun terakhir, terjadi penurunan alih fungsi lahan sawah sebesar 0,18% pertahun. Alih fungsi lahan sawah ini terutama terjadi di kabupaten yang memiliki pembangunan yang pesat akibat perkembangan pariwisata, seperti di Kabupaten Badung, Gianyar, dan Kota Denpasar. Perkembangan luas sawah di Bali ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5

Perkembangan Luas Sawah di Bali, Tahun 1998 - 2012

d. Pengembangan sektor pariwisata yang ada di Bali selama ini telah melahirkan disparitas pembangunan ekonomi. Kabupaten/kota yang tergabung dalam wilayah Sarbagita, yaitu Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan yang banyak

memiliki akomodasi pariwisata memiliki pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih tinggi, sementara di kabupaten lainnya yang tidak banyak memiliki objek dan akomodasi wisata pendapatan per kapita dan tingkat pertumbuhan ekonominya relatif lebih rendah. Disparitas dalam fasilitas pariwisata khususnya akomodasi atau hotel ditunjukkan pada Tabel 2.6. Tampak bahwa akomodasi paling banyak ada di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, daerah yang sudah maju.

Tabel 2.6

Akomodasi Pariwisata Menurut Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, Tahun 2014

Pendapatan tinggi Pendapatan rendah

Pertumbuhan tinggi BADUNG, DENPASAR (177*H, 723H) BULELENG GIANYAR (32*H, 602H)

Pertumbuhan rendah KLUNGKUNG (7*H, 96H)

JEMBERANA, BANGLI TABANAN, KARANGASEM

(11*H, 395H) Keterangan: * hotel bintang, H-hotel dan akomodasi pariwisata lainnya.

Pengembangan sektor pariwisata juga melahirkan disparitas pada investasi baik secara sektoral maupun lokasi investasi per kabupaten kota. Ketimpangan ini merupakan refleksi pembagian hasil-hasil pembangunan yang tidak merata yang disebabkan terlalu terkonsentrasinya pembangunan di daerah atau kabupaten maju serta terpusatnya pembangunan di sektor pariwisata di Bali Selatan dengan mengabaikan perkembangan sektor lain, khususnya pertanian, dan kawasan Bali lainnya, yaitu Bali Barat, Bali Utara, dan Bali Timur.

Ketimpangan sebagai dampak penerapan strategi pertumbuhan takseimbang dapat dicermati dari konsentrasi investasi di daerah atau kabupaten pada tahun 2013, yang tampak pada Tabel 2.7 sebagai berikut:

Tabel 2.7

Investasi di Kabupaten Badung dan Kabupaten Lainnya di Provinsi Bali, Tahun 2013

Wilayah Investasi PMA (%) Investasi PMDN (%) Kab. Badung 83.1 38.4

Kab. Lainnya 16.9 61.6

Lebih dari 80 persen daripada investasi PMA berada di Kabupaten Badung, kabupaten yang paling kaya dan maju. Hal yang sama untuk investasi PMDN, hampir 40 persen dari total ditanam di Kabupaten Badung, sementara delapan kabupaten dan kota menerima sekitar 62 persen.

Ketimpangan dapat pula dilihat dari sektor dimana investasi di tanam pada tiga sector utama. Tabel 6 menunjukkan bahwa lebih dari 95 persen dari total investasi di tanamkan pada sektor tersier dimana salah satunya adalah pariwisata yang meliputi akomodasi, transportasi, dan jasa lainnya. Dengan demikian, ketimpangan terjadi secara sektoral ekonomi dan geografis dibawah kendali administrasi pemerintahan. Kabupaten Badung merupakan kabupaten yang paling banyak menerima manfaat dari investasi ini, diikuti oleh Kota Denpasar.

Tabel 2.8

Investasi Menurut Tiga Sektor Utama di Provinsi Bali, Tahun 2014

Sektor PMA US$ribu PMDN Rpmilyar PMA (%) PMDN (%) Primer 315.0 4,134.6 0.1 0.1 Sekunder 15,648.6 159,605.1 4.0 2.1 Tersier 374,857.8 7,407,126.9 95.9 97.8 Total 390,821.4 7,570,866.6 100.0 100.0

Disparitas lainnya yang cukup tinggi adalah pada produktivitas tenaga kerja antara sektor pertanian dan non-pertanian, dimana sektor non-pertanian didominasi oleh pariwisata. Perbedaan ini membuat mereka yang bekerja di sektor pertanian, yaitu generasi mudanya, ingin memburu mata pencaharian di sektor non-pertanian (pariwisata). Gambar 6 menunjukkan perbedaan yang cukup besar tersebut.

Gambar 2.6

Produktivitas Tenaga Kerja Pertanian dan Non-Pertanian (RpJuta/orang/tahun), Tahun 2014

e. Penduduk Miskin di Daerah Pariwisata

Masalah lain yang masih menonjol adalah masih adanya penduduk miskin di daerah pariwisata. Penduduk miskin di Bali yang mencapai angka tidak lebih dari 5% merupakan ngka terendah di Indonesia. Persoalannya adalah bukannya tingkat kemiskinan rendah, namun kenapa masih ada penduduk miskin di daerah pariwisata yang bahkan sudah maju seperti Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Sebagai gambaran umum, Tabel 2.9 menyajikan Kunjungan Wisman dan Jumlah Pendduk Miskin.

Tabel 2.9

Kunjungan Wisman dan Penduduk Miskin di Provinsi Bali, Tahun 2000 - 2014

Tahun Kunjungan Wisman Penduduk Miskin

2000 1,376.80 176.8 2001 1,358.60 248.4 2002 1,286.60 221.8 2003 995.3 246.1 2004 1,460.40 231.9 2005 1,389.00 228.4 2006 1,262.50 243.5 2007 1,668.50 229.1 2008 2,085.10 215.7 2009 2,385.10 181.7 2010 2,576.10 174.9 2011 2,826.70 165.8 2012 2,949.30 166.9 2013 3,278.60 159.9

Sumber: BPS, beberapa terbitan

Penutup

1. Pariwista telah membawa kemakmuran bagi masyarakat Bali. Demikian pula pariwisata telah membawa perubahan-perubahan sosial dan budaya pada masayarakat setempat.

2. Meskipun demikian, perkembangan pariwisata yang demikian pesat telah meninggalkan sektor pertanian sehingga ketimpangan pembangunan terjadi antara ke dua sektor tersebut.

3. Ketimpangan terjadi pula antar wilayah, yaitu wilayah selatan yang tergolong maju pesat sedangkan wilayah lainnya tergolong relatif terbelakang.

4. Penduduk miskin masih ada di daerah pariwisata yang tergolong maju seperti di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, disertai pertumbuhan penduduk yang sangat pesat.

Dalam dokumen Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Bali. (Halaman 48-54)

Dokumen terkait