• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Bali."

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH

PROVINSI BALI TAHUN 2015

KERJASAMA

DEPUTI BIDANG EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN

KEMENTERIAN NEGARA PPN / BAPPENAS

DENGAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, kami telah dapat menyusun Draft Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan di Daerah Bali Tahun 2015. Dalam Draft Laporan Akhir ini berisi latar belakang, tujuan, sasaran serta ruang lingkup, dan anggota tim evaluasi provinsi, hasil evaluasi dan data base, serta penutup. Laporan ini disusun oleh Tim Independen Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah Bali dari Universitas Udayana. Berdasarkan atas analisis data awal serta diskusi dari para anggota Tim dan Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Provinsi Bali. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) di 34 Provinsi bertujuan untuk melaksanakan evaluasi tematik berdasarkan dimensi pembangunan dalam RPJMN 2015-2019 dan membuat database databaselineterkait pelaksanaan RPJMN 2015-2019 di daerah.

Oleh karena ini merupakan Draft Laporan Akhir, tentunya masih sangat jauh dari apa yang diharapkan. Berkaitan dengan hal itu Tim sangat mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari semua pihak agar nantinya apa yang menjadi tujuan Evaluasi Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah 2015 dapat dilaksanakan secara optimal. Pada kesempatan ini Tim sangat berterimakasih kepada Ketua Bappeda Provinsi Bali serta semua pihak yang telah membantu sehingga Draft Laporan Akhir ini dapat terwujud.

Denpasar, September 2015 Rektor Universitas Udayana

Prof. Dr.dr. I Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... . iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup ... 2

C. Anggota Tim Evaluasi ... 2

BAB II. HASIL EVALUASI DAN DATA BASE A. Evaluasi Tematik ... 4

A.1. Prioritas Dimensi Pembangunan Revolusi Mental di Provinsi Bali ... 4

A.2. Pembangunan Pariwisata di Provinsi Bali ...

24

B. Data Sasaran Pokok RPJMN 2015-2019 untuk menyusun database ... 49

BAB III. PENUTUP A. Kesimpulan ... 68

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kunjungan Wisman ke Bali, Tahun 1969 - 2014 ... 25

2.2.

Perkembangan Kedatangan Wisman ke Bali

Berdasarkan Benua Asal, Tahun 2000 - 2014 ...

28

2.3. Pangsa Pasar Wisman di Bali Menurut Negara Asal Tahun 2014 ...

28

2.4. Peta Destinasi Pariwisata Bali ... 39

2.5. Perkembangan Luas Sawah di Bali, Tahun 1998 – 2012 ... 45

2.6. Produktivitas Tenaga Kerja Pertanian dan Non-Pertanian (RpJuta/orang/tahun), Tahun 2014 ...

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Sasaran Nawa Cita Revolusi Mental di Provinsi Bali ... 22

2.2 Perkembangan Kunjungan Wisatawan Asing Langsung Ke Bali dan Indonesia, Tahun 2010 – 2014 ...

25

2.3. Kunjungan Wisman di Provinsi Bali Menurut Negara Asal, Tahun 2013 dan 2014 ...

26

2.4. Distribusi Panjang Jalan, Dirinci Menurut Status Jalan dan Kondisinya di Provinsi Bali, 2013 ...

32

2.5. Perkembangan Jumlah dan Jenis Sarana Transportasi Darat di Provinsi Bali Selama Periode 2010 – 2013 ...

32

2.6. Akomodasi Pariwisata Menurut Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, Tahun 2014 ...

46

2.7. Investasi di Kabupaten Badung dan Kabupaten Lainnya di Provinsi Bali, Tahun 2013 ...

46

2.8. Investasi Menurut Tiga Sektor Utama di Provinsi Bali, Tahun 2014 ...

47

2.9. Kunjungan Wisman dan Penduduk Miskin di Provinsi Bali, Tahun 2000 – 2014 ...

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Evaluasi

Pembangunan diartikan sebagai suatu proses perubahan ke arah kondisi yang lebih baik secara terencana. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan pada daerah tersebut satu sama lainnya ada dalam suatu keterkaitan dan keterpaduan membentuk dan menghasilkan pembangunan nasional, sehingga keberhasilan pembangunan nasional tergantung dan ditentukan oleh keberhasilan pembangunan daerah.

Berdasarkan Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), diamanatkan 5 (lima) tujuan pelaksanaan sistem perencanaan pembangunan nasional, yaitu : (1) untuk mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan, (2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar daerah, antar ruang, antar waktu, dan antar fungsi pemerintah, serta antara pusat dan daerah, (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan, (4) mengoptimalkan partisipasi masyarakat, dan (5) menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

(8)

Terkait dengan peran utama Bappenas tersebut, maka evaluasi tahunan terhadap pelaksanaan Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019 mutlak diperlukan. Untuk mengevaluasi pelaksanaan RPJMN di daerah, Bappenas bekerjasama dengan 34 Perguruan Tinggi Negeri di setiap provinsi melaksanakan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD).

Mengingat RPJMN baru saja mulai dilaksanakan pada tahun ini dan EKPD merupakan evaluasi tahunan untuk mengevaluasi pelaksanaan RPJMN di daerah, maka pelaksanaan EKPD 34 provinsi tahun 2015 akan lebih fokus pada membangun database berdasarkan sasaran pokok RPJMN di daerah. Database ini akan digunakan sebagai bahan evaluasi kinerja pembangunan daerah di tahun-tahun berikutnya. Selain membangun database, pelaksanaan EKPD tahun ini juga akan mencakup evaluasitematik dari prioritas bidang pembangunan dalam RPJMN 2015-2019 dan analisis kesiapan daerah.

Pelaksanaan evaluasi RPJMN 2015-2019 dilakukan secara eksternal dengan harapan agar seluruh proses evaluasi tersebut beserta rekomendasinya berlangsung dalam proses yang lebih independen. Walaupun bersifat independen, peran institusi perencana di daerah (Bappeda) sangat penting sebagai mitra koordinasi dengan Tim EKPD Provinsi. Oleh karena itu, Bappenas c.q. Deputi Evaluasi Kinerja pembangunan melaksakan kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) bekerja sama dengan Universitas Udayana Provinsi Bali yang melaksanakan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah di Provinsi Bali.

B. Tujuan, Sasaran, dan Ruang Lingkup

B.1. Tujuan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) di 34 Provinsi bertujuan untuk melaksanakan evaluasi tematik berdasarkan dimensi pembangunan dalam RPJMN 2015-2019 dan membuat database data baseline terkait pelaksanaan RPJMN 2015-2019 di daerah.

B.2. Sasaran

(9)

B.3. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup EKPD 34 Provinsi adalah:

1. Melakukan evaluasi tematik berdasarkan dimensi pembangunan. 2. Menyusun rekomendasi (model) berdasarkan hasil evaluasi. 3. Mengidentifikasi indikator sesuai dengan RPJMN 2015–2019.

4. Identifikasi ketersediaan data berdasarkan indikator yang telah disinkronisasikan. 5. Mengumpulkan databaselineberdasarkan indikator yang telah ditentukan.

6. Membuat data Proyeksi berdasarkan data capaian indikator yang telah ditentukan.

C. Anggota Tim Evaluasi Provinsi

Para anggota Tim Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Bali / Universitas Udayana tahun 2014 terdiri dari 8 orang narasumber sebagai berikut.

1) Prof. Dr. I Komang Gde Bendesa, M.A.D.E., (Koordinator), dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, ahli di bidang ekonomi.

2) Prof. Dr.dr. I Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, dosen Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, ahli di bidang kesehatan.

3) Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS. (Wakil kordinator), dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, ahli di bidang ekonomi pembangunan.

4) Prof. Dr. Ketut Sudibia, SU., dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, ahli di bidang ekonomi dan kependudukan.

5) Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS., dosen Tetap Fakultas Pertanian Universitas Udayana, ahli di bidang sosial ekonomi pertanian.

6) Prof. Dr. Ir. Made Sudiana Mahendra, MSc., dosen Tetap Fakultas Pertanian Universitas Udayana, ahli di bidang lingkungan.

7) Prof. Dr. dr. Putu Gde Adiatmika, M.Kes, dosen Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, ahli di bidang kesehatan.

(10)

BAB II

HASIL EVALUASI DAN

DATABSE

A. Evaluasi Tematik

Evaluasi tematik yang dilakukan pada EKPD 2015 merupakan exante dalam proses evaluasi. Hasil dari evaluasi tematik diharapkan dapat membantu dalam perencanaan RKPD tahun-tahun berikutnya. Evaluasi Tematik Provinsi Bali akan menganalisis prioritas dimensi pembangunan revolusi mental dan pembangunan pariwisata.

A.1. Prioritas Dimensi Pembangunan Revolusi Mental di Provinsi Bali

Pendahuluan

Revolusi mental menyangkut keadaan kejiwaaan, roh, spiritual dan nilai-nilai (vested interest) yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang dalam sebuah ruang lingkup kecil atau bahkan dalam sebuah Negara. Secara istilah, ada dua kata yang membutuhkan penjelasan, yaitu revolusi dan mental. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), revolusi adalah perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang, sedangkan mental adalah bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan dan tenaga. Dengan demikian dapat ditarik benang merah dari istilah ini bahwa revolusi mental adalah perubahan yang cukup mendasar terhadap kejiwaaan, roh, spiritual dan nilai-nilai (vested interest) dalam diri seseorang atau sekelompok orang dalam sebuah ruang lingkup kecil atau bahkan dalam sebuah Negara dalam meningkatkan kesejahteraan bersama.

(11)

Indonesia. Revolusi Mental bertujuan membangkitkan kesadaran bahwa bangsa Indonesia memiliki kekuatan besar untuk berprestasi tinggi, produktif danberpotensi menjadi bangsa maju dan modern, serta mengubah cara pandang, pikiran, sikap, perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan, sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Provinsi Bali terdiri dari satu pulau utama, yaitu Pulau Bali dan beberapa pulau kecil lainnya. Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi 8 kabupaten, 1 kota, 57 kecamatan, 715 desa/kelurahan, 1.480 desa pakraman (desa adat), dan 1.604 subak sawah serta 1.107 subak abian. Luas wilayah Provinsi Bali secara keseluruhan adalah 5.636,66 km2 atau hanya 0,29 persen dari luas wilayah Indonesia.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, penduduk Bali berjumlah 3.890.757 jiwa, sedangkan jumlah penduduk pada Sensus Penduduk 2000 adalah 3.146.999 jiwa. Secara rata-rata pertumbuhan penduduk Bali dalam periode tahun 2000-2010 adalah 2,15% per tahun dan termasuk rangking 13 tertinggi di Indonesia. Mayoritas penduduk di Provinsi beragama Hindu.

Pemerintah Provinsi Bali melalui RPJMD tahun 2013 – 2018 sebenarnya telah menuangkan pembangunan revolusi mental melalui Visi dan Misi Bali Mandara Jilid 2. Disebutkan bahwa tujuan pembangunan daerah di Provinsi Bali adalah untuk perbaikan pada seluruh tatanan penyelenggara pemerintahan dan pembangunan, serta perbaikan pada pola pikir dan perilaku seluruh komponen masyarakat yang sejalan dengan cita-cita dan semangat pembangunan nasional.

Keselarasan program-program Bali Mandara dengan revolusi mental karena sama-sama bertujuan melakukan perubahan dan perbaikan di seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan pola terintegrasi. Visi dan Misi Bali Mandara Jilid 2 dilandasi 5 prinsip dasar pembangunan, yaitu: Peningkatan Pertumbuhan (Pro-Growth), Pengentasan Kemiskinan (Pro-Poor), Perluasan Lapangan Kerja (Pro-job), dan pelesatrian lingkungan (Pro-environment) serta pengembangan dan pelestarian kebudayaan (Pro-Culture).

(12)

“Bali Maju” adalah Bali yang dinamis, Bali yang terus bergerak menurut dinamika pergerakan dan perkembangan dunia. Bali yang senantiasa bergerak dan maju dengan tetap menjunjung kesucian dan keiklasan demi tegaknya dharma. Bali yang maju adalah Bali yang harus tetap “metaksu” yang senantiasa meningkatkan kualitas dirinya sebagai daerah tujuan wisata yang handal, berkharisma dan religius. Bali yang maju adalah Bali yang modern menurut ukuran dan tuntutan nilai-nilai universal yang tidak menyimpang dan atau bertentangan dengan nilai-nilai agama Hindu (Bali) serta adat istiadat Bali. Kemodernan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan peradaban sebagai masyarakat yang berada di perkampungan dunia yang terbuka.

“Bali Aman” adalah Bali yang ”dabdab” teratur sekala niskala. Bali yang memiliki keseimbangan antara korelasi kebutuhan hubungan antar manusia dengan manusia lainnya, hubungan manusia dengan alam lingkungannya, serta hubungan manusia dengan Tuhan nya sejalan dengan konsep Tri Hita Karana. Bali yang aman adalah Bali yang terhindar dari ancaman intervensi virus-virus ideologi yang bertentangan dengan Tri Hita Karana seperti: terorisme, anarkisme dan virus non traditional threat lainnya yang mewarnai jaman Kali.

“Bali Damai” adalah Bali yang diselimuti atmosfir kesejukan lahir bathin serta selalu dalam kondisi “tis” dan kondusif. Bali Damai adalah Bali yang menggambarkan adanya komunitas masyarakat Bali, baik di perkotaan maupun pelosok pedesaan yang kental dengan suasana “briyag-briyug, pakedek pakenyem”. Hal tersebut sebagai indikator optimisme masyarakat dalam menatap masa depan yang menjanjikan.

“Bali yang Sejahtera” adalah Bali yang “sukerta sekala niskala” sebagai diperolehnya kemajuan, keamanan dan kedamaian yang sejati. Artinya, segala aspek kejadian yang bervibrasi spiritual dan kontekstual potensial menyebabkan Daerah dan Masyarakat Bali maju, aman serta terasanya kedamaian, akan mengantarkan Daerah dan Masyarakat Bali pada kesejahteraan hidup sepanjang masa.

Perwujudan visi pembangunan Provinsi Bali jangka menengah ditempuh melalui misi pembangunan daerah. Misi merupakan komitmen untuk melaksanakan agenda-agenda utama yang menjadi penentu keberhasilan pencapaian visi pembangunan. Untuk mewujudkan visi “Bali Mandara” di atas, maka ditetapkan “Misi Pembangunan Provinsi Bali 2013-2018”, sebagai berikut.

(13)

2) Mewujudkan Bali yang Aman, Damai, Tertib, Harmonis, serta Bebas dari Berbagai Ancaman.

3) Mewujudkan Bali yang Sejahtera danSukerta Lahir Bhatin.

Sasaran Nawacita dan Kegiatan Pendukung Pembangunan Revolusi Mental di

Provinsi Bali

Sasaran nawacita dalam pembangunan revolusi mental di Provinsi Bali meliputi tujuh (7) sasaran sebagai berikut.

1) Peningkatan kepatuhan dan penegakan hukum dan reformasi birokrasi lembaga peradilan.

2) Perkuatan kelembagaan politik dan reformasi birokrasi pemerintahan. 3) Peningkatan kemandirian ekonomi dan daya saing bangsa.

4) Pembangunan pendidikan yang berkualitas dan kebudayaan yang memacu daya cipta dan inovasi.

5) Pemanfaatan modal sosial dan modal budaya.

6) Pengembangan kepribadian dan peneguhan jati diri bangsa.

7) Peningkatan peran lembaga sosial, agama, keluarga dan media publik.

1) Peningkatan kepatuhan dan penegakan hukum dan reformasi birokrasi

lembaga peradilan

Produk hukum yang dikeluarkan bukan saja hukum nasional, namun banyak sekali yang dibuat di daerah. Oleh karena dalam RPJMD Provinsi Bali arah kebijakan dalam melaksanakan strategi ”Menjaga Ketentraman, Ketertiban dan Keamanan” disebutkan bahwa dalam hal pembuatan, pelaksanaan tertib hukum, yang dapat meningkatkan citra dan wibawa pemerintah dan pengawasan produk-produk hukum agar benar-benar aspiratif. Demikian juga dalam penegakan hukum dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dengan bekerja sama dengan berbagai pihak, yaitu DPRD, kepolisian, kejaksaan, TNI, lembaga tradisional, LSM dan masyarakat luas.

(14)

2013 - 2018 berkaitan dengan pembangunan revolusi mental tertera dalam arah dan strategi bidang “Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian” yang diuraikan sebagai berikut.

(1) Memantapkan penegakan hukum dalam rangka menciptakan kepastian hukum dan menegakkan supremasi hukum dalam pembangunan yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, untuk menciptakan rasa aman dan damai lahir bathin.

(2) Melibatkan masyarakat dan lembaga-lembaga adat sejak awal, berkaitan dangan pembuatan ataupun sosialisasi produk-produk hukum.

(3) Meningkatkan kualitas SDM dan profesionalisme aparat penegak hukum dan juga senantiasa melakukan komunikasi dengan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran hukumnya.

(4) Mewujudkan penyelesaian kasus sosial dan adat di Bali secara damai.

2) Perkuatan kelembagaan politik dan reformasi birokrasi pemerintahan

Dalam upaya meningkatkan kecerdasan masyarakat dalam berpolitik diperlukan terciptanya mindset yang sama dalam pembangunan politik yang ditempuh melalui forum komunikasi dan konsultasi ormas, LSM, dan yayasan provinsi Bali. Memfasilitasi kegiatan organisasi kemasyarakatan, dan pengembangan dan pemberdayaan partai politik, sebagai bagian infrastruktur politik untuk menunjang program pemerintah dalam pembangunan politik.

Dalam rangka perkuatan kelembagaan politik dan reformasi birokrasi pemerintahan, dalam RPJMD Provinsi Bali tahun 2013 – 2018 antara lain dituangkan melalui arah kebijakan dalam melaksanakan strategi ”Menjaga Ketentraman, Ketertiban dan Keamanan”, yaitu:

(1) Memujudkan kehidupan politik dan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat luas, serta mampu memberikan pelayanan prima, sejalan dengan prinsip Clean Government dan Good Governance.

(15)

Untuk perkuatan reformasi birokrasi pemerintahan, dalam RPJMD Provinsi Bali tahun 2013 – 2018 antara lain dituangkan dalam kebijakan umum Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian, antara lain:

(1) Meningkatkan profesionalisme aparat pemerintahan mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota sampai pada tingkat provinsi melalui pendidikan, pelatihan dan koordinasi yang lebih baik guna meningkatkan kinerja dan pelayanan kepada masyarakat.

(2) Meningkatkan kualitas aparatur, meningkatkan kesadaran partisipasi masyarakat, membuat perencanaan pembangunan yang aspiratif, serta meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar berbagai sektor.

(3) Mengupayakan efektivitas dan efisiensi, serta transparansi dalam penggalian dan pengelolaan sumber-sumber dana bagi penyelenggara pemerintah daerah.

Mengacu pada ketentuan pasal 40 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah ditetapkan bahwa DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memiliki fungsi sesuai pasal 41 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai legislasi, penganggaran dan pengawasan. Sesuai Perda Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali menetapkan sekretariat dalam melaksanakan tugasnya secara teknis operasional berada dibawah dan bertanggungjawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah. Sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa kegiatan yang perlu dilaksanakan yaitu:

(1) Untuk mendukung fungsi legislasi dilaksanakan kegiatan pembahasan perda dan kebijakan daerah lainnya.

(2) Untuk mendukung fungsi penganggaran dilaksanakan kegiatan pembahasan Ranperda mengenai LKPJ Gubernur, Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD, Perubahan APBD, dan Penyusunan APBD Tahun berikutnya.

(3) Untuk mendukung fungsi pengawasan dilaksanakan kegiatan reses, kunjungan kerja pimpinan dan anggota DPRD, pengaduan aspirasi masyarakat.

(16)

pemerintahan yang berbasis pada Teknologi Informasi (TI) yang disebut dengan sistem E-Government. Pada tahun 2010 diadakan penyempurnaan sistem jaringan serta perangkat lunak dan perangkat keras yang nantinya secara bertahap akan dapat menghubungkan secaraon-line seluruh SKPD yang ada di Pemerintahan Provinsi Bali. Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2011 membentuk Komisi Informasi di tingkat provinsi dengan tugas yakni; Menerima, memeriksa, dan memutus permohonan penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi nonlitigasi; Menetapkan kebijakan umum pelayanan Informasi Publik; dan Menetapkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis.

3) Peningkatan kemandirian ekonomi dan daya saing bangsa

Peningkatan kemandirian ekonomi dan daya saing bangsa Provinsi Bali sesuai dengan penjelasan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa pemberian otonomi yang luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan serta peran serta masyarakat, disamping itu untuk meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsif-prinsif demokrasi, pemerataan, keadilan dan seterusnya.

Berkenaan dengan peningkatan kemandirian ekonomi dan daya saing bangsa, strategi dan arah pembangunan daerah di Provinsi Bali sesuai dengan RPJMD tahun 2013 - 2018 dituangkan dalam tiga pilar ekonomi, yaitu: (1) peningkatan pengembangan pariwisata budaya dan ekonomi kreatif, (2) pengembangan industri kecil, koperasi dan UMKM, serta (3) mempercepat peningkatan produksi pertanian dalam memantapkan ketahanan pangan daerah serta meningkatkan pendapatan petani.

Arah Kebijakan dalam Melaksanakan Strategi ”Peningkatan Pengembangan Pariwisata Budaya dan Ekonomi Kreatif”.

(1) Pengembangan kepariwisataan yang berkualitas, berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan menjunjung kearifan lokal guna memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

(17)

(3) Melakukan demokratisasi usaha pariwisata, dalam rangka lebih memberdayakan masyarakat lokal, seperti: memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal melalui koperasi untuk mengelola peningkatan kontribusi dunia pariwisata terhadap pelestarian budaya.

(4) Menggali dan menemukan gagasan baru atau inovasi agar terjadi rejuvenation atau penemuan kembali aktivitas kehidupan pariwisata, sehingga terhindar dari stagnasi dan penurunan drastis (decline) kegiatan pariwisata.

(5) Mewujudkan suasana dan kondisi yang kondusif bagi perkembangan industri pariwisata Bali, yang didukung oleh bersinerginya berbagai komponen pariwisata.

(6) Meningkatakan kuantitas maupun kualitas sarana dan prasarana, pemeliharaan obyek wisata baik keaslian maupun kebersihannya, menjaga kelestarian dan keamanannya, memberdayakan dan memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat sekitar obyek wisata sebagai penyangga utamanya.

(7) Memberikan perlindungan dan insentif khusus kepada lembaga, perorangan, pelaku pariwisata yang benar-benar mengabdikan dirinya pada kelestarian pariwisata yang menjadi daya tarik wisatawan.

(8) Peningkatan pengelolaan destinasi, pemasaran dan SDM pariwisata. (9) Pengembangan ekonomi kreatif.

Arah Kebijakan dalam Melaksanakan Strategi ”Peningkatan Investasi, Pengembangan Industri Kecil, Koperasi dan UMKM”.

(1) Meningkatkan jiwa kewirausahaan masyarakat Bali.

(2) Pengembangan industri kecil dan rumah tangga berdaya saing tinggi, melalui berbagai usaha perbaikan mutu disain dan akses pasar dengan memanfaatakan kemajuan teknologi olahan terkini yang sesuai.

(3) Mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi dengan meminimalisir resiko kredit modal kerja dan kredit investasi.

(4) Mewujudkan ekonomi kerakyatan yang tangguh sehingga mampu mengembangkan ekonomi kerakyatan yang mantap dan stabil, serta terwujudnya distribusi, komposisi yang berimbang, dan terwujudnya iklim berinvestasi yang sehat.

(18)

(6) Peningkatan Jaminan Kredit Daerah (Jamkrida). (7) Peningkatan dan pemerataan iklim investasi.

(8) Peningkatan dukungan terhadap pengusaha lokal dan kemitraan pemasaran hasil industri kecil dan menengah.

(9) Peningkatan kualitas dan kuantitas ekspor. (10) Peningkatan daya saing Koperasi dan UMKM.

Arah Kebijakan dalam Melaksanakan Strategi ” Mempercepat Peningkatan Produksi Pertanian dalam Memantapkan Ketahanan Pangan Daerah serta Meningkatkan Pendapatan Petani”.

(1) Peningkatan peran sektor pertanian dalam perekonomian Bali terutama dalam memperkokoh ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani melalui optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan SDM Bali, penguatan kelembagaan, memperbaiki akses petani terhadap permodalan, teknologi, pemasaran dan fasilitas penunjang lainnya.

(2) Mengembangkan pertanian dalam arti luas, yang tangguh menuju kemandirian, sejahtera dan berkeadilan.

(3) Menetapkan kebijakan untuk memberikan insentif bagi petani dalam usaha meningkatkan produksi hasil pertanian, seperti: keringanan pajak, subsidi pupuk, subsidi pakan ternak, subsidi benih dan bibit ternak, kemudahan kredit, terlebih lagi yang ada dalam jalur hijau atau kawasan wisata.

(4) Meningkatkan kerjasama penelitian dan pengembangan budidaya pertanian, disertai dengan pelatihan pemanfaatan kemajuan teknologi, termasuk pengembangan penanganan pasca panen, guna memberi nilai tambah terhadap hasil industri pertanian.

(5) Peningkatan Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri).

(6) Peningkatan kerjasama pengembangan budidaya, pelatihan dan pemanfaatan teknologi pertanian.

(7) Pengembangan dan pemantapan komoditas andalan/unggulan pertanian. (8) Peningkatan produktivitas dan produksi pertanian dalam arti luas.

(9) Peningkatan pengelolaan sumberdaya ikan serta ekosistem perairan, pesisir dan daratan.

(10) Mewujudkan ekonomi kerakyatan yang tangguh.

(19)

(12) Meningkatkan peran sektor kelautan dan perikanan terhadap kesejahteraan masyarakat Bali.

(13) Meningkatakan kerja sama penelitian dan pengelolaan potensi laut, dengan menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai.

Dalam hal peningkatan kemandirian ekonomi dan daya saing bangsa Provinsi Bali secara umum memiliki kesamaan dengan arah pembangunan daerah yang digariskan oleh pemerintah pusat. Sesuai dengan Strategi dan Arah Kebijakan RPJMD Provinsi Bali tahun 2013 – 2018 peningkatan kemandirian ekonomi dan daya saing bangsa dijabarkan lebih rinci ditekankan pada aspek-aspek:

(1) peningkatan kualitas SDM sehingga bisa menjadi aset utama keunggulan kompetitif provinsi;

(2) pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur untuk mempercepat pemerataan pembangunan ekonomi;

(3) pengembangan pertanian dalam arti luas sehingga dapat menghasilkan produk unggulan yang mampu bersaing di pasar nasional;

(4) perbaikan lingkungan hidup; dan

(5) penanganan kemiskinan dengan prioritas pendidikan dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Kelima prioritas pembangunan tersebut dipadukan dalam kerangka vitalisasi dan aktualisasi melalui pelaksanaan strategi, seperti peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan publik yang sulit terlaksana tanpa diimbangi oleh peningkatan kualitas SDM. Selain itu, untuk meningkatkan daya saing penduduk Bali dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional, dilakukan pengendalian laju pertumbuhan penduduk sebagai akibat meningkatnya migrasi masuk.

4) Pembangunan pendidikan yang berkualitas dan kebudayaan yang memacu

daya cipta dan inovasi

(20)

yang diwujudkan dalam pelaksanaan prioritas program pendidikan tahun 2013-2018 adalah “Meningkatkan Akses Pendidikan dan Mengimplementasikan Sistem Pendidikan Disesuaikan dengan Kebutuhan Pasar Kerja”. Strategi ini merupakan upaya untuk mendukung capaian sasaran yang akan dilakukan pada tujuan misi pertama. Suatu perbaikan system pendidikan memerlukan perencanaan yang holistik terhadap seluruh pelaku sistem, baik aspek manajemen (organisasi, prosedur, dan pengendalian), aparatur (tenaga pendidik dan kependidikari), sarana dan prasarana, faktor penunjang lain bagi peserta didik, dan infrastruktur pendidikan, dan komponen lainnya. Suatu perbaikan sistem diharapkan dapat mengefisiensikan biaya dan mengefektifkan tujuan sistem pendidikan antara lain menghasilkan siswa yang bermutu dan sesuai kriteria. Sementara itu, sistem pendidikan yang telah diperbaiki, khususnya pendidikan dasar, ditindaklanjuti dengan agenda pembangunan untuk memenuhi syarat aksesibilitas; baik secara geografis maupun teraksesnya pendidikan dasar oleh masyarakat ekonomi lemah.

Arah Kebijakan dalam Melaksanakan Strategi ”Meningkatkan Akses Pendidikan dan Mengimplementasikan Sistem Pendidikan Disesuaikan dengan Kebutuhan Pasar Kerja”, dirinci sebagai berikut.

(1) Meningkatkan kualitas SDM lahir dan bathin dengan meningkatkan kualitas dan akses pendidikan melalui wajib belajar 12 tahun, serta meningkatkan penguasaan dan penerapan IPTEK.

(2) Memantapkan paradigma baru pembangunan pendidikan yang bertumpu pada tiga pilar utama, yakni: kemandirian dalam pengelolaan, akuntabilitas (accountability) dan jaminan mutu (quality assurance).

(3) Mensinergikan pembangunan pendidikan yang mengacu pada 2 dimensi dasar, yakni: dimensi lokal yang menekankan pada keharusan untuk mengakomodir dan mengintegrasikan unsur-unsur akuntabilitas, relevansi, kualitas, otonomi dan jaringan kerjasama; sementara dimensi global menuntut agar segala aktivitas didasari oleh aspek kompetitif, kualitas dan jaringan kerjasama.

(4) Mengembangkan pembangunan pendidikan berbudaya sejalan dengan kekhasan yang dimiliki masyarakat Bali.

(21)

(6) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan termasuk kualitas pengelolanya, serta memberikan perhatian khusus (bea sisiwa) kepada penduduk yang kurang mampu.

(7) Mengembangkan pendidikan berbasis kejuruan sesuai kebutuhan pasar. (8) Meminimalkan ketimpangan kualitas pendidikan antar sekolah antar

kabupaten/kota.

(9) Meningkatkan kualifikasi guru.

(10) Meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

5) Pemanfaatan modal sosial dan modal budaya

Salah satu dimensi pembangunan revolusi mental seharusnya didukung oleh pemanfaatan modal sosial dan modal budaya yang sudah berkembang di masyarakat. Modal sosial adalah bagian-bagian dari organisasi sosial seperti kepercayaan, norma dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan yang terkoordinasi di dalam sebuah masyarakat atau bagian-bagian tertentu dari masyarakat tersebut. Selain itu, konsep ini juga diartikan sebagai serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama.

Modal sosial dan modal budaya di Bali banyak dilatarbelakangi oleh budaya Bali yang selalu menjaga dan menjunjung tinggi keseimbangan hidup sesuai dengan warisan filsafat leluhur yang terus masih berlangsung di Bali yang berlandaskan ajaran agama Hindu dengan falsafah tersebut adalah Tri Hita Karana. Tri Hita Karana sebagai pola kehidupan masyarakat Bali yang dimaknai sebagai tiga unsur yang menyebabkan kesejahteraan masyarakat yaitu; parhyangan, pawongan, dan palemahan. Aspek parhyangan mempunyai makna keterikatan manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa yang dilandasi oleh nilai-nilai kehidupan masyarakat Bali yang religious. Aspek pawongan dimaknai sebagai hubungan manusia dengan sesama di dalam kehidupan yang terorganisir di dalam keluarga, warga, desa pekraman, kecamatan, lkabupaten/kota, dan provinsi sebagai wadah interaksinya. Aspek palemahan dimaknai sebagai hubungan manusia dengan lingkungannya. Ketiga aspek tersebut saling terkait dalam mewujudkan keserasian dan keseimbangan.

(22)

meningkatkan pembangunan di segala bidang. Pelestarian budaya adat Bali secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pula pada pelestarian pariwisata di Bali sebagai lokomotif pembangunan ekonomi di Bali. Kondisi seni budaya di Bali perkembangannya selama lima tahun ini cukup baik, penyelenggaran event-event seni budaya selalu banyak diminati masyarakat Bali.

Strategi dan arah kebijakan pembangunan yang berkaitan dengan revolusi mental pada dimensi pemanfaatan modal sosial dan modal budaya dalam RPJMD Provinsi Bali tahun 2013 – 2018 yang merupakan untuk mendukung capaian sasaran yang akan dilakukan pada tujuan misi pertama program Bali Mandara Jilid II dalam Mewujudkan Bali yang Berbudaya, Metaksu, Dinamis, Maju dan Modern Meningkatkan Peran Lembaga Adat dalam Mengembangkan Nilai-nilai Budaya dan Kearifan Lokal.

Pada dasarnya strategi ini berupaya untuk melindungi dan melestarikan budaya adat Bali sebagai roh dalam meningkatkan pembangunan di segala bidang. Pelestarian budaya adat Bali secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pula pada pelestarian pariwisata di Bali sebagai lokomotif pembangunan ekonomi di Bali. Pembangunan ekonomi yang sangat pesat di Bali, merupakan salah satu keberhasilan masyarakat Bali dalam mempertahankan sendi-sendi budaya lokal. Pemerintah daerah akan selalu berupaya proaktif memfasilitasi proses dan agenda pembangunan yang dapat memelihara nilai-nilai budaya daerah serta memberikan kesempatan ruang gerak yang lebih banyak untuk pembangunan yang berorientasi pada pengembangan budaya lokal/adat. Pemerintah daerah berupaya melindungi kelestarian budaya dan eksistensi lembaga-lembaga adat yang ada, memperkuat kelembagaan tradisional kemasyarakatan guna mengusung dan mengawal pelestarian dan pengembangan kebudayaan Bali sesuai dengan dinamika dan perubahan lingkungan strategis.

Modal sosial dan modal budaya yang merupakan bagian dari kelembagaan. Oleh karena itu, Kebijakan umum Daerah Provinsi Bali dalam rangka pembangunan revolusi mental yang berkaitan dengan peningkatan modal sosial dan modal budaya yang dituangkan dalam RPJMD Provinsi Bali 2013 – 2018 adalah sebagai berikut.

(23)

(2) Mewujudkan ketentraman, kedamaian, kenyamanan dan kerukunan hidup bermasyarakat dalam kemajemukan, serta meminimalkan dampak patologi sosial, dengan mengoptimalkan peran dan fungsi lembaga tradisional penunjang kebudayaan daerah, seperti: desa pakraman, banjar dan berbagai sekaa.

(3) Mengedepankan kemandirian, sikap toleransi dan tenggang rasa, kepedulian sosial, saling hormat menghormati dan meningkatkan rasa kekeluargaan serta persaudaraan dalam konteks NKRI, Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila dengan meningkatkan fungsi lembaga tradisional yang ada Bali. (4) Meningkatkan kuantitas maupun kualitas pelestarian nilai-nilai budaya dan

apresiasi terhadap kearifan budaya lokal dalam kehidupan bermasyarakat.

6) Pengembangan kepribadian dan peneguhan jati diri bangsa

Salah satu bidang pembangunan nasional yang sangat penting dan menjadi fondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah pengembangan kepribadian dan peneguhan jati diri bangsa. Pengembangan kepribadian dan peneguhan jati diri bangsa atau yang juga dikenal sebagai pembangunan karakter bangsa yang sudah diupayakan dengan berbagai bentuk, hingga saat ini belum terlaksana dengan optimal. Hal itu tecermin dari kesenjangan sosial-ekonomi-politik yang masih besar, kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai di seluruh pelosok negeri, masih terjadinya ketidakadilan hukum, pergaulan bebas dan pornografi yang terjadi di kalangan remaja, kekerasan dan kerusuhan, korupsi yang dan merambah pada semua sektor kehidupan masyarakat. Saat ini banyak dijumpai tindakan anarkis, konflik sosial, penuturan bahasa yang buruk dan tidak santun, dan ketidaktaataan berlalu lintas. Ruang lingkup sasaran pengembangan kepribadian dan peneguhan jati diri bangsa meliputi:

(24)

mana orang tua bertindak sebagai pemeran utama dan panutan bagi anak. Proses itu dapat dilakukan dalam bentuk pendidikan, pengasuhan, pembiasaan, dan keteladanan. Pendidikan karakter dalam lingkup keluarga dapat juga dilakukan kepada komunitas calon orang tua dengan penyertaan pengetahuan dan keterampilan, khususnya dalam pengasuhan dan pembimbingan anak.

(2) Lingkup Lembaga Pendidikan. Satuan pendidikan merupakan wahana pembinaan dan pengembangan kepribadian dan peneguhan jati diri bangsa yang dilakukan dengan menggunakan (a) pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran, (b) pengembangan budaya satuan pendidikan, (c) pelaksanaan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler, serta (d) pembiasaan perilaku berbudaya dalam kehidupan di lingkungan lembaga pendidikan. Pembangunan karakter melalui satuan pendidikan dilakukan mulai dari pendidikan usia dini sampai pendidikan tinggi

Dalam rangka

pengembangan kepribadian dan peneguhan jati diri bangsa secara implisit telah dicanangkan dalam RPJMD Provinsi Bali tahun 2013 – 2018 antara lain melalui arah kebijakan:

(1) Mengembangkan pembangunan pendidikan berbudaya sejalan dengan kekhasan yang dimiliki masyarakat Bali.

(2) Mengupayakan untuk memperkokoh lembaga-lembaga pendidikan sebagai pusat pengembangan kebudayaan dan memelihara kelestarian budaya yang adiluhung.

Secara eksplisit lembaga-lembaga pendidikan formal di Provinsi Bali, khususnya di Universitas Udayana telah memberikan pendidikan karakter untuk meningkatkan pengembangan kepribadian dan peneguhan jati diri bangsa. Pendidikan karakter diberikan melalui kurikulum pendidikan Kewarganegaraan, Agama dan Pancasila yang merupakan mata kuliah wajib. Pemberian pendidikan karakter di Universitas Udayana juga dilakukan dengan mengandeng TNI agar para mahasiswa mendapatkan pencerahan terkait karakter dan bela negara.

7) Peningkatan peran lembaga sosial, agama, keluarga dan media publik.

(25)

makanan, pakaian, dan perumahan, akan tetapi terdapat banyak kebutuhan lain seperti kebutuhan untuk rekreasi, keadilan, keamanan, pendidikan, spiritual dan lain sebagainya.

Lembaga sosial mempunyai sejumlah ciri atau karakteristik. Ciri-ciri umum dari lembaga sosial adalah:

(1) Lembaga sosial biasanya memiliki kekekalan tertentu yang berlangsung lama. Hal ini terjadi sebab adanya anggapan bahwa lembaga sosial berisi sekumpulan norma-norma yang harus dipertahankan. Norma tersebut dibutuhkan untuk mengatur kehidupan atau hubungan antar manusia, contohnya kehidupan atau hubungan dalam keluarga.

(2)

Lembaga sosial memiliki satu atau lebih tujuan tertentu, misalnya lembaga pendidikan memiliki tujuan untuk mentransfer nilai, norma, dan ilmu pengetahuan kepada generasi berikutnya.

(3)

Lembaga sosial memiliki sejumlah perangkat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya bendera atau lambang pada lembaga politik, uang sebagai alat tukar pada lembaga ekonomi, dan lain-lain. Dalam masyarakat yang heterogen seperti di Indonesia, terdapat berbagai jenis lembaga sosial yang saling berhubungan dan saling melengkapi satu sama lain.

Lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat tersebut adalah (1) keluarga, (2) lembaga agama, (3) lembaga ekonomi, (4) lembaga pendidikan, (5) lembaga budaya, dan lembaga politik.

(26)

Kebijakan umum Daerah Provinsi Bali dalam rangka pembangunan revolusi mental yang berkaitan dengan peningkatan peran lembaga keluarga secara implisit dituangkan dalam RPJMD Provinsi Bali 2013 – 2018 melalui pemberdayaan masyarakat desa adalah sebagai berikut.

(1) Menggiatkan empowering yakni ”memotivasi” warga masyarakat untuk sadar akan masalah yang dihadapi, sadar akan potensi yang dimiliki untuk memecahkan masalah tersebut, mampu melihat alternatif yang dapat diambil serta mampu memutuskan alternatif mana (dari yang tersedia) yang paling mungkin dan paling menguntungkan untuk diambil.

(2) Meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam pembangunan melalui Gerakan Pembangunan Desa Terpadu (Gerbangsadu). (3) Mendorong dan membangkitkan potensi yang dimiliki keluarga dan

masyarakat serta penguatan kelembagaannya.

(4) Membuka berbagai peluang kemajuan ekonomi masyarakat.

(5) Meningkatkan prasarana dan sarana, pendayagunaan teknologi tepat guna serta pemantapan keterpaduan pembangunan.

(6) Meningkatkan peran pemerintahan desa dan kelurahan dalam pemberdayaan masyarakat.

Kebijakan umum Daerah Provinsi Bali dalam rangka pembangunan revolusi mental yang berkaitan dengan peningkatan peran lembaga agama, lembaga politik, dan media masa secara implisit dituangkan dalam RPJMD Provinsi Bali 2013 – 2018 melalui arah kebijakan dalam melaksanakan strategi menjaga ketentraman, ketertiban dan keamanan, yaitu:

(1) Memujudkan kehidupan politik dan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat luas, serta mampu memberikan pelayanan prima, sejalan dengan prinsip Clean Government dan Good Governance.

(2) Mengupayakan peningkatan kecerdasan dan kedewasaan masyarakat dalam berpolitik, melalui pendidikan politik yang teratur dan berkesinambungan serta bekerjasama dengan lembaga pendidikan, LSM, Media massa dan partai politik.

(27)

eksplisi dituangkan dalam RPJMD Provinsi Bali 2013 – 2018 melalui arah kebijakan dalam bidang kebudayaan, yaitu:

(1) Memperkuat kelembagaan tradisional kemasyarakatan guna mengusung dan mengawal pelestarian dan pengembangan kebudayaan Bali, sesuai dengan dinamika dan perubahan lingkungan strategis yang terjadi.

(2) Mengoptimalkan peran dan fungsi lembaga tradisional penunjang kebudayaan daerah, seperti: desa pakraman, banjar dan berbagai sekaa dalam mewujudkan ketentraman, kedamaian, kenyamanan dan kerukunan hidup bermasyarakat dalam kemajemukan, serta meminimalkan dampak patologi sosial.

(3) Meningkatkan fungsi lembaga tradisional Bali yang ada dengan mengedepankan kemandirian, sikap toleransi dan tenggang rasa, kepedulian sosial, saling hormat menghormati dan meningkatkan rasa kekeluargaan serta persaudaraan dalam konteks NKRI, Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila.

Kebijakan umum Daerah Provinsi Bali dalam rangka pembangunan revolusi mental yang berkaitan dengan peningkatan peran lembaga ekonomi dan lembaga pendidikan telah bibahas dalam dimensi peningkatan daya saing bangsa.

Penentuan Target Pencapaian Sasaran Nawacita di Provinsi Bali

Provinsi Bali terdiri dari satu pulau utama, yaitu Pulau Bali dan beberapa pulau kecil lainnya, yang luas wilayahnya secara keseluruhan adalah 5.636,66 km2 atau hanya 0,29 persen dari luas wilayah Indonesia. Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi 8 kabupaten, 1 kota, 57 kecamatan, 715 desa/kelurahan, 1.480 desa pakraman (desa adat), dan 1.604 subak sawah serta 1.107 subak abian.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, penduduk Bali berjumlah 3.890.757 jiwa, sedangkan jumlah penduduk pada Sensus Penduduk 2000 adalah 3.146.999 jiwa. Secara rata-rata pertumbuhan penduduk Bali dalam periode tahun 2000-2010 adalah 2,15% per tahun dan termasuk rangking 13 tertinggi di Indonesia. Mayoritas penduduk di Provinsi beragama Hindu dengan falsafah kehidupan dengan konsep Tri Hita Karana Bali. Falsafan ini mengajarkan keseimbangan antara kebutuhan hubungan antar manusia dengan manusia lainnya, hubungan manusia dengan alam lingkungannya, serta hubungan manusia dengan Tuhan.

Dengan falsafah tersebut, dalam RPJMD Provinsi Bali tahun 2013 -2018 Pemerintah Provinsi Bali telah merealisasikan program revolusi mental dalam program pembangunan Daerah Bali melalui Visi dan Misi Bali Mandara Jilid 2. Pembangunan daerah melalui revolusi mental di Provinsi Bali adalah perbaikan pada seluruh tatanan penyelenggara pemerintahan dan pembangunan, serta perbaikan pada pola pikir dan perilaku seluruh komponen masyarakat yang sejalan dengan cita-cita dan semangat pembangunan nasional.

(28)

Peningkatan Pertumbuhan (Pro-Growth), Pengentasan Kemiskinan (Pro-Poor), Perluasan Lapangan Kerja (Pro-job), dan pelesatrian lingkungan (Pro-environment) serta pengembangan dan pelestarian kebudayaan (Pro-Culture). Program-program Bali Mandara pada hakekatnya merupakan revolusi mental dengan perubahan dan perbaikan di seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan pola terintegrasi. Visi dan Misi Bali Mandara Jilid II ini diharapkan akan dapat mewujudkan keinginan dan amanat masyarakat Provinsi Bali dengan tetap mengacu pada pencapaian tujuan nasional seperti diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 khususnya bagi masyarakat provinsi Bali, selaras dengan RPJM Nasional 2010-2014, dan RPJPD Provinsi Bali 2005-2025.

Dengan dukungan berbagai lembaga dari tingkat pusat sampai ke daerah baik yang formal atau non formal serta masyarakat program pembangunan revolusi mental yang dijabarkan dalam sasaran nawacita akan berhasil dalam jangka waktu 4 tahun ke depan.

(29)

A.2. Evaluasi Tematik Pembangunan Pariwisata di Provinsi Bali

Perkembangan Kedatangan Wisatawan

Sebagai daerah tujuan wisata Pulau Bali sudah dikenal oleh wisatawan asing pada tahun 1920-an. Dengan potensi kepariwisataan yang dimiliki Provinsi Bali, yaitu panorama yang indah, keanekaragaman kesenian dan budaya, maka dalam sejak dilaksanakannya program Pembangunan Lima Tahun Tahap I (1969 – 1974) pembangunan ekonomi diletakkan pada sektor pertanian dan pengembangan pariwisata serta industri kerajinan tangan. Pemberian prioritas pada sektor pariwisata dalam program pembangunan di Provinsi Bali juga didasari pertimbangan karena luas wilayah ini sangat sempit, yaitu hanya 0,29 persen dari wilayah Republik Indonesia. Di samping itu, daerah ini tidak memiliki potensi sumber daya alam mineral dan energi, serta kurang memungkinkannya pengembangan sektor industri pengolahan yang berskala besar. Dengan semakin dikenalnya Bali sebagai salah satu daerah tujuan wisata, menyebabkan Bali menjadi primadona bagi para wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan terus meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan asing ke Bali, demikian juga andil terhadap pariwisata nasional juga meningkat. Kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) yang datang ke Bali meningkat terus sejak tahun 1969, kecuali disela penurunan pada tahun 2002 dan 2006 yang disebabkan karena Bom Bali (lihat Gambar 2.1).

Perkembangan kedatangan wisatawan asing yang langsung ke Indonesia dan Bali selama tahun 2010 - 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.1. Pada tahun 2010 kunjungan wisatawan ke Bali sebanyak 2.385.122 orang, mengalami pertumbuhan sebesar 8,01 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selama tahun 2011, 2012, 2013, dan 2014 kunjungan wisatawan asing terus meningkat, dan pada tahun 2014 kunjungan wisatawan asing mencapai 3.766.638 orang atau dengan peningkatan 14,89 persen dari tahun 2013. Pada tahun 2010 andil kunjungan wisatawan asing ke Bali sebesar 34,06 persen, dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 39,92 persen.

Gambar 2.1

(30)
[image:30.595.131.492.98.324.2]

Tabel 2.2

Perkembangan Kunjungan Wisatawan Asing Langsung Ke Bali dan Indonesia, Tahun 2010 - 2014

Kunjungan Wisman ke Bali

Tahun Jumlah

(orang)

Pertumbuhan (%)

Kunjungan Wisman ke Indonesia

(orang)

Andil Bali Terhadap Indonesia (%)

2010 2.385.122 8,01 7.002.944 34,06

2011 2.576.142 9,73 7.649.731 33,68

2012 2.826.709 4,34 8.044.462 35,14

2013 3.278.598 11,16 8.802.129 37,25

2014 3.766.638 14,89 9.435.411 39,92

Sumber: Biro Pusat Statistik, Tahun 2015 (diolah)

Pariwisata merupakan sektor penggerak lokomotip ekonomi di Bali, dengan pariwisata seluruh perkembangan ekonomi kerakyatan di perdesaan dapat berkembang dengan pesat di Bali. Pemerintah Provinsi Bali dalam menjaga pertumbuhan pariwisata telah membuat berbagai program, baik program promosi di dalam atau di luar negeri, juga melakukan program-program pemeliharaan dan peningkatan kualitas sumberdaya pariwisata yang ada di Bali.

(31)

1) Perkembangan kunjungan wisatawan manca negara selama tahun 2010 sampai tahun 2014 terus meningkat, pada tahun 2010 kunjungan wisatawan ke Bali sebanyak 2.385.122 jiwa, dan pada tahun 2014 menjadi 3.766.638 jiwa, 2) Kunjungan wisatawan nusantara juga mengalami peningkatan dari tahun 2010

s/d tahun 2014. Pada tahun 2010 sebanyak 4.646.343 jiwa, sedangkan pada tahun 2014 menjadi sebanyak 6.392.460 jiwa.

3) Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB dari tahun 2010 sd tahun 2014 juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 61,78%, pada tahun 2014 meningkat menjadi 66,29 %.

4) Rata-rata lama tinggal kunjungan wisatawan ke daerah Bali khususnya manca pada tahun 2010 selama 9,49 hari, pada tahun 2014 selama selama 9,1 hari. Wisatawan nusantara pada tahun 2010 memiliki lama tinggal rata-rata selama 4,20 hari, sedangkan pada tahun 2014 selama 3,6 hari.

[image:31.595.94.529.442.772.2]

Kunjungan Wisman berdasarkan negara asal seperti ditunjukkan pada Tabel 2.3 menunjukkan bahwa sumber utama Wisman masih berasal dari Asia, termasuk juga anggota Asean.

Tabel 2.3

Kunjungan Wisman di Provinsi Bali Menurut Negara Asal, Tahun 2013 dan 2014

Negara Asal 2013 (orang)

2014 (orang)

2013 (%)

2014 (%) I. ASEAN 418.012 483.487 12,7 12,8

Pertumbuhan (%) 11,89 15,66

1 Malaysia 199.223 223.205 6,1 5,9 2 Philippines 29.840 32.727 0,9 0,9 3 Singapore 138.397 178.174 4,2 4,7 4 Thailand 34.722 30.247 1,1 0,8 5 Lainnya 15.830 19.134 0,5 0,5 II. ASIA (Non Asean) 995.423 1.236.816 30,4 32,8

Pertumbuhan (%) 19,32 24,25

1 Hongkong 37.414 35.552 1,1 0,9 2 India 64.421 88.049 2,0 2,3 3 Japan 208.115 217.159 6,3 5,8 4 South Korea 134.452 145.498 4,1 3,9 5 Taiwan 127.443 113.132 3,9 3,0 6 China 387.533 585.922 11,8 15,6 7 Lainnya 36.045 51.504 1,1 1,4 III. AMERIKA 164.666 177.940 5,0 4,7

Pertumbuhan (%) 6,41 8,06

(32)

2 Canada 30.565 37.532 0,9 1,0 3 Lainnya 28.238 28.798 0,9 0,8 IV. EROPA 712.418 736.188 21,7 19,5

Pertumbuhan (%) 12,14 3,34

1 France 125.065 128.288 3,8 3,4 2 Germany 99.508 105.467 3,0 2,8 3 Italy 28.755 30.762 0,9 0,8 4 Holland 72.275 76.082 2,2 2,0 5 Spain 19.949 22.789 0,6 0,6 6 Sweden 16.857 27.345 0,5 0,7 7 Switzerland 25.406 24.924 0,8 0,7 8 United Kingdom 122.406 127.013 3,7 3,4 9 Russia 79.330 72127 2,4 1,9 10 Lainnya 122867 121391 3,7 3,2 V. OSEANIA 892.615 1.050.422 27,2 27,9

Pertumbuhan (%) 3,8 17,68

1 Australia 826.385 988.786 25,2 26,3 2 New Zealand 57.520 58.142 1,8 1,5 3 Lainnya 8.710 3.494 0,3 0,1 VI. AFRIKA 19.385 18.137 0,6 0,5 Pertumbuhan (%) 4,00 -6,44 0,0 (0,0) 1 South Africa 9.563 9.744 0,3 0,3 2 Egypt 2.060 2.798 0,1 0,1 3 Lainnya 7.762 5.595 0,2 0,1 VII. CREW 76.079 63.648 2,3 1,7 Total : 3.278.598 3.766.638 100,0 100,0 Pertumbuhan (%) 11,16 14,89

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

[image:32.595.99.529.101.508.2]

Perkembangan Wisman berdasarkan benoa ditunjukkan pada Gambar 2.2 Tampak bahwa perkembangan yang paling besar bersumber dari Asia Pacifik, diikuti oleh Eropa dan Amerika. Eropa merupakan pasar potensial bagi Wisman yang berkualitas, apabila dilihat dari waktu masa tinggal dan pengeluaran selama mereka tinggal di Bali.

Gambar 2.2

(33)

Pada tahun 2014, sesuai perkembangan Wisman yang datang ke Bali, pangsa pasar di dominasi oleh Asia (33.1%) tanpa Asean dan menjadi 46,2% apabila digabung dengan Asean, diikuti oleh Eropa sebesar 19,8%. Bali harusnya bisa lebih banyak mendatangkan Wisman dari Eropa yang memiliki karakteristik lebih memberikan penghargaan pada budaya lokal.

Gambar 2.3

Pangsa Pasar Wisman di Bali Menurut Negara Asal Tahun 2014

Arah Kebijakan Pengembangan Pariwisata

(34)

Melaksanakan Strategi ”Peningkatan Pengembangan Pariwisata Budaya dan Ekonomi Kreatif” tahun 2013-2018 adalah sebagai berikut.

1) Pengembangan kepariwisataan yang berkualitas, berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan menjunjung kearifan lokal guna memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

2) Mengembangkan “pariwisata kerakyatan” yang dapat memberikan efek ganda (multiflier effect) bagi sebagian besar masyarakat lokal Bali.

3) Melakukan demokratisasi usaha pariwisata, dalam rangka lebih memberdayakan masyarakat lokal, seperti: memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal melalui koperasi untuk mengelola peningkatan kontribusi dunia pariwisata terhadap pelestarian budaya.

4) Menggali dan menemukan gagasan baru atau inovasi agar terjadi rejuvenation atau penemuan kembali aktivitas kehidupan pariwisata, sehingga terhindar dari stagnasi dan penurunan drastis (decline) kegiatan pariwisata.

5) Mewujudkan suasana dan kondisi yang kondusif bagi perkembangan industri pariwisata Bali, yang didukung oleh bersinerginya berbagai komponen pariwisata. 6) Meningkatakan kuantitas maupun kualitas sarana dan prasarana, pemeliharaan

obyek baik keaslian maupun kebersihannya, menjaga kelestarian dan keamanannya, memberdayakan dan memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat sekitar obyek wisata sebagai penyangga utamanya.

7) Memberikan perlindungan dan insentif khusus kepada lembaga, perorangan, pelaku pariwisata yang benar-benar mengabdikan dirinya pada kelestarian pariwisata yang menjadi daya tarik wisatawan.

8) Peningkatan pengelolaan destinasi, pemasaran dan SDM pariwisata. 9) Pengembangan ekonomi kreatif.

Penentuan Target Pencapaian Sasaran Nawacita Pembangunan Pariwisata Provinsi Bali

Pulau Bali sudah dikenal oleh wisatawan asing sebagai daerah tujuan wisata sejak tahun 1920-an. Dengan potensi kepariwisataan yang dimiliki Provinsi Bali, yaitu panorama yang indah, keanekaragaman kesenian dan budaya, maka dalam sejak 1969 – 1974 pembangunan ekonomi diletakkan pada sektor pertanian dan pengembangan pariwisata serta industri kerajinan tangan. Dengan semakin dikenalnya Bali sebagai salah satu daerah tujuan wisata, menyebabkan Bali menjadi primadona bagi para wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan terus meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan asing ke Bali, demikian juga andil terhadap pariwisata nasional juga meningkat.

(35)

2011, 2012, 2013, dan 2014 kunjungan wisatawan asing terus meningkat, dan pada tahun 2014 kunjungan wisatawan asing mencapai 3.766.638 orang atau dengan peningkatan 14,89 persen dari tahun 2013. Pada tahun 2010 andil kunjungan wisatawan asing ke Bali sebesar 34,06 persen, dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 39,92 persen.

Untuk mengakomodasi meningkatnya kunjungan wisatawan yang datang ke Bali, maka terus ditingkatkan jumlah dan kualitas pelayanan serta fasilitas penunjang pariwisata, antara lain peningkatan jumlah hotel dan kamar hotel. Pengembangan kawasan wisata dan pembenahan pengelolaannya terus dilakukan. Di samping itu, pembangunan sektor pariwisata juga terus didukung dengan pembangunan sektor lainnya seperti akses transportasi, informasi dan komunikasi, serta fasilitas pendukung lainnya.

Dengan berbagai upaya tersebut diperkirakan kunjungan wisatawan asing dan nusantara, serta devisa yang dihasilkan akan meningkat pada 5 tahun ke depan. Meningkatnya kunjungan wisatawan asing dan nusantara, serta devisa yang dihasilkan diperkirakan akan meningkatnya capaian kinerja sasaran Nawa Cita dari pembangunan pariwisata. Adapun perkiraan wisatawan asing dan nusantara, serta devisa yang dihasilkan ditunjukkan berikut ini.

Target Capaian

No. Sasaran Satuan

2015 2016 2017 2018 2019

1. Wisatawan Mancanegara Ribu orang 2.385 2.576 2.827 3.279 3.767 2. Wisatawan Nusantara Ribu orang 4.646 5.675 6.064 6.977 6.392

Sasaran Nawa Cita: Prioritas Pembangunan Pariwisata

Berikut ini adalah sasaran Nawa Cita dari tiap prioritas dimensi pembangunan pariwisata yang menitik beratkan pada infrastruktur, yaitu:

1. Akses transportasi

2. Akses informasi dan komunikasi 3. Pengembangan budaya lokal

4. Pengembangan dan pengelolaan kawasan pariwisata 5. Kualitas SDM masyarakat lokal

6. Ekonomi kreatif berbasis eco-tourism

7. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan lokasi pariwisata 8. Kebijakan anggaran pembangunan pariwisata

9. Peningkatan jumlah investor nasional

1. Akses transportasi

(36)

ketersediaan fasilitas-fasilitas pendukung seperti prasarana dan sarana transportasi. Jenis fasilitas prasarana dan sarana transportasi yang akan dibahas berikut ini mencakup (1) transportasi darat; (2) transportasi laut; dan (c) transportasi udara. Masing-masing jenis fasilitas prasarana dan sarana transportasi tersebut akan dibahas berturut-turut berikut ini.

a. Transportasi Darat

Fasilitas prasarana dan sarana transportasi darat mencakup dua subsistem, yaitu prasarana dan sarana angkutan darat dan pelabuhan penyeberangan yang merupakan jembatan apung untuk menghubungkan simpul kegiatan dari satu wilayah ke wilayah lainnya yang dipisahkan oleh wilayah perairan.

(1) Prasarana dan Sarana Angkutan Jalan

Jalan merupakan sarana vital dalam mendukung perkembangan suatu wilayah. Kemudahan akses yang ditimbulkan oleh ketersediaan jalan secara otomatis akan memberi dampak positif bagi kelangsungan transaksi perekonomian. Sesuai dengan data Bali Dalam Angka tahun 2014 diperoleh keterangan bahwa panjang jalan di Provinsi Bali pada tahun 2013 mencapai7.844,02km, meliputi jalan nasional 535,23 km, jalan provinsi 860,53 km, dan jalan kabupaten 6.448,26 km. Dilihat dari kondisi permukaan jalan secara keseluruhan dari jalan tersebut, yang dalam hal ini dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu (1) baik; (2) sedang; (3) rusak; dan (4) rusak berat.

Untuk menanggulangi kemacetan lalulintas pada jalur padat, pemerintah telah menyelesaikan jalan baypass Tohpati-Kusamba. Mulai tahun 2012 pemerintah juga telah membangun underpass di kawasan patung Dewa Ruci Kuta, dan jalan tol Serangan-Nusa Dua.

Tabel 2.4

Distribusi Panjang Jalan, Dirinci Menurut Status Jalan dan Kondisinya di Provinsi Bali, 2013 (dalam km)

Kondisi Jalan Status Jalan

Baik Sedang Rusak Rusak Berat Jumlah Nasional 491,13 36,70 4,10 3,30 535,23

Provinsi 366,48 317,89 176,16 - 860,53

Kabupaten 3.233,86 1.388,30 1.293,72 532,38 6.448,26

Total 2013 4.091,47 1.742,89 1.473,98 535,68 7.844,02

2012 3.360,75 2.012,51 1.654,92 537,82 7.566,00

(37)

2010 3.884,44 2.103,80 1.511,76 - 7.500,00

Sumber: Bali Dalam Angka 2014

Berkaitan dengan transportasi darat, berikut ini diungkapkan jenis dan perkembangan sarana transportasi darat, yang meliputi (1) mobil penumpang; (2) mobil gerobak (truck); (3) oto bis (buses); dan (4) sepeda motor. Mobil penumpang masih dapat dirinci lagi menjadi jenis kendaraan seperti sedan, jeep, dan station wagon. Demikian pula oto bis masih dapat dibedakan menjadi bis besar dan bis kecil. Perkembangan jumlah dari masing-masing jenis sarana transportasi darat yang diuraikan di atas disajikan pada Tabel 2.5.

Informasi yang dapat dipetik dari Tabel 2.5 menunjukkan bahwa jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Bali cenderung meningkat selama periode 2010 -2013. Mobil penumpang yang terdiri dari sedan, jeep, bus, mini bus juga meningkat selama periode tersebut. Di samping peningkatan jumlah mobil penumpang yang menggambarkan kecenderungan peningkatan, fenomena yang tidak kalah menariknya dari Tabel 2.4 adalah besarnya jumlah sarana transportasi darat jenis sepeda motor pada tahun 2013 yang sudah mencapai sekitar dua setengah juta buah.

Tabel 2.5

Perkembangan Jumlah dan Jenis Sarana Transportasi Darat di Provinsi Bali Selama Periode 2010 - 2013 (buah)

Jumlah Sarana Transportasi Jenis Sarana

Transportasi 2010 2011 2012 2013

Sedan 29.037 38.862 39.214 39.844

Jeep 31.501 38.037 39.136 41.574

Minibus 136.373 168.009 188.158 214.985

Bus 3.731 5.605 5.983 6.533

Pic Up 46.033 61.173 70.115 78.720

Truk 19.721 26.989 30.169 35.217

Sepeda Motor 1.449.279 2.154.568 2.374.604 2.586.715

Lainnya - 1.325 1.785 100

Jumlah 1.715.675 2.494.568 2.749.164 3.003.688 Sumber: Bali Dalam Angka, 2011, 2012, 2013, dan 2014 (diolah).

(38)

sebagainya. Bus atau sarana transportasi darat yang melayani arus mobilitas penumpang antarprovinsi tidak hanya dilayani oleh perusahaan bus yang berkedudukan di Bali, namun banyak juga dilakukan oleh perusahaan bus yang berkedudukan di luar Bali.

Secara keseluruhan jumlah perusahaan angkutan yang melayani trayek antar-provinsi pada tahun 2012 yang berkedudukan di Bali berjumlah 34 buah perusahaan. Di samping itu terdapat banyak perusahaan angkutan yang berkedudukan di luar Bali. Data pada tahun 2009 menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 202 bus dengan daya angkut seluruhnya sebanyak 6.060 orang penumpang. Sementara itu perusahaan angkutan yang berkedudukan di Bali mengerahkan sebanyak 147 bus antarprovinsi dengan total daya angkut sebanyak 5.648 orang penumpang.

b. Pelabuhan Angkutan Penyeberangan

Sesuai dengan fungsinya, di Provinsi Bali terdapat 3 (tiga) pelabuhan penyeberangan yaitu pelabuhan penyeberangan Gilimanuk-Ketapang yang terletak di ujung Barat Pulau Bali dan Padangbai–Lembar terletak di ujung Timur Pulau Bali, yang merupakan pelabuhan penyeberangan lintas nasional serta pelabuhan penyeberangan Nusa Penida-Gunaksa yang berfungsi untuk memperlancar arus lalu lintas dari Bali daratan ke Pulau Nusa Penida.

c. Prasarana Angkutan Laut

Pelabuhan yang difungsikan untuk melayani angkutan penumpang adalah pelabuhan Benoa terletak di bagian Selatan Pulau Bali, dengan fasilitas dermaga untuk peti kemas, umum, dan untuk cruise. Data muat penumpang mencapai 380.529 penumpang. Selain itu, pelabuhan benoa juga difungsikan sebagai pelabuhan ikan dan ekspor dan impor dengan total tonase barang dan mencapai 1.093.462 ton.

(39)

d. Prasarana Transportasi Udara

Sarana dan prasarana angkutan udara di Bali ditunjang oleh keberadaan Bandar Udara Ngurah Rai yang terletak di bagian Selatan Pulau Bali dan berfungsi untuk pelayanan penerbangan domestik dan internasional, serta lapangan terbang Letkol Wisnu yang terletak di bagian Utara Pulau Bali dan masih berfungsi untuk pelayanan pesawat sejenisCassa.

Bandara Internasional Ngurah Rai mempunyai luas area 295,30 ha. Berdasarkan data sampai tahun 2007, jumlah prasarana yang tersedia di Bandara Internasional Ngurah Rai mencakup landasan pacu (runway) 45X3.000 meter untuk pendaratan dan tinggal landas pesawat terbang maksimum jenis B-747; parallel taxiway 23X3.000 meter dan exit taxiway 7 buah; tempat parkir pesawat (apron) seluas 214.457 m2 untuk target penerbangan 81.100 pergerakan pesawat per tahun. Di samping itu juga tersedia terminal penumpang internasional seluas 63.246 m2 untuk target penumpang 6.100.000 orang per tahun, terminal penumpang domestik seluas 10.250 m2 untuk target penumpang 3.400.000 orang per tahun. Jumlah airlines yang beroperasi melalui Bandara Internasional Ngurah Rai pada tahun 2007 terdiri atas 26airlines penerbangan internasional ke 20 kota tujuan dan 11airlines domestik ke 16 kota tujuan.

Meningkatnya jumlah kunjungan wiswan yang akan datang ke Bali, tentunya sudah diantisipasi melalui pengembangan Bandar Udara tersebut hingga mampu menampung penumpang sampai 25 juta orang per tahun sampai dengan tahun 2025. Pemerintah Daerah sudah mengantisipasinya dengan rencana pembangunan suatu bandar udara baru di daerah Bali Utara, mengingat kapasitas bandar udara Ngurah Rai yang tidak dapat ditingkatkan lagi setelah pengembangan ini, baik meliputi run way ataupun apron pesawat. Hal itulah yang melandasi adanya kebijakan Pemerintah Provinsi Bali untuk Membangun Bandar Udara Baru yang terintegrasi (multi airport system) di Kabupaten Buleleng.

2. Akses Komunikasi dan Informasi

(40)

tahun 2010 telah dilayani oleh 27 lokasi STO yang memiliki kapasitas sentral terpasang 202.809 sst dengan jumlah tersambung 180.778 sst.

Sarana telekomunikasi selain sambungan rumah, juga diselenggarakan dengan menggunakan mobile phone atau telepon bergerak. Dewasa ini perkembangan penggunaan mobile phone sangat pesat yang ditunjukkan oleh semakin banyaknya penyelenggara/operator seluler yang beroperasi di wilayah Bali, baik yang menggunakan sistem GSM maupun CDMA.

3.Pengembangan budaya lokal

Sebagai daerah tujuan wisata, keberhasilan pengembangan pariwisata di Bali sudah dikenal secara luas dengan sebutan pariwisata budaya. Pengembangan pariwisata telah memperkuat budaya lokal, seperti memperkuat ikatan sosial orang Bali pada tradisi budaya. Hal ini banyak dilatarbelakangi oleh landasan falsafah Tri Hita Karana, sehingga orang Bali yang selalu menjaga dan menjunjung tinggi keseimbangan hidup sesuai dengan warisan filsafat leluhur yang terus masih berlangsung di Bali.

Tri Hita Karana sebagai pola kehidupan masyarakat Bali yang dimaknai sebagai tiga unsur yang menyebabkan kesejahteraan masyarakat yaitu; parhyangan, pawongan, dan palemahan. Aspek parhyangan mempunyai makna keterikatan manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa yang dilandasi oleh nilai-nilai kehidupan masyarakat Bali yang religious. Aspek pawongan dimaknai sebagai hubungan manusia dengan sesama di dalam kehidupan yang terorganisir di dalam keluarga, warga, desa pekraman, kecamatan, lkabupaten/kota, dan provinsi sebagai wadah interaksinya. Aspek palemahan dimaknai sebagai hubungan manusia dengan lingkungannya. Ketiga aspek tersebut saling terkait dalam mewujudkan keserasian dan keseimbangan.

(41)

kemudian mendorong orang Bali untuk memperkuat jati diri dan ikatan sosialnya dalam rangka usaha mereka untuk menjaga keberlanjutan tradisi serta budaya Bali.

Pelaksanaan Pekan Kesenian Bali (PKB) yang diselengggarakan setiap tahun merupakan bukti dari cara pemerintah melestarikan budaya lokal sambil melaksanakan promosi pariwisata. Imbauan pemerintah menggunakan style atau khas Bali kepada pemilik bangunan gedung, toko, hotel dan restoran yang dibangun di Bali juga merupakan upaya pelestarian budaya lokal.

(42)

4. Pengembangan dan pengelolaan kawasan pariwisata di Provinsi Bali

Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa Perda Pariwisata Budaya tahun 1991 yang diperbaharui menjadi Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali telah mengatur beberapa permasalah dalam pengembangan pariwisata di Provinsi Bali, antara lain tujuan untuk pembinaan dan pengembangan objek wisata, tata cara pengusahaan objek wisata, peran serta masyarakat dan pembinaan kepariwisataan.

Dalam pasal 15 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 tahun 2012 disebutkan bahwa Pemerintah Provinsi berkoordinasi dengan instansi terkait dalam pengembangan daya tarik wisata. Pasal 16 juga menyebutkan bahwa pengelolaan daya tarik wisata dapat dilakukan oleh Pemerintah Provinsi, desa pakraman, lembaga tradisional, perorangan dan badan usaha. Untuk peningkatan mutu, pengelolaan, dan pelayanan daya tarik wisata dilaksanakan penilaian secara berkala. Untuk dapat terlaksananya proses penilaian tersebut ditetapkan standar mutu sarana, prasarana, dan pelayanan daya tarik wisata dengan Peraturan Gubernur (Pasal 17).

Dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata Pemerintah Provinsi Bali secara rinci mengaturnya dalam Pasal 27 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 tahun 2012 sebagai berikut.

Ayat 3 Setiap pengusaha pariwisata wajib:

a. melestarikan kebudayaan Bali, menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat, budaya dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat setempat;

b. membangun sarana kepariwisataan dengan langgam arsitektur Bali atau sekurang-kurangnya diperindah dengan menonjolkan ciri-ciri seni budaya daerah Bali, tata ruang dan komponen-komponennya;

c. memberikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab; d. memberikan pelayanan yang tidak diskriminatif;

e. memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan, dan keselamatan wisatawan;

f. memberikan jaminan asuransi kepada wisatawan dan tenaga kerja yang melaksanakan kegiatan wisata beresiko tinggi;

g. mengembangkan kemitraan dengan usaha mikro, kecil dan koperasi setempat yang saling memerlukan, memperkuat, dan menguntungkan;

(43)

i. meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui pelatihan, pendidikan dan sertifikasi;

j. berperan aktif dalam program pemberdayaan masyarakat;

k. mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan dan kegiatan yang melanggar hukum di lingkungan tempat usahanya;

l. memelihara lingkungan yang sehat, asri dan bersih; m. memelihara kelestarian lingkungan alam dan budaya;

n. menjaga citra daerah dan masyarakat melalui kegiatan usaha pariwisata yang bertanggung jawab; dan

o. menerapkan standar usaha dan standar kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Di Provinsi Bali ditetapkan 15 kawasan pariwisata terbuka seluas 99.226 ha (18,0 persen luas daerah Bali) yang di dalamnya bisa terdapat kawasan pariwisata yang bersifat tertutup dan berada di bawah satu badan pengelola. Luas daerah efektif pariwisata untuk akomodasi dan fasilitas penunjang kepariwisataan adalah 12.497 ha (2,2 persen luas daerah Bali). Kawasan-kawasan pariwisata terbuka tersebut tersebar di berbagai wilayah kabupaten/kota, yaitu sebagai berikut.

(a)

Kabupaten Jembrana: Kawasan Pariwisata Candikesuma dan Kawasan Pariwisata Perancak;

(b)

Kabupaten Tabanan: Kawasan Pariwisata Soka;

(c)

Kota Denpasar: Kawasan Pariwisata Sanur;

(d)

Kabupaten Badung: Kawasan Pariwisata Kuta, Kawasan Pariwisata Tuban, dan Kawasan Pariwisata Nusa Dua;

(e)

Kabupaten Gianyar: Kawaan Pariwisata Ubud dan Kawasan Pariwisata Lebih;

(f)

Kabupaten Klungkung: Kawasan Pariwisata Nusa Penida;

(g)

Kabupaten Karangasem: Kawasan Pariwisata Candidasa, Kawasan Pariwisata Ujung, dan Kawasan Pariwisata Tulamben;

(h)

Kabupaten Buleleng: Kawasan Pariwisata Kalibukbuk dan Kawasan

Gambar

Tabel 2.2Perkembangan Kunjungan Wisatawan Asing Langsung Ke Bali dan Indonesia, Tahun
Tabel 2.3
Gambar 2.2Perkembangan Kedatangan Wisman ke Bali Berdasarkan Benua Asal,
Gambar 2.4Peta Destinasi Pariwisata Bali
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sinarmas Land akan merilis proyek mixed use di Tanjung Barat seluas 5,4 hektare (ha) yang terdiri dari apartemen dan ritel dengan investasi sekitar Rp 2 triliun.. Harga apartemen

Apakah harga, pendapatan, dan selera secara bersamaan berpengaruh terhadap permintaan konsumen buah jambu madu di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat2. 1.5

dimaksud pada ayat (2) tidak dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun, maka Hak Guna Usaha dimaksud demi hukum menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh Negara,

Ketidakefektifan pelaksanaan tugas yang dikarenakan oleh ketidakjelasan peran dapat digambarkan baik secara organisasional maupun personal, dengan beberapa contoh

Hal ini menjadi tuntutan utama yang perlu direspon oleh penyelenggara pelayanan publik guna pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bagi masyarakat. 4) Dalam upaya

permasalahan mengenai tata letak gudang finish good atau yang sering disebut.. dengan

Wujud kebudayaan daerah merupakan perpaduan sangat harmonis wujud budaya etnik dan agama yang tidak bertentangan dengan Pancasila, ternyata cukup mampu menangkal dampak

Jika anda ingin menanyakan nama seseorang maka gunakanlah kata tanya ini; jangan gunakan kata tanya âga (apa) sebagaimana dalam bahasa Inggris ( what ) karena