• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatkan Mutu Pelatihan Berdasarkan Instrumental Input BLKLN Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan dapat dirumuskan sebagai berikut:

6.1. Unsur Potensial Terhadap Mutu Pendidikan dan Pelatihan

6.1.2. Peningkatkan Mutu Pelatihan Berdasarkan Instrumental Input BLKLN Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Peningkatkan mutu pelatihan berdasarkan instrumental input yang berasal dari BLKLN, yaitu:

a. Guru

Dalam BLKLN yang dimaksud dengan guru adalah instruktur pelatihan yang memberikan materi dan substansi pelatihan. Jika dilihat dari segi jumlah, instruktur tetap pada BLKLN Putra Alwini sebanyak lima orang dinilai kurang memadai terhadap jumlah pengiriman calon TKW yang mencapai 500-1000 orang setiap tahun. Hal ini berpengaruh pada berkurangnya intensitas pengamatan sikap, perilaku, dan mental masing-masing calon TKW. Pada BLKLN Barfo Mahdi memiliki instruktur tetap sebanyak lima orang, namun jumlah pengiriman

calon TKW per bulannya hanya sebanyak 20-30 orang (setahun 360 orang). Oleh karena itu dalam BLKLN Barfo Mahdi pengamatan sikap, perilaku, dan mental masing-masing calon TKW dapat dikatakan lebih terfokus. Berdasarkan data kualitatif diketahui bahwa BLKLN Putra Alwini mempunyai instruktur tidak tetap begitu pula dengan BLKLN Barfo Mahdi. Namun, mengingat jumlah pengiriman TKW pada BLKLN Putra Alwini lebih banyak dari BLKLN Barfo Mahdi perlu dipertimbangkan untuk memperhatikan jumlah instruktur.

b. Kurikulum

Berdasarkan jumlah jam pelajaran, pada BLKLN Putra Alwini memiliki 289,25 JP. Apabila rata-rata dalam satu minggu terdapat 42 JP, maka pada BLKLN Putra Alwini membutuhkan empat minggu waktu pelatihan. Sedangkan pada Barfo Mahdi memiliki sebanyak 206 JP yang artinya membutuhkan tiga minggu waktu pelatihan. Ketika ditanya mengenai waktu pelatihan pada instruktur BLKLN Putra Alwini dikatakan bahwa BLK mengikuti waktu pelatihan yang diminta oleh pihak PPTKIS. Untuk meningkatkan kualitas calon TKW diperlukan waktu pelatihan yang cukup. Hal ini didukung hasil penelitian yang mengatakan waktu pelatihan dan tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif dan bahwa waktu yang tidak sesuai memiliki tingkat keberhasilan yang rendah.

c. Bahan Belajar

Bahan belajar bagi para peserta pelatihan perlu diperhatikan dalam rangka memudahkan calon TKW untuk belajar dan untuk mengetahui gambaran mengenai negara tujuan. Bahan belajar yang dimaksud yaitu buku pelajaran siswa, handout, dan buku sumber guru. Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa masing-masing calon TKW diberi buku pelajaran siswa sebagai buku pegangan.

d. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang dimaksud yaitu sebagai peralatan untuk menujang pelaksanaan teori. Peralatan yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan negara tujuan. Berdasarkan hasil kuesioner, sarana dan prasarana yang digunakan pada BLKLN Putra Alwini sudah dikatakan lengkap. Namun apabila dilihat dari banyaknya calon TKW yang diberangkatkan setiap bulannya, perlu dilakukan pengembangan dengan mempergunakan sarana dan prasarana yang sering digunakan di negara-negara Kawasan Timur Tengah.

6.2. Perencanaan Program Pelatihan

Berdasarkan Suprijanto (2007), hal-hal yang diperlukan dalam proses perencanaan pelatihan, yaitu:

a. Identifikasi masalah.

Permasalahan calon TKW dalam mengikuti program pelatihan diketahui bahwa materi yang tersulit menurut mereka adalah materi mengenai Tata Boga. Sedangkan untuk materi yang termudah adalah materi mengenai mengasuh bayi, balita, dan orang tua (lansia). Untuk tingkat keberhasilan pelatihan terjadi perbedaan antara calon TKW yang berasal dari Pulau Jawa dan dari Luar Pulau Jawa. Untuk yang berasal dari Luar Pulau Jawa memiliki tingkat keberhasilan yang lebih rendah.

b. Identifikasi peserta.

Calon TKW sebagai peserta pelatihan didominasi oleh kelompok umur golongan muda (< 29), lulusan SD/MI, berasal dari Pulau Jawa, dan berstatus telah menikah.

c. Identifikasi tujuan umum dan tujuan khusus.

Melihat kembali tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan pelatihan yaitu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

d. Strategi kesempatan belajar dan pemilihan pengajaran.

Strategi dan metode pengajaran yang dilakukan perlu disesuaikan dengan karakteristik calon TKW. Selain itu kesempatan belajar perlu diberikan kepada seluruh calon TKW.

e. Format dan penjadwalan kegiatan belajar.

Proporsi jam pelajaran terbanyak perlu diberikan terhadap materi yang dianggap sulit oleh calon TKW dan perlunya konsistensi dalam pelaksanaan pelatihan sesuai penjadwalan.

f. Evaluasi dan penilaian.

Evaluasi yang dilakukan tidak hanya dilakukan di dalam kelas atau berdasarkan uji kompetensi saja melainkan dalam perilaku keseharian calon TKW. Selain itu dalam BLKLN perlu penataan mengenai manajemen pelaksanaan pelatihan, mulai dari perencanaan hingga pada evaluasi agar setiap permasalahan yang muncul dapat diketahui dan dapat diselesaikan dengan tuntas. Perlu pelatihan bagi tenaga eksekutif (pemimpin) sebagai penanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan organisasi

6.3. Ikhtisar

BLKLN sebagai lembaga pendidikan merupakan pendorong yang utama dalam memaksimalkan kemampuan peserta didiknya. Upaya meningkatkan kualitas calon TKW dalam rangka bekerja ke luar negeri perlu memperhatikan instrumental input dan instrumental through-put. Pada BLKLN Putra Alwini instrumental input yang perlu

diperhatikan yaitu guru, waktu pelatihan, sarana dan prasarana. Sedangkan yang perlu diperhatikan pada instrumental through-put yaitu metode pembelajaran yang disesuaikan dengan mayoritas tingkat pendidikan dan asal daerah calon TKW.

Keterlibatan TKW yang pernah bekerja di luar negeri merupakan sarana untuk menambah pengetahuan dan gambaran bagi calon TKW yang belum pernah bekerja di luar negeri. Selain itu meningkatkan materi mengenai mental menjadi perlu dikarenakan motivasi calon TKW berkaitan terhadap tingkat keberhasilan pelatihan.

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diolah, maka diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut:

a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan calon TKW dalam melaksanakan pelatihan terdiri atas daerah asal calon TKW, status perkawinan, pengalaman bekerja, motivasi, kurikulum pelatihan, materi pelatihan, waktu pelatihan, instruktur, serta sarana dan prasarana. Untuk asal daerah, semakin calon TKW berasal dari Pulau Jawa maka semakin tinggi tingkat keberhasilan pelatihan yang dapat dicapai. Pada status perkawinan dapat diartikan bahwa semakin calon TKW telah mempunyai ikatan keluarga maka semakin rendah tingkat keberhasilan dalam pelatihan. Semakin calon TKW pernah bekerja ke luar negeri maka akan semakin tinggi tingkat keberhasilan menyerap pelatihan. Motivasi sangat berpengaruh pada tingkat keberhasilan. Semakin tinggi motivasi calon TKW untuk bekerja ke luar negeri maka semakin tinggi tingkat keberhasilan dalam pelatihan. Kurikulum pelatihan yang diketahui oleh calon TKW mempunyai hubungan signifikan, artinya semakin calon TKW mengetahui kurikulum yang ada maka semakin tinggi tingkat keberhasilan pelatihan. Materi pelatihan yang semakin relevan maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan. Waktu pelatihan mempunyai hubungan signifikan terhadap tingkat keberhasilan pelatihan. Semakin sesuainya waktu pelatihan yang ditetapkan

Depnakertrans (minimal 21 hari) maka semakin tinggi tingkat keberhasilan terhadap pelatihan. Instruktur yang semakin mampu dalam menyampaikan pelatihan maka semakin tinggi tingkat keberhasilan calon TKW dalam pelatihan. Semakin lengkapnya sarana dan prasarana maka semakin tinggi tingkat keberhasilan dalam pelatihan.

b. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan perlu pembenahan yang diawali pada sistem rekruitmen. Penyiapan instruktur merupakan bagian dari penyelenggaraan pelatihan untuk mengisi kebutuhan balai pelatihan. Demi terciptanya tenaga kerja yang berkualitas, perbaikan pada jumlah dan mutu instruktur merupakan alternatif yang dapat ditempuh. Selain itu perlu pembinaan sebagai tindakan proaktif untuk mengatasi masalah resistensi calon TKW yang memiliki motivasi rendah dalam bekerja dan juga memberikan semangat dan masukan yang dapat dilakukan melalui tanya jawab, mendengarkan, mengamati, serta memberikan umpan balik. Metodologi pelatihan merupakan strategi dan metode yang dilaksanakan untuk mencapai kurikulum pelatihan. Metode dan strategi yang dilaksanakan perlu disesuaikan dengan kemampuan calon TKW. Terwujudnya tujuan pelatihan berkenaan dengan kerterpaduan interaksi antara instruktur dan calon TKW yang diharapkan terjadi perubahan perilaku setelah diberikan pelatihan. Alat bantu pelatihan berfungsi sebagai unsur penunjang proses pembelajaran.

Penggunaan alat bantu pelatihan merupakan suatu kebutuhan untuk menggantikan benda yang sesungguhnya. Alat bantu pelatihan ini menjadi efektif apabila disesuaikan dengan alat yang sebenarnya yang sering

digunakan pada negara-negara Kawasan Timur Tengah. Hal ini untuk memudahkan dan membiasakan calon TKW terhadap alat yang akan digunakan. Penilaian adalah komponen dalam program pelatihan.

Penilaian dilakukan agar proses pelatihan dapat dikatakan secara menyeluruh. Penilaian dilakukan setelah melalui proses ujian.

Penjadwalan waktu ujian diperlukan guna mempersiapkan diri agar dapat memaksimalkan kemampuan yang dimiliki masing-masing calon TKW.

7.2. Saran

a. Perlunya melibatkan para mantan TKW dalam proses pendidikan dan pelatihan sebagai narasumber untuk menjelaskan mengenai pengalaman mereka bekerja di negara-negara kawasan Timur-Tengah. Hal ini bertujuan untuk lebih memahami mengenai kebutuhan akan pelatihan yang sesuai untuk diberikan kepada calon TKW.

b. Perlu dilakukan studi banding pada BLKLN yang terakreditasi A (Sangat Baik), agar memperoleh gambaran mengenai kebutuhan pelathan dan peningkatan kualitas calon TKW.

c. Untuk dapat meningkatkan kualitas calon TKW diperlukan waktu yang sesuai dengan jumlah jam pelajaran yang telah dibuat. Hal ini diperuntukkan untuk menyesuaikan pelatihan yang diberikan dengan kapasitas calon TKW, selain untuk mengevaluasi penilaian pelatihan juga untuk mengamati sikap dan perilaku calon TKW yang akan bekerja ke luar negeri.

d. Beberapa hal yang perlu dilakukan agar menciptakan pelatihan yang efektif perlu menyesuaikan metode pengajaran terhadap mayoritas lulusan pendidikan calon TKW yang mengikuti pelatihan.

e. Mengaktifkan kembali komponen dalam BLKLN sesuai tugas dan jabatannya.

f. Menyesuaikan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan negara tujuan agar dapat membiasakan diri sebelum dipekerjakan di negara tujuan.

g. Perlu melakukan penyesuaian jumlah instruktur pelatihan dengan jumlah peserta pelatihan.