• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penjabaran Situasi Standar

Dalam dokumen J. MATERI KEPELATIHAN PENJAGA GAWANG Hal (Halaman 50-56)

Bab II Konsep Melatih

H. Materi kepelatihan Jiwa Kebersamaan (Psychososial)/Mental

I. Materi Kepelatihan Situasi Standar (Set Piece) dan Formasi

1. Penjabaran Situasi Standar

Saya sempat terheran-heran dengan perhatian yang diberikan klub-klub Eropa terhadap situasi-situasi standar atau bola mati. Porsi latihan yang tergolong besar diberikan untuk melatih tendangan penalti, tendangan bebas, tendangan penjuru, bahkan lemparan ke dalam. Hampir setiap latihan diakhiri dengan latihan bola-bola mati. Hal ini dilakukan karena rata-rata setiap dua atau tiga gol terjadi lewat situasi bola mati. Tidak percaya? Coba Anda perhatikan saat menonton bola di TV. Menurut statistik di majalah Sport Bild edisi pertengahan Desember 2006, bisa disimpulkan bahwa pada prinsipnya semakin tinggi kelas permainan atau dengan kata lain, semakin tinggi liganya, semakin penting pula situasi standar.

Begitu seringnya kita melihat seorang Ronaldihno, Beckham, Lampard, Ballack, Gerrard, dan masih banyak lagi pemain lain yang memecah kebuntuan lewat situsai bola mati. Karena statistik membuktikan bahwa situasi standar begitu penting peranannya dalam sepak bola masa kini, seorang pelatih yang bijaksana dengan sendirinya akan mempersiapkan pasukannya baik dalam menghalau maupun melesatkan bola mati.

Situasi standar menjadi semakin penting peranannya di era sepak bola modern yang begitu kompetetif seperti sekarang ini karena kualitas antar tim secara keseluruhan hampir sama. Oleh karena itu, setiap kesempatan bola mati betul-betul dipergunakan dengan sebaik mungkin guna memenangkan pertandingan yang sebenarnya berlangsung cukup seimbang.

1) TENDANGAN BEBAS

a) Di bawah ini beberapa contoh variasi tendangan bebas: Variasi 1

Keterangan:

Pemain B berlari ke bola seolah- olah akan menendang bola untuk kemudian melompati bola lalu terus berlari sesuai arah panah. Sesaat setelah pemain B mulai berlari, pemain A berlari ke arah bola, berpura-pura melakukan tembakan untuk kemudian mengumpankan bola secara mendatar ke depan pemain B. Pemain B mengumpankan bola dengan keras ke mulut gawang guna disambar oleh pemain G, F atau E. Pemain E, F dan G hendaknya mempertajam efek tipuan dengan cara berpura-pura menginginkan bola diumpankan kepada mereka secara langsung.

Penting: Tidak boleh ada pemain di sisi kanan lapangan dengan harapan lawan tidak menjaga daerah tersebut. Selain itu umpan dari pemain A ke B harus dilakukan di saat yang tepat untuk menghindari off side.

Variasi 2

Keterangan:

Pemain A mengumpan bola pada pemain B yang berlari di depan pagar betis lawan dari sebelah kanan ke sebelah kiri untuk kemudian menerima bola dan melepaskan tembakan ke arah gawang lawan. Pemain C berlari di belakang pagar betis lawan dari kiri ke kanan guna mengalihkan perhatian lawan.

Penting: Pemain C memang off side tapi hanya secara pasif karena bola tidak mengarah ke C melainkan ke B.

b) Prinsip dasar bertahan saat lawan melakukan tendangan bebas:

 Semakin dekat letak tendangan bebas ke gawang semakin panjang pagar betis itu sendiri. Sebaliknya, semakin jauh letak tendangan bebas semakin sedikit pula pemain yang dibutuhkan di dalam barisan pagar betis.

 Pengaturan pagar betis dilakukan oleh kiper atau seorang pemain depan yang berdiri di belakang posisi bola.

 Pengaturan pagar betis dilakukan sesuai tinggi badan. Pemain tertinggi berdiri di sebelah paling luar pagar betis. Semakin ke dalam semakin pendek pula tinggi badan pemain. Logikanya di bagian gawang yang terjaga oleh kiper, pagar boleh rendah. Bagian gawang yang jauh dari jangkuan kiper idealnya terjaga oleh pemain-pemain yang yang setinggi mungkin.

 Selain pagar betis, penjagaan lawan biasanya dilakukan secara man to man marking. Posisi badan pemain bertahan semestinya berada di antara lawan dan titik tengah gawang (di atas “invisible line”).

[Usahakan semua pemain bertahan naik hingga selevel dengan pagar betis. Saat tendangan

bebas dilakukan satu-dua orang pemain mundur kearah gawang, selebihnya mengikuti pergerakan lawan. Sama seperti situasi standar yang lain, pembagian tugas harus jelas. Masing-masing pemain mutlak harus mengetahui secara persis tugasnya saat tendangan bebas diberikan. Pelatih harus memberi instruksi sebelum pertandingan. Jangan sampai situasi standar terjadi baru pemain saling memberi instruksi satu sama yang lain. Secara otomatis masing-masing pemain harus mengetahui ke mana dia harus menempatkan dirinya]

Catatan :

Invisible Line

adalah garis imjinasi yang tentunya tidak bisa dilihat dengan mata. Secara mental tarik garis lurus antara bola dan titik tengah gawang. Di atas garis inilah - di antara bola dan titik tengah gawang—seorang pemain seharusnya menempatkan dirinya sehingga penjagaan lawan secara optimal bisa terlaksana. Bagi seorang penjaga gawang prinsip invisible line juga sangat membatu dalam menempatkan posisi. Prinsipnya sama; penjaga gawang menempatkan dirinya di atas garis imajinasi yang membentang lurus antara bola yang hendak ditendang ke arah gawang dan titik tengah gawang. Semakin jauh posisi bola semakin dekat posisi penjaga gawang dengan garis gawang. Sebaliknya, semakin dekat bola ke gawang posisi kiper semakin mendekati bola yang hendak ditendang guna menyempitkan sudut tendang. Jangan lupa; tempatkan posisi di atas

invisible line, jangan disamping kiri atau kanannya (lihat bagian penjaga gawang halaman 46).

2) TENDANGAN PENJURU

Variasi tendangan penjuru yang paling populer di Eropa saat ini, khususnya di Jerman adalah sebagai berikut:

Keterangan:

 Pemain A melakukan tendangan penjuru.

 Pemain I dan J mengawal pertahanan untuk mengatisipasi kemungkinan serangan balik.

 Pemain G dan H menjaga second line. Dengan kata lain, kedua pemain ini bertugas mencari bola muntah untuk kemudian secepat mungkin melesatkan tembakan ke arah gawang lawan. Perlu ditekankan bahwa pemain G dan H haram mengontrol bola dengan lama apalagi mendribel bola. Mengumpan pun sebaiknya jangan dilakukan karena risiko kehilangan bola teralu besar. Apabila pemain second line kehilangan bola ujung-ujungnya adalah serangan balik yang bisa fatal akibatnya. Disiplin tinggi untuk bermain aman mutlak dimiliki kedua pemain ini.

 Pemain B berlari ke depan tiang jauh. Tugas pemain B adalah; (1) memberi aba-aba kepada pemain A untuk melakukan tendangan penjuru saat semua pemain telah siap, (2) mengganggu konsentrasi kiper lawan, serta (3) menyambar bola liar yang sekiranya terjadi di daerah tiang jauh.

 Pemain C, D, E, F berlari sesuai arah lari yang digambarkan di atas. Jarak lari pemain C paling pendek, sementara jarak lari pemain F paling jauh. Kecepatan berlari termasuk tinggi, mendekati sprint, sehingga bola yang disambar akan melaju dengan deras ke arah

 Posisi awal C, D, E dan F adalah berkelompok sedekat mungkin di atas garis boks penalti sejajar dengan tiang jauh gawang lawan.

 Keempat pemain di atas mulai berlari saat pemain A berancang-ancang melakukan tendangan penjuru. Tujuannya salah satu dari keempat pemain tadi bisa melakukan

heading langsung setelah melakukan sprint pendek tanpa harus berhenti. Dalam posisi berdiri secara statis sangat sulit melakukan heading dengan power yang maksimal. Dengan kata lain, arah crossing bola harus diarahkan ke depan pemain tujuan. Organisasi, Timing yang tepat dan teknik crossing yang sempurna tentu saja hanya bisa terealisasi melalui latihan yang tekun.

Variasi tendangan penjuru dengan bantuan umpan kombinasi yang sering ditemui di Eropa dewasa ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:

 Pemain G melakukan tendangan penjuru.

 Pemain I melakukan gerakan tipuan; berlari ke arah gawang lawan untuk kemudian secara eksplosif berlari ke arah G. Umpan yang diberikan oleh G dikembalikan kepada G atau I hanya melakukan umpan tipuan kepada G untuk kemudian menggiring bola ke garis gawang diakhiri dengan umpan datar yang keras atau umpan lambung ke mulut gawang lawan. Apabila bola diumpankan kembali ke pemain G, ia bisa memilih antara melepaskan umpan lambung, menggiring bola untuk kemudian melesatkan tembakan atau menyodorkan bola pada pemain lain dengan tujuan melesatkan tembakan.

 Perhatikan posisi pemain-pemain lainnya. Semua pemain mempunyai tugas yang jelas. Selain itu perhatikan bahwa hanya satu pemain saja (B) yang bisa dikatakan tidak mempunyai fungsi ofensife atau menyerang. Hal ini disebabkan karena situasi tendangan penjuru sudah seharusnya dipergunakan semaksimal mungkin. Ingat: semakin sering gol lahir di era sepak bola modern ini melalui situasi standar, termasuk lewat tendangan penjuru! Oleh karena itu, berikan arahan sebelum bertanding mengenai tugas masing- masing pemain secara jelas baik saat lawan melakukan tendangan penjuru maupun saat tim Anda melakukan tendangan penjuru!

3) LEMPARAN KEDALAMATAUTHROWIN

Lemparan ke dalam sering sekali terabaikan dalam latihan. Sama seperti situasi standar lainnya yang lebih ‘terkenal´ pemain seharusnya mengerti di mana mereka harus menempatkan posisi. Pembagian tugas harus ada kalau tidak ingin kehilangan kesempatan membangun serangan lewat situasi throw in. Teramat sayang apabila bola harus hilang hanya karena pemain berlari tanpa arah, tanpa menyesuaikan pergerakannya dengan kawan sehingga situasi yang tercipta adalah situasi untung-untungan. Kepemilikan bola yang tadinya 100% menjadi hanya 50% karena bola bisa hilang bisa juga tidak. Untuk menghindari hal ini lemparan ke dalam harus dilatih dan prinsip dasar pelaksanaannya diketahui oleh semua pemain.

a) Variasi Throw In Terpopuler Di Eropa

Keterangan:

 Pemain A melakukan lemparan ke dalam. Apabila terjadi throw in di sisi kanan bagian tengah lapangan maka pemain A adalah sayap kanan tentunya.

 Pemain B, apabila mengikuti skenario seperti di atas, seharusnya adalah pemain bek kanan (wing back) kalau sistem yang dipakai adalah 4-4-2. Tugas pemain B tidak lain adalah menjadi seorang pemain jangkar yang siap meneruskan bola ke sisi kiri lapangan entah secara langsung dengan

long pass atau melewati pemain bek tengah F atau G yang berfungsi sebagai ´jembatan´. Pemain lain yang bisa berfungsi sebagai ´jembatan´ adalah kiper. Seorang kiper yang modern harus senantiasa ikut bermain. Artinya, di saat situasi throw in seperti di atas kiper hendaknya bergeser sedikit ke sisi kanan lapangan sekaligus maju dan berfungsi sebagai libero.

 Pemain C adalah pemain defensive mid (Gelandang Bertahan). Biasanya pemain ini bergerak ke sebelah kanan pemain A untuk kemudian bergerak ke sebelah kirinya. Itu semua tergantung situasi tentunya.

 Pemain D adalah offensive mid. Awalnya pemain D bergerak ke arah pemain A untuk kemudian berlari dengan kecepatan tinggi menyusur garis tepi lapangan. Umumnya pemain D adalah target utama saat terjadi throw in. D dan E tentu saja bisa menukar posisi sesuai situasi.

 Pemain H adalah penyerang kiri, pemain I adalah pemain sayap kiri, sedang pemain J adalah wing back kiri. Pemain H, I, J dan E siap mendukung serangan apabila variasi

throw in ini berhasil sesuai rencana.

 Perhatikan bahwa semua pemain kecuali kiper berada dalam daerah sepanjang kira-kira 30-40 meter dan lebar sekitar 35 meter. Begitu throw in berhasil dengan baik formasi tim langsung mengembang. Pemain diinstruksikan untuk ´membuka´ lapangan dan mengoptimalkan lebar lapangan.

Variasi lemparan ke dalam lainnya yang juga cukup populer di Eropa adalah sebagai berikut:

Keterangan:

 Pemain A melakukan throw in kepada pemain C.

 Pemain C melakukan

heading yang diarahkan kepada pemain D atau E. Sebaiknya umpan heading

diarahkan ke daerah bebas di depan E atau di daerah bebas di depan pemain D.

Di dalam sepak bola hampir selalu ada hukum dasar dalam melakukan sebuah teknik, kombinasi atau taktik tertentu. Begitu juga dalam melakukan throw in.

b) Prinsip dasar pelaksanaan lemparan ke dalam:

 Semakin cepat throw in dilakukan semakin baik. Apabila throw in tidak dilakukan dengan cepat, lawan akan punya waktu lebih untuk mengorganisasi pertahanan. Semakin banyak waktu yang diberikan kepada lawan semakin rapi pula organisasi pertahanan lawan sehingga semakin sulit pula menemukan celah.

 Agar eksekusi throw in bisa dilangsungkan dengan cepat, semua pemain harus bereaksi dengan cepat dan mengisi posisi masing-masing. Sekali lagi, posisi dan tugas masing- masing pemain harus jelas agar pemain bisa cepat bereaksi terhadap situasi throw in dan tidak ada waktu yang terbuang dikarenakan kebingungan pemain.

Timing (kesempatan) lemparan ke dalam harus tepat dan sinkron dengan pemain lainnya. Tidak ada gunanya pemain yang melakukan lemparan ke dalam siap apabila rekan- rekannya masih belum siap. Pelempar bola juga harus memperhatikan pergerakan mengecoh yang dilakukan rekan-rekannya untuk kemudian melemparkan bola tepat saat gerakan tipuan selesai. Terlalu cepat tidak baik karena pemain yang dituju akan kaget karena belum siap. Sebaliknya, terlalu lambat juga percuma karena lawan yang tadinya terkecoh sudah bisa melakukan penanggulangan masalah sehingga kembali mampu menjaga lawan dengan baik dan ketat.

 Variasi throw in apa pun yang dilakukan, prinsip mengecoh lawan dengan pergerakan silang semestinya tetap terkandung di dalamnya. Pergerakan-pergerakan yang rajin, cepat serta menipu harus ada supaya pemain yang melemparkan bola memiliki sebanyak mungkin opsi atau kemungkinan tujuan dan pemain yang dituju memiliki ruang gerak sekaligus sedikit waktu saat menerima bola.

Dalam dokumen J. MATERI KEPELATIHAN PENJAGA GAWANG Hal (Halaman 50-56)

Dokumen terkait