• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II : IMAM AL-GHAZALI DAN PEMIKIRANNYA

D. Penjelasan Jalan-jalan Fikiran

Manusia merupakan makhluk Allah yang mempunyai ciri khas yang membedakannya dari makhluk lain yaitu manusia mampu berfikir, sehingga para ilmuwan menyebut dengan ungkapan : ” Manusia adalah binatang yang berfikir .” Dengan berfikir manusia mampu memperoleh berbagai kemajuan, kemanfaatan, dan kebaikan. Dengan berfikir pula manusia bisa mengalami kesesatan dan kebinasaan.20 21 Oleh karena itu, peran yang sangat penting dalam berfikir adalah akal. Akal adalah sebagai sumber ilmu pengetahuan tempat terbit dan sendi-sendinya, yang menimbulkan teknologi dan kebudayaan tumbuh pesat. Dengan akal dapat dipergunakan untuk menemukan dan menciptakan alat-alat yang berguna baginya untuk menghadapi problem-problem kehidupan manusia.22

20 Ib id M l 623

21 Fakhrudin Nursyam, Loc Cii., hal. 133

22 Zainuddin, dkk., Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Bumi Aksara, Jakarta, 1991, hal. 118

> Akal adalah suatu sifat yang membedakan manusia dari segala binatang. Dan akal bersedia menerima berbagai macam ilmu pengetahuan dan mengatur pekerjaan yang ringan dan mudah pemikirannya.

> Hakikat akal adalah ilmu pengetahuan yang tumbuh pada anak usia tamviz. Yaitu dapat membedakan sesuatu yang mungkin dan kemustahilan yang mustahik

> Hakikat akal adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan pengalaman dengan berlangsungnya berbadagai keadaan, pengalaman-pengalaman dan ditambah dengan berbagai madhab (paham)vorang tersebut sebagai berakal..

> Hakikat akal adalah puncak kekuatan gharizah ( semangat ) untuk mengetahui akibat dari segala persoalan dan mencegah hawa nafsu yang mengajak pada kesenangan seketika dan mampu

'y t mengekangnya.

Dengan akal akan menimbulkan pikiran yang mampu untuk memanfaatkan secara optimal dengan berfikir yang positif , optimis dan progresif dengan tujuan untuk menghadapi perubahan dan perkembangan supaya dapat menambah keimanan dan ketaqwaan bagi manusia atas karunia yang diberikan-Nva.

A l-G hozali m en jelask an em p a t p en g ertian a k a l, dengan pengertian y an g b e rtin g k a t:

??.

> Akal adalah suatu sifat yang membedakan manusia dan segala binatang. Dan akal bersedia menerima berbagai macam ilmu pengetahuan dan mengatur pekerjaan yang ringan dan mudah pemikirannya.

> Hakikat akal adalah ilmu pengetahuan yang tumbuh pada anak usia tamviz. Yaitu dapat membedakan sesuatu yang mungkin dan kemustahilan yang mustahil,

> Hakikat akal adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan pengalaman dengan berlangsungnya berbadagai keadaan, pengalaman-pengalaman dan ditambah dengan berbagai madhab (paham)., orang tersebut sebagai berakal.

> Hakikat akal adalah puncak kekuatan gharizah ( semangat ) untuk mengetahui akibat dari segala persoalan dan mencegah hawa nafsu yang mengajak pada kesenangan seketika dan mampu mengekangnya.23

Dengan akal akan menimbulkan pikiran yang mampu untuk memanfaatkan secara optimal dengan berfikir vans positif , optimis dan progresif dengan tuiuan untuk menghadapi perubahan dan perkembangan supaya dapat menambah keimanan dan ketaqwaan bagi manusia atas karunia yang diberikan-Nva.

A l-G hozali m en jelask an em p at pengertian ak al, dengan pengertian y ang b e rtin g k a t:

Dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang menerangkan tentang akal yang mengingatkan manusia untuk menggunakan akalnya untuk mengambil sesuatu yang dapat dilihat dan dapat diambil ibarainya. Allah SWT menjelaskan dalam surat Al-Anbiya’ ayat 10 :

. o j&u p j s i a s u i s u ija j u

Artinya : Sungguh kami telah menurunkan kepada kamu sebuah kitab yang didalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Apakah kamu tidak berakal?24

Dalam ayat di atas mengandung pujian terhadap akal. Bertalian hal itu Al-Ghozali mengatakan akal itu adalah sumber ilmu, tempat timbul dan sendi ilmu, ilmu itu berlaku bagi akal itu seperti berlakunya buah-buahan dari pohon kayu dan seperti penglihatan dari mata.25 Dengan akal yang sempurna akan mendaparkan fikiran yang sempurna untuk mempertimbangkan dan mengambil segala keputusan dengan tepat guna.

Al-Ghazali dalam ihya’nya menyebutkan fikiran kadang-kadang berlaku pada suatu perkara yang berkaitan dengan agama dan kadang-kadang berlaku bagi selain agama, maka beliau dalam kitabnya memaksudkan fikiran itu dalam agama, karena agama merupakan jalan hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan yang sebenarnya.26 Kebahagiaan mampu diperoleh dengan optimal, jika jalan fikiran sesuai dengan nilai-nilai yang tertuang dalam agama demi untu mencapai kebahagiann dunia dan akherat. Yang

24 Departemen Agama Republik Indonesia, Op.Cit., hal. 496

25 Abubakar Muhammad, Pembinaan M anusia Dalam Islam, Al-Ikhlas, Surabaya, 1994, hal. 68

dimaksudkan dengan agama adalah hubungan antara hamba dengan Allah ( muamalah ), dengan begitu semua fikiran hamba ada kalanya berkaitan dengan hamba, sifat-sifatnya, dan perbuatannya dan ada kalanya dengan Allah yang disembah, sifat-sifat-Nya dan perbuatan-Nya.27

Dengan fikiran yang mendalam, maka di hati seorang hamba akan tergugah dan mengagumi atas Maha Kuasanya Allah. Untuk mendapatkan kecintaan pada Allah seorang hamba berfikir pada sifat dan perbuatannya tentang sesuatu yang dihasilkan apakan itu disukai atau tidak disukai oleh Allah. Perbuatan yang disukai dan tidak disukai oleh Allah terbagi kepada perbuatan lahiriyah seperti perbuatan -perbuatan taat dan perbuatan- perbuatan maksiyat serta perbuatan batiniyah seperti sifat-sifat yang menyelamatkan dan sifat-sifat yang membinasakan yang letaknya di hati. Dengan tafakur seorang muslim bisa mengambil pelajaran dan peringatan. Oleh karena itu, Al-Ghazali menyebutkan contoh mengenai masing-masing macam perbuatan supaya dapat membandingkan dan terbukanya pintu fikiran supaya mempunyai keluasan pemikiran. Perbuatan -perbuatan itu adalah : 1. Macam pertama : Perbuatan Ma’siyat

Manusia dengan segala aktifitasnya diperintahkan untuk memeriksa pada pagi hari akan semua anggota badannya secara terperinci maupun global. Apakah manusia pada waktu mengerjakan ma’siyat ia telah meninggalkannya dengan penyesalan dan bertaubat. Pemikiran secara terperinci tentang anggota tubuhnya misalnya:

Pertama tentang lesannya dan ia berkata: “ Sesungguhnya lesan itu mengajak kepada mengumpat yang membuat kerusakan dan permusuhan antara manusia satu dengan yang lain, sehingga uniuk mcnciptakan keharmonisan tidak akan pernah terwujud, berdusta, mentertawakan orang lain, berbantah-bantah, bersenda gurau dan terjun pada apa yang tidak penting.”

Setelah itu menetapkan bahwa perbuatan itu tidak disukai oleh Allah yang akan menghalangi atas keridhoan-Nya dan ia berfikir pada dalil- dalil Al-Qur’an atas kerasnya azab baginya yang akan menimbulkan bencana bagi sesamanya dan menyembunyikan kebenaran pada kesesatan. Hal itu sesuai dengan firman Allah surat Az-Zumar ayat 32

j j Ia £ 4 * . ^ ^ 6* * 6^

Artinya : Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran yang dating kepadanya ? Bukankah di neraka jahannam tersedia tempat bagi orang -orang yang kafir ?28

Kemudian ia berfikir dan merenungkan bagaimana ia menjaga diri dari perbuatan yang sia-sia itu. Dan setelah ia mengerti bahwa perbuatan itu akan mampu dihindari apabila ia mengasingkan diri dan menyendiri atau ia berkumpul dengan orang-orang shaleh yang bertakwa yang jauh dari sifat-sifat yang tidak disukai Allah tersebut, maka akan selamatlah ia dan perbuatan itu dalam rangka penjagaan diri.

Kedua tentang pendengarannya, bahwa ia mendengarkan dengannya kepada umpatan, dusta, perkataan yang berlebihan kepada

permainan dan bid’ah yang hanya akan menambah kema’siatan pendengaran itu sendiri, maka ia selanjutnya berfikir bahwa hal itu akan menambah dosa baginya.

Ketiga tentang perutnya, setelah manusia memikirkan tentang lesan dan pendengarannya terhadap perbuatan ma’siat hendaklah ia berfikir atas perutnya bahwa ia durhaka kepada Allah padanya dengan makan dan minum. Adakalanya dengan banyak makan dari makanan yang halal. Sesungguhnya sifat yang berlebihan itu tidak disukai oleh Allah yang hanya akan menguatkan nasfu syahwat yang menjadi pedang syetan musuh Allah, dan ada kalanya dengan makan makanan yang tidak halal dan syubhat. Firman Allah SWT surat Al-Maidah ayat 88 :

fojl 4/1-3 bala a&\ IjlS j

Artinya: Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari Allah yang telah rizkikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya/9

Dengan melihat ayat di atas, bahwa manusia diperintahkan untuk memakan makanan yang halal lagi baik. Halal dalam arti sesuai dengan perintah agama , hal itu dapat dipikirkan manusia mengenai cara pendapatan makanannya, cara mengolahnya dan cara mengkonsumsi dengan tidak berlebihan. Baik dalam arti makanan itu berguna untuk tubuh yaitu tidak mengakibatkan kerusakan bagi tubuhnya. Kemudian manusia memikirkan pada jalan dan upaya dalam berusaha dengan yang halal dan menjaga diri dari yang haram.

2. Macam kedua : Perbuatan Ta’at

Setelah manusia memikirkan tentang perbuatan-perbuatan ma’siyat dan mencegah dari sifat-sifat itu. Maka selanjutnya manusia berpaling memikirkan kepada perbuatan-perbuatan ta’at pertama-tama mengenai shalat fardhu yang diwajibkan atasnya tentang bagaimana ia melaksanakan dan menjaganya dari kekurangan dan keteledorannya baik bacaan maupun afalnya. Setelah hal itu dipahami maka bagaimana untuk menambal kekurangannya dengan shalat-shalat sunah lainnya.

Kemudian ia kembali kepada perbuatan anggota badan dalam melaksanakan keta’atan kepada Allah dan memikirkannya tentang perbuatan- perbuatan yang disukai dan dicintai oleh Allah. Al-Ghozali mengumpamakan dengan berkata : “ Sesungguhnya mata diciptakan untuk memandang kepada kerajaan langit dan bumi untuk mengambil ibarat yang dapat digunakan untuk taat kepada Allah.30” Setelah tentang matanya, kemudian tentang pendengarannya dengan berkata : “ Sesungguhnya saya mampu mendengar perkataan yang amat sedih, atau mendengar hikmah dan ilmu serta mendengar bacaan Al-Qur’an dan zdikir, lalu mengapa saya mengosongkannya. Dan Allah telah menganugerahkan kenikmatan kepadaku denganya dan menitipkan kepadaku agar saya bersyukur kepada-Nya. Maka mengapa saya mengkufuri kenikmatan Allah padanya dengan menyia-nyiakannya atau mengosongkannya. ”

Dan begitulah ia memeriksa tentang semua anggota badannya dan segala sesuatu untuk menerapkan dengan fikiran yang halus kepada macam- macam amalan taat yang mungkin dengannya, dan ia berfikir pada yang mendorongnya pada segera kepada amalan-amalan taat.

3. Macam ketiga : Sifat-sifat yang membinasakan

Manusia dengan berbagai karakteristiknya mempunyai sifat-sifat yang mampu membinasakannya dan menyelamatkannya, diantara sifat yang membinasakannya yaitu berkuasanya nafsu syahwat atas hati nuraninya , marah, kikir, sombong, ‘ujub, riya’, dengki, buruk prasangka, tipuan dan lain- lain. Kemudian manusia menyelidiki hatinya dari sifat-sifat yang membinasakannya itu , kalau ia menduga bahwa hatinya telah bersih dari sifat itu, maka ia memikirkannya bagaimana cara mencoba dan mengujinya serta mencari tanda-tandanya supaya ia dapat menghilangkannya.

Untuk menguji diri dalam prasangka tawadhu’ yang terbebas dari kesombongan , maka ia mencobanya dengan membawa satu ikat kayu bakar ke pasar, sebagaimana orang-orang dahulu telah mencoba dirinya dengan demikian. Dan apabila diri berprasangka murah hati, maka ia menghadapkan kepada kemarahan yang diperoleh orang lain, kemudian ia mencobanya dengan menekan amarah.

Jika seseorang melihat bahwa pada dirinya terdapat sifat ujub (membanggakan diri) dengan amal, maka ia berfikir dan berkata. Sesungguhnya amal itu dengan badanku, anggota badanku, dengan kemampuanku dan kehendakku. Sesungguhnya itu hanyalah ciptaan Allah dan

karunia-Nya atasku. Maka Dialah yang menciptakanku dan menciptakan anggota badanku dan menciptakan kemampuanku dan Dialah yang menggerakkan anggota tubuhku dengan qudrat-Nya begitu pula dengan kemampuanku dan kehendakku.

Dengan demikian setip manusia untuk meneliti sifat-sifat yang ada pada dirinya dan memikirkan bagaimana mengobatinya, sehingga sifat itu terlepas dari dirinya dan hanyalah Allah yang berhak menerima sifat kesempurnaan itu. Dengan memikirkan akan mengetahui segala kekurangannya, sehingga manusia mencoba untuk mengobati dan menjauhi. 4. Macam keempat: Sifat-sifat yang menyelamatkan

Sifat-sifat yang menyelamatkan yaitu taubat, penyesalan atas dosa- dosa, sabar atas bencana, syukur atas segala kenikmatan, takut, mengharap, zuhud, pada dunia, ikhlas, benar dalam amalan-amalan taat, cinta kepada Allah, mengagungkan-Nya, ridho dengan perbuatan-Nya, rindu Kepadanya, khusyu’, dan tawadhu’ karena-Nya.

Dengan sifat itu, maka seorang hamba berfikir setiap hari dalam hatinya apa yang membuat ia perlu kepada sifat-sifat ini yang mendekatkannya kepada Allah. Apabila ia membutuhkan dengan sifat ini, maka hendaklah ia tahu bahwa itu adalah suatu sikap yang dihasilkan oleh ilmu-ilmu, dan ilmu-ilmu tidak dibuahkan kecuali oleh fikiran-fikiran tentang hal itu.31

Apabila ia berkehendak memperoleh bagi dirinya akan sesuatu

tentang taubat dan penyesalan, maka hendaklah ia berfikir tentang dosa-dosa

yang telah dikeijakan dengan sungguh-sungguh dan hendaklah mengumpulkannya atas dirinya dan hendaklah ia memandang besar kepadanya didalam hatinya. Kemudian hendaklah ia memandang tentang ancaman dan kekerasan yang disebutkan dalam agama tentang dosa-dosa itu.

Dan hendaklah ia meyakinkan pada dirinya dalam menghadapi kemurkaan Allah, sehingga terbangkit baginya keadaan penyesalan.

Apabila ia menghendaki keadaan takut, maka hendaklah ia memandang pertama-tama tentang dosa-dosanya yang lahir dan batin, kemudian hendaklah ia memandang tentang kematian dan sekaratnya, selanjutnya tentang sesudahnya dari pertanyaan malaikat mungkar dan nakir, siksaan kubur, ularnya, dan kalajengking-kalajengkingnya, kemudian tentang huru-hara padang makhsyar ketika dikumpulkan para makhluk di atas satu daratan, kemudian tentang Tanya jawab pada hisab. Kemudian tentang shirat (titian diatas neraka), kehalusannya dan ketajamannya.

Hendaklah ia menghadirkan setelah huru-hara dalam hatinya akan bentuk neraka jahannam, lapisan-lapisannya, belenggu-belenggunya dan jeleknya bentuk-bentuk malaikat zabaniah yang diserahi denganma. Setelah setiap kali masuk dalam kulitnya maka mereka digantikan kulit yang lain. Dan setiap kali menghendaki keluar darinya, maka akan dikembalikan kembali padanya, dan begitu selanjutnya kepada semua yang tersebut dalam Al-Qur an dari penjelsannya.

Dengan begitulah jalan fikiran yang dengannya ia mencari ilmu- ilmu yang dapat membuahkan segala sesuatu yang ia cintai atau pembersihan diri dari sifat-sifat yang tercela. Dengan segala sesuatu dalam kitab sendin dapat diperoleh untuk menguraikan fikiran. Hal yang sangat bermanfaat adalah membaca Al-Qur’an dengan tafakur, karena dengannya akan mendapatkan obat bagi semesta alam, dan padanya ada yang menjadikan takut, harapan, sabar, bersyukur, cinta dan lain-lain.

Seorang hamba dalam membaca Al-Qur'an hendaklah mengulang- ngulang ayat yang diperlukan berfikir berkali-kali walaupun itu seratus kali, karena membaca Al-Qur’an dengan tafakur dan kefahaman itu lebih baik daripada membacanya sampai tammat tanpa tadabur dan pemahaman.

Dokumen terkait