• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Penolong Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan (setelah 37 minggu) atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atu tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2004). Pertolongan persalinan merupakan salah satu bagian dari pelayanan antenatal care. Persalinan bersih dan aman dan meningkatan pelayanan obstetric esensial dan

darurat yang merupakan pelayanan kesehatan primer. Persalinan yang aman memastikan bahwa semua penolong Persalinan mempunyai ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih (Syafrudin, 2009).

2.4.1 Persalinan yang Ditolong oleh Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat yaitu:

1. Dokter Spesialis Kandungan

Dokter spesialis kandungan adalah dokter yang mengambil spesialis kandungan. Pendidikan yang mereka jalani difokuskan untuk mendeteksi dan menangani penyakit yang terkait dengan kehamilan, terkadang yang terkait dengan proses melahirkan. Seperti halnya dokter ahli bedah (Gaskin, 2003) Dokter spesialis kandungan dilatih untuk mendeteksi patologi. Ketika mereka mendeteksinya, seperti mereka yang sudah pelajari, mereka akan memfokuskan tugasnya untuk melakukan intervensi medis. Dokter spesialis kandungan menangani wanita hamil yang sehat, demikian juga wanita hamil yang sakit dan beresiko tinggi. Ketika mereka menangani wanita hamil yang sehat, mereka sering melakukan intervensi medis yang seharusnya hanya dilakukan pada wanita hamil yang sakit atau dalam keadaan kritis. Disebagian besar Negara di dunia, tugas dokter kandungan adalah untuk menangani wanita hamil yang sakit atau dalam keadaan kritis (Gaskin, 2003). Baik dokter spesialis kandungan maupun bidan bekerja lebih higienis dengan ruang lingkup hampir mencakup seluruh golongan masyarakat. Umumnya, mereka hanya dapat menanggulangi kasus-kasus fisiologis saja, walaupun dokter spesialis secara teoritis telah dipersiapkan untuk

menghadapi kasus patologis. Jika mereka sanggup, harus segera merujuk selama pasien masih dalam keadaan cukup baik (Syafrudin, 2009).

Walaupun mereka dapat menanggulangi semua kasus, tetapi hanya sebagian kecil saja masyarakat yang dapat menikmatinya. Hal ini disebabkan karena biaya yang terlalu mahal, jumlah yang terlalu sedikit dan penyebaran yang tidak merata. Dilihat dari segi pelayanan, tenaga ahli ini sangat terbatas kegunaannya. Namun, sebetulnya mereka dapat memperluas fungsinya dengan bertindak sebagai konseptor program obstetri yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh dokter spesialis atau bidan (Syafrudin, 2009).

2. Dokter Umum

Dokter umum adalah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan terakhir dokter umum.

3. Bidan

Pengertian bidan menurut Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan, menyebutkan bahwa bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku. Pengertian bidan menurut Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi, menyebutkan bahwa bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan AKI dan AKB. Pengertian bidan ini mengisyaratkan bahwa bidan tenaga yang baru, relatif sangat muda dan pengalaman mereka juga belum banyak dan masih kurang dewasa,

sedangkan dukun bayi tenaga yang cukup berpengalaman dalam menolong persalinan masih diterima oleh masyarakat.

Fungsi bidan di wilayah kerjanya adalah:

a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, menangani persalinan, pelayanan KB dan pengayoman medis kontrasepsi, b. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan

yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat.

c. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader kesehatan serta dukun bayi.

d. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan,

e. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral dan lembaga swadaya masyarakat.

f. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada puskesmas kecuali dalam keadaan daruratharus dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya g. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian

kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuan.

Pada prinsipnya penolong persalinan baik yang dilakukan di rumah klien maupun di sarana kesehatan seperti bidan praktik swasta, klinik, puskesmas dan sarana kesehatan lain harus tetap memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a Sterilitas/pencegahan infeksi.

c. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan lebih tinggi.

Penempatan bidan di desa memungkinkan penanganan dan rujukan hamil berisiko sejak dini, serta identifikasi tempat persalinan yang tepat bagi ibu hamil sesuai dengan risiko kehamilan yang disandangnya. Bidan yang ditempatkan di desa diharapkan secara bertahap mampu meningkatkan jangkauan persalinan. Diharapkan pula supaya masyarakat semakin menyadari pentingnya persalinan yang bersih dan aman (Meilani, dkk, 2009).

2.4.2 Faktor yang Memengaruhi Pertolongan Persalinan oleh Ibu Hamil

Beberapa faktor yang memengaruhi permintaan pertolongan persalinan oleh ibu hamil adalah:

1. Tingkat pendidikan

Penelitian Umami dan Puspitasari (2007) membuktikan adanya hubungan bermakna antara pendidikan suami dengan peran suami selama proses kehamilan samapai saat nifas istri. Peran suami tersebut salah satunya mengambil keputusan yang tepat terhadap pemilihan penolong persalinan dengan melibat kondisi istrinya. Semakin tinggi pendidikan maka semakin baik pengetahuan tentang kesehatan sehingga akan memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.

2. Sosial ekonomi

Aspek sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan kondisi sosial dan perekonomian keluarga. Beberapa indikator indikator sosial ekonomi antara lain pekerjaan, pendapatan keluarga, jumlah tanggunann dalam keluarga, dukungan keluarga dan masyarakat. Faktor sosialekonomi cenderung berpengaruh

terhadap keputusan seseorang untuk memilih pelayanan kesehatan dalam hal ini keputusan memilih pertolongan persalinan, faktor tersebut antara lain rendahnya pendapatan keluarga, dimana masyarakat tidak punya uang yang cukup untuk mendapatkan pelayanan yang aman dan berkualitas.

Menurut Sunaryo (2003) kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan menyebabkan perempuan tidak tahu hak-hak reproduksinya serta tidak mempunyai hak untuk pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil penelitian Suprapto (2002) tentang determinasi sosial ekonomi pertolongan persalinan di Indonesia dijumpai bahwa target persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan utamanya di daerah pedesaan lebih rendah dari target nasional yang berkisar antara 40-80%

3. Kebiasaan keluarga

Berdasarkan pendapat Yultera yang dikutip Harnani (2004), lebih dari 60-80% peristiwa persalinan ditangani oleh dukun di Provinsi Sumatera selatan dan Jawa Timur. Hal ini disebabkan adanya fektor budaya yang berhubungan dengan kebiasaan dan masyarakat, faktor sosial meliputi jarak rumah yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan dan keterbatasan sarana transportasi sehingga lebih mudah menghubungi dukun serta faktor ekonomi yang menyatakan bahwa biaya jasa dukun lebih murah dibanding dengan tenaga kesehatan kainnya.

4. Pengetahuan ibu tentang kehamilan dan persalinan

Mengetahui perilaku perawatan kehamilan (antenatal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan ibu sendiri. Berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih ditemukan ibu-ibu yang menganggap kehamilan

sebagai hal yang biasa, alamiah, kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter.

5. Keterjangkuan pelayanan kesehatan

Depkes RI dan UNFP (2002) menyatakan akses yang rendah ke fasilitas kesehatan reproduksi yang meliputi jarak yang jauh, biaya yang tidak terjangkau, tidak tahu adanya atau kemampuan fasilitas (akses informasi) dan tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (akses informasi) dan tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (akses budaya).

6. Pengambil keputusan dalam keluarga

Kehamilan termasuk salah satu periode krisis dalam kehidupan seorang wanita. Tak dapat dielakan kehamilan menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psiologis, dalam aspek psiologis, timbul pengharapan yang disertai kecemasan menyambut persiapan kelahiran si bayi. Semua itu akan mewarnai interaksi antara anggota dalam keluarga. Sikap dan reaksi seorang ayah pada fase kehamilan berbeda pada setiap suku, bangsa dan lebih tergantung pada adat dan kebudayaan setempat, (Dkk Demak, 2007).

Pembuat keputusan menurut Terry (1999) yang dikutip Juliwanto (2009) selalu dihubungkan dengan suatu masalah atau suatu kesulitan, dalam arti keputusan dan penerapannya diharapkan akan menjawab persoalan atau menyelesaikan konflik Keluarga memberikan kontribusi dalam menentukan penggunaan pelayanan kesehatan, seperti memberikan informasi mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan atau mengembangkan sistem perawatan dalam keluarga (Smith, 2003). Keluarga juga

merupakan sumber pemberi dukungan yang Memengaruhi individu dalam memperoleh atau menggunakan pelayanan kesehatan. Keluarga disini meliputi orang tua, pasangan, ataupun saudara.

Dokumen terkait