• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Persalinan dan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Persalinan dan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2013"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

T E S I S

Oleh TIAMRI 117032159/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THESIS

By TIAMRI 117032159/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

TAHUN 2013

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

TIAMRI 117032159/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

PUSKESMAS SUKA MAKMUR

KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Tiamri

Nomor Induk Mahasiswa : 117032159

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) (Drs. Tukiman, M.K.M)

Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M Anggota : 1. Drs. Tukiman, M.K.M

(6)

SIKAP IBU DALAM PERSALINAN DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN BILAH BARAT PUSKESMAS SUKA MAKMUR

KABUPATEN LABUHANBATU TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2013

(7)

bersama masyarakat, sesuai dengan lingkungan sosial budaya setempat, agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. Upaya promosi kesehatan diharapkan dapat mewujudkan peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pemberian ASI eksklusif.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan Non Equivalent Control Group. Populasi adalah seluruh ibu bersalin di Kecamatan Panai Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Labuhan Batu sebanyak 186 ibu. Sampel berjumlah 62 orang terdiri dari 31 orang kelompok perlakuan dan 31 orang kelompok kontrol. Data dianalisis dengan tahapan univariat dan bivariat menggunakan ujipair t-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan ibu pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah dilakukan simulasi dan terdapat perbedaan sikap ibu pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah simulasi. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ditemukan perbedaan pengetahuan dan sikap ibu dalam persalinan dan pemberian ASI eksklusif.

Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu agar meningkatkan kesehatan ibu dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk mengaktifkan dan menghadiri program yang dibuat oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dan Posyandu. Peran aktif petugas kesehatan puskesmas khususnya pemegang program promosi kesehatan dalam persalinan dan pemberian ASI eksklusif semakin ditingkatkan antara lain melalui penyuluhan-penyuluhan maupun kunjungan-kunjungan langsung ke tengah-tengah masyarakat untuk memberikan informasi yang lebih lengkap dan jelas.

(8)

local socio-cultural environment so that they can rely on themselves in health. Health promotion is expected to improve childbirth aid by health workers and the giving of exclusive ASI (breast milk).

The type of the research was quasi experiment with non equivalent control group design. The population was 186 mothers who gave birth to babies in the working area of Suka Makmur Puskesmas, Panai Bilah Barat Subdistrict, Labuhan Batu District. The samples comprised 62 respondents; 31 respondents were in the treatment group, and the other 31 respondents were in the control group. The data were analyzed by using univatriate and bivatriate analysis with pair t-test.

The result of the research showed that there was the disparity of mothers’

knowledge in the treatment group before and after the simulation was conducted, and

there was the disparity of mothers’ attitude in the treatment group before and after

the simulation was conducted. On the other hand, there was no disparity of mothers’

knowledge and attitude in childbirth and in giving exclusive ASI in the control group. It is recommended that the Health Office in Labuhan Batu District utilize KIA (Mother and Child Health) program as one of promotional activities in community because it is evidence that simulation method is effective in improving knowledge and attitude in childbirth and giving exclusive ASI. It is also recommended that health workers at Suka Makmur Puskesmas use simulation method in giving health message to mothers because simulation method is more dynamic and makes the learners focused so that mothers will easily understand.

(9)

rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Persalinan dan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2013”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan pada Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan

bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc.(CTM)., Sp.A, (K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M dan Drs. Tukiman, M.K.M selaku

(10)

telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan

tesis ini.

5. Para Dosen dan Staf di Lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada Ayahanda H.Tajuddin

Pasaribu dan Ibunda Hj.Tiaman Ritonga serta keluarga besar yang telah

memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani

pendidikan.

7. Teristimewa buat suami tercinta H.Zainal Hasibuan dan anak saya Septika

Ajelina HSB,Desy Anzel Pratiwi HSB,Nahda P.HSB,Habib S.Syukur HSB

berkat merekalah penulis termotivasi untuk menyelesaikan studi ini.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhabbatu dan seketaris yang

memberikan izin penelitian pada penulis.

9. Kepala Puskesmas Suka Makmur dan jajarannya yang membantu

melaksanakan pelatihan dengan metode simulasi.

10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat dan

Minat Studi Promosi Kesehatan 2011 Universitas Sumatera Utara khususnya

(11)

dan penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tesis ini

dengan harapan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Juli 2013 Penulis

(12)

1971, anak ke-2 dari 9 bersaudara dan beragama islam . Pada saat ini bertempat

tinggal di Rantau Prapat Kabupaten Labuhanbatu.

Memulai pendidikan di SD Inpres No.114376 Sigambal lulus tahun 1984

,melanjutkan pendidikan di SMP Negeri Sigambal tamat tahun 1987. Kemudian

melanjutkan pendidikan sekolah di SMA Prima Rantauprapat lulus tahun 1990 Dan

melanjutkan pendidikan DIII Keperawatan di Glugur Medan tamat tahun 1994 dan

telah menyelesaikan pendidikan D IV Perawat Pendidik pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara Medan Tamat Tahun 2001 ,penulis menikah pada tahun

1995, dan dikaruniai 4 orang anak dan penulis bekerja sebagai PNS pada Dinas

Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu hingga saat ini.

Tahun 2011 penulis mengikuti pendidikan lanjutan pada Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

(13)

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Efektifitas ... 10

2.1.1 Definisi Efektifitas ... 10

2.1.2 Cara Pengukuran Efektifitas ... 10

2.1.3 Pendekatan Efektifitas... 11

2.1.4 Masalah dalam Pengukuran Efektifitas... 12

2.2. Metode Simulasi ... 14

2.3. Teori Perubahan Perilaku ... 20

2.4. Penolong Persalinan ... 26

2.4.1 Persalinan yang Ditolong oleh Tenaga Kesehatan... 27

2.4.2 Faktor yang Memengaruhi Pertolongan Persalinan pada pada Ibu Hamil... 30

2.5. ASI ... 33

2.5.1 ASI Eksklusif ... 33

2.5.2 Manfaat ASI ... 35

2.5.3 Nilai Nutrisi ASI ... 38

2.6. Landasan Teori... 40

2.7. Kerangka Konsep ... 41

BAB 3. METODE PENELITIAN... 42

3.1. Jenis Penelitian... 42

3.2. Lokasi dan WaktuPenelitian ... 43

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 43

3.2.2 Waktu Penelitian ... 43

(14)

3.4.3. Prosedur Pengumpulan data ... 48

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 49

3.5.1. Variabel Penelitian ... 49

3.5.2. Defenisi Operasional... 50

3.6. Metode Pengukuran ... 50

3.7. Metode Analisis Data... 51

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 52

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……… 52

4.2. Analisis Univariat... 52

4.2.1 Karakteristik responden ... 52

4.2.2 Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Persalinan dan pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum Metode Simulasi (pre)... 54

4.2.3 Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum Metode Simulasi (pre) ... 56

4.2.4 Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Persalinan dan pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Setelah Metode Simulasi (post) ... 59

4.2.5 Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Setelah Metode Simulasi (post) ... 61

4.2.6 Gambaran Sikap Ibu dalam Persalinan Pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol sebelum Metode Simulasi(pre)………. 64

4.2.7 Gambaran Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol sebelum Metode Simulasi(pre)……… 68

4.2.8 Gambaran Sikap Ibu dalam Persalinan pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Setelah Metode Simulasi(post)……… 72

4.2.9 Gambaran Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Setelah Metode Simulasi(post)……….. 76

4.3. Uji Perbedaan ... 80

(15)

dan Sesudah Pemberian ASI Eksklusif……….. 83

BAB 5. PEMBAHASAN... 84

5.1. Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan dalam Persalinan Sebelum dan Sesudah dilakukan Metode Simulasi pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol ... 84

5.2. Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif Sebelum dan Sesudah dilakukan Metode Simulasi... 87

5.3. Efektifitas Metode Simulasi terhadap Sikap Ibu dalam Persalinan Sebelum dan Sesudah dilakukan Metode Simulasi ... 93

5.4. Efektifitas Metode Simulasi terhadap Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif Sebelum dan Sesudah dilakukan Metode Simulasi ... 88

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 97

6.1. Kesimpulan ... 97

6.2. Saran... 98

(16)

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Pengetahuan... 46

3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Sikap ... 47

4.1 Distribusi Karakteristik Responden ... 53

4.2 Distribusi Pengetahuan Ibu dalam Persalinan pada Kelompok Perlakuan

dan Kontrol Sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 54 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu dalam Persalinan pada Kelompok

Perlakuan dan Kontrol Sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 56 4.4 Distribusi Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Kelompok

Perlakuan dan Kontrol Sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 56 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada

Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 58 4.6 Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Persalinan pada Kelompok Perlakuan dan

Kelompok Kontrol Setelah Metode Simulasi (Post)... 59 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu dalam Persalinan pada Kelompok

Perlakuan Setelah Metode Simulasi (Post) ... 60 4.8 Gambaran Pengtahuan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Kelompok

Perlakuan dan Kontrol Setelah Metode Simulasi (Post) ... 61 4.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Pemberian ASI Eksklusif pada

Kelompok Perlakuan Setelah Metode Simulasi (Post) ... 63 4.10 Gambaran Sikap Ibu dalam Persalinan pada Kelompok Perlakuan dan

Kelompok Kontrol Sebelum Metode Simulasi(Pre)... 64 4.11 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu dalam Persalinan pada Kelompok Perlakuan dan

(17)

4.14 Gambaran Sikap Ibu dalam Persalinan pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Setelah Metode Simulasi(Post)... 72 4.15 Distribusi Frkuensi Ibu dalam Persalinan pada Kelompok Perlakuan

dan Kontrol Setelah Metode Simulasi (Post) ... 75 4.16 Gambaran Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Kelompok

Perlakuan dan Kontrol Setelah Metode Simulasi (Post) ... 76 4.17 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada

Kelompok Perlakuan dan Kontrol Setelah Metode Simulasi (Post) ... 79 4.18 Perbedaan Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Metode Simulasi dalam

Persalinan di Kecamatan Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Labuhanbatu ... 80

4.19 Perbedaan Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Metode Simulasi dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Bilah Barat Puskesmas Suka

Makmur Kabupaten Labuhanbatu ... 81

4.20 Perbedaan Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah Metode Simulasi dalam

Persalinan di Kecamatan Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten

Labuhanbatu………. 82

(18)

2.1 Teori S-O-R... 40

2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 41

(19)

1 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 102

2 Surat Izin Penelitian ... 103

3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden... 104

4 Quesioner Penelitian ... 105

5 Jadwal Penelitian... 110

6 Master Data ... 111

7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 113

(20)

bersama masyarakat, sesuai dengan lingkungan sosial budaya setempat, agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. Upaya promosi kesehatan diharapkan dapat mewujudkan peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pemberian ASI eksklusif.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan Non Equivalent Control Group. Populasi adalah seluruh ibu bersalin di Kecamatan Panai Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Labuhan Batu sebanyak 186 ibu. Sampel berjumlah 62 orang terdiri dari 31 orang kelompok perlakuan dan 31 orang kelompok kontrol. Data dianalisis dengan tahapan univariat dan bivariat menggunakan ujipair t-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan ibu pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah dilakukan simulasi dan terdapat perbedaan sikap ibu pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah simulasi. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ditemukan perbedaan pengetahuan dan sikap ibu dalam persalinan dan pemberian ASI eksklusif.

Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu agar meningkatkan kesehatan ibu dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk mengaktifkan dan menghadiri program yang dibuat oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dan Posyandu. Peran aktif petugas kesehatan puskesmas khususnya pemegang program promosi kesehatan dalam persalinan dan pemberian ASI eksklusif semakin ditingkatkan antara lain melalui penyuluhan-penyuluhan maupun kunjungan-kunjungan langsung ke tengah-tengah masyarakat untuk memberikan informasi yang lebih lengkap dan jelas.

(21)

local socio-cultural environment so that they can rely on themselves in health. Health promotion is expected to improve childbirth aid by health workers and the giving of exclusive ASI (breast milk).

The type of the research was quasi experiment with non equivalent control group design. The population was 186 mothers who gave birth to babies in the working area of Suka Makmur Puskesmas, Panai Bilah Barat Subdistrict, Labuhan Batu District. The samples comprised 62 respondents; 31 respondents were in the treatment group, and the other 31 respondents were in the control group. The data were analyzed by using univatriate and bivatriate analysis with pair t-test.

The result of the research showed that there was the disparity of mothers’

knowledge in the treatment group before and after the simulation was conducted, and

there was the disparity of mothers’ attitude in the treatment group before and after

the simulation was conducted. On the other hand, there was no disparity of mothers’

knowledge and attitude in childbirth and in giving exclusive ASI in the control group. It is recommended that the Health Office in Labuhan Batu District utilize KIA (Mother and Child Health) program as one of promotional activities in community because it is evidence that simulation method is effective in improving knowledge and attitude in childbirth and giving exclusive ASI. It is also recommended that health workers at Suka Makmur Puskesmas use simulation method in giving health message to mothers because simulation method is more dynamic and makes the learners focused so that mothers will easily understand.

(22)

Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI di

Indonesia antara lain meningkatkan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan

kesehatan dengan mutu yang baik serta menjangkau semua kelompok sasaran,

meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga profesional secara berangsur,

meningkatkan deteksi dini risiko tinggi ibu hamil dan melaksanankan sistem rujukan

serta meningkatkan pelayanan neonatal dengan mutu yang baik. Tujuan akhir dari

program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

Berdasarkan Rencana strategi (Renstra) Depkes RI 2005-2009 disebutkan

bahwa derajat kesehatan masyarakat Indonesia belum memuaskan, salah satu

diantaranya ditinjau dari masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian

bayi. Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan negara-negara

ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia 39

per 100.000 kelahiran hidup, dan Singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup (BPS,

2003). Berdasarkan SDKI 2007 Indonesia telah berhasil menurunkan Angka

Kematian Ibu dari 390/100.000 kelahiran hidup menjadi 334/100.000 kelahiran

hidup). Selanjutnya turun menjadi 228/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI,

2008). Meskipun telah terjadi penurunan dalam beberapa tahun tarakhir akan tetapi

(23)

Di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2004 AKI 330 per 100.000 kelahiran

hidup, tahun 2005 AKI 315 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Sumut, 2004).

Sedangkan tahun 2009 AKI 280 per 100.000 kelahiran hidup (Saragih, 2010). Angka

tersebut menunjukkan AKI cenderung menurun tetapi bila dibandingkan dengan

target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125 per

100.000 kelahiran hidup diperkirakan tidak tercapai (Depkes RI, 2007).

Salah satu faktor yang memengaruhi AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB

(Angka Kematian Bayi) adalah tenaga penolong Persalinan, setiap menit seorang

perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan

persalinannya. Dengan kata lain, 1400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih

dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan

(WHO, 2005). Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan semakin

rendah risiko terjadinya kematian. Survei Sosial Ekonomi (SUSENAS) dari tahun

2000-2005, penolong Persalinan yang dilakukan oleh dukun mencapai 26,28% (BPS,

2006). Penolong Persalinan di Indonesia sebagian besar dilakukan oleh Bidan (58%)

dan dukun bersalin (25,31%), sedangkan menurut tipe daerah di perkotaan maupun di

pedesaan penolong Persalinan yang terbanyak dilakukan oleh bidan, masing-masing

65,81% dan 52,22% (BPS, 2008).

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (2008), penolong kelahiran

terakhir di pedesaan antara lain : ditolong bidan 46,34%, ditolong dukun bayi 42,75%,

(24)

lainnya sebesar 0,33%. Di pedesaan, bidan dan dukun sama-sama diminati oleh ibu

bersalin sebagai penolong persalinannya.

Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka penurunan AKI, seperti program

Making Pregnancy Safer (MPS), yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat serta

setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak

diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Depkes RI, 2005). Pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih merupakan salah satu cara paling efektif dalam

upaya menurunkan kematian ibu, oleh karena itu sasaran dari pembangunan kesehatan

salah satunya adalah meningkatnya secara bermakna jumlah ibu hamil yang

memeriksakan diri dan melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan (Bappenas, 2007).

Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi

(AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka kematian bayi ini tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan faktor-faktor lain, terutama gizi. Di negara

berkembang, lebih dari 10 juta bayi meninggal dunia per tahun, 2/3 dari kematian

tersebut terkait dengan masalah gizi yang sebenarnya dapat dihindarkan. Penelitian di

42 negara berkembang menunjukkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif selama 6

bulan merupakan intervensi kesehatan masyarakat yang mempunyai dampak positif

terbesar untuk menurunkan angka kematian balita, yaitu sekitar 13%

(Sentra Laktasi Indonesia, 2007).

Pemberian ASI secara ekslusif adalah pemberian ASI tanpa makanan ataupun

(25)

minuman lain yang dimaksud misalnya seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,

ataupun makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim.

Bahkan air putih pun tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Kodrat,2010).

Menurut Sentra Laktasi Indonesia (2007), pemberian makanan pendamping ASI

yang benar dapat menurunkan angka kematian balita sebesar 6%. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut, perilaku memberikan ASI secara eksklusif pada bayi sejak lahir

hingga usia 6 bulan dapat menurunkan angka kematian 30.000 bayi di Indonesia tiap

tahunnya (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).

Di Amerika, 400 bayi meninggal per tahun akibat muntah mencret. Sebanyak

300 bayi diantaranya adalah bayi yang tidak disusui. Kematian meningkat 23,5 kali

pada bayi susu formula. Menurut Vic yang dikutip Roesli (2008), kemungkinan bayi

akan mengalami mencret 17 kali lebih banyak pada bayi yang menggunakan susu

formula. Data menunjukkan lebih kurang 1,5 juta anakmeninggal karena pemberian

makanan yang tidak benar. Kurang dari 15% bayi diseluruh dunia diberi ASI

Eksklusif selama 4 bulan dan pemberian makanan pendamping ASI yang tidak sesuai

dan tidak aman bagi bayi (Depkes 2005).

Survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition and Health Surveillance System (NSS) bekerjasama dengan Balitbangkes dan Hellen Keller international di 4 kota (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 pedesaan

(Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Banten, Jawa Timur, NTB,

Sulawesi Selatan), menunjukan bahwa cakupan ASI Eksklusif 4-5 bulan di perkotaan

(26)

perkotaan antara 1-13%, sedangkan di pedesaan 2-13% . Hanya 14% ibu di Tanah Air

yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayinya sampai enam bulan.

Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan

(Depkes RI, 2004).

Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003,

hanya 3, 7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama, sedangkan pemberian

ASI pada usia 2 bulan pertama 64%, yang kemudian menurun pada periode

berikutnya umur 3 bulan 45,5%, pada usia 4-5 bulan 13,9% dan umur 6-7 bulan

7,8%. Sementara itu ada peningkatan penggunaan pengganti air susu ibu (PASI) yang

biasa disebut formula atau susu formula tiga kali lipat dalam kurun waktu 1997 dari

10,8% menjadi 32,4 % pada tahun 2002, hali ini mungkin diakibatkan kurangnya

pemahaman, dukungan keluarga dan lingkungan akan pemberian ASI secara

eksklusif (Tjipta, 2009).

Di Propinsi Sumatera Utara angka cakupan ASI eksklusif pada tahun 2007

sebesar 33% dan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan angka cakupan

tahun 2006 sebesar 36% (Dinkes Prop.Sumut, 2007). Menyikapi permasalahan

pentingnya pemberian ASI bagi bayi, pemerintah Indonesia telah menggalakkan

program pemberian ASI Esklusif sejak tahun 1990 yang dikenal dengan Gerakan

Nasional Peningkatan Air Susu Ibu (PP-ASI). Sehubungan dengan itu telah

ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.450/MENKES/IV/2004 tentang

(27)

Berdasarkan data profil Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu tahun 2011,

cakupan persalinan tenaga kesehatan berjumlah 82,67% (jumlah ibu bersalin 9195

dan ibu bersalin yang ditolong Nakes 7601) target 87,42%. Jumlah bayi 8757 yang

meninggal 117 Bayi yang meninggal laki –laki 47 dan perempuan 70 AKB sebesar

16,22 per 1.000 KH, ASI eksklusif 3419 (39,04 % target 65%), jumlah kasus

kematian ibu pada tahun 2011 terdapat 16 kasus (kematian ibu maternal) dengan

estimasi AKI sebesar 221/100.000 KH atau 2,21/1000 KH. Profil Puskesmas Suka

Makmur ibu bersalin 186 ditolong tenaga kesehatan 130 (70,90%). Jumlah bayi 183

orang yang terdiri dari laki-laki 87 perempuan 96, ASI eksklusif laki-laki 33

perempuan 36 jumlah 69 (37,77%), bayi meninggal laki-laki 2 dan perempuan 1

jumlah 3.

Untuk mengatasi masalah tersebut Departemen Kesehatan RI membuat suatu

program promosi kesehatan dan telah ditetapkan sebagai salah satu program

unggulan. Depkes RI (2006) mengemukakan bahwa promosi kesehatan bertujuan

untuk (1) peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk hidup sehat, dan

(2) pengembangan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dan untuk itu diperlukan

peningkatan upaya promosi kesehatan.

Upaya promosi kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam

proses pemberdayaan masyarakat yaitu melalui proses pembelajaran dari, oleh dan

bersama masyarakat, sesuai dengan lingkungan sosial budaya setempat, agar

(28)

kesehatan diharapkan dapat mewujudkan peningkatan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan dan pemberian asi eksklusif.

Salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat adalah dengan

strategi pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud adalah

sesuai dengan visi MDGs dalam Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan 2004 bahwa

pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah pendekatan melalui individu,

keluarga dan kelompok-kelompok dalam masyarakat melalui pengorganisasian dan

penggerakan masyarakat.

Oleh karena itu dalam kegiatan peningkatan target pertolongan persalinan yag

ditolong tenaga kesehatan dan pemberian ASI eksklusif ini perlu dikembangkan

konsep pemberdayaan mkasyarakat, dimana dalam pengimplemantasinya harus

sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat.

Beberapa bentuk metode pendidikan kesehatan yang sering dilakukan

misalnya penyuluhan atau ceramah, namun kenyataannya metode ini belum

memberikan kontribusi pengetahuan yang memadai bagi guru dan cenderung

membosankan, apalagi bagi remaja dan orang tua. Maka perlu dilakukan metode lain

seperti simulasi, hal ini cenderung dinilai lebih bermuatan, karena sifatnya tidak

monoton dan langsung berdasarkan analisis kasus, dan melibatkan objek secara

menyeluruh dan aktif.

Menurut Syaefuddin (2002), metode simulasi dapat digunakan untuk

menyampaikan materi pendidikan kesehatan reproduksi dalam bentuk sosiodrama,

(29)

konsep atau prinsip dari pendidikan yang disampaikan sehingga dapat memecahkan

masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Dengan metode simulasi,

hasil yang diharapkan ialah agar kelompok belajar menghargai pendapat orang lain,

menumbuhkan ide yang ditemukannya dan dianggap benar.

Hasil penelitian Veronica (2009) telah membuktikan dengan metode simulasi

memberi perbedaan yang signifikan terhadap pengetahuan dan sikap guru tentang

pendidikan kesehatan reproduksi remaja di Sekolah Menengah Umum dan Sekolah

Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan. Sejalan dengan penelitian Afniwati

(2012) bahwa metode simulasi lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap

dan tindakan tentang kesehatan jiwa di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara. Sejalan dengan penelitian Burhanuddin (2011) bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pengetahuan dan sikap tokoh masyarakat

tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tatanan rumah tangga di Wilayah

Puskesmas Langga Payung Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu

Selatan.

Untuk mengetahui implementasi pemberdayaan masyarakat dalam suatu

promosi kesehatan untuk peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

dan pemberian asi eksklusif tersebut sesuai dengan kondisi serta karakteristik desa

pantai, maka penting dilakukan penelitian tentang “efektifitas metode simulasi

terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam persalinan dan pemberian ASI eksklusif di

Kecamatan Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Labuhan Batu Tahun

(30)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka

sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana efektifitas metode

simulasi terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam persalinan oleh tenaga kesehatan

dan pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur

Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis efektifitas metode simulasi terhadap pengetahuan dan

sikap ibu dalam persalinan oleh tenaga kesehatan dan pemberian ASI eksklusif di

Kecamatan Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Labuhan Batu Tahun

2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat, sebagai berikut:

1. Sebagai masukan untuk Dinas Kesehatan dalam membuat program kebijakan

kesehatan untuk persalinan dan pemberian ASI eksklusif.

2. Masukan untuk Puskesmas dalam memilih metode yang baik dan efektif dalam

persalinan dan pemberian ASI eksklusif.

3. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah keilmuan dan

pengembangan pengetahuan tentang persalinan dan pemberian ASI eksklusif.

4. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

(31)

2.1 Efektifitas

2.1.1 Definisi Efektifitas

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektifitas berasal dari kata efektif yang

berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai kegiatan

yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga bahwa efektifitas

merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan

derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Jadi

pengertian efektifitas adalah pengaruh yang ditimbulkan atau disebabkan oleh adanya

suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang

dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan (Starawaji, 2009).

Dapat disimpulkan bahwa pengertian efektifitas adalah keberhasilan suatu

aktifitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan dan target, sesuai dengan yang telah

ditentukan sebelumnya, dan apabila tujuan dan target dapat tercapai sesuai dengan

yang telah ditentukan sebelumnya, dikatakan efektif dan sebaliknya apabila tujuan

dan target tidak dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya maka

aktifitas itu dikatakan tidak efektif.

2.1.2 Cara Pengukuran Efektifitas

Terdapat cara pengukuran terhadap efektifitas yang secara umum dan yang

(32)

1. Keberhasilan program

2. Keberhasilan sasaran

3. Kepuasan terhadap program

4. Tingkat input dan output

5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel dalam Starawaji, 2009)

2.1.3 Pendekatan Efektifitas

Pendekatan efektifitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktifitas itu

efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektifitas yaitu:

1. Pendekatan sasaran

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil

merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran

efektifitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan

keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Selain tercapainya tujuan,

efektifitas juga selalu memperhatikan faktor waktu pelaksanaan. Oleh karena itu

dalam efektifitas selalu terkandung unsur waktu pelaksanaan. Tujuan tercapai dengan

waktu yang tepat maka program tersebut efektif.

2. Pendekatan sumber

Pendekatan sumber mengukur efektifitas melalui keberhasilan suatu lembaga

dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga

harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan

sistem agar dapat efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan

(33)

yang merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh

sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan out put yang dihasilkan juga

dilemparkannya pada lingkungannya.

3. Pendekatan proses

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari

suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan

lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi.

Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian

terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga,

yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.

2.1.4 Masalah dalam Pengukuran Efektifitas

Efektifitas selalu diukur berdasarkan prestasi dengan hasil produktivitas dan

laba dilapangan. Pengukuran efektifitas dengan menggunakan sasaran yang

sebenarnya dan memberikan hasil dari pada pengukuran efektifitas berdasarkan

sasaran resmi dengan memperhatikan masalah yang ditimbulkan oleh beberapa hal

berikut :

1. Adanya macam-macam output

Adanya bermacam-macam output yang dihasilkan menyebabkan pengukuran

efektifitas dengan pendekatan sasaran menjadi sulit untuk dilakukan. Pengukuran

juga semakin sulit jika ada sasaran yang saling bertentangan dengan sasaran lainnya.

Efektifitas tidak akan dapat diukur hanya dengan menggunakan suatu indikator atau

(34)

yang rendah pada sasaran lainnya. Dengan demikian, yang diperoleh dari pengukuran

efektifitas adalah profil atau bentuk dari efek yang menunjukkan ukuran efektifitas

pada setiap sasaran yang dimilikinya. Selanjutnya hal lain yang sering

dipermasalahkan adalah frekuensi penggunaan kriteria dalam pengukuran efektifitas

seperti yang dikemukakan oleh R.M Steers yaitu bahwa kriteria dan penggunaan

hal-hal tersebut dalam pengukuran efektifitas adalah :

a. Adaptabilitas dan fleksibilitas

b. Produktivitas

c. Keberhasilan memperoleh sumber

d. Keterbukaan dalam komunikasi

e. Keberhasilan pencapaian program

f. Pengembangan program (Steers dalam Starawaji, 2009)

2. Subjektivitas dalam adanya penilaian

Pengukuran efektifitas dengan menggunakan pendekatan sasaranseringkali

mengalami hambatan, karena sulitnya mengidentifikasi sasaranyang sebenarnya dan

juga karena kesulitan dalam pengukuran keberhasilan dalam mencapai sasaran. Hal

ini terjadi karena sasaran yang sebenarnya dalam pelaksanaan. Untuk itu ada baiknya

bila meninjau perlumasuk kedalam suatu lembaga untuk mempelajari sasaran yang

sebenarnya karena informasi yang diperoleh hanya dari dalam suatulembaga untuk

melihat program yang berorientasi ke luar atau masyarakat, seringkali dipengaruhi

oleh subjektifitas .Untuk sasaran yang dinyatakan dalam bentuk kualitatif, unsur

(35)

secarakuantitatif, informasi yang diperoleh akan sangat tergantung padasubjektifitas

dalam suatu lembaga mengenai sasarannya. Hal ini didukungoleh pendapat R.M

Steers yaitu bahwa lingkungan dan keseluruhan elemen-elemen kontekstual

berpengaruh terhadap informasi lembaga danmenentukan tercapai tidaknya sasaran

yang hendak dicapai. Karena ituperbedaan karakteristik faktor-faktor kontekstual ini

perlu diperhatikan apabila hendak bermaksud mengukur efektifitas program yang

terdapat pada lingkungan yang berbeda. Dengan demikian, suatu usaha atau kegiatan

dikatakan efektifitas apabila tujuan atau sasaran dapat dicapai sesuai dengan waktu

yang telah ditentukan sebelumnya dan dapat memberikan manfaat yang nyata sesuai

dengan kebutuhan (Steers dalam Starawaji, 2009).

2.2 Metode Simulasi

Metode simulasi adalah pembelajaran yang memerikan kesempatan kepada

pembelajar untuk meniru suatu kegiatan yang dituntut dalam pekerjaan sehari-hari

atau berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari atau berkaitan dengan tanggung

jawabnya.

Tujuan metode simulasi adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan akselerasi pemikiran dan perasaan dengan sikap dan psikomotorik

pembelajar, kemampuan pembelajar ditingkatkan dalam keterampilan

berkomunikasi sederhana dan kepekaan terhadap aksi orang lain agar terbentuk

(36)

2. Menghayati berbagai masalah yang mungkin dihadapi oleh peran yang dimainkan.

3. Menggunakan pengalaman perannya dalam simulasi untuk mengatasi

permasalahan yang dihadapi.

4. Memperoleh persepsi, pandangan ataupun mengalami perasaan kejiwaan dan batin

tertentu.

5. Menanamkan disiplin dan sikap berhati-hati

6. Memberi kesempatan berlatih menguasai keterampilan tertentu melalui situasi

buatan, sehingga pembelajar terbebas dari resiko pekerjaan berbahaya.

Sedangkan kelebihan dan kekurangan dari metode simulasi adalah sebagai

berikut :

A. Kelebihan:

1) Menguasai keterampilan tanpa membahayakan dirinya atau orang lain dan

tanpa menanggung kerugian;

2) Melibatkan pembelajar secara aktif; dan memberikan kesempatan kepada

pembelajar secara langsung terlibat dalam kegiatan belajar dan melakukan

eksperimen tanpa takut-takut terhadap akibat yang mungkin timbul di dalam

lingkungan yang sesungguhnya;

3) Meningkatkan berfikir secara kritis, karena pembelajar dilibatkan secara ktif

dalam proses pembelajaran;

4) Belajar mengalami suatu kegiatan tertentu;

(37)

6) Bermanfaat untuk tugas-tugas yang memerlukan praktek tetapi lahan praktek

tidak memadai;

7) Memberi kesempatan berlatih mengambil keputusan yang mungkin tidak dapat

dilakukan dalam situasi nyata;

8) Dapat membentuk kemampuan menilai situasi dan membuat pertimbangan

berdasarkan kemungkinan yang muncul;

9) Dapat meningkatkan disiplin dan meningkatkan sikap kehati-hatian.

B. Kekurangan:

1) Kurang efektif menyampaikan informasi umum;

2) Kurang efektif untuk kelas yang besar, karena umumnya akan lebih efektif

bila dilakukan untuk perorangan atau group yang kecil;

3) Memerlukan fasilitas khusus yang mungkin sulit untuk disediakan di tempat

latihan, karena diperlukan banyak alat bantu;

4) Dibutuhkan waktu yang lama, bila semua pembelajar harus melakukannya;

5) Media berlatih yang merupakan situasi buatan tidak selalu sama dengan

situasi sebelumnya, baik dalam hal kecanggihan alat, lingkungan dan

sebagainya;

6) Memerlukan waktu dan biaya yang lebih banyak (Syaefuddin, 2002).

Dalam pelatihan metode simulasi dapat diterapkan dalam beberapa teknik

sebagai berikut: (Smeru,2006)

(38)

pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno,

penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah

ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya

tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta.

Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts), transparansi

yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD,

tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.

2. Diskusi Umum (Diskusi Kelas) bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan

pnkok-pokok pikiran (gagasaî, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakata. tersebut,

para peserta dapet saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya.

Kesepakatan pikiran inilah yang kemu$ian ditulis sebaGai hasil diskusi. Diskusi

biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan `asi penerapan berbagai

teknik la)nnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskush kelompok,

permainan, dan lamn-lain.

3. Curah Pendapat (Brainstorming) adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua

peserta. Berbeda dengan Diskusi, dimana gagasan dari seseorang fapau ditanggapi

(didukung, dilengkapi, dikurangi, ataõ tidak disepakati) oleh peserta lain, pada

penggunaan teknio curah pendapat pe~dapat orang lain tidak untuk ditanggapi.

Tujuan curah pendaðat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat,

(39)

dijadikan peta$informasi, peta pengalaman, atau$peta gagasan (mindmap) untuk

menjadi pembelajaran bersama.

4. Diskusi Kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan

untuk mencapai tujuan tertentu. Teknik ini dapat membangun suasana saling

menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang

masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan

teknik ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau

mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi

kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang

digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari

diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.

5. Bermain Peran (Role-Play)merupakan teknik untuk ‘menghadirkan’ peran-peran

yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam

kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta

memberikan penilaian terhadap peran tersebut. Misalnya: menilai keunggulan

maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan

saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Teknik ini

lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan

bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.

6. Sandiwara, teknik ini seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang menyerupai

(40)

ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus). Tujuannya

adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu

tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah.

Dengan begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis

dikombinasikan secara seimbang.

7. Demonstrasi adalah teknik yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu.

Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu,

demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk

memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan

atau memperagakan hasil dari sebuah proses. Biasanya, setelah demonstrasi

dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan

memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan

merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek

adalah membuat perubahan pada ranah keterampilan.

8. Praktek Lapangan, teknik ini bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang

diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat

kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari teknik ini adalah pengalaman nyata

yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu

kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat teknik praktek

(41)

9. Permainan (Games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah

‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi

kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk

membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme.

Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

(fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan

suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh

menjadi riang (segar). Teknik ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai

secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal

yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses

belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan.

Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami

sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah

yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang

dipengaruhi adalah rana sikap-nilai.

2.3 Teori Perubahan Perilaku

Mengubah perilaku seseorang agar dapat mengikuti keinginan yang

disampaikan tidaklah mudah. Batasan perilaku menurut Notoatmodjo (2003) dari

pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang

(42)

itu sendiri. Untuk kepentingan analisis perilaku perlu diketahui apa yang dikerjakan

oleh organisme tersebut, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut Sarwono (1993) dan Notoatmodjo (2003), perilaku manusia

merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan

lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.

Pengetahuan dan sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsang

yang masih bersifat terselubung, dan disebut covert behavior. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respon seseorang terhadap stimulus (practice) adalah merupakanovert behavior.

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu

respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan.

Berdasarkan batasan ini, Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan, yaitu :

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan(health maintenance), yaitu perilaku atau usaha–

usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan

usaha untuk penyembuhan bila sakit.

b. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour), yaitu upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita sakit atau kecelakaan. Perilaku ini mulai

dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan

(43)

c. Perilaku kesehatan lingkungan, yaitu bagaimana seseorang merespon lingkungan,

baik fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat.

d. Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang berasal dari dalam diri individu(internal)berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat dan emosi untuk memproses pengaruh – pengaruh dari luar.

Faktor yang berasal dari luar (eksternal) meliputi objek, orang kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk

perilakunya.

Perilaku merupakan respons/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang

berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa

tindakan : berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan).

Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala

bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang

menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat

(overt) sedangkan perilaku pasif tidaklah tampak, seperti misalnya pengetahuan, persepsi atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk–bentuk perilaku kedalam

tiga domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan atau sering kita dengar dengan

istilahknowledge, attitude, practice(Sarwono, 2004).

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

(44)

pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang

dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya.

Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan

kepadanya, dari buku, teman, orang tua, guru, radio, televisi, foster majalah dan surat

kabar. Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab

masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk

menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat

diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan

yang dihadapinya (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003), domain kognitif pengetahuan mempunyai 6

(enam) tingkatan, yaitu: 1) tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini ialah mengingat

kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu .tahu. merupakan tingkat

pengetahuan yang rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari

kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikan, dan mendefinisikan; 2)

memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, terhadap objek yang dipelajari; 3)

aplikasi, yaitu diartikan sebagai kemampuan untuk mempergunakan materi yang telah

(45)

sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau

situasi lain; 4) analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut,

dan masih ada kaitannya satu sama lain; 5) sintesis, yaitu menunjukkan kepada suatu

kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada; 6) evaluasi,

yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar, secara

nyata terkandung dalam otaknya. Dalam lingkungannya ada bermacam-macam hal

yang dialami individu itu melalui penerimaan panca inderanya, serta alat penerimaan

atau reseptor. Hal-hal yang dialaminya tersebut masuk ke dalam sel-sel otaknya

sehingga terjadi bermacam-macam proses seperti proses fisik, fisiologi dan psikolog,

kemudian dipancarkan dan diproyeksikan individu tersebut menjadi suatu

penggambaran tentang lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap adalah reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak

dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku

yang tertutup. Dengan kata lain sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

(46)

dikutip oleh Notoatmojo (1997), bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.

Menurut Ahmadi (2004) sikap dibedakan menjadi: a) sikap positif, yaitu:

sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima, menyetujui terhadap norma

-norma yang berlaku di mana individu itu beda; b) sikap negatif, yaitu: menunjukkan

penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku di mana

individu itu berbeda.

Ada 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilakku tertentu,

yaitu : (a). Faktor pemungkin ( predisposing factor), adalah faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk di

dalamnya keterampilan petugas kesehatan, ketersediaan sumber daya dan komitmen

pemerintah dan masyarakat terhadap masyarakat, (b). Faktor – faktor pemudah

(reinforcing factor), adalah faktor pemicu yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku, misalnya pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki seseorang,

dan (c). Faktor penguat (enabling factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang dipercaya oleh masyarakat. Ketiga

faktor ini dipengaruhi oleh faktor penyuluhan (regulation) serta organisasi (organization). Semua faktor – faktor tersebut merupakan ruang lingkup promosi kesehatan (Green, 1980).

Anggota masyarakat yang memiliki potensi besar untuk mengubah system

nilai dan norma adalah mereka yang disebut dengan pemuka masyarakat atau tokoh

(47)

yang formal dan tokoh masyarakat yang informal. Tokoh masyarakat formal adalah

orang yang memiliki posisi menentukan dalam sistem pemerintahan (disebut juga

penentu kebijakan), seperti gubernur, bupati/walikota, anggota dewan perwakilan

rakyat, dan lain – lain. Adapun tokoh masyarakat informal ada berbagai jenis,

misalnya tokoh atau pemuka adat, tokoh atau pemuka agama, tokoh politik, tokoh

pertanian, dan lain – lain. Pemuka atau tokoh adalah seseorang yang memiliki

kelebihan di antara kelompoknya. Ia akan menjadi panutan bagi kelompoknya atau

bagi masyarakat karena ia merupakan figur yang menonjol. Di samping itu, ia dapat

mengubah sistem nilai dan norma masyarakat secara bertahap, dengan terlebih dulu

mengubah sistem nilai dan norma yang berlaku dalam kelompoknya (Depkes RI,

2006).

Kemampuan penting yang harus dikuasai dalam upaya mengatasi persoalan

kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat, adalah : ketrampilan untuk mengatur suatu

masyarakat dan ketrampilan untuk merencanakan sebuah program promosi kesehatan

(McKenzie, 2007).

2.4 Penolong Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah

cukup bulan (setelah 37 minggu) atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan

lahir atau jalan lain, dengan bantuan atu tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba,

(48)

darurat yang merupakan pelayanan kesehatan primer. Persalinan yang aman

memastikan bahwa semua penolong Persalinan mempunyai ketrampilan dan alat

untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih (Syafrudin, 2009).

2.4.1 Persalinan yang Ditolong oleh Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang memberikan pertolongan persalinan kepada

masyarakat yaitu:

1. Dokter Spesialis Kandungan

Dokter spesialis kandungan adalah dokter yang mengambil spesialis

kandungan. Pendidikan yang mereka jalani difokuskan untuk mendeteksi dan

menangani penyakit yang terkait dengan kehamilan, terkadang yang terkait dengan

proses melahirkan. Seperti halnya dokter ahli bedah (Gaskin, 2003) Dokter spesialis

kandungan dilatih untuk mendeteksi patologi. Ketika mereka mendeteksinya, seperti

mereka yang sudah pelajari, mereka akan memfokuskan tugasnya untuk melakukan

intervensi medis. Dokter spesialis kandungan menangani wanita hamil yang sehat,

demikian juga wanita hamil yang sakit dan beresiko tinggi. Ketika mereka menangani

wanita hamil yang sehat, mereka sering melakukan intervensi medis yang seharusnya

hanya dilakukan pada wanita hamil yang sakit atau dalam keadaan kritis. Disebagian

besar Negara di dunia, tugas dokter kandungan adalah untuk menangani wanita hamil

yang sakit atau dalam keadaan kritis (Gaskin, 2003). Baik dokter spesialis kandungan

maupun bidan bekerja lebih higienis dengan ruang lingkup hampir mencakup seluruh

golongan masyarakat. Umumnya, mereka hanya dapat menanggulangi kasus-kasus

(49)

menghadapi kasus patologis. Jika mereka sanggup, harus segera merujuk selama

pasien masih dalam keadaan cukup baik (Syafrudin, 2009).

Walaupun mereka dapat menanggulangi semua kasus, tetapi hanya sebagian

kecil saja masyarakat yang dapat menikmatinya. Hal ini disebabkan karena biaya

yang terlalu mahal, jumlah yang terlalu sedikit dan penyebaran yang tidak merata.

Dilihat dari segi pelayanan, tenaga ahli ini sangat terbatas kegunaannya. Namun,

sebetulnya mereka dapat memperluas fungsinya dengan bertindak sebagai konseptor

program obstetri yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh dokter spesialis atau

bidan (Syafrudin, 2009).

2. Dokter Umum

Dokter umum adalah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang

pendidikan terakhir dokter umum.

3. Bidan

Pengertian bidan menurut Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang

Registrasi dan Praktik Bidan, menyebutkan bahwa bidan adalah seorang wanita yang

telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai persyaratan yang

berlaku. Pengertian bidan menurut Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang

Standar Profesi, menyebutkan bahwa bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang

memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan AKI dan AKB.

Pengertian bidan ini mengisyaratkan bahwa bidan tenaga yang baru, relatif sangat

(50)

sedangkan dukun bayi tenaga yang cukup berpengalaman dalam menolong persalinan

masih diterima oleh masyarakat.

Fungsi bidan di wilayah kerjanya adalah:

a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah,

menangani persalinan, pelayanan KB dan pengayoman medis kontrasepsi,

b. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan

yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat.

c. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader kesehatan serta

dukun bayi.

d. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan,

e. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral dan lembaga swadaya

masyarakat.

f. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada puskesmas

kecuali dalam keadaan daruratharus dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya

g. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian

kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit dan berusaha mengatasi sesuai

dengan kemampuan.

Pada prinsipnya penolong persalinan baik yang dilakukan di rumah klien

maupun di sarana kesehatan seperti bidan praktik swasta, klinik, puskesmas dan

sarana kesehatan lain harus tetap memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a Sterilitas/pencegahan infeksi.

(51)

c. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan lebih tinggi.

Penempatan bidan di desa memungkinkan penanganan dan rujukan hamil

berisiko sejak dini, serta identifikasi tempat persalinan yang tepat bagi ibu hamil

sesuai dengan risiko kehamilan yang disandangnya. Bidan yang ditempatkan di desa

diharapkan secara bertahap mampu meningkatkan jangkauan persalinan. Diharapkan

pula supaya masyarakat semakin menyadari pentingnya persalinan yang bersih dan

aman (Meilani, dkk, 2009).

2.4.2 Faktor yang Memengaruhi Pertolongan Persalinan oleh Ibu Hamil

Beberapa faktor yang memengaruhi permintaan pertolongan persalinan oleh

ibu hamil adalah:

1. Tingkat pendidikan

Penelitian Umami dan Puspitasari (2007) membuktikan adanya hubungan

bermakna antara pendidikan suami dengan peran suami selama proses kehamilan

samapai saat nifas istri. Peran suami tersebut salah satunya mengambil keputusan

yang tepat terhadap pemilihan penolong persalinan dengan melibat kondisi istrinya.

Semakin tinggi pendidikan maka semakin baik pengetahuan tentang kesehatan

sehingga akan memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.

2. Sosial ekonomi

Aspek sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan kondisi

sosial dan perekonomian keluarga. Beberapa indikator indikator sosial ekonomi

antara lain pekerjaan, pendapatan keluarga, jumlah tanggunann dalam keluarga,

(52)

terhadap keputusan seseorang untuk memilih pelayanan kesehatan dalam hal ini

keputusan memilih pertolongan persalinan, faktor tersebut antara lain rendahnya

pendapatan keluarga, dimana masyarakat tidak punya uang yang cukup untuk

mendapatkan pelayanan yang aman dan berkualitas.

Menurut Sunaryo (2003) kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan

menyebabkan perempuan tidak tahu hak-hak reproduksinya serta tidak mempunyai

hak untuk pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil penelitian Suprapto (2002)

tentang determinasi sosial ekonomi pertolongan persalinan di Indonesia dijumpai

bahwa target persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan utamanya di daerah

pedesaan lebih rendah dari target nasional yang berkisar antara 40-80%

3. Kebiasaan keluarga

Berdasarkan pendapat Yultera yang dikutip Harnani (2004), lebih dari

60-80% peristiwa persalinan ditangani oleh dukun di Provinsi Sumatera selatan dan Jawa

Timur. Hal ini disebabkan adanya fektor budaya yang berhubungan dengan kebiasaan

dan masyarakat, faktor sosial meliputi jarak rumah yang jauh dari tempat pelayanan

kesehatan dan keterbatasan sarana transportasi sehingga lebih mudah menghubungi

dukun serta faktor ekonomi yang menyatakan bahwa biaya jasa dukun lebih murah

dibanding dengan tenaga kesehatan kainnya.

4. Pengetahuan ibu tentang kehamilan dan persalinan

Mengetahui perilaku perawatan kehamilan (antenatal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan ibu sendiri. Berbagai kalangan

(53)

sebagai hal yang biasa, alamiah, kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan

dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter.

5. Keterjangkuan pelayanan kesehatan

Depkes RI dan UNFP (2002) menyatakan akses yang rendah ke fasilitas

kesehatan reproduksi yang meliputi jarak yang jauh, biaya yang tidak terjangkau,

tidak tahu adanya atau kemampuan fasilitas (akses informasi) dan tradisi yang

menghambat pemanfaatan fasilitas (akses informasi) dan tradisi yang menghambat

pemanfaatan fasilitas (akses budaya).

6. Pengambil keputusan dalam keluarga

Kehamilan termasuk salah satu periode krisis dalam kehidupan seorang

wanita. Tak dapat dielakan kehamilan menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya

fisik tetapi juga psiologis, dalam aspek psiologis, timbul pengharapan yang disertai

kecemasan menyambut persiapan kelahiran si bayi. Semua itu akan mewarnai

interaksi antara anggota dalam keluarga. Sikap dan reaksi seorang ayah pada fase

kehamilan berbeda pada setiap suku, bangsa dan lebih tergantung pada adat dan

kebudayaan setempat, (Dkk Demak, 2007).

Pembuat keputusan menurut Terry (1999) yang dikutip Juliwanto (2009)

selalu dihubungkan dengan suatu masalah atau suatu kesulitan, dalam arti keputusan

dan penerapannya diharapkan akan menjawab persoalan atau menyelesaikan konflik

Keluarga memberikan kontribusi dalam menentukan penggunaan pelayanan

kesehatan, seperti memberikan informasi mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan

Gambar

Gambar 2.1 Teori S-O-R
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data mengenai pengaruh insentif, lingkungan kerja, dan keselamatan kerja terhadap semagat kerja pada Waterboom Mulia Wisata Klambu

Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi.. Setelah selesai membaca

Pasien dengan luka bakar mayor memiliki kebutuhan mikronutrien yang meningkat, seperti trace element dan vitamin, oleh karena respons

Pengkajian keperawatan yang dilakukan klien 1 dan klien 2 didapatkan sama- sama mengatakan badannya lemas, akan tetapi lemas yang dialami klien 1 lebih lama dari pada

Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP-UB) mencermati bahwa perubahan paradigma dari pertanian dalam arti sempit sebagai penyedia biomass (pangan dan serat)

Based on the remarkable result of the periodontal treatment and supported by literature reviews in case reported, it is concluded that a correlation oral focal infection,

Ketentuan mengenai pembuktian terbalik perlu ditambahkan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai ketentuan yang

[r]