• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III STUDI ORGANOLOGIS MENG-MONG BATAK TOBA

3.3 Teknik Pembuatan

3.3.2 Peralatan Yang Digunakan

3.3.2.5 Pensil

Pensil ini digunakan pada awal proses pengerjaan yaitu pembentukan pola dasar untuk mempermudah dalam pemotongan pola.

Gambar 3.8 : Pensil 3.3.2.6 Kertas Pasir

Kertas pasir digunakan dalam proses penghalusan batang bambu dan senar, terutama pada bagian senar agar pada saat memainkan meng-mong tidak memberikan luka sayatan di tangan.

Gambar3.9 : Kertas Pasir

3.3.3 Proses Pembuatan Awal

Pada proses pembuatan tahap awal dalam membuat meng-mong akan menjelaskan bagaimana tahap pemilihan bambu sampai membentuk badan meng-mong dan pengukuran terdapat dalam proses tahap awal ini. Dalam proses pembuatan meng-mong ini yang pertama dilakukan dengan mempersiapkan bahan baku yaitu bambu besar atau buluh bolon sebagai bahan yang di gunakan dalam membuat meng-mong.

3.3.3.1 Memilih dan Menebang Bambu

Pemilihan bambu yang berkualitas akan sangat berpengaruh terhadap daya tahan atau kekuatan bambu tersebut. Jenis bambu yang baik untuk dijadikan alat musik meng-mong adalah bambu yang sudah tua dan matang. Hal ini dimaksudkan agar bambu tersebut tidak mengalami perubahan fisik dan tidak mudah kisut/susut pada saat proses pengeringan.

Dalam hal pemilihan bambu juga tidak sembarangan bambu yang besar, karena harus menyesuaikan kadar air dan kualitas kulit bambu didalam pembuatan meng-mong. Oleh sebab itu bulu bolon digunakan dalam pembuatan alat musik

meng-mong karena sesuai dengan kadar air yang sedikit didalam bambu dan tidak mudah kisut saat pengeringan, serta kulit bambu yang keras dan tebal sehingga cocok digunakan dalam pembuatan senar meng-mong.

Bambu besar ataw bulu bolon ini juga mempunyai kriteria untuk dijadikan alat musik meng-mong,seperti :

a) Bambu tidak boleh cacat yang artinya bambu ini harus memiliki ujung dan pangkal dan tidak dimakan oleh rayap.

b) Tidak mempunyai tunas baru pada batang bambu.

c) Kondisi bambu matang dan sedikit tua sehingga kokoh dan kuat.

Pada umumnya, pemilihan bambu untuk pembuatan meng-mong ialah bambu yang berada dibagian tengah rumpunan pokok bambu. Hal ini karena pada bagian bambu yang tumbuh dibagian tengah akan lebih tua dibanding dengan bambu yang ada dibagian pinggir rumpunan bambu.Dengan demikian tidak semua jenis bambu yang dapat dibuat untuk menjadi alat musik meng-mong.Hal ini disebabkan karena pertimbangan kualitas jenis bambu sebagai bahan untuk mencapai kesempurnaan bunyi yang dihasilkan dari alat musik meng-mong tersebut.

Menurut hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Bapak J. E.

Tambunan untuk menebang bambu biasanya dilakukan pada sore hari.Hal tersebut dikarenakan erat dengan kebiasaan masyarakat setempat yang melakukan pekerjaan tambahan setelah selesai melakukan pekerjaan pokok contohnya mengambil bambu dilakukan ketika hendak pulang dari ladang yang biasaanya pada sore hari.

3.3.3.2 Mengeringkan Bambu

Setelah bambu ditebang, bambu yang dalam keadaan masih panjang itu dikeringkan terlebih dahulu.Namun dalam pengeringan ini tidak langsung terkena cahaya matahari.Sehingga tidak merusak kualitas bambu itu sendiri.Bambu balake atau buluh bolon tersebut hanya menggunakan waktu sampai 2-5 hari saja dalam pengeringannya.

3.3.3.3 Memotong Ruas Bambu

Setelah bambu kering, akan dilakukan pemotongan seruas bambu. Namun dalam pemotongan ruas bambu terlebih dahulu dipilih bagian yang cukup besar dan kuat.Dalam hal ini, bambu yang dipotong harus memiliki satu ruas bambu yang utuh dalam pemotongan ini menggunakan alat gergaji tangan yang membuat bambu tetap kokoh dan tidak rusak.Bentuk potongannya ini harus rata pada tiap ujungnya dan memiliki batas ruas yang masih utuh.

Gambar 4.0 : Cara Memotong Bambu

3.3.3.4 Mengikis Batas Ruas Bambu

Untuk mengikis batas ruas pangkal bambu.Alat yang digunakan untuk mengikisnya adalah parang yang berukuran sedang dan tajam.Dalam pengikisan tersebut dilakukan pada bagian atas dan bawah batas pangkal bambu.Agar tidak ada sekat-sekat tajam bambu yang dapat mengoyakkan tangan si pemain.Hal ini juga memberikan nilai kerapian dan keindahan.

Gambar 4.1 : Cara Mengikis Batas Ruas Bambu 3.3.3.5 Mengukur Jarak Senar

Dalam pembuatan meng-mong, mengukur jarak senar merupakan hal yang paling inti untuk membuat alat musik meng-mong.Pengukuran meng-mong pada dasarnya menggunakan jari tangan yang menjadi pengukuran dahulunya. Namun dalam hal ini akan dilakukan pengukuran dengan menggunakan penggaris/alat pengukur yang dapat mengukur jarak senar.

Mengukur jarak senar yang satu dengan yang lainnya mempunyai jarak sekitar 2,5-3 cm. Dalam hal ini jarak tersebut sama dengan dua jari yang diempit.

Menurut Bapak J. E. Tambunan pengukuran itu tidak terlalu formal terhadap nilai angka atau pun jaraknya, cukup dengan mengempit dua jari antara jari telunjuk dan jari tengah.

Pengempitan dua jari tangan merupakan metode pengukuran lama yang dilakukan pada zaman dahulunya.Sekarang beliau juga mengukur dengan dua jari tangan dalam pembuatan meng-mong.Namun untuk menjelaskan lebih formal beliau melakukan pengukuran dengan sebuah penggaris/mistar.

Seruas bambu yang dipakai dalam pembuatan meng-mong ini panjangnya sekitar 60 cm dan diameternya sekitar 5 cm. Berikut ini dilakukan pengukuran pembuatan meng-mong.Ada hal yang dilakukan sebelum pengukuran senar ini dilakukan.

1) Menarik garis lurus pada badan bambu.

Menarik garis lurus pada badan seruas bambu dengan menggunakan penggaris dan mistar.Hal ini dilakukan untuk membuat garis lurus yang menentukan senar bagian tengah meng-mong. Garis lurus ini juga yang akan menjadikan awal pembuatan senar lainnya. Dengan disebut batas senar.

Gambar4.2 : Cara menarik garis lurus senar tengah meng-mong menggunakan mistar

2) Mencongkel badan bambu untuk pembuatan senar tengah meng-mong Setelah dilakukan penarikan garis lurus, maka dilakukan pencongkelan pada bagian tengah garis lurus bambu tersebut.Hal ini tidak memerlukan ukuran untuk mencongkelnya, Sehingga yang menjadi batasan utama dalam senar bagian tengah ini hanya sebuah garis lurus tersebut.

Gambar 4.3 : mencongkel badan bambu 3) Mengukur jarak senar

Dalam hal ini, diperlukan sebuah penggaris untuk mengukur jarak senar yang satu dengan yang lainnya.Dalam mengukur senar dilakukan jarak antara satu senar kesenar lainnya yaitu 3 cm. Hal ini tidak berpatokkan dengan sebuah nilai.Namun dahulunya pengukuran senar dilakukan dengan mengapit dua jari saja, antara jari telunjuk dan jari tengah.

Gambar4.4 : Mengukur jarak senar 3.3.3.6 Mencongkel Badan Bambu

Setelah dilakukan pengukuran dan penandaan pada seruas bambu, maka dilakukan pencongkelan pada bagian kulit bambu yang akan dijadikan senar.

Kemudian congkelan kulit bambu tersebut dinaikkan perlahan-lahan dengan bantuan ganjal kayu agar tidak merusak kulit.Pencongkelan kulit bambu harus tebal, karena senar meng-mong memiliki diameter yang tebal tidak hanya kulitnya saja yang dipakai dalam pembuatan senar.

Gambar 4.5 : Teknik pencongkelan senar

Gambar4.5 : Teknik pengangkatan senar menggunakan ganjal 3.3.4 Proses Pembuatan Selanjutnya

Dalam pembuatan meng-mong selanjutnya yaitu membuat bagian-bagian pelengkap dari meng-mong itu sendiri antara lain pembuatan lubang udara (resonator), pembuatan tukkol (penyanggah) dan pembuatan Palu-palu (pemukul meng-mong). Hal ini merupakan bagian-bagian yang sangat penting dalam sebuah alat musik meng-mong.

3.3.4.1 Membuat Lobang Udara

Lubang udara (Lubang resonator) pada alat musik meng-mong terletak dibagian tengah bambu.Lubang udara dibuat dibelakang senar (sisi bambu yang tidak dijadikan senar), pembuatan lubang udara menggunakan pisau dan juga pahat.Pelubangan ini difungsikan sebagai lubang keluaran udara saat memainkan meng-mong, lubang udara pada meng-mong berbentuk segi empat namun, bisa

juga dibuat berbentuk bulat sesuai kebutuhan.Sehingga hal ini membuat suara meng-mong terdengar lebih jelas.

Gambar4.6 : Cara membuat lubang udara (Lubang resonator)

Gambar 4.7 : lubang resonator 3.3.4.2 Membuat Tukkol

Tukkol adalah sebutan ganjal pada masyarakat Batak Toba. Tukkol berfungsi sebagai pengganjal senar pada instrumen meng-mong, ukuran tukkol (ganjal) pada meng-mong umumnya sama dan terbuat dari kayu. Cara membuat

tukkol dengan memotong kayu menggunakan gergaji lalu diraut menggunakan pisau, sehingga salah satu sisinya berbentuk cembung.Tukkol juga berfungsi untuk menentukan tinggi rendahnya suara senar pada meng-mong.

Gambar 4.8 : membuat tukkol 3.3.4.3 Membuat Palu-palu ( Pemukul / Stick )

Palu-palu ( Stick ) pada meng-mong terbuat dari kayu yang dibentuk bulat seperti stick pada umumnya. Stik ini digunakan untuk memukul senar meng-mong, namun bisa juga ditambah balutan karet pada ujung stick agar suara yang dihasilkan meng-mong lebih jelas.

Gambar4.9 : Cara membuat palu-palu (Stick)

Gambar5.0 : melilitkan karet pada ujung stick 3.3.5 Tahap Penyempurnaan

Tahap penyempurnaan merupakan proses finishing dari pembuatan meng-mong. Dimana pada tahap sebelumnya merupakan tahap pembentukan badan meng-mong seperti: memilih dan menebang bambu, mengeringkan bambu, memotong seruas bambu, mengikis bagian badan bambu, pada pembuatan senar, mengukur jarak senar, mencongkel badan bambu untuk pembuatan senar.

Selanjutnya dilakukan tahap selanjutnya yaitu membuat lubang udara (resonator), membuat tukol (penyanggah), dan membuat Palu-palu (Alat Pemukul) meng-mong. Setelah proses selanjutnya maka dilakukan tahap penyempurnaan.

Adapun tahap penyempurnaan antara lain: menghaluskan senar dan penyetalan nada. Pada tahap penyempurnaan ada dilakukan tahap mennghaluskan senar.

Penghalusan dilakukan dengan cara menggesekkan kertas pasir pada senar meng-mong dipangkal dan ujung bambu.

3.3.5.1 Meletakkan Tukkol Meng-mong

Setelah pembuatan tukkol (penyanggah).Maka dilakukan peletakan bagian-bagian tersebut di badan meng-mong.Adapun letak tukkol (penyanggah) berada diujung senar.Dalam hal ini jumlah tukkol (penyanggah) terdapat enam tukol kecil.Keenam tukol terdapat disetiap ujung senar.

Peletakan tukkol (penyanggah) dimulai dari bagian tengah senar, lalu didorong dengan menggunakan pisau secara perlahan.Hal ini dilakukan demi keamanan saat pemasangan ganjal agar senar meng-mong tidak rusak.

Gambar5.1 : Teknik pemasangan tukkol

Gambar 5.1 : Keseluruhan peletakan tukkol.

3.3.5.2 Menghaluskan Senar

Pada tahap penyempurnaan inidilakukan menghaluskan senar.Penghalusan dilakukan dengan menggesekkan kertas pasir pada pangkal dan ujung senar meng-mong.Adapun tujuan penghalusan dilakukan karena senar meng-mong itu diambil dari kulit bambu yang masih tajam dan membersihkan sisa-sisa pahatan.Sehingga untuk menjaga kenyamanan ketika memakainya nanti maka perlu menghaluskan bagian senar tersebut.

Gambar 5.2 : Penghalusan senar meng-mong.

3.4 Ukuran Bagian-bagian Meng-mong

Pada tulisan ini penulis ingin memberikan ukuran-ukuran yang dilakukan pada bagian-bagian meng-mong.Adapun bagian tersebut yaitu panjang badan bambu, lebar bambu, ukuran lubang udara, jarak lubang udara (resonator), Posisi tukol serta jarak senar yang satu dengan yang lainnya. Untuk itu penulisakan menjelaskan dengan gambar.

(5) (1) (2) (3)

(4)

(6) (7)

(8)

Gambar 5.3 : Ukuran meng-mong

Adapun penjelasan pada gambar tersebut ialah : 1. Panjang badan bambu ± 63 cm

2. Ukuran senar meng-mong ± 2 cm 3. Panjang sisa ruas bambu ± 8,5 cm

4. Diameter bambu ± 10 cm

5. Jarak senar ± 3,5 cm (sekitar 2 jari) 6. Panjang senar ± 50 cm

7. Tukkol ± 3 cm 8. Lubang udara 4,5 cm 3.5 Kajian Fungsional

Studi fungsional memperhatikan fungsi dari alat dan komponen yang menghasilkan suara, antara lain membuat pengukuran dan pencatatan terhadap metode memainkan alat musik tersebut, metode pelarasan dan keras lembutnya suara, warna nada dan kualitas suara yang dihasilkan oleh alat musik tersebut.

Dalam tulisan ini penulis akan mengkaji tentang kajian fungsional terhadap proses belajar, teknik penyeteman, cara memainkan meng-mong, nada yang dihasilkan meng-mong, dan teknik memainkannya.

3.5.1 Proses Belajar

Pada umumnya, proses belajar yaitu suatu proses interaksi antara siswa dan pengajar dan sumber belajar dalam suatu lingkungan. Secara tradisional mangajar diartikan sebagai upaya penyampaian/penanaman pengetahuan pada anak.Dalam pengertian itu anak dipandang sebagai obyek yang sifatnya pasif.Pengajaran berpusat pada seorang guru. Gurulah yang memegang peranan utama dalam proses belajar-mengajar.

Pengetahuan untuk memainkan musik Batak Toba dipelajari secara oral (lisan). Belajar secara oral adalah belajar dengan cara melihat permainan dan mendengar permainan, menghafal bunyi musik, menirukan apa yang dilihat, didengar dan menghafalkannya. Dalam proses belajar budaya musik masyarakat

Batak Toba, terdapat dua jenis proses belajar. Kedua proses belajar tersebut adalah, proses belajar secara langsung dan tidak langsung. Proses belajar secara langsung lazim disebut dengan marguru, sedangkan proses belajar secara tidak langsung lazim disebut dengan marsiajar.

Marguru mempunyai pengertian belajar dari seorang guru. Dalam proses belajar meng-mong, marguru diartikan dengan belajar kepada seorang pemain meng-mong yang sudah dianggap mampu dan mahir dalam bermain meng-mong.

Dalam hal ini sedikitnya ada dua oknum yang terdapat dalam marguru yaitu seorang guru dan seorang murid.

Dalam proses marguru seorang murid akan mendapat pengetahuan memainkan meng-mong dengan bimbingan langsung dari gurunya. Pelajaran yang didapat dari seorag guru biasanya menyangkut cara memukul meng-mong yang baik, menggunakan palu-palu (stik) yang baik, penghafalan nada sampai kepada teknik-teknikpermainan.Namun, walaupun seseorang belajar garantung dengan cara marguru, tidak menutup kemungkinan untuk belajar dengan cara lain, misalnya dengan menonton pertunjukan, mendengar musik dan lain sebagainya.

Marsiajar dapat diartikan dengan belajar sendiri tanpa bimbingan seorang guru. Dalam proses marsiajar, pengetahuan memainkan meng-mong didapatkan dengan cara menonton pertunjukan, mendengarkan permainan musik, dan pengalaman lainnya. Dalam hal ini seseorang menirukan dari apa yang didengar dengan pendekatan caranya sendiri. Pengetahuan yang didapat dengan proses marsiajar biasanya memiliki banyak warna, karena didapat dari beberapa pemain yang berbeda-beda sesuai dari apa yang didengar dan dilihat dalam pengalaman sehari-hari.

3.5.2 Teknik Penyeteman Meng-mong

Teknik penyeteman adalah teknik membuat kestabilan suara pada meng-mong.Teknik penyeteman pada meng-mong yaitu dengan menarik ke atas atau kebawah tukkol/penyanggah yang berada pada setiap ujung senar. Semakin jauh jarak tukkol/penyanggah yang ada pada setiap senar meng-mong maka semakin rendah nada yang dihasilkan dan sebaliknya, semakin dekat jarak tukkol/penyanggah pada senar meng-mong maka akan semakin tinggi nada yang dihasilkan. Dalam penyeteman ini jarak setiap tukkol tidak sama, tukol/penyanggah tersebut harus berbeda posisinya. Sehingga nada yang dihasilkan setiap senar meng-mong berbeda dan bisa diatur sesuai keinginan ataupun bisa diatur dengan menyamakan nada meng-mong dengan alat musik lainnya seperti, sulim, hasapi, garantung dan lain-lain.

Gambar 5.4 : Teknik penyeteman meng-mong 3.5.3 Bagian-bagian Meng-mong

Dalam alat musik meng-mong terdapat tiga buah senar, dimana setiap senar pada meng-mong memiliki nada yang berbeda-beda.Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar.

(1) (3) (2) (4)

(5)

Gambar 5.5 : Bagian-bagian meng-mong

Keterangan gambar

1. Sisa ruas bambu.

2. Badan meng-mong.

3. Senar meng-mong.

4. Tukkol (ganjal senar).

5. Lubang udara.

3.5.4 Posisi Memainkan Meng-mong

Cara memainkan mong yaitu dengan memukul senar senar meng-mong menggunakan palu-palu ( stick ). Memainkan meng-meng-mong dilakukan dengan posisi hundul. Posisi ini dilakukandengan cara meletakkan meng-mong kebagian kaki kiri sebagai tumpuan badan meng-mong dan kaki kanan mengapit badan mong. Posisi tangan kiri berada pada ujung senar kedua

meng-mong.Sedangkan tangan kanan memukul senar meng-mong.Posisi badan ketika sedang bermain yaitu sedikit mencondong kebelakang/membungkuk.

3.5.4.1 Posisi Badan

Dalam hal ini, posisi badan saat memainkan meng-mong ialah dengan posisi hundul.Posisi ini dilakukan agar meng-mong dapat diletakkan diatas kaki saat memainkannya.Kaki kanan dilipat kedalam sedangkan kaki kiri sedikit direnggangkan yang berfungsi sebagai tumpuan badan meng-mong.

3.5.4.2 Posisi Tangan

Posisi tangan saat memainkan meng-mong ialah.Dengan meletakkan tangan kiri pada ujung senar kedua meng-mong sedangkan tangan kanan digunakan untuk memukul senar meng-mong dengan menggunakan palu-palu (stick). Untuk lebih jelas akan dijelaskan pada gambar dan keterangan berikut.

3.5.4.2.1 Posisi Tangan Kiri

Dalam memainkan meng-mong, posisi tangan kiri berada pada ujung senar kedua. Jari tangan berfungsi untuk menahan getaran senar kedua sehingga senar kedua pada meng-mong bisa menghasilkan nada doal saat dimainkan

Gambar 5.6 : Posisi tangan kiri 3.5.4.2.2 Posisi Tangan Kanan

Pada saat memainkan instrumen meng-mong, tanga kanan digunakan untuk memukul senar meng-mong dengan menggunakan palu-palu (stick).Demikian dijelaskan dalam gambar.

Gambar 5.7 : Posisi tangan kanan

3.5.4.3 Posisi Kaki

Adapun posisi kaki dalam cara memainkan meng-mong yaitu dengan melipat kaki kanan dan sedikit merenggangkan kaki kiri sebagai tumpuan badan meng-mong. Untuk lebih jelas akan diperlihatkan pada gambar-gambar dan keterangan berikut:

3.5.4.3.1 Posisi Kaki Kanan

Posisi kaki kanan saat memainkan meng-mong ialah dengan cara melipat kaki kanan kebawah paha kaki kiri. Kaki kanan berfungsi untuk menahan badan meng-mong agar tidak bergerak-gerak saat dimainkan.

Gambar5.8 : Posisi kaki kanan

3.5.4.3.2 Posisi Kaki Kiri

Posisi kaki kiri sedikit direnggangkan saat memainkan meng-mong.Kaki kiri berfungsi sebagai tumpuan meng-mong agar mudah saat dimainkan dan juga berfungsi untuk mengapit badan meng-mong kebagian kaki kanan yang dilipat.

Gambar 5.9 : Posisi kaki kiri 3.5.5 Warna Bunyi

Setelah penulis melakukan pengamatan terhadap warna bunyi pada instrumen meng-mong. Ternyata persepsi masyarakat Batak Toba terhadap nada meng-mong yaitu berdasarkan nada pentatonis, yang dalam masyarakat Batak Toba disebut dengan nada nang, ning, nung, neng, nong (do, re, mi, fa, sol).Sistem nada ini adalah kata atau sekelompok kata yang menirukan bunyi-bunyi dari sumber yang digambarkan, atau dengan kata lain penamaan berdasarkan peniruan bunyi.

Ada berbagai versi mengenai warna bunyi yang dihasilkan oleh meng-mong Batak Toba, menurut Bapak J. E. Tambunan, menyatakan warna bunyi senar meng-mong ada 3, yakni, Nang, Ning dan Nung :

a) Warna bunyi “Nang” keluar apabila palu-palu (alat pukul) dipukul mengenai senar 1 pada alat musik meng-mong. Warna bunyi Nang mewakili bunyi Ogung oloan (Gong besar) dalam ensambel gondang sabangunan Batak Toba. Dalam hal ini, senar yang dipukul adalah senar yang berukuran lebih panjang

b) Warna bunyi “Ning” keluar apabila palu-palu (alat pukul) dipukul mengenai senar 2 (senar yang berada dibagian tengah) pada alat musik meng-mong. Dengan warna bunyi pok mewakili bunyi doal (Gong kecil).

c) Warna bunyi Nung keluar apabila palu-palu (alat pukul) dipukul mengenai senar 3 pada alat musik meng-mong. Mewakili nada ogung ihutan.

3.5.6 Pola Ritem

Pola ritem yang dimaksut penulis ialah pola irama dari meng-mong Batak Toba saat dimainkan ketika mengiringi melodi maupun vokal. Dalam menganalisis pola ritem, penulis melakukan pendekatan yang dikemukakan oleh netll (1964) yakni: dalam menganalisis ritem maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pola dasar ritem, repetisi, dan variasi dari pola dasar ritem.

Untuk menjelaskan hal yang dikemukakan oleh netll penulis menggunakan teknik transkripsi análisis. Transkripsi adalah proses penotasian bunyi,mengalihkan bunyi menjadi simbol visual (Nettl, 1964 : 98).

Pentranskripsian bunyi musik merupakan suatu usaha untuk mendeskripsikan musik, yang mana hal ini merupakan bagian penting dalam disiplin etnomusikologi.

Dalam mentranskripsikan pola ritem meng-mong ini, penulis menggunakan notasi Barat. Adapun alasan penulis memilih sistem notasi barat karena sistem

notasi barat sangat cocok untuk menunjukkan nilai ritmis dari setiap nada. Lebih dari pada itu simbol-simbol yang terdapat dalam sistem notasi barat bersifat fleksibel, artinya untuk menyatakan sebuah nada yang sulit untuk ditranskripsikan dapat dibubuhkan atau ditambahkan simbol lain sesuai dengan kebutuhan yang penulis inginkan.

3.5.7 Cara Memainkan

Alat musik merupakan suatu instrument yang dibuat atau dimodifikasi untuk tujuan menghasilkan bunyi. Pada prinsipnya, segala sesuatu yang memproduksi suara, dan dengan cara tertentu bisa diatur oleh pemain, dapat disebut sebagai alat musik. Walaupun demikian, istilah ini umumnya diperuntukkan bagi alat yang khusus ditujukan untuk musik. Meng-mong menghasilkan bunyi saat palu-palu dipukul mengenai senar meng-mong. Tinggi rendahnya nada ditentukan oleh jauh dekatnya jarak antara tukkol (penyangga) pada senar meng-mong .

Pada umumnya meng-mong dapat dimainkan dalam posisiduduk namun bisa ditambah dengan kotak resonator dan juga kaki penyangga agar bisa dimainkan dengan posisi berdiri dengan cara meletakkan indung jari tangan kiri diujung senar kedua tepat diatas ganjal yang bertujuan untuk menahan getaran senar sat dimainkan lalu tangan kanan memegang palu-palu yang ujungnya dibalut dengan karet digunakan untuk memukul senar meng-mong. Untuk memainkannya, palu-palu dihentakkan kebadan senar sehingga bergetar dan menghasilkan nada

Tangan kiri Tangan kanan

Gambar 6.0 : Transkripsi ritem meng-mong

Keterangan gambar :

1. Senar 1 ditandai dengan angka 1 dengan bunyi “nang”.

2. Senar 2 ditandai dengan angka 2 dengan bunyi ”ning”(“pok”).

3. Senar 3 ditandai dengan angka 3 dengan bunyi “nung”.

3.5.8 Sejarah Meng-mong Batak Toba

Mengenai Sejarah meng-mong tentang asal usul maupun kegunaannya pada jaman dulu, penulis mencoba mengumpulkan beberapa data terkait.Mitos adalah semacam cerita yang diciptakan turun temurun dari jaman nenek moyang kepada keturunannya dan dipercayai oleh keturunannya.Mitos yang berkembang pada masyarakat Batak Toba bahwa alat musik seperti meng-mong diciptakan

Mengenai Sejarah meng-mong tentang asal usul maupun kegunaannya pada jaman dulu, penulis mencoba mengumpulkan beberapa data terkait.Mitos adalah semacam cerita yang diciptakan turun temurun dari jaman nenek moyang kepada keturunannya dan dipercayai oleh keturunannya.Mitos yang berkembang pada masyarakat Batak Toba bahwa alat musik seperti meng-mong diciptakan