• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III STUDI ORGANOLOGIS MENG-MONG BATAK TOBA

3.4 Ukuran Bagian-bagian Meng-mong

Pada tulisan ini penulis ingin memberikan ukuran-ukuran yang dilakukan pada bagian-bagian meng-mong.Adapun bagian tersebut yaitu panjang badan bambu, lebar bambu, ukuran lubang udara, jarak lubang udara (resonator), Posisi tukol serta jarak senar yang satu dengan yang lainnya. Untuk itu penulisakan menjelaskan dengan gambar.

(5) (1) (2) (3)

(4)

(6) (7)

(8)

Gambar 5.3 : Ukuran meng-mong

Adapun penjelasan pada gambar tersebut ialah : 1. Panjang badan bambu ± 63 cm

2. Ukuran senar meng-mong ± 2 cm 3. Panjang sisa ruas bambu ± 8,5 cm

4. Diameter bambu ± 10 cm

5. Jarak senar ± 3,5 cm (sekitar 2 jari) 6. Panjang senar ± 50 cm

7. Tukkol ± 3 cm 8. Lubang udara 4,5 cm 3.5 Kajian Fungsional

Studi fungsional memperhatikan fungsi dari alat dan komponen yang menghasilkan suara, antara lain membuat pengukuran dan pencatatan terhadap metode memainkan alat musik tersebut, metode pelarasan dan keras lembutnya suara, warna nada dan kualitas suara yang dihasilkan oleh alat musik tersebut.

Dalam tulisan ini penulis akan mengkaji tentang kajian fungsional terhadap proses belajar, teknik penyeteman, cara memainkan meng-mong, nada yang dihasilkan meng-mong, dan teknik memainkannya.

3.5.1 Proses Belajar

Pada umumnya, proses belajar yaitu suatu proses interaksi antara siswa dan pengajar dan sumber belajar dalam suatu lingkungan. Secara tradisional mangajar diartikan sebagai upaya penyampaian/penanaman pengetahuan pada anak.Dalam pengertian itu anak dipandang sebagai obyek yang sifatnya pasif.Pengajaran berpusat pada seorang guru. Gurulah yang memegang peranan utama dalam proses belajar-mengajar.

Pengetahuan untuk memainkan musik Batak Toba dipelajari secara oral (lisan). Belajar secara oral adalah belajar dengan cara melihat permainan dan mendengar permainan, menghafal bunyi musik, menirukan apa yang dilihat, didengar dan menghafalkannya. Dalam proses belajar budaya musik masyarakat

Batak Toba, terdapat dua jenis proses belajar. Kedua proses belajar tersebut adalah, proses belajar secara langsung dan tidak langsung. Proses belajar secara langsung lazim disebut dengan marguru, sedangkan proses belajar secara tidak langsung lazim disebut dengan marsiajar.

Marguru mempunyai pengertian belajar dari seorang guru. Dalam proses belajar meng-mong, marguru diartikan dengan belajar kepada seorang pemain meng-mong yang sudah dianggap mampu dan mahir dalam bermain meng-mong.

Dalam hal ini sedikitnya ada dua oknum yang terdapat dalam marguru yaitu seorang guru dan seorang murid.

Dalam proses marguru seorang murid akan mendapat pengetahuan memainkan meng-mong dengan bimbingan langsung dari gurunya. Pelajaran yang didapat dari seorag guru biasanya menyangkut cara memukul meng-mong yang baik, menggunakan palu-palu (stik) yang baik, penghafalan nada sampai kepada teknik-teknikpermainan.Namun, walaupun seseorang belajar garantung dengan cara marguru, tidak menutup kemungkinan untuk belajar dengan cara lain, misalnya dengan menonton pertunjukan, mendengar musik dan lain sebagainya.

Marsiajar dapat diartikan dengan belajar sendiri tanpa bimbingan seorang guru. Dalam proses marsiajar, pengetahuan memainkan meng-mong didapatkan dengan cara menonton pertunjukan, mendengarkan permainan musik, dan pengalaman lainnya. Dalam hal ini seseorang menirukan dari apa yang didengar dengan pendekatan caranya sendiri. Pengetahuan yang didapat dengan proses marsiajar biasanya memiliki banyak warna, karena didapat dari beberapa pemain yang berbeda-beda sesuai dari apa yang didengar dan dilihat dalam pengalaman sehari-hari.

3.5.2 Teknik Penyeteman Meng-mong

Teknik penyeteman adalah teknik membuat kestabilan suara pada meng-mong.Teknik penyeteman pada meng-mong yaitu dengan menarik ke atas atau kebawah tukkol/penyanggah yang berada pada setiap ujung senar. Semakin jauh jarak tukkol/penyanggah yang ada pada setiap senar meng-mong maka semakin rendah nada yang dihasilkan dan sebaliknya, semakin dekat jarak tukkol/penyanggah pada senar meng-mong maka akan semakin tinggi nada yang dihasilkan. Dalam penyeteman ini jarak setiap tukkol tidak sama, tukol/penyanggah tersebut harus berbeda posisinya. Sehingga nada yang dihasilkan setiap senar meng-mong berbeda dan bisa diatur sesuai keinginan ataupun bisa diatur dengan menyamakan nada meng-mong dengan alat musik lainnya seperti, sulim, hasapi, garantung dan lain-lain.

Gambar 5.4 : Teknik penyeteman meng-mong 3.5.3 Bagian-bagian Meng-mong

Dalam alat musik meng-mong terdapat tiga buah senar, dimana setiap senar pada meng-mong memiliki nada yang berbeda-beda.Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar.

(1) (3) (2) (4)

(5)

Gambar 5.5 : Bagian-bagian meng-mong

Keterangan gambar

1. Sisa ruas bambu.

2. Badan meng-mong.

3. Senar meng-mong.

4. Tukkol (ganjal senar).

5. Lubang udara.

3.5.4 Posisi Memainkan Meng-mong

Cara memainkan mong yaitu dengan memukul senar senar meng-mong menggunakan palu-palu ( stick ). Memainkan meng-meng-mong dilakukan dengan posisi hundul. Posisi ini dilakukandengan cara meletakkan meng-mong kebagian kaki kiri sebagai tumpuan badan meng-mong dan kaki kanan mengapit badan mong. Posisi tangan kiri berada pada ujung senar kedua

meng-mong.Sedangkan tangan kanan memukul senar meng-mong.Posisi badan ketika sedang bermain yaitu sedikit mencondong kebelakang/membungkuk.

3.5.4.1 Posisi Badan

Dalam hal ini, posisi badan saat memainkan meng-mong ialah dengan posisi hundul.Posisi ini dilakukan agar meng-mong dapat diletakkan diatas kaki saat memainkannya.Kaki kanan dilipat kedalam sedangkan kaki kiri sedikit direnggangkan yang berfungsi sebagai tumpuan badan meng-mong.

3.5.4.2 Posisi Tangan

Posisi tangan saat memainkan meng-mong ialah.Dengan meletakkan tangan kiri pada ujung senar kedua meng-mong sedangkan tangan kanan digunakan untuk memukul senar meng-mong dengan menggunakan palu-palu (stick). Untuk lebih jelas akan dijelaskan pada gambar dan keterangan berikut.

3.5.4.2.1 Posisi Tangan Kiri

Dalam memainkan meng-mong, posisi tangan kiri berada pada ujung senar kedua. Jari tangan berfungsi untuk menahan getaran senar kedua sehingga senar kedua pada meng-mong bisa menghasilkan nada doal saat dimainkan

Gambar 5.6 : Posisi tangan kiri 3.5.4.2.2 Posisi Tangan Kanan

Pada saat memainkan instrumen meng-mong, tanga kanan digunakan untuk memukul senar meng-mong dengan menggunakan palu-palu (stick).Demikian dijelaskan dalam gambar.

Gambar 5.7 : Posisi tangan kanan

3.5.4.3 Posisi Kaki

Adapun posisi kaki dalam cara memainkan meng-mong yaitu dengan melipat kaki kanan dan sedikit merenggangkan kaki kiri sebagai tumpuan badan meng-mong. Untuk lebih jelas akan diperlihatkan pada gambar-gambar dan keterangan berikut:

3.5.4.3.1 Posisi Kaki Kanan

Posisi kaki kanan saat memainkan meng-mong ialah dengan cara melipat kaki kanan kebawah paha kaki kiri. Kaki kanan berfungsi untuk menahan badan meng-mong agar tidak bergerak-gerak saat dimainkan.

Gambar5.8 : Posisi kaki kanan

3.5.4.3.2 Posisi Kaki Kiri

Posisi kaki kiri sedikit direnggangkan saat memainkan meng-mong.Kaki kiri berfungsi sebagai tumpuan meng-mong agar mudah saat dimainkan dan juga berfungsi untuk mengapit badan meng-mong kebagian kaki kanan yang dilipat.

Gambar 5.9 : Posisi kaki kiri 3.5.5 Warna Bunyi

Setelah penulis melakukan pengamatan terhadap warna bunyi pada instrumen meng-mong. Ternyata persepsi masyarakat Batak Toba terhadap nada meng-mong yaitu berdasarkan nada pentatonis, yang dalam masyarakat Batak Toba disebut dengan nada nang, ning, nung, neng, nong (do, re, mi, fa, sol).Sistem nada ini adalah kata atau sekelompok kata yang menirukan bunyi-bunyi dari sumber yang digambarkan, atau dengan kata lain penamaan berdasarkan peniruan bunyi.

Ada berbagai versi mengenai warna bunyi yang dihasilkan oleh meng-mong Batak Toba, menurut Bapak J. E. Tambunan, menyatakan warna bunyi senar meng-mong ada 3, yakni, Nang, Ning dan Nung :

a) Warna bunyi “Nang” keluar apabila palu-palu (alat pukul) dipukul mengenai senar 1 pada alat musik meng-mong. Warna bunyi Nang mewakili bunyi Ogung oloan (Gong besar) dalam ensambel gondang sabangunan Batak Toba. Dalam hal ini, senar yang dipukul adalah senar yang berukuran lebih panjang

b) Warna bunyi “Ning” keluar apabila palu-palu (alat pukul) dipukul mengenai senar 2 (senar yang berada dibagian tengah) pada alat musik meng-mong. Dengan warna bunyi pok mewakili bunyi doal (Gong kecil).

c) Warna bunyi Nung keluar apabila palu-palu (alat pukul) dipukul mengenai senar 3 pada alat musik meng-mong. Mewakili nada ogung ihutan.

3.5.6 Pola Ritem

Pola ritem yang dimaksut penulis ialah pola irama dari meng-mong Batak Toba saat dimainkan ketika mengiringi melodi maupun vokal. Dalam menganalisis pola ritem, penulis melakukan pendekatan yang dikemukakan oleh netll (1964) yakni: dalam menganalisis ritem maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pola dasar ritem, repetisi, dan variasi dari pola dasar ritem.

Untuk menjelaskan hal yang dikemukakan oleh netll penulis menggunakan teknik transkripsi análisis. Transkripsi adalah proses penotasian bunyi,mengalihkan bunyi menjadi simbol visual (Nettl, 1964 : 98).

Pentranskripsian bunyi musik merupakan suatu usaha untuk mendeskripsikan musik, yang mana hal ini merupakan bagian penting dalam disiplin etnomusikologi.

Dalam mentranskripsikan pola ritem meng-mong ini, penulis menggunakan notasi Barat. Adapun alasan penulis memilih sistem notasi barat karena sistem

notasi barat sangat cocok untuk menunjukkan nilai ritmis dari setiap nada. Lebih dari pada itu simbol-simbol yang terdapat dalam sistem notasi barat bersifat fleksibel, artinya untuk menyatakan sebuah nada yang sulit untuk ditranskripsikan dapat dibubuhkan atau ditambahkan simbol lain sesuai dengan kebutuhan yang penulis inginkan.

3.5.7 Cara Memainkan

Alat musik merupakan suatu instrument yang dibuat atau dimodifikasi untuk tujuan menghasilkan bunyi. Pada prinsipnya, segala sesuatu yang memproduksi suara, dan dengan cara tertentu bisa diatur oleh pemain, dapat disebut sebagai alat musik. Walaupun demikian, istilah ini umumnya diperuntukkan bagi alat yang khusus ditujukan untuk musik. Meng-mong menghasilkan bunyi saat palu-palu dipukul mengenai senar meng-mong. Tinggi rendahnya nada ditentukan oleh jauh dekatnya jarak antara tukkol (penyangga) pada senar meng-mong .

Pada umumnya meng-mong dapat dimainkan dalam posisiduduk namun bisa ditambah dengan kotak resonator dan juga kaki penyangga agar bisa dimainkan dengan posisi berdiri dengan cara meletakkan indung jari tangan kiri diujung senar kedua tepat diatas ganjal yang bertujuan untuk menahan getaran senar sat dimainkan lalu tangan kanan memegang palu-palu yang ujungnya dibalut dengan karet digunakan untuk memukul senar meng-mong. Untuk memainkannya, palu-palu dihentakkan kebadan senar sehingga bergetar dan menghasilkan nada

Tangan kiri Tangan kanan

Gambar 6.0 : Transkripsi ritem meng-mong

Keterangan gambar :

1. Senar 1 ditandai dengan angka 1 dengan bunyi “nang”.

2. Senar 2 ditandai dengan angka 2 dengan bunyi ”ning”(“pok”).

3. Senar 3 ditandai dengan angka 3 dengan bunyi “nung”.

3.5.8 Sejarah Meng-mong Batak Toba

Mengenai Sejarah meng-mong tentang asal usul maupun kegunaannya pada jaman dulu, penulis mencoba mengumpulkan beberapa data terkait.Mitos adalah semacam cerita yang diciptakan turun temurun dari jaman nenek moyang kepada keturunannya dan dipercayai oleh keturunannya.Mitos yang berkembang pada masyarakat Batak Toba bahwa alat musik seperti meng-mong diciptakan untuk menemani waktu luang saat menjaga padi disawah.

Sedikit nya info secara lisan yang didapatkan penulis baik berupa tulisan ilmiah, buku mengenai sejarah meng-mong, maupun artikel yang terkait.Ini menyebabkan belum diketahuinya asal-usul yang pasti kapan terciptanya alat musik meng-mong.

Senar 1 Senar 2 Senar 3

Indung jari tangan kiri menekan senar 2 saat dipukul (saat setelah senar dipukul)

Meng-mong adalah sejenis alat musik tradisional Batak Toba jenis kordofon berdawai atau disebut Idiokord.Pada mulanya alat ini diciptakan berdasarkan kegiatan-kegiatan untuk kebutuhan hidup, seperti dalam usaha pertanian yang sistem pengolahannya selalu berubah baik perawatan maupun pengawasaanya.

Pada umumnya bila padi berbuah harus dijaga agar tidak dimakan binatang-binatang seperti burung, babi hutan, kera dan lain-lain.Untuk menghindari gangguan-gangguan tersebut maka diciptakan sejenis alat untuk mengisi waktu luang bagi si penjaga. Adapun yang beranggapan dahulu meng-mong ini dibuat sebagai alat untuk menghibur kepenatan sipenjaga sawah/ladang.

Namun disisi lain penciptaan alat musik meng-mong ini untuk menghibur dewa padi dengan harapan buah padinya akan berlimpah ruah.

Dari segi kegunaan, awal nya alat musik ini tidak hanya digunakan sebagai instrumen penghibur diri saat disawah saja namun juga sebagai salah satu ensambel didalam permainan Gondang Hasapi.Instrumen ini dipakai saat upacara penyembuhan, pemanggilan roh, dan juga upacara adat lainnya dalam konteks kebudayan Batak Toba yang digabungkan dengan instrumen lain seperti, Hasapi, Sarune Etek, Garantung, dan lain-lain. Meng-mong digunakan sebagai pengganti instrumen Gong pada saat itu, namun seiring berjalannya waktu dan kebutuhan akan alat musik gong semakin terpenuhi meng-mong pun tergantikan dan mulai jarang dipakai.

Dikatakan sebagai meng-mong ini berdasarkan bunyi yang dihasilkan yaitu

“meng” dan “mong”. Hal ini lah yang membuat masyarakat Batak Toba memberikan nama meng-mong tersebut.

BAB IV

EKSISTENSI MENG-MONG BATAK TOBA 4.1 Eksistensi Meng-mong Batak Toba

Keberadaan alat musik meng-mong Batak Toba pada zaman dahulu dengan sekarang sudahlah mengalami pergesaran yang sangat jauh, hal ini disebabkan akan kebutuhan yang diinginkan dengan konsumsi musik yang dipakai oleh masyarakat Batak Toba terlebih kepada kaum pemuda-pemudi.

pada dasarnya alat musik Batak Toba menurut Bapak J. E. Tambunan merupakan suatu alat yang sangat sering dijumpai di kalangan petani. Karena kalangan masyarakat Batak Toba adalah pekerja ladang/sawah seperti orang tua dan pemuda-pemudi dahulunya juga membantu orangtuanya di ladang/sawah.Sehingga mereka banyak mempelajari alat musik sederhana ini untuk melepaskan diri dari kejenuhan, kelelahan serta untuk mengisi waktu luang.

Tidak hanya meng-mong begitu juga dengan alat musik lainnya

Awalnya alat musik meng-mong Batak Toba ini hanya dipertunjukkan untuk kepentingan diri sendiri.Namun semakin masyarakat mengetahui nilai-nilai yang terdapat pada alat tersebut, serta warna bunyi yang dihasilkan maka alat musik meng-mong ini dipakai dalam ensambel gondang hasapi.Meng-mong dimainkan sebagai ensambel musik oleh masayarakat Batak Toba dalam acara adat ataupun dalam acara ritual.

Meng-mong dimainkan sebagai ensambel dalam esambel gondang hasapi yang digabungkan dengan alat musik lain seperti, sarune etek, hasapi, garantung

dan lain-lain. Namun seiring semakin berkembangnya kebutuhan akan musik pada masyarakat Batak Toba, meng-mong sempat tergantikan. Meng-mong digantikan dengan menggunakan hasapi atau yang biasa disebut dengan hasapi doal, sehingga dalam ensambel gondang hasapi menggunakan dua buah hasapi, yang membuat alat musik meng-mong semakin jarang digunakan.

Keberadaan meng-mong Batak Toba ini dahulunya sangat familiar dikalangan masyarakat Batak Toba yang berada pada wilayah Toba Samosir dan desa-desa sekitarnya.Pemakaian alat musik meng-mong ini sangat nampak jelas di setiap sawah/ ladang masyarakat.Menurut wawancara dengan bapak B.Pardosi (70) didesa Parsoburan, Kecamatan Parsoburan Kabupaten Toba Samosir. Beliau mengungkapkan, meng-mong masih sering dipakai leh masyarakat ketika umur beliau 15 tahun sekitar tahun 1950-an. Masyarakat kalangan usia anak-anak, remaja, dewasa sangat sering menggunakan alat musik meng-mong tersebut.

Bahkan bukan hanya memainkannya cara membuat alat musik meng-mong ini juga dipelajari mereka secara turun temurun.

Tidak hanya didaerah Toba Samosir saja, didaerah-daerah lain alat musik ini masih sempat digunakan sebagai alat untuk mengisi waktu luang saat berada disawah ataupun diladang. Salah satu contoh yaitu didaerah Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara saat penulis melakukan penelitian lebih luas mengenai keberadaan meng-mong, penulis masih bisa menjumpai informan/orang yang tau tentang instrumen musik ini, yaitu bapak S. Sinaga (75). Bapak S. Sinaga awalnya bekerja sebagai pembuat alat musik gitar tepatnya di Sipoholon namun akibat umur yang semakin tua membuat bapak S. Sinaga tidak lagi membuat alat musik. Menurut penjelasan beliau saat dilakukan wawancara singkat dikediaman beliau di

Sipoholon, beliau masih sempat menggunakan meng-mong sebagai mainan/instrumen penghibur diri saat berada diladang/sawah ketika berumur 12 – 16 tahun. Namun sekitar tahun 70an alat musik ini sudah jarang dijumpai bahkan hampir tidak ada lagi yang menggunakannya.

Samahalnya didaerah Samosir, selain bapak J. E. Tambunan dan daerah Tuktuk. Masih ada musisi dan daerah lain yang masih sempat menggunakan alat musik ini kususnya daerah Kecamatan Harian Boho. Alat musik ini sempat digunakan sebagai alat penghibur diri sama seperti didaerah lain, yaitu saat penulis melakukan wawancara dengan bapak Martahan Sitohang, anak dari Guntur Sitohang yang juga merupakan musisi dan seniman Batak Toba yang sudah diakui.

Bapak Martahan Sitohang juga sekaligus alumni dari Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara. Beliau mengungkapkan bahwa beliau masih sempat menggunakan alat musik ini sebagai alat penghibur diri saat masa mudanya.

Berbeda pada saat sekarang, alat musik meng-mong ini sudah tidak dimainkan lagi oleh para petani/pekerja sawah baik kalangan usia orangtua maupun remaja. Alat musik meng-mong ini bisa dikatakan sudah hampir punah.Hal ini disebabkan karena perkembangan kebutuhan konsumsi musik masyarakat sudah tidak kepada alat tradisional.Melainkan kepada alat musik modern.Faktor zaman yang sudah maju pesat membuat kebutuhan konsumsi musik kalangan pemuda-pemudi sudah berbeda dan berubah.

Sekarang, kalangan orang tua ataupun muda-mudi tidak lagi memainkan meng-mong ini, bahkan yang bisa atupun mengetahui cara memainkan alat musik ini sudah jarang dijumpai dan tidak banyak yang mengenalnya.Hal ini dikarenakan kemungkinan bentuk permainan tradisional kurang menarik, susah dan rumit. Oleh

karena itu kalangan masyarakat Batak Toba lebih memilih alat musik modern yang sangat sederhana.Serta bentuk alat musik modern terlihat mahal dan elegan.Maka dari itu kebutuhan memainkan alat musik tradisional hanya dijumpai pada upacara adat atau pertunjukan kesenian.Tidak ada lagi perkumpulaan permainan muda-mudi untuk memainkan alat musik tradisi.

Meskipun hampir punah alat musik meng-mong ini masih dilestarikan oleh seorang seniman Batak Toba yang berasal dari kelurahan Tutuk Siadong kecamatan Simanindo kabupaten Samosir.Beliau bernama Bapak J. E. Tambunan, beliau merupakan seniman Batak Toba yang masih memahami betul alat musik meng-mong ini.Beliau juga masih produktif dalam mewariskan dan mempelajari alat musik tradisional Batak Toba terlebih meng-mong hingga sekarang.

Selain daripada itu, masih ada beberapa seniman dan juga musisi Batak Toba yang tau tentang alat musik ini.Salah satunya bapak Marsius Sihotang, beliau menjabat sebagai dosen di Universitas Sumatera Utara tepatnya dijurusan Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya.Menurut penjelasan beliau saat dijumpai ditempat, beliau mengatakan bahwa alat musik ini masih sempat digunakan oleh grup musik nya saat masih aktif di Opera Batak sekitar tahun 1965.

Alat musik meng-mong Batak Toba ini sudah mulai ditampilkan kembali pada pertunjukan musik Batak di Sumatera Utara tepatnya di Samosir.Instrumen ini dimainkan oleh grup musik yang benama Batakkustik, grup ini dibentuk oleh muda-mudi Samosir yang aktif bermain musik didaerah Smosir.Grup ini mulai menggunakan meng-mong hampir disetiap pertunjukannya pada pertengahan tahun 2017 hingga sampai sekarang.Pertunjukkan ini dilakukan untuk memperkenalkan musik Batak Toba kepada masyarakat Batak kususnya didaerah

Samosir. Walaupun konteks yang di bawakan oleh grup ini hanya sebagai hiburan kepada masyarakat, tetapi mereka selalu memperkenalkan meng-mong kepada masyarakat bahwa meng-mong ini adalah warisan budaya dari leluhur Batak Toba yang mempunyai nilai seni yang sangat tinggi, yang sama dengan alat musik tradisional lainnya. Mereka juga ditunjuk sebagai pemerhati dan pelestarian untuk alat musik tradisional Batak Toba.

Meskipun demikian, penggunaan instrumen meng-mong ini hanya sebagai pertunjukan saja.Penggunaannya sudah berbeda dengan yang dulu. Dahulu dimainkan saat seorang berada di ladang/sawah sebagai pelipur lara yang mengandung nilai estetika atau sebagai instrumen hiburan dan sekaligus sebagai salah satu permainan muda-mudi Batak Toba. Sekarang ini penggunaan meng-mong hanya bisa di jumpai pada seni pertunjukan sajaUntuk memperkenalkan kepada masyarakat.Mungkin fungsi dan penggunaannya tidak lagi seperti dulu, namun hal ini tetap diharapkan tidak mengurangi nilai seni dari alat musik meng-mong itu.

Dengan keadaan masyarakat Batak Toba sekarang ini, dengan berbagai pengaruh kebudayaan lain, baik dari luar maupun dari dalam, bapak J. E.

Tambunan masih sangat berharap agar kelak alat musik meng-mong ini tetap eksis dan tetap dikenal luas, baik oleh masyarakat Batak Toba sendiri maupun orang-orang di luar etnis Batak Toba itu sendiri.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 kesimpulan

Berdasarkan pada uraian-uraian yang telah penulis jelaskan pada bab-bab sebelumnya maka pada bab ini penulis akan mengambil beberapa kesimpulan dari hasil penelitian yang penulis lakukan dan sebagai langkah terakhir penulis akan membuat saran sebagai penutup tulisan ini.

Meng-mong adalah alat musik tradisional Batak Toba yang berjenis

Meng-mong adalah alat musik tradisional Batak Toba yang berjenis