DAFTAR PUSTAKA
PENTINGNYA RASA EMPATI
A. Pengertian Empati
Empati berasal kata pathos (dalam bahasa Yunani) yang berarti perasaan yang mendalam. Empati pada awalanya di gunakan untuk menggambarkan suatu pengalaman estetika ke dalam bagian bentuk kesenian. Empati berbeda dangan simpati. Perasaan simpati sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang menggambarkan perasaan seseorang kepada orang lain. Beda antara empati dan simpati adalah, bahwa simpati lebih memusatkan perhatian pada perasaan diri sendiri bagi orang lain, sementara itu perasaan orang lain atau lawan bicaranya kurang diperhatikan. Sedangkan empati lebih memusatkan perasaanya pada kondisi orang lain atau lawan bicaranya.
Berempati tidak hanya dilakukan dalam memahami perasaan orang lain semata, tetapi harus dinyatakan secara verbal dan dalam bentuk tingkah laku. Proses ini tidaklah mudah, tetapi jika sering dilakukan akan menjadi terbiasa (otomatis). Respon-respon empati akan berpengaruh terhadap orang yang diberi empati. Orang tersebut merasa didengarkan, diperhatikan, dipahami masalahnya, dan dihargai. Respon-respon yang bermakna akan melahirkan interaksi yang bermakna juga.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Empati
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses empati, antara lain : 1. Sosialisasi
Dengan adanya sosialisasi memungkinkan seseorang dapat mengalami sejumlah emosi, mengarahkan seseorang untuk melihat keadaan orang lain dan berpikir tentang orang lain.
2. Perkembangan kognitif
Empati dapat berkembang seiring dengan perkembangan kognitif yang mengarah kepada kematangan kognitif, sehingga dapat melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (berbeda).
Situasi perasaan seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungannya akan mempengaruhi cara seseorang dalam memberikan respon terhadap perasaan dan perilaku orang lain
4. Situasi dan tempat
Situasi dan tempat tertentu dapat memberikan pengaruh terhadap proses empati seseorang. Pada situasi tertentu seseorang dapat berempati lebih baik dibanding situasi yang lain.
5. Komunikasi
Pengungkapan empati dipengaruhi oleh komunikasi (bahasa) yang digunakan seseorang. Perbedaan bahasa dan ketidakpahaman tentang komunikasi yang terjadi akan menjadi hambatan dalam proses empati. Kemampuan empati dapat dilatih atau diasah meskipun usia seseorang telah beranjak dewasa.
C. Pentinya memiliki rasa Empati
Kita membutuhkan dua kaca sekaligus, yaitu kaca cermin dan kaca jendela. “Kaca Cermin” menggambarkan sikap egosentris, melihat persoalan hanya dari sudut pandang diri sendiri. Sedangkan “Kaca Jendela” merupakan cara mengetahui dan melihat kepentingan orang lain, di samping diri sendiri. Kita harus mengangkat sebagian kaca cermin dan menggantinya dengan kaca jendela. Melalui kaca jendela, seseorang tidak lagi melihat dirinya sendiri, tetapi mereka juga melihat orang lain di sekitarnya dengan berbagai kebutuhannya. Mengubah kaca cermin dengan kaca jendela adalah langkah penting agar perhatian seseorang tidak hanya tertuju ke dalam (self centered), melainkan tertuju ke luar kepada orang lain sehingga ia mudah merasa iba kepada orang lain (extra centered sensitivity).
Empati sering juga disebut dengan kepedulian. Yakni kesanggupan untuk peka terhadap kebutuhan orang lain, kesanggupan untuk turut merasakan perasaan orang lain serta menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Empati mendasari banyak segi tindakan dan pertimbangan moral. Oleh jika seseorang tidak memiliki rasa empeti pada sesame kemungkinan banyak yang bias terjadi adalah, dia akan bertindak semuanya saja
148 kepada orang lain. Mereka yang tidak punya empeti ini memiliki potensi untuk melakukan “tindak kejahatan” kepada orang lain, karena mereka hanya menggunakan pertimbangan pikirannya sendiri, yang sangat “egois” maunya benar sendiri.
D. Cara Menumbuhkan Empati
Ada beberapa langkah praktis agar kita bisa belajar menanamkan rasa empati dan peduli:
1. Kenali Perasaan Sendiri
Prosesnya adalah dengan meraba dan menghayati berbagai perasaan yang berkembang dalam diri seperti sedih, gembira, kecewa, bangga, terharu dan sebagainya. Mengenali perasaan sendiri merupakan bagian dari tuntutan kecerdasan emosi. Orang yang mengenali perasaan diri, biasanya mampu mengendalikan emosinya, sehingga ia tidak melakukan tindakan gegabah saat mendapati kenyataan di luar dirinya yang berbeda dengan keinginannya.
2. Sediakan Waktu Mneyendiri untuk Berpikir apa yang Telah Terjadi
Ini sebenarnya termasuk proses pengenalan dan pengendalian emosi. Karena biasanya orang sulit mempunyai gambaran jernih terhadap suatu persoalan dalam kondisi emosi yang bermacam-macam. Pasangan suami isteri umumnya merasa lebih empati satu sama lain ketika mereka sendirian dan memikirkan pasangan mereka. Rasa bersalah biasanya muncul saat mengemudikan mobil seorang diri ke tempat kerja, di masjid saat tafakkur, menjelang tidur, saat shalat malam dan sebagainya. Dalam waktu-waktu tersebut, seseorang mempunyai waktu-waktu untuk memikirkan kembali berbagai masalah yang ia alami. Selanjutnya, memulai yang lebih baik dengan memperbaiki terlebih dulu dirinya, sebelum menuntut orang lain berlaku baik kepadanya.
3. Cobalah Memandang Masalah dari Sudut Pandang Orang Lain
Empati adalah ketika kita dapat merasakan, apa yang orang lain rasakan dan juga dapat melihat masalah dari sudut pandang mereka. Masukilah dunia mereka dan cobalah memandang masalah dari sisi tersebut.
4. Jadilah Pendengan Yang Baik
Kita lebih mudah merasa empati, memahami perasaan orang lain dan menempatkan diri dalam keadaan orang lain, kalau kita dapat mendengar apa yang
suara lebih efektif menggambarkan perasaan ketimbang kata-kata. 5. Biasakan Menghayati Fenomena Berbagai hal yang kita Jumpai
Misalnya, saat kita melihat seorang tunanetra di tengah keramaian, nyatakan dalam hati betapa sulitnya orang itu memenuhi kebutuhannya. Langkah ini biasanya berlanjut dengan kesanggupan menempatkan diri dalam keadaan orang lain.
6. Berlatih Mengatur dan Menagtasi Gejolak Emosi dalam Menghadapi Reaksi Positif Maupun Negatif.
Di sekitar kita, banyak peristiwa yang bisa menyulut gejolak emosi. Di rumah, seorang suami bisa saja menemui segala macam hal yang berantakan. Seorang istri mendapati suaminya tak banyak memberi nafkah. Di jalanan seorang sopir bisa menemui banyak peristiwa yang memanaskan. Dalam segala kondisi, berupaya mengendalikan emosi merupakan perjuangan berat, tapi itu perlu.
7. Latihan Berkorban Untuk Kepentingan Orang
Empati yang tinggi memperbesar kesediaan untuk menolong, untuk berbagi dan berkorban demi kesejahteraan orang lain. Kesanggupan untuk berempati sendiri adalah kesanggupan yang ada pada tiap orang. Islam juga menganjurkan orang yang memasak sayuran memperbanyak kuahnya untuk diberikan pada tetangga. Biasakan mensyukuri nikmat Allah, apapun bentuknya, dengan memberi sebagian dari apa yang kita miliki untuk orang lain, terutama yang membutuhkan.
Sumber:
Fatimatuz., 2015., makalah bimbingan dan konseling sosial empati. http://blog.uad.ac.id.
150