• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pentingnya Pemanfaatan Media Audio Visual Bermuatan

Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di SMA

a. Karakteristik Media Audio Visual Bermuatan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah Indonesia pada Materi Pokok Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di SMA

Dalam pembelajaran Sejarah penyampaian pembelajaran perlu menggunakan media pengajaran yang baik demi menunjang materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah wahana atau alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar.105 Pentingnya pemanfaatan media dalam pembelajaran menjadi sarana sumber belajar yang baik bagi siswa terutama dalam memperoleh pengalaman belajar yang lebih konkret sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru. Melalui media pembelajaran, siswa diharapkan secara kognitif mampu memperoleh gambaran dan memperjelas siswa dalam memahami materi pelajaran sedangkan secara afektif dapat mempengaruhi sikap siswa.

Pembelajaran sejarah Indonesia pada materi pokok Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha menjadi materi ajar yang dapat didukung dengan pembelajaran

105 Hujair A.H. Sanaky, op.cit., hlm. 4

yang menggunakan media audio visual. Dengan menggunakan media audio visual pembelajaran pada materi pokok ini dapat membantu siswa untuk menghadirkan objek belajarnya menjadi lebih konkret dan mudah dipahami. Selain itu dalam pengajaran pun guru dapat dengan mudah menjelaskan materi ajar tanpa perlu memberikan ilustrasi yang lebih kepada siswa. Media audio visual merupakan alat yang “audible” artinya dapat didengar dan alat yang “visible” artinya dapat dilihat.106 Menurut Sri Anitah melalui media ini, seseorang tidak hanya dapat melihat atau mengamati sesuatu, melainkan sekaligus dapat mendengar sesuatu yang divisualisasikan.107

Untuk itu dengan memanfaatkan media audio visual yang ditampilkan oleh guru dalam proses pembelajaran dapat memperjelas siswa dalam memaknai materi yang sedang dipelajari. Terutama dalam mengembangkan materi pelajaran yang mengandung nilai-nilai karakter yang menjadi satu kesatuan dalam media audio visual tersebut. Adapun media audio visual yang digunakan dalam pembelajaran sejarah salah satunya dapat berupa video. Video, sebagai media audio visual berfungsi untuk menyampaikan pesan yang disajikan bisa bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif (ceritera), bisa informatif edukatif maupun instruksional.108 Penggunaan media audio visual berupa video dalam pembelajaran sejarah secara khusus dapat memuat bahan ajar yang disajikan oleh guru dan dapat dirancang sedemikian oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran sejarah yang akan dicapai.

106 Amir Hamzah Suleiman, Media Audio-Visual Untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan, Jakarta: PT Gramedia, 1981, hlm 11

107 Sri Anitah, Media Pembelajaran, Surakarta: Yuma Pustaka, 2010, hlm. 49

Pemanfaatan media audio visual dalam pembelajaran sejarah juga dapat memicu suasana belajar yang menyenangkan. Pengajaran yang tidak bervariasi membuat siswa mudah merasa jenuh sehingga pentingnya media juga menjadi sarana dalam mengembalikan suasana belajar siswa. Adapun karakteristik video yaitu 1) mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, 2) video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan, 3) pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat, 4) mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa, 5) mengembangkan imajinasi peserta didik, 6) memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistik, 7) sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang dan 8) sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan; mampu menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari siswa.109 Berdasarkan karakteristik yang telah diuraikan diatas maka dengan memanfaatkan video dalam pembelajaran sejarah secara khusus pada materi pokok Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha dapat menjadikan pembelajaran lebih mudah untuk dipelajari dan dapat merangsang siswa secara emosional untuk memperoleh nilai-nilai yang dimuat dalam materi pembelajaran tersebut.

b. Sumber Media Audio Visual Bermuatan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah Indonesia pada Materi Pokok Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di SMA

Secara teknis dalam proses belajar mengajar, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Yang dimaksud dengan “sumber belajar” yaitu

bahwa media sebagai penyalur, penyampai dan penghubung.110 Menurut Mudhoffir dalam bukunya yang berjudul Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar (1992) menjelaskan bahwa sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan. Dengan demikian maka dalam pengajaran guru membutuhkan media yang baik agar dapat membantu guru dalam menjelesakan bahan pengajaran dan dapat menjadi pelengkap dalam menunjang kegiatan pembelajaran agar lebih efektif.

Dalam pembelajaran sejarah media sebagai sumber belajar memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Media sebagai sarana sumber belajar dapat dirancang oleh guru sesuai dengan kebutuhan didalam pengajaran. Adapun sumber media audio visual dalam pembelajaran sejarah dapat digunakan dengan memanfaatkan berbagai sumber seperti slide suara, youtube, dan film dokumenter. Dari berbagai sumber media audio visual yang diperoleh dapat dipilah sesuai dengan kebutuhan dalam pengajaran agar media yang digunakan dapat membantu guru dalam menyalurkan pesan atau materi ajar dan membuat siswa tetap kondusif dalam menerima pembelajaran.

Media audio visual dapat dijadikan sumber belajar peserta didik dengan memuat nilai karakter. Dalam pembelajaran sejarah salah satu media audio visual yang dapat bermuatan pendidikan karakter adalah media video. Media video digunakan dalam pembelajaran agar memberikan gambaran secara langsung

materi yang diajarkan oleh guru. Dengan memanfaatkan media video dalam pembelajaran tidak hanya mempengaruhi aspek pengetahuan siswa tetapi juga mempengaruhi aspek sikap. Media video yang digunakan dalam pembelajaran dapat diperoleh guru dengan membuat sendiri video pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai sumber yang ada seperti sudah disebutkan diatas dan disesuaikan dengan materi pelajaran. Sehingga media video yang digunakan juga relevan dengan materi pelajaran.

Pada materi pokok Kerajaan Hindu dan Buddha pemanfaatan media audio visual dapat memberikan gambaran secara menyeluruh dan memberikan kesan pembelajaran kepada siswa. Terutama dalam menggali nilai-nilai karakter nasionalisme, toleransi dan multikultural yang dikembangkan oleh guru dalam materi dan disajikan dalam media audio visual. Pemanfaatan media audio visual dalam materi pokok ini dapat melibatkan siswa secara afektif untuk mengetahui berbagai segi kehidupan yang terbangun pada masa kerajaan Hindu dan Buddha yang terkenal dengan saling mentoleransi kehidupan beragama yang ada pada masa itu. Dengan demikian secara langsung siswa telah diperkenalkan dan mendapat pengetahuan baru tentang materi yang diperoleh dengan memanfaatkan media audio visual yang ditampilkan oleh guru dalam pembelajaran.

c. Pengembangan Karakter melalui Media Audio Visual Bermuatan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah Indonesia pada Materi Pokok Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di SMA

Dalam pendidikan, proses pembelajaran dirancang agar dapat menumbuhkan semangat dan keaktifan belajar dalam diri peserta didik. Pembelajaran yang dilakukan tentu tidak bisa terlepas dari peran guru yang dituntut untuk memiliki kemampuan dalam merancang pembelajaran agar menjadi lebih kreatif dan inovatif. Selain itu guru juga tidak boleh mengalami gagap teknologi (gaptek), termasuk di dalamnya penguasaan dalam penggunaan media pembelajaran.111 Pada proses belajar mengajar pun guru tidak hanya mentransfer pengetahuan tetapi juga mampu menumbuhkan sikap yang baik bagi peserta didik terutama dalam mengembangkan nilai karakter. Pendidikan merupakan sarana yang baik dalam menanamkan nilai karakter terhadap peserta didik.

Dalam kaitannya dengan pendidikan maka tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). Sedangkan tujuan kedua pendidikan karakter adalah mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. Maksud dari kedua tujuan ini ialah bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku anak yang negatif menjadi positif.112 Untuk itu dalam proses pembelajaran diperlukan suatu perubahan yang baru dimana guru

111 Yudhi Munandi, op.cit., hlm 1

bukan lagi sebagai pusat pembelajaran melainkan sebagai fasilitator yang mendampingi siswa dalam proses belajar sesuai dengan kurikulum 2013. Dalam hal ini kurikulum 2013 diharapkan mampu mendekatkan peserta didik pada kultur masyarakat dan bangsanya.113

Penguatan pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran sangat diperlukan adanya pemanfaatan media pembelajaran yang berbasis teknologi agar menjadikan pembelajaran lebih konkret. Selain itu pentingnya memanfaatkan media atau alat bantu sangat membantu dalam aktivitas proses pembelajaran karena dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.114 Media pembelajaran yang dapat digunakan yaitu media audio visual yang merupakan gabungan dari media visual dan audio. Melalui media audio visual seseorang tidak hanya mendengar tetapi juga dapat melihat sekaligus mendengarkan sesuatu yang divisualisasikan.115 Sehingga dengan memanfaatkan media audio visual membuat pembelajaran tidak lagi monoton tetapi menjadi lebih hidup sehingga siswa pun dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai materi yang diajarkan oleh guru. Selain itu dengan memanfaatkan media audio visual siswa akan memiliki antusias dan daya tarik tersendiri dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Pemanfaatan media audio visual selama proses pembelajaran secara langsung mempermudah siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang materi yang diajarkan oleh guru, secara khusus dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia. Pembelajaran sejarah menjadi mata pelajaran yang memuat nilai-nilai moral dan berbeda dari mata pelajaran lainnya. Sehingga dengan memanfaatkan

113 Hendra Kurniawan, op.cit., hlm. 158

114 Ibid., hlm 2

media audio visual dalam pembelajaran sejarah tidak hanya membangun aspek kognitif siswa tetapi juga mempengaruhi aspek afektif dimana siswa dapat merasakan secara langsung peristiwa-peristiwa sejarah.

Mata pelajaran Sejarah Indonesia memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.116 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah Indonesia sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai karakter yang dapat membangun pemahaman siswa akan pentingnya kesadaran berbangsa. Adapun pembelajaran Sejarah Indonesia yang memanfaatkan media audio visual bertujuan agar siswa tidak hanya mempelajari materi tetapi dengan melihat sekaligus mendengarkan siswa mampu memiliki gambaran mengenai segala sesuatu yang dipertunjukkan dalam materi terutama dalam memaknai setiap peristiwa sejarah.

Pada materi pokok Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha sangat cocok dalam menanamkan nilai-nilai karakter seperti nasionalisme, toleransi dan multikultural yang didapatkan berdasarkan adanya bukti-bukti peninggalan kedua kerajaan tersebut yang masih dijumpai di Indonesia saat ini. Pengembangan nilai karakter melalui bahan ajar atau materi ajar yang disampaikan oleh guru dapat diperjelas dengan menggunakan media audio visual berupa video. Dengan menerapkan video selama proses belajar mengajar dapat memberikan gambaran yang nyata mengenai nilai-nilai karakter yang ingin disampaikan guru. Dalam hal ini untuk mengembangkan nilai nasionalisme, toleransi dan multikultural pada diri peserta didik.

Nilai nasionalisme dalam materi pembelajaran bisa diwujudkan dengan sikap dan perilaku yaitu bangga sebagai bangsa Indonesia; cinta tanah air dan bangsa; rela berkorban demi bangsa; menerima kemajemukan; bangga pada budaya yang beraneka ragam; menghargai jasa para pahlawan; dan mengutamakan kepentingan umum.117 Untuk mewujudkan nilai toleransi dapat diakaitkan dalam lingkup kultural, memberi arti bahwa toleransi dapat dipahami sebagai sikap saling mengerti dan menerima segala diversitas kultural dalam hubungan dengan yang lain.118 Sedangkan nilai multikultural dapat diwujudkan dengan menghargai perbedaan. Dengan mengacu pada ketiga nilai ini peserta didik dapat memiliki kesadaran sejarah yang tinggi sehingga dapat memaknai setiap peristiwa sejarah yang memuat nilai-nilai luhur bangsa.

2. Contoh Rancangan Pembelajaran Sejarah Indonesia pada Materi Pokok Kerajaan-Kerajaan Hindu dan Buddha dengan Menggunakan Media Audio Visual Bermuatan Pendidikan Karakter di SMA

a. Desain Pembelajaran Sejarah Indonesia pada Materi Pokok Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha dengan Menggunakan Media Audio Visual Bermuatan Pendidikan Karakter di SMA

1) Perencanaan

Pembelajaran yang baik dimulai dengan menyiapkan rancangan pembelajaran. Pada tahap ini guru menyiapkan rancangan pembelajaran yang

117 Aman, op.cit., hlm. 42

akan digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Rancangan tersebut dapat dipersiapkan sebagai berikut:

a) Menentukan Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.119 Dalam menentukan kompetensi dasar pada penelitian ini, peneliti mengambil dari silabus mata pelajaran Sejarah Indonesia kelas X. Kompetensi dasar (KD) yang digunakan adalah KD 3.6 menganalis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini. Secara khusus dalam kompetensi dasar ini lebih mengarah pada perkembangan aspek kognitif dan sikap peserta didik. Sedangkan pada KD 4.6 menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha yang masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini. Secara khusus KD 4.6 lebih mengutamakan aspek keterampilan peserta didik.

Pada kompetensi dasar keterampilan peserta didik diarahkan untuk menyajikan informasi dari materi yang telah dipelajari dan kemudian disajikan dalam bentuk tulisan sesuai dengan instruksi guru. Pada aspek ini guru akan melihat keterampilan peserta didik dalam menyajikan materi yang telah dibuat tersebut. Dalam hal ini aspek keterampilan dinilai dengan menggunakan rubrik

119 Rusman, Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm. 6

penilaian selain itu guru juga menjelaskan mengenai instrumen penilaian kognitif yang akan dilakukan dengan memberikan penilaian tes tertulis berupa pengetahuan siswa dari materi yang telah diajarkan dan aspek sikap akan dilakukan oleh guru dengan penilaian berdasarkan hasil observasi selama kegiatan proses pembelajaran berlangsung.

b) Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan /atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.120

Dalam penelitian ini indikator pencapaian kompetensi dirumuskan menjadi tiga bagian yaitu KD 3.6 dengan indikatornya 3.6.1 menganalisis kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan Majapahit, 3.6.2 menunjukkan contoh bukti-bukti peninggalan kerajaan Majapahit yang masih ada di Indonesia pada masa kini. Sedangkan KD 4.6 dengan indikatornya 4.6.1 menyajikan nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Majapahit.

c) Alokasi Waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian kompetensi dasar dan bahan belajar.121 Alokasi waktu yang digunakan peneliti dalam pembelajaran Sejarah Indonesia dengan memanfaatkan media audio visual

120 Rusman, op.cit. hlm 6

bermuatan pendidikan karakter pada materi kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha membutuhkan waktu sebanyak 180 menit atau 2 kali pertemuan.

d) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.122 Tujuan pembelajaran dapat dituangkan dalam bentuk deskripsi maupun butir-butir yang memuat unsur ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree) serta memberi gambaran proses dan pencapaian hasil pembelajaran. Pada tujuan pembelajaran harus menggunakan kata kerja operasional yang dapat diobservasi dan dapat diukur mencakup pengetahuan (rumusan KD pada KI-3 atau IPK-nya), keterampilan (rumusan KD pada KI-4 atau IPK-nya), dan sikap (yang berorientasi pada Penguatan Pendidikan Karakter) dan untuk Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta PPKn mengacu pada rumusan KD pada KI-1 dan KI-2).123

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar dan mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. Adapun kompetensi dasar yang digunakan yaitu KD 3.6 menganalis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini. Secara khusus pada materi pokok kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia yang akan

122 Ibid, hlm. 6

123 Hendra Kurniawan, Pembelajaran Era 4.0: Integrasi Penguatan Pendidikan Karakter, Keterampilan Abad 21, HOTS, dan Literasi dalam Perspektif Merdeka Belajar. Yogyakarta: media akademi, 2020, hlm. 152. Era 4.0

dijabarkan menjadi materi pokok kerajaan-kerajaan Majapahit. Dalam mencapai kompetensi ini siswa akan menganalisis kehidupan masyarakat, pemerintahan dan budaya pada masa kerajaan Majapahit dan menyajikan nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Majapahit dan mengemukakannya dalam bentuk artikel ilmiah populer.

e) Menentukan Materi Pembelajaran

Bahan ajar (Instructional materials) atau sering disebut juga materi ajar merupakan bahan yang digunakan guru untuk menyampaikan isi kurikulum.124 Menurut Ibrahim dan Syaodih, materi ajar merupakan sesuatu yang disajikan guru untuk kemudian diolah dan dipahami oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.125 Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.126

Fakta adalah hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya. Konsep adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi defenisi, pengertian, ciri khusus, hakikat inti/ dan sebagainya. Prinsip adalah berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium postulat, paradigma, teorama, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan impilikasi sebab akibat. Prosedur adalah isi atau materi tentang pelaksanaan suatu pekerjaan atau tugas yang berurutan. Dalam hal ini Kemp menjelaskan prosedur adalah tugas atau pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh peserta didik secara bertahap atau berurutan.127

124 Hendra Kurniawan, op.cit., hlm. 303

125 Ibid, hlm. 281-282

126 Rusman, op.cit., hlm. 6

127 Rusyadi Anandi, Perencanaan Pembelajaran, Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2019, hlm. 89-91

Adapun prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengembangan bahan ajar atau materi ajar yaitu:

(1) Relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar dan standar isi. Sebagai contoh, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta. (2) Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus

dikuasai siswa satu macam, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan juga meliputi satu macam.

(3) Kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.128

Kompetensi dasar yang peneliti gunakan adalah KD 3.6 menganalis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini dan KD 4.6 menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha yang masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini. Dengan secara khusus mengkaji materi yang akan di terapkan dalam pembelajaran yaitu materi kerajaan Majapahit di Indonesia.

Dalam materi pembelajaran memuat fakta yang terdiri dari a) perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintah, dan budaya pada masa kerajaan Majapahit di Indonesia (Nusantara), b) bukti-bukti peninggalan kerajaan

Majapahit yang masih ada di Indonesia. Dalam konsep dikaji dengan menunjukkan nilai-nilai budaya dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Majapahit yang masih ada pada masa kini. Sedangkan dalam prosedur dikaji kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan Majapahit dan nilai-nilai budaya yang masih ada pada masa kini.

f) Menentukan Model dan Metode Pembelajaran

Desain pembelajaran sering disebut sebagai model pembelajaran yaitu kerangka konseptual yang memperlihatkan prosedur sistematis bagi guru dalam mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar model pembelajaran sangat berkaitan dengan metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan cara yang ditempuh agar proses pembelajaran berlangsung dalam kegiatan yang nyata praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. 129

Dalam penelitian ini model pembelajaran yang digunakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yaitu model Discovery Based Learning dan Cooperative Tipe Mind Mapping. Sedangkan untuk metode yang digunakan yaitu ceramah bervariasi, diskusi, presentasi dan tanya jawab.

g) Menentukan Media Pembelajaran

Menurut Hamalik, media dalam pembelajaran berarti alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pembelajaran di

Dokumen terkait