• Tidak ada hasil yang ditemukan

14 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Belajar a. Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 1991 : 2)

Dimyati dan Mudjiono (2002 : 18) menyatakan bahwa belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Pengertian lainnya, definisi belajar menurut Gagne (dalam Susanto, 2013 : 1) belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses untuk mendapat ilmu sebagai hasil yang diperoleh dari pengalaman yang terjadi pada seseorang.

b. Ciri-ciri Belajar

Menurut Bahrudin dan Esa Nur (dalam Fathurrohman dan Sulistyorini, 2012 : 14) berpendapat bahwa ciri-ciri belajar sebagai berikut :

15

1. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti, bahwa hasil belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, maka tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar.

2. Perubahan perilaku relatife permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup.

3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.

4. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman. 5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu

yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.

c. Tujuan Belajar

Tujuan belajar dimaksudkan untuk memberikan landasan belajar, yaitu bekal pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik sampai ke pengetahuan berikutnya. Hal ini dimaksudkan agar dalam benak peserta didik terkonsentrasikan hasil belajar yang harus menerima materi

16

pelajaran yang akan disampaikan oleh gurunya (Fathurrohman dan Sulistyorini, 2012 : 12)

Menurut Hudojo dalam (Fathurrohman dan Sulistyorini : 2012 : 12) tujuan belajar dapat diapresiasikan dengan mendeskrispsikan :

1. Situasi yang dihadapi peserta didik, misalnya memberi pertanyaan. 2. Menunjukkan tingkah laku yang dinyatakan dengan kata kerja yang

menunjukkan kapabalitas yang dipelajari. Misalnya, mengklasifikasikan balok dengan definisi balok.

3. Tindakan yang dilakukan peserta didik. Menunjukkan hasil belajar. Misalnya, memilah-milah bentuk bangun ruang yang berbentuk balok.

Pada intinya tujuan dari belajar dan pembelajaran adalah terciptanya perubahan menuju keadaan yang lebih baik, misalnya perubahan pengetahuan seseorang terhadap sesuatu yang positif.

d. Prinsip-prinsip Belajar

Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar sesuai dengan prinsip belajar. Menurut Slameto (1991 : 29) menyebutkan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut :

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

17

2. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

3. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

4. Belajar itu proses kontinyu, maka tahap demi tahap menurut perkembangannya.

5. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery. 6. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai

dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

7. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

8. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. 2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut K. Brahim (dalam Susanto, 2013 : 5) hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk

18

perubahan perilaku yang relatif menetap. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

b. Macam-Macam Hasil Belajar

Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pemahaman Konsep

Pemahaman menurut Bloom (dalam Susanto, 2013 : 6) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.

19

Usman dan Setiawati (dalam Susanto, 2013 : 9) mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan social yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Kemampuan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitasnya.

3. Sikap

Menurut Lange (dalam Susanto, 2013 : 10), sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respons fisik. Jadi, sikap ini harus ada kekompakan antara mental dan fisik secara serempak. Jika mental saja yang dimunculkan, maka belum tampak secara jelas sikap seseorang yang ditunjukkannya.

c. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Hasil Belajar

Wasliman (dalam Susanto,2013 : 12) berpendapat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut :

20

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

3. Hakikat Menulis a. Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Aktivitas menulis melibatkan beberapa unsur, yaitu: penulis sebagai penyampaian pesan, isi tulisan, saluran atau media, dan pembaca (Dalman,2015 : 3)

Suparno dan Yunus (dalam Dalman,2015 :4) menjelaskan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.

Pengertian lainnya, definisi menulis yang dikemukakan Rusyana (dalam Susanto,2013 : 247), yang berpendapat bahwa menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam

21

penyampaiannya secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan/pesan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses penyampaian pikiran, angan-angan, perasaan dalam bentuk lambing/tanda/tulisan yang bermakna.

b. Manfaat Menulis

Dalam dunia pendidikan, menulis sangat berharga, sebab menulis membantu seseorang berpikir lebih mudah. Menulis sebagai suatu alat dalam belajar dengan sendirinya memainkan peranan yang sangat penting. Dilihat dari sudut pandang ini, kegunaan menulis dapat diperinci, sebagai berikut :

a. Menulis membantu kita menemukan kembali apa yang pernah kita ketahui.

b. Menulis menghasilkan ide-ide baru.

c. Menulis membantu kita mengorganisasikan pikiran dan menempatkannya dalam suatu wacana yang berdiri sendiri.

d. Menulis membuat pikiran seseorang siap untuk dibaca dan dievaluasi.

e. Menulis membantu kita menyerap dan menguasai informasi baru. f. Menulis membantu kita memecahkan masalah dengan jalan

memperjelas unsur-unsurnya dan menempatkannya dalam suatu konteks visual, sehingga dapat diuji.

22 c. Tujuan Menulis

Menurut Dalman (2015 : 13-14) tujuan menulis dapat dikategorikan ke dalam enam macam, antara lain :

a) Tujuan Penugasan

Pada umumnya para pelajar, menulis sebuah karangan dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru atau sebuah lembaga. Bentuk tulisan ini biasanya berupa makalah, laporan, ataupun karangan bebas.

b) Tujuan Estetis

Para sastrawan pada umumnya menulis dengan tujuan untuk menciptakan sebuah keindahan (estetis) dalam sebuah puisi, cerpen, maupun novel.

c) Tujuan Penerangan

Surat kabar maupun majalah merupakan salah satu media yang berisi tulisan dengan tujuan penerangan. Tujuan utama penulis membuat tulisan adalah untuk memberi informasi kepada pembaca. d) Tujuan Pernyataan Diri

Bentuk tulisan ini misalnya surat perjanjian maupun surat pernyataan. Jadi, penulisan surat, baik surat pernyataan mapun surat perjanjian seperti ini merupakan tulisan yang bertujuan untuk pernyataan diri.

23 e) Tujuan kreatif

Menulis sebenarnya selalu berhubungan dengan proses kreatif, terutama dalam menulis karya sastra, baik itu berbentuk puisi maupun prosa.

f) Tujuan Konsumtif

Dalam hal ini, penulis lebih mementingkan kepuasan pada diri pembaca. Penulis lebih berorientasi pada bisnis.

g. Tahap-tahap Penulisan 1) Tahap Prapenulisan (Persiapan)

Tahap ini merupakan tahap pertama, tahap persiapan atau prapenulisan adalah ketika pembelajaran menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan kognitifnya yang akan diproses selanjutnya.

Pada tahap prapenulisan ini terdapat aktivitas memilih topic, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan dan informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka karangan.

a. Menentukan Topik

Topik adalah pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai seluruh karangan.

24

b. Menentukan Maksud atau Tujuan Penulisan

Ketika merumuskan tujuan harus hati-hati jangan sampai tertukar dengan harapan kita sebagai penulis atau manfaat yang dapat diperoleh pembaca melalui tulisan kita. Tujuan yang dimaksud seperti menghibur, menginformasikan, mengklarifikasi, atau membujuk.

c. Memperhatikan Sasaran Karangan (Pembaca)

Dalam hal ini, kita harus memperhatikan dan menyesuaikan tulisan dengan level social, tingkat pengalaman, pengetahuan, kemampuan, dan kebutuhan membaca.

d. Mengumpulkan Informasi Pendukung

Ketika akan menulis kita harus memiliki bahan dan informasi yang lengkap. Itulah sebabnya sebelum kita menulis perlu mencari, mengumpulkan, dan memilih informasi yang dapat mendukung, memperluas, dan memperkaya isi tulisan.

e. Mengorganisasikan Ide dan Informasi

Setelah kita mempertimbangkan kemampuan pembaca, maka langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan atau menata ide-ide karangan agar saling bertaut dan padu.

2) Tahap Penulisan

Pada tahap ini kita mengembangkan butir demi butir yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah kita pilih dan kita kumpulkan.

25 3) Tahap Pascapenulisan

Tahap ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita hasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi). Penyuntingan adalah pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan seperti ejaan, pungtuasi, diksi, pengkalimatan, pengalineaan, gaya bahasa, pencatatan kepustakaan, dan konvensi penulisan lainnya. Adapun revisi atau perbaikan lebih mengarah pada pemeriksaan dan perbaikan isi karangan (Susanto, 2013 : 15-19)

4. Hakikat Bahasa Indonesia

a. Pengertian Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan seluruh bangsa. Oleh sebab itu, merupakan alat mengungkapkan diri baik secara lisan maupun tertulis, dari segi rasa, karsa, dan cipta serta piker baik secara etis, estetis, dan logis (Nasucha dkk,2009 : 1)

Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang masih hidup tidak dapat menghindarkan diri dari tuntutan perkembangan masyarakat pemakainya. Perkembangan bahasa Indonesia telah terjadi sepanjang masa.

b. Ruang Lingkup Bahasa Indonesia

Pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama di sekolah dasar tidak akan terlepas dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak,

26

berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan berbahasa sangat diperlukan. Sebagai makhluk social, manusia berinteraksi, berkomunikasi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa lisan, juga berkomunikasi menggunakan bahasa tulis (Susanto,2013 : 242)

Penggunaan bahasa dalam interaksi dapat dibedakan menjadi dua, yakni lisan dan tulisan. Agar individu dapat menggunakan bahasa dalam suatu interaksi, maka ia harus memiliki kemampuan berbahasa. Kemampuan itu digunakan untuk mengomunikasikan pesan. Pesan ini dapat berupa ide (gagasan), keinginan, kemauan, perasaan, ataupun interaksi.

c. Manfaat Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia memiliki banyak manfaat, antara lain : 1. Sebagai Media Berkomunikasi

Bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi antar warga Indonesia yang tinggal di berbagai pulau dengan menggunakan bahasa ibu yang berbeda-beda.

2. Sebagai Media Mempelajari Ilmu Pengetahuan

Bahasa Indonesia merupakan jembatan bagi seseorang yang ingin mendapatkan ilmu pengetahuan.

27

Seorang yang menguasai Bahasa Indonesia secara tertulis, akan berpeluang menjadi sastrawan atau penulis yang menyampaikan ide kreatifnya melalui karya tulis baik fiksi maupun non fiksi. 4. Sebagai Modal Utama dalam Penyuntingan Naskah

Seorang editor yang bekerja di sebuah kantor penerbitan atau media massa harus menguasai Bahasa Indonesia secara tekstual. Tanpa menguasai Bahasa Indonesia dengan baik, seorang editor bukannya menyempurnakan naskah, melainkan merusak naskah tersebut melalui kerja editing- nya.

5. Sebagai Bahasa Nasional, Persatuan, dan Negara

Bagi negara, Bahasa Indonesia bermanfaat untuk meningkatkan spirit nasionalisme dan persatuan bangsa. Dengan demikian, Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bangsa persatuan (Achmad, 2015 : 17-19)

d. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran Bahasa Indonesia di lingkup dunia akademik khususnya dan masyarakat pada umumnya memiliki beberapa tujuan, antara lain :

1. Mendidik anak didik dan masyarakat agar dapat berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia secara efektif, efisien, baik, dan benar sesuai etika dan kesopanan.

28

2. Supaya anak didik dan masyarakat semakin dapat menghargai serta merrasa bangga terhadap Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa.

3. Supaya anak didik dan masyarakat bias memahami Bahasa Indonesia dan mampu menggunakannya secara tepat.

4. Supaya anak didik dan masyarakat bias menggunakan Bahasa Indonesia guna semakin meningkatkan kemampuannya.

5. Supaya anak didik dan masyarakat mampu membaca yang merupakan syarat mutlak di dalam memperluas wawasan serta memperhalus budi pekerti.

6. Supaya anak didik dan masyarakat bias mampu menghayati karya sastra Indonesia yang fungsinya dapat memberikan inspirasi, edukasi, dan rekreasi yang sehat.

7. Supaya anak didik dan masyarakat bias menyampaikan gagasannya ke dalam karya tulis baik fiksi maupun non fiksi (Achmad,2015 : 20-21)

5. Puisi

a. Pengertian Puisi

Puisi adalah kumpulan baris sajak yang mengandung periodisitas dari mula sampai akhir. Segala ulangan susunan baris puisi yang tampak di baris lain dengan tujuan menambah kebagusan puisi itulah yang dimaksud dengan korespondensi. Kebanyakan tiap baris puisi

29

terdiri dari bagian-bagian yang susunannya serupa (Slametmuljana,1956 :112-113, dalam Ganie,2015 : 58)

Tarigan (dalam Ganie,2015 : 57) berpendapat bahwa puisi ialah hal mencari dan melukiskan sesuatu yang diidamkan (the idea). Dengan demikian tujuan puisi bukanlah melukiskan kebenaran, melainkan memuja kebenaran dan memberi jiwa sesuatu gambaran yang lebih indah. Unsur keindahan dalam puisi diantaranya ialah rasa.

Dari penyataan-pernyataan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi ialah karya seni berupa tulisan yang menggunakan kualitas estetika (keindahan bahasa) sehingga berfokus pada bunyi, irama, dan penggunaan diksi.

b. Ciri-ciri Puisi

Puisi mengandung ciri-ciri sebagai berikut :

1. Ciri formalnya adalah bahasa dalam baris dan bait, sedangkan unsur nonformalnya adalah irama.

2. Puisi tidak mengutamakan plot karena tidak dimaksudkan sebagai karya sastra yang bercerita, lebih bersifat monolog atau lirik yang ekspresif.

3. Kosakatanya terikat dalam struktur yang ritmik bukan struktur yang sintaktik, unsur formalnya baris (teks) dan irama (ketika teks dibaca), karena itu puisi lebih mementingkan sajak dan irama, maka puisi dapat saja menyimpang dari struktur logis kalimat.

30

4. Kata-katanya merujuk kepada makna konotatif (ketidak langsungan makna sebagai akibat terjadinya penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti baru).

5. Pembaca memperlakukan dan membacanya sebagai puisi. (Atamazaki,1993 : 11-13, dalam Ganie:2015 : 60).

c. Struktur Puisi

Puisi terdiri atas dua bagian besar, yakni strutur fisik (metode puisi) dan struktur batin (hakikat puisi). Elemen bahasa puisi ada 4, yakni : a) Diksi

Diksi puisi dipilih berdasarkan suasana, perasaan, dan nada puisi. Jika yang diungkapkan adalah perasaan duka, maka kata-kata yang dipilih adalah kata-kata yang menunjukkan efek kedukaan. Jika nada protes dan menyindir maka kata-kata yang digunakan penyair adalah kata-kata yang kasar dan sinis yang mendukung protesnya itu.

b) Bahasa kias

Tujuan menciptakan gaya bahasa (figurative language) dalam puisi, antara lain agar menghasilkan kesenangan yang bersifat imajinatif, agar menghadirkan makna tambahan, agar dapat menambah intensitas dan menambah kongkrit sikap dan perasaan penyair, dan agar makna yang diungkapkan lebih padat (Perine,1974 : 610, dalam Ganie,2015 : 66)

31

Pencitraan (pengimajian) adalah pengungkapan pengalaman sensoris penyair ke dalam kata dan ungkapan sehingga terjelma gambaran suasana yang lebih konkret. Ungkapan itu menyebabkan pembaca seolah-olah melihat sesuatu, mendengar sesuatu, atau turut mendengar sesuatu (Ganie,2015 : 66)

d) Persajakan

Persajakan identik dengan pengulangan bunyi. Peranan bunyi mendapat perhatian penting dalam menentukan makna yang dihasilkan puisi, jika puisi dibaca. Pembahasan bunyi di dalam puisi menyangkut masalah rima, ritma, dan metrum.

Elemen makna puisi ada 5, yakni : 1) Tema

Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair lewat puisinya.tema puisi biasanya mengungkapkan persoalan manusia yang bersifat hakiki, seperti : cinta kasih, keadilan, kebahagiaan, kebenaran, dan ketuhanan.

2) Nada

Nada adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan (tema) dan sikap penyair terhadap pembaca. Nada yang berhubungan dengan tema menunjukkan sikap penyair terhadap objek yang digarapnya.

32

Suasana adalah keadaan perasaan yang ditimbulkan oleh pengungkapan nada dan lingkungan yang dapat ditangkap oleg panca indera.

4) Perasaan

Puisi dapat mengungkapkan perasaan benci, cinta, dendam, gelisah, gembira, penasaran, rindu, sedih, takut, dan terharu. 5) Amanat

Amanat adalah kesimpulan tentang nilai yang dihimbaukan, dipesankan, atau disampaikan penyair kepada pembaca.

d. Genre Puisi

Berdasarkan bentuk fisik dan bentuk mentalnya, genre puisi dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok besar, yakni :

a) Genre Puisi Lama

Puisi lama adalah sejumlah kosakata dari sebuah entitas bahasa pergaulan (lingua franca) tertentu yang disusun sedemikian rupa dalam bentuk baris/bait, bergaya bahasa perulangan, dan mempunyai makna. Berdasarkan rumusan di atas, tidak semua susunan kosakata dapat disebut sebagai puisi. Susunan kosakata dimaksud harus disusun dalam bentuk baris/bait, dipilih berdasarkan potensinya sebagai pembentuk gaya bahasa perulangan (repetisi), dan mempunyai makna. Ada 3 ciri yang harus dimiliki oleh puisi, yakni :

33

b) Adanya kosakata yang hamper sama secara morfologis

c) Adanya kosakata yang saling bersajak a/a/a/a, a//a/b/b, a/b/a/b, dan a/b/b/a, baik secara vertical maupun secara horizontal di awal, di tengah, atau di akhir baris/larik (Ganie,2015 : 70) Berdasarkan karakteristik bentuk fisik dan bentuk mentalnya, puisi genre lama dapat dipilah-pilah menjadi 5 kelompok besar, yakni : a) Pantun

b) Syair c) Gurindam d) Mantra e) Peribahasa b) Genre Puisi Baru

Sejak 1920, sejumlah sastrawan Indonesia yang tinggal di Hindia Belanda (Indonesia) sudah mulai merintis kegiatan penulisan puisi bergenre modern dalam bahasa Melayu (embrio bahasa Indonesia). Kegiatan menulis puisi bergenre lama sudah mulai ditinggalkan. Para penyair sezaman lebih tertarik menulis puisi bergenre modern yang baru mereka kenal melalui buku dan surat kabar (Ganie,2015 : 70)

Banyak sekali genre puisi baru itu antara lain : a) Balada

b) Eligi c) Himne

34 d) Ode

e) Romansa f) Satire e. Fungsi Puisi

Semua karya sastra pasti memiliki fungsi, salah satunya adalah puisi. Seperti yang diungkapkan Ganie (2015 : 80-81) puisi mempunyai fungsi tersendiri, yakni :

1. Fungsi puisi dalam konteks keindahan

Dalam konteks keindahan, puisi memiliki dua fungi yakni :

a) Fungsi estetis puisi difungsikan sebagai sarana untuk memicu timbulnya perasaan indah di hati penikmatnya.

b) Fungsi rekreatif, puisi difungsikan sebagai sarana untuk memberikan penghiburan yang menyenangkan hati penikmatnya.

2. Fungsi puisi dalam konteks bermanfaat

Dalam konteks bermanfaat, pusi memiliki tiga fungsi yakni : a) Fungsi didaktif, puisi difungsikan sebagai sarana untuk

memberikan pendidikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang membuat perilaku penikmatnya menjadi terarah.

b) Fungsi moralitas, puisi difungsikan sebagai sarana referensi yang mengandung sumber-sumber pengetahuan menyangkut ajaran etik-etik moralitas (yang baik versus yang buruk)

35

c) Fungsi relegius, puisi difungsikan sebagai sarana untuk memperkaya wawasan keimanan (religiusitas) para penikmatnya.

f. Langkah Menulis Puisi

Menurut Zulela (2012 : 75) langkah menulis puisi sebagai berikut : 1. Menentukan tema.

2. Merenung / menghayati tentang pesan yang akan digunakan. 3. Memilih kata kunci yang pas untuk menggambarkan pesan. 4. Mengimplementasikan pesan dalam pemilihan kata yang pas. 5. Perhatikan tone/nada/permainan bunyi bahasa.

6. Baca dengan cermat, ungkapkan. 6. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar (Hujair, 2013 : 3)

Hamdani (2011 : 243) menjelaskan bahwa media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Adapun media pembelajaran adalah media yang membawa

36

pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana atau alat yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Sadiman dkk (1993 : 16-17) menyebutkan fungsi media pembelajaran antara lain :

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat varbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera

Dokumen terkait