• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUTUP DAN REKOMENDAS

Dalam dokumen Majalah Perencanaan Pembangunan (Halaman 60-62)

MENGEMBANGKAN PARIWISATA DI KEPULAUAN

VII. PENUTUP DAN REKOMENDAS

Ditengah-tengah ketidak jelasan aturan main, sesungguhnya sebagaimana diungkap oleh situs http://www.majalahtrust.com, walaupun bisnis ini belum jelas dari sisi kepastian hukumnya, bisnis menyewakan pulau sudah lama berlangsung. Sebagai contoh: di antara pulau-pulau di Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta, misalnya, beberapa pulau sudah ada yang punya dipasang papan nama.

Sejumlah pulau lain dari Sabang sampai Merauke, ternyata banyak yang dijadikan lahan usaha oleh orang-orang yang tinggal tak jauh dari pulau-pulau itu, Pulau Kanawa yang menghadap Samudra Indonesia itu sebagai tempat wisata, berhasil pasang promosi di biro-biro perjalanan luar negeri, misalnya di Belanda, Pulau Banyak Di kawasan Nanggroe Aceh Darussalam, dan status usaha itu tidak jelas: apakah pengusaha itu menyewa pulau itu, dari siapa, dengan harga berapa, dan untuk berapa lama. Juga, apakah usahanya tersebut, misalnya menyewakan penginapan di pulau nan sepi itu, berizin serta membayar pajak atau tidak.

Masih dalam situs yang sama, pemerintah pernah gagal melaksanakan rencana penyewaan pulau. Hal ini terjadi pada tahun 2001 di Riau. Saat itu pemerintah berencana mengontrakkan satu pulau dari tiga ribuan pulau yang ada di provinsi tersebut. Tapi baru gagasan tersebut terlontar, langsung masyarakat dari semua kalangan memprotes, karena hal itu dianggap mengurangi kedaulatan Indonesia dan menjatuhkan harga diri rakyat Riau. Ini tidak nasionalistis, kata yang protes. Mencermati fenomena polemik yang telah terjadi ditengah- tengah masyarakat dalam membangun kepulauan menjadi daerah tujuan wisata, disarankan agar pemerintah melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Perencanaan mengembangkan pulau-pulau untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah di dalamnya termasuk daya saing pariwisata

memerlukan perencanaan yang terintegrasi (integrated

planning). Untuk itu, perlu ada semacam forum bersama yaitu “Forum Koordinasi Perencanaan Pengembangan Pariwisata di Pulau-Pulau Kecil (FKP4K)”.

2. Memperhatikan pengalaman Negara Maldive dalam pengelolaan pulaunya yang disewakan kepada investor untuk tujuan wisata, ada satu kementerian yang bertanggungjawab merumuskan peraturan perundang- undangan sebagai aturan main pengembangan pariwisata di pulau yaitu Menteri Pariwisata, Seni dan budaya. Di dalam peraturan perundang-undangan ini diatur secara rinci mekanisme investasi di pulau untuk tujuan wisata yang

dikelola secara profesional, transparan, dan akuntabel. 3. Berdasarkan butir 1 dan 2 di atas, dan dalam rangka

terwujudnya harmonisasi pengembangan pulau-pulau untuk tujuan wisata, disarankan agar Kementerian Kelautan dan Perikanan yang telah memiliki peraturan perundang-undangan (Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil) dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang memiliki visi yang sama bersinergi menyelenggarakan kegiatan FKP4K dengan mengundang K/L terkait, para

pakar, praktisi pariwisata dan stakeholders lainnya;

4. Dalam waktu dekat diharapkan Kementerian Budpar dan Kementerian Kelautan dan Perikanan mampu menghasilkan rumusan/konsep rancangan peraturan perundang-undangan Pengembangan Pariwisata di Pulau- Pulau Kecil serta menetapkan proyek percontohan di 10 (sepuluh) pulau-pulau kecil.

5. Mengambil pengalaman Maldive, satu pulau

dikembangkan tidak hanya untuk pariwisata tetapi juga sektor lainnya seperti perikanan ((pengalengan ikan, pembuatan kapal), sektor pariwisata (Pemanfaatan pulau untuk resort, hotel, perdagangan, kerajinan). Penentuan pengelola dilakukan dengan sistem tender terbuka secara nasional dan internasional. Sistem pengelolaan (sewa) pulau berdasarkan kontrak selama 25-35 tahun sesuai jumlah investasi yang ditanam. Dalam kontrak diatur secara rinci apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pengelola beserta sangsi dan pengawasan pulau. Semua syarat-syarat investasi di pulau diatur dalam peraturan perundang-undangan secara rinci dan lengkap. 6. Perencanaan pembangunan di bidang pariwisata perlu

mencari terobosan-terobosan baru guna meningkatkan kesejahteraan dan daya saing pariwisata. Hal ini, pernah dilakukan oleh para perencana pembangunan yang diawali pada era tahun 70-an. Dalam pembangunan pariwisata, pemerintah pada tahun 1970-an memiliki pengalaman yang sangat berharga dan fenomenal yaitu mampu menyusun perencanaan membangun kawasan Nusa Dua- Bali, pada saat ini kawasan nusa dua menjadi destinasi pariwisata terkenal di dunia. Kawasan ini dulunya adalah daerah miskin, terisolir, tandus. Disinilah sesungguhnya awal lahirnya konsep kerjasama pemerintah dan swasta

(KPS)/public private partnership (PPP) di Indonesia.

Dari dokumen perencanaan pembangunan (Repelita I) nampak dengan jelas idealisme perencana pembanguna pariwisata dengan memberikan fokus perhatian pada pulau Bali dengan tidak mengenyampingkan pulau-pulau lainnya. Dalam dokumen tersebut diuraikan dengan terang benderang dukungan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menggerakkan pembangunan pariwisata Bali, antara lain dari jaringan listrik, telekomunikasi, jalan, air, dan bandara udara.

7. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau besar dan kecil, sekitar

6.000 di antaranya tidak berpenghuni, sudah saatnya memberikan fokus perhatian pembangunan pariwisata dengan menyewakan pulau-pulau kecil sebagai alternatif kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Marzuki Usman dalam “Belajar dari Maldive (Maladewa), Sinar Harapan, 17 Januari 2011)menyatakan bahwa alangkah indahnya kalau pengalaman Maldive ini dapat diterapkan di Provinsi-provinsi: Papua, Maluku, NTT, dan Kepulauan Riau. “Alangkah bahagianya kita melihat nanti saudara-saudara kita di kepulauan itu menjadi kaya, terampil dan atau professional, dan lebih berbahagia lagi, ketika melihat turis-turis manca negara pada berhamburan kepulau-pulau itu. Semoga mimpi ini menjadi kenyataan! Amien.”

Dari beberapa saran tersebut di atas, kedepan diharapkan Pemerintah bersama-sama dengan para pemangku kepentingan mampu mengoptimalkan pengelolaan pulau-pulau kecil sebagai sumber pendapatan negara maupun masyarakat dari pengembangan sektor pariwisata. Setelah wilayah tersebut dikembangkan sebagai kawasan wisata dan mampu mendatangkan turis dan devisa maka dalam jangka panjang diharapkan tercipta masyarakat kepulauan yang semakin sejahtera, aman dan damai sesuai dengan prinsip dalam

pembangunan pariwisata yaitu pro poor, pro growth, and pro job

dan berkesinambungan.n

I Dewa Gde Sugihamretha adalah Perencana Madya, Direktorat Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga, Bappenas

Rujukan:

United Nation for World Tourism Organization (UNWTO) Report

World Economic Forum, The Travel & Tourism Competitive Index

(TTCI)

Liputan6.com, Padang, http://nasional.kompas.com/ read/2009/08/28/22381059/Jual.Pulau.Bisa. Dipenjara.10.Tahun

Liputan6.com, Jakarta, ttp://static.rnw.nl/migratie/www. ranesi.nl/tinjauan_pers/p

http://www.skyscrapercity.com/showthread. php?t=107334&page=9

http://travel.kompas.com/read/2010/11/11/16292014/Pihak. Asing.Bisa.Sewa.Pulau.Kecil-14

Liputan6.com, Jakarta, [baca: Menteri Kelautan Bantah Tiga

Pulau Dijual].(ZAQ)

Diena Lestasri, Bisnis Indonesia

Suara Pembaharuan Daily Sewa Pulau Harus Izin Pemerintah Pusat Batam (Antara News), http://nusantara.tvone.co.id/berita/

view/20657/2009/08/20/3_pulau_di_makassar_siap_ disewakan_ke_investor/

M. Firman Hidayat,

Dalam dokumen Majalah Perencanaan Pembangunan (Halaman 60-62)

Dokumen terkait