• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini berisikan kesimpulan penelitian yang merupakan jawaban dari perumusan masalah dalam penelitian. Selain itu juga berisi saran dari penulis selama melakukan penelitian.

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Pengertian Pembiayaan

Pembahasan pembiayaan selalu terdapat keterkaitan dengan aktivitas bisnis, sehingga dalam mengambil sebuah pengertian pembiayaan dikemukakan pula pengertian mengenai bisnis. Kegiatan bisnis diartikan sebagai aktifitas yang mengarah terhadap peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang (produksi). Sehingga bisa ditarik benang merah bahwa bisnis adalah pengembangan aktifitas ekonomi dalam bidang jasa, perdagangan dan industri sebagai cara mengoptimalkan nilai keuntungan. Maka pelaku bisnis dalam memutar bisnisnya sangat membutuhkan sumber modal, jika pebisnis tidak memiliki modal yang cukup maka ia akan berhubungan dengan pihak lain seperti bank, tujuaannya mendapatkan suntikan dana dengan melakukan pembiayaan.

Perputaran bisnis selalu membutuhkan pembiayaan (financing), maka pengertian pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri ataupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. Dengan kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang

dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1

Financing dalam perbankan konvensional dikenal dengan istilah kredit, pengertian kredit sesuai dalam UU No. 10 tahun 1998 adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watu tertentu dengan pemberian bunga”. Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan.2

Keuntungan atau bunga yang digunakan dalam bank konvensional menggunakan konsep biaya (cost concept) artinya, bunga yang dijanjikan di muka kepada nasabah penabung merupakan ongkos atau biaya yang harus dibayar oleh bank. Oleh karena itu bank harus menjual kepada nasabah lain (peminjam) dengan biaya bunga yang lebih tinggi. Perbedaan antara keduanya disebut spread yang menandakan apakah perusahaan tersebut untung atau rugi. Bila spread-nya positif, di mana beban bunga yang dibebankan kepada peminjam lebih tinggi dari bunga yang diberikan kepada penabung, maka dapat dikatakan bahwa bank mendapatkan keuntungan.

Berbeda dengan sistem bagi hasil yang diterapkan oleh Bank Syariah Dalam sistem ekonomi Islam prinsip bagi hasil biasanya diterapkan di

1

Muhammad., Manajemen Pembiayaan Bank Syariah., (Yogyakarta; UPP AMP YKPN, 2005), h. 17 

2

berbagai akad antara lain al-musyarakah, al-mudharabah, al-muzara’ah dan al-musaqah. Prinsip bagi hasil (profit-sharing) dapat diartikan dimana keuntungan dan kerugiaan yang didapat dari hasil kerjasama di bagi berdasarkan kesepakatan bersama dalam akad, artinya pemodal berhak mendapatkan imbalan, tetapi imbalan ini harus sepadan dengan resiko dan usaha yang dibutuhkan, dan dengan demikian ditentukan oleh keuntungan dari proyek yang di modalinya.3

Hal ini juga di tegaskan oleh Al Quran surat Al-Baqarah ayat 275 :

☺⌧

Artinya :“orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

3

mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.

B. Prinsip-prinsip Pembiayaan

Ketika bank memberikan pinjaman uang kepada nasabah, bank tentu saja mengharapkan uangnya kembali. Karenanya, untuk memperkecil resiko (uangnya tidak kembali, sebagai contoh), dalam memberikan kredit bank harus mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman. Hal-hal tersebut terdiri dari Character

(kepribadian), Capacity (kapasitas), Capital (modal), Colateral (jaminan), dan

Condition of Economy (keadaan perekonomian), atau sering disebut sebagai 5C (Panca C). yang dapat di jelaskan di bawah ini :

Prinsip-prinsip penilaian pembiayaan yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5 C, yaitu dijelaskan sebagai berikut :

1. Character

Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau karakter dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi

seperti : cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan social standingnya.

2. Capacity

Adalah melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

3. Capital

Biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100% artinya nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri. Jadi, capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.

4. Collateral

Ialah jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga bila terjadi suatu masalah maka jaminan yang dititipkan akan dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari risiko kerugian.

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk masa yang akan dating sesuai sector masing-masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberi pinjaman untuk sector tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya juga melihat prospek usaha tesebut dimasa yang akan datang.

C. Jenis-jenis Pembiayaan

Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokkan menurut beberapa aspek, diantaranya :

1. Pembiayaan menurut tujuan

Pembiayaan munurut tujuannya dibedakan menjadi :

a) Pembiayaan Modal Kerja (Working Capital Loan), yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha atau pemutaran modal (Kredit Jangka Pendek). b) Pembiayaan Investasi (Investment Loan), yaitu pembiayaan yang

dimaksudkan untuk melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif misalnya tanah, bangunan, mesin, kendaraan untuk memproduksi barang dan jasa utama yang di perlukan guna relokasi, ekspansi, modernisasi, usaha ataupun pendirian usaha baru (Kredit Jangka Panjang).

c) Kredit Konsumsi (Consumer Loan), adalah Kredit yang di berikan bank untuk membiayai pembelian barang, yang tujuannya tidak untuk

usaha tetapi untuk pemakaian pribadi., seperti rumah (KPR-Kredit Pemilikan Rumah), kendaraan (KKB-Kredit Kendaraan Bermotor), lain-lain seperti Kredit tanpa agunan.

2. Pembiayaan menurut jangka waktu

Pembiayaan menurut jangka waktunya dibedakan menjadi : a) Pembiayaan jangka waktu pendek (1 bulan-1 tahun). b) Pembiayaan jangka waktu menengah (1-5 tahun).

c) Pembiayaan jangka waktu panjang (kurang lebih 5 tahun).4

Jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif, yaitu :

a. Jenis aktifa produktif pada Bank Syariah akan diwujudkan dalam bentuk pembiayaan sebagai berikut :

1) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, untuk pembiayaan dengan prinsip ini meliputi :

a) Pembiayaan Mudharabah. Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

Aplikasi : pembiayaan modal kerja, pembiayaan proyek, pembiayaan ekspor.

b) Pembiayaan Musyarakah. Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian diantara para pemilik dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

Aplikasi : pembiayaan modal kerja, dan pembiayaan ekspor. 2) Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang), untuk jenis pembiayaan

dengan prinsip ini meliputi :

a) Pembiayaan Mudharabah. Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian jual-beli antara bank dan nasabah dimana Bank Syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin/kentungan yang disepakati antara Bank Syariah dan nasabah.

Aplikasi : Pembiayaan investasi/barang modal, pembiayaan konsumtif, pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.

b) Pembiayaan Salam. Pembiayaan salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu

c) Pembiayaan Istishna. Pembiayaan istishna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesanan dan penjual

Aplikasi : pembiayaan kontruksi/proyek/produk manufacturing 3) Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis pembiayaan ini

diklasifikasikan menjadi pembiayaan :

a) Pembiayaan Ijarah. Pembiayaan ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa.

Aplikasi : Pembiayaan sewa

b) Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik/Wa Iqtina. Pembiayaan ijarah muntahiya bittamlik/wa iqtina yaitu perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa.5

4) Surat Berharga Syariah. Surat berharga syariah adalah surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan dipasar uang dan/atau pasar modal antara lain wesel, obligasi syariah, sertifikat dana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah.

5) Penempatan. Penempatan adalah penanaman dana bank syariah pada bank syariah lainnya dan/atau tabungan wadi’ah, deposito berjangka dan/atau tabungan mudharabah, pembiayaan yang diberikan, sertifikasi investasi mudharabah antar bank (sertifikat IMA) dan/atau bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah.6

6) Penyertaan Modal. Penyertaan modal adalah penanaman bank syariah dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah, termasuk pananaman dana dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah.

Adapun perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah adalah Bank Syariah, BPR Syariah, dan perusahaan dibidang keuangan lain berdasarkan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam perundang-undangan yang berlaku antara lain sewa guna, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan.

7) Penyertaan Modal Sementara. Penyertaan modal sementara adalah penyertaan modal Bank Syariah dalam perusahaan untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan/atau piutang (dept equity swap)

6

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, termasuk dalam Surat Utang Konvensi (convertible bonds) dengan Opsi Saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat Bank Syariah memiliki saham pada perusahaan nasabah. 8) Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI). SWBI adalah sertifikat

yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana jangka pendek dengan prinsip wadi’ah.7

b. Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan aktivitas pembiayaan adalah berbentuk pinjaman yang disebut dengan :

1) Pinjaman Qardh. Pinjaman qard atau talangan adalah penyediaan dana dan/atau tagihan antara Bank Syariah dengan pihak pinjaman yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu.8

Sedangkan Bank Konvensional memberikan pembiayaan dengan menggunakan beberapa jenis kredit yang pada umumnya meliputi :

1) Pinjaman Rekening Koran atau (PRK). Pinjaman rekening koran adalah pinjaman Revolving jangka waktu (satu tahun) yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dengan pihak bank dengan menggunakan cek, bilyet

giro atau alat perintah pembayaraan lainnya. Tujuan PRK adalah untuk membiayai modal kerja.

2) Pinjaman Aksep. Pinjaman Aksep (DL) adalah pinjaman revolving jangka pendek (satu tahun) yang penarikannya dapat dilakukan dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak bank. Tujuan pinjaman ini adalah untuk membiayai modal kerja. Setiap akan mendropping dana, debitur harus menandatangani surat Aksep (surat pengakuan hutang), jumlah penarikan maksimum ditentukan oleh plafond limit yang di berikan.

3) Anjak Piutang. Fasilitas anjak piutang ini adalah piutang debitur (yang belum jatuh tempo) dijual kepada bank dan bank akan memberi dana sampai sekian persen. Difasilitasi anjak piutang ini terdapat tiga pihak yang terlibat antara lain : Factor (pihak yang mengambil alih piutang atau pembeli piutang, Client (pihak yang menjual piutang), dan

Debtor (pihak yang memiliki hutang kepada client dan merupakan objek tarnsaksi anjak piutang).

4) Pinjaman sindikasi. Adalah pinjaman komersial/modal kerja dimana dananya berasal dari beberapa bank atau pembiayaan secara bersama oleh beberapa bank. Pinjaman ini dapat merupakan pinjaman investasi untuk membiayai suatu proyek (misalnya pembangunan hotel, pusat pertokoaan dan lainnya) atau untuk membiayai kebutuhan modal kerja.

5) Term Loan. Adalah pinjaman non revolving yang di pergunakan untuk membiayai investasi aktiva tetap (alat yang tidak habis di pergunakan untuk satu siklus usaha). Pencairan dananya dapat dilakukan secara sekaligus atau bertahap sesuai dengan jadwal yang di tetapkan sejak dari awal dengan menyerahkan surat aksep senilai dana yang di tarik. Pembayaran kembali dilakukan dengan angsuran, baik dengan grace periode, pembayaran hanya mencakup bunga saja, sedangkan angsuran pokok dan bunga di mulai setelah grace periode berakhir.9

D. Teori Pembuatan Keputusan

1. Definisi dan Proses Pembuatan Keputusan.

Kita semua berada dalam situasi pembuatan keputusan, baik dalam kehidupan sehari-hari, dalam perusahan tempat kita bekerja, maupun dalam masyarakat tempat kita tinggal. Pengambilan keputusan merupakan bagian utama dalam pekerjaan seseorang disemua tingkatan perusahaan

Beberapa kondisi keputusan kita temui dan terjadi secara berulang-ulang dan dalam bentuk yang sama. Keputusan-keputusan serupa ini dapat didekati secara efektif dengan mengikuti aturan dan pola perilaku tertentu yang kita pelajari dari pengalaman terdahulu. Dengan kata lain, dalam mengambil sebuah keputusan seseorang memerlukan informasi-informasi

yang cukup sebagai alat pemuas kebutuhan dan alternatif lain yang mungkin dapat diakses dengan mudah berdasarkan pada sumber informasi yang dapat mempengaruhi pencarian pilihan seseorang. Pencarian informasi yang berkaitan dalam pengambilan keputusan merupakan langkah awal untuk pembuatan keputusan, sehingga dapat di definisikan bahwa “Pembuatan keputusan adalah proses yang diawali dengan pengenalan dan pendefinisian masalah serta di akhiri dengan pemilihan solusi alternative.” Pemilihan solusi alternative menurut Aderson merupakan tindakan pembuatan keputusan10

Dalam mencari solusi alternative seorang pengambil keputusan harus memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan logika, realita, rasional, dan pragmatis. Oleh karena itu seorang konsumen sebelum memilih suatu pilihan akan mencari produk yang paling cocok dan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Pencarian produk tersebut akan akan melewati dua macam proses yaitu proses pencarian internal dan proses pencarian eksternal.11 Proses pencarian internal yaitu proses pencarian yang mengutamakan informasi mengenai produk dan berbagai alternatinya. Informasi yang didapat biasanya informasi mengenai jenis, kualitas, nilai ekonomis, efektifitas, dan efesiensi, produk beserta produk-produk alternatifnya. Sedangkan proses pencarian eksternal yaitu proses pencarian

10

Fahmi Basyaib, Teori Pembuatan Keputusan (Jakarta: PT Grasindo 2006) h. 2  11

Philip kotler, Menejemen Pemasaran, Analisis Perencanaan Implementasai Dan Pengendalian, (Jakarta : salemba empat, 1994) h. 46 

yang menggunakan pendekatan teoritis, meliputi pendekatan prespektif ekonomi seperti : (biaya transaksi) dan pendekatan keputusan (seperti analisis terhadap risiko dan situasi), resiko yang dimaksud adalah risiko kerugian terhadap pilihan yang diambil seperti risiko fisik dan mental, risiko social, serta risiko waktu dan anggaran yang terbuang dalam proses pencarian, memutuskan dan menetapkan pilihan yang diambil, sedangkan risiko situasi yang dimaksud adalah situasi keterbatasan ketersediaan informasi, dan terbatasanya alternative produk12.

Para ahli mengemukakan bahwa proses pembuatan keputusan bukan merupakan tindakan tunggal yang terisolasi, melainkan merupakan tahapan berbentuk anyaman yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. John Dewey (1910) mengajukan pandangan bahwa proses pemecahan masalah merupakan upaya menjawab pertanyaan dalam tiga fase berikut :

a. Masalah yang dihadapai

b. Alternatif-alternatif yang dimiliki (yang mungkin untuk memecahkan masalah)

c. Alternatif yang terbaik atau yang paling bermanfaat untuk memecahkan masalah

Herbert A.Simon menawarkan model pemecahan masalah sebagai berikut :

12

a. Intelijent : pencarian informasi lingkungan internal dan eksternal b. Desain : penentuan dan analisis langkah-langkah;

c. Pilihan : memilih salah satu langkah untuk diimplementasikan, dengan pertimbangan langkah tersebut paling efektif dalam mencapai tujuan pembuatan keputusan

Ahli lainya, yaitu Eilon menggambarkan proses pembuatan keputusan dalam delapan langkah berikut :

a. Masukan informasi

b. Analisis imformasi yang tersedia c. Penentuan ukuran kinerja dan biaya

d. Penciptaan model yang mewakili situasi keputusan

e. Perumusan pilihan (Strategi) yang tersedia bagi pembuatan keputusan f. Perkiraan hasil dari setiap pilihan

g. Penentuan criteria dalam memilih pilihan yang tersedia h. Penetapan keputusan bagi situasi keputusan yang dihadapi.13

Model yang ditawarkan oleh Simon maupun Eilon memberikan kerangka kerja dalam proses pembuatan keputusan, langkah-langkah tersebut perlu di pahami sebelum melakukan pembuatan keputusan. Langkah ini dapat dilakukan dengan urutan berbeda dan seringkali tidak selesai dalam satu siklus, melainkan interaksi yang dilakukan hingga tercapai tujuan yang

13

diinginkan pembuatan keputusan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang dalam menentukan pembuatan keputusan harus melalui beberapa tahapan dasar di bawah ini :

a. Problem recognition (Identifikasi terhadap kebutuhan/keinginan)Yaitu mengidentifikasi kebutuhan pribadi yang dilatarbelakangi oleh keinginan yang kuat, bukan murni kebutuhan individu yang bersifat Urgent. Sayangnya keinginan tersebut harus disesuaikan dengan kenyataan bahwa faktanya keinginan tersebut sering terbentur oleh pertimbangan rasional. b. Searching (Pencarian informasi terhadap pilhan dan alternatif pilhan

lain)Yaitu mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai alat pemuas kebutuhan dan alternatif lain yang mungkin dapat diakses dengan mudah berdasarkan pada sumber informasi yang dapat mempengaruhi pencarian pilihan seseorang, yaitu sumber informasi internal dan eksternal.

c. Choices Evalution (Evaluasi terhadap pilihan dan pilihan lain) Yaitu mengevaluasi dan membandingkan pilihan yang diambil beserta alternatif pilihan-pilihan lain yang diambil berdasarkan berbagai informasi dan pengkajiannya, namun pilihan tersebut belum ditetapkan secara pasti. d. Fixing Choice (Menetapkan Pilihan).Yaitu ketetapan suatu pilihan

berdasarkan pengkajian terhadap berbagai informasi yang telah dikumpulkan dievaluasi, lalu kemudian dikaji kembali dengan

pertimbangan-pertimbangan rasional dan penalaran berdasarkan kebutuhan, keinginan dan kenyataan yang dihadapi.

e. Evaluation product (Evaluasi terhadap hasil)14 Yaitu mengevaluasi terhadap ketetapan pilihan yang telah diambil

E. Teori Rasionalitas

Secara naluriah, semua manusia menginginkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Beberapa cara, dari mulai yang ideal sampai pragmatis, mereka tempuh untuk mencapai tujuan itu walaupun mereka memiliki cita-cita hidup yang sama, tetapi cara mereka mewujudkannya seringkali berbeda-beda. Bahkan tidak jarang saling berlawanan antara satu dengan lainnya. Dalam konteks mencukupi modal usaha misalnya, seorang pedagang sering kali mendapat penawaran dari berbagai jenis lembaga keuangan yang ada untuk memenuhi modal usaha, tidak jarang para pedagang mengalami kesulitan untuk memutuskan lembaga keuangan mana yang dapat memberikan keuntungan yang cukup baik dengan proses yang mudah, untuk itu diperlukan berbagai macam informasi.

Namun semuanya satu tujuan , yaitu mencapai kebahagian dan kesejahteraan hidup bahkan dalam konteks yang lebih implicit, cara manusia mencapai kesejahteraan itu tidak jarang sangat bertentangan dengan cara manusia laiinya. Sesuatu yang menurutnya baik dan menguntungkan belum

14

James F. Engel., Prilaku Konsumen (Jilid I)., (Jakarta; Binarupa Aksara, Edisi Keenam, 1995), h. 48 

tentu dapat diterima akal orang lain, sebagai misal, seseorang pedagang memberikan bandrol sangat tinggi bagi sebuah produk. Bagi penjual hal tersebut wajar dan masuk akal, tetapi belum tentu bagi pembeli atau penjual lainnya. Di sisi lain, terdapat pula seorang pelaku usaha yang merasa puas atas apa yang dilakukannya ketika ia menetapkan secukupnya kepada konsumen. Baginya, itu rasional tetapi bagi kebanyakan orang bisa dianggap sebuah kebodohan. Dan ini terjadi dalam kehidupan manusia, khususnya dalam perilaku mereka untuk memenuhi kebutuhan akan kesejahteraannya.

Pemasaran tidak hanya terkonsentrasi pada kegiatan menjual dan melakukan promosi produk, akan tetapi lebih mengarah kepada terwujudnya pencapaian tujuan hasil dari transaksi produk. Alasannya adalah dalam kegitan transaksi di pasar terjadi pertukran yang saling menguntungkan di antara kedua belah pihak ataupun lebih.

Tujuan dilakukannya pertukaran adalah memang untuk saling memenuhi kebutuhan. Hal-hal yang mendasari terjadinya pertukaran adalah15: a. Segala perilaku yang berdasarkan pada sikap rasional dan bebas dari

pengaruh luar untuk memaksimumkan kepuasan.

b. informasi lengkap atas produk dan informasi lain mengenai berbagai pilihan alternative lain yang tersedia untuk memenuhi segala kebutuhannya

Seperti yang telah disebutkan pada point nomor 2 diatas mengenai banyaknya pilihan dan kelengkapan informasi atas pilihan-pilihan mengharuskan pihak-pihak yang melakukan pertukaran untuk memiliki pertimbangan mengenai pilihan yang akan diambil.

Setiap individu memillik sense dan interpretasi yang berbeda terhadap suatu pilhan dan kepuasan yang diiinginkan secara temporal dan kondisional. Berbagi pertimbangan atas pilihan dalam melakukan pertukaran dianggap sulit bila adanya keterbatasan informasi.16 Oleh karena ituperlu adanya motif suatu pilihan yang rasional, atau disebut dengan rasional Choice atau pilihan rasional.

Istilah “rasional” menurut kamus besar bahasa Indonesia berasal dari rasio, yaitu pemikiran yang logis atau sesuai dengan nalar manusia secara umum. Rasional adalah sesuatu yang dilakukan menurut pikiran dan pertimbangan yang logis berdasarkan pikiran yang sehat dan cocok dengan akal.17

Teori pilihan Rasional adalah suatu rangkaian kaidah-kaidah formal yang memperhatikan hubungan antara bukti-bukti kecenderungan dan pilihan

Dokumen terkait