• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari keseluruhan pokok bahasan dan saran-saran yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian.

A. Perpustakaan Umum

1. Pengertian Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang seluruh atau sebagian dananya disediakan oleh masyarakat dan penggunanya tidak

terbatas pada kelompok orang tertentu.1 Menurut Sulistyo-Basuki yang

dikutip oleh Sutarno NS, perpustakaan umum adalah perpustakaan yang didanai dari sumber yang berasal dari masyarakat seperti pajak dan retribusi, yang kemudian dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk

layanan.2 Menurut Hernandono dalam buku karangan Agus Sutoyo,

perpustakaan umum adalah salah satu jenis perpustakaan yang terbuka untuk umum, diselenggarakan dari dana yang berasal dari umum dengan sasaran untuk melayani umum dengan tidak memandang perbedaan dan kedudukan, pekerjaan, pandangan politik, agama, jenis kelamin, usia, dan suku bangsa.3

Berdasarkan manifesto yang dikeluarkan oleh UNESCO pada tahun 1972, maka perpustakaan umum merupakan lembaga yang didirikan oleh dana umum untuk kepentingan umum dengan tidak memandang perbedaan golongan, ras, warna kulit, agama, kepercayaan, jenis kelamin

1

Taslimah Yusuf, Manajemen Perpustakaan Umum (Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), h.17.

2

Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan (Jakarta : Samitra Media Utama, 2004), h. 38.

3

Agus Sutoyo dan Joko Santoso, Strategi dan Pemikiran Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2001), h. 184.

dan pekerjaan.4 Dalam The Public Library: UNESCO / IFLA Library Manifesto 1994 mengatakan bahwa:

“The services of the public library are provided on the basis of equality of access for all, regardless of age, race, sex, religion, nationality, language or social status.”5

Kalimat diatas maksudnya adalah, perpustakaan umum merupakan suatu jasa yang disediakan atas dasar kesetaraan dan bisa diakses oleh semua orang, tanpa memandang usia, ras, jenis kelamin, agama, kebangsaan, bahasa atau status sosial.

Menurut Undang-Undang No.43 Tahun 2007 tentang

perpustakaan, perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa

membedakan umur, jenis kelamin, ras, agama, dan status sosial ekonomi.6

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang penyelenggaraannya berasal dari dana umum untuk ditujukan dan dilayankan kepada masyarakat umum tanpa mengenal dan membedakan antara usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, ras, etnis, agama dan lain sebagainya. 2. Tujuan Perpustakaan Umum

Dalam manifesto yang dikeluarkan oleh UNESCO pada tahun 1972 dinyatakan bahwa perpustakaan umum mempunyai 4 tujuan utama yaitu:

4

Farli Elnumeri. dkk. Senarai Pemikiran Sulistyo-Basuki: Profesor Pertama Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Indonesia (Jakarta: Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII), 2014), h. 186.

5 IFLA, “IFLA/ UNESCO Public Library Manifesto 1994”, dari

http://www.ifla.org/publications/iflaunesco-public-library-manifesto-1994, diakses pada tanggal 19 Mei 2015.

6

Undang-undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan (Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2009), h. 3.

a. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka kearah kehidupan yang lebih baik.

b. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat, dan murah bagi

masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.

c.Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan dimilikinya

sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka. Fungsi ini disebut fungsi pendidikan berkesinambungan atau pendidikan seumur hidup.

d. Bertindak selaku agen kultural, artinya perpustakaan umum merupakan

pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya. Perpustakaan umum bertugas menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya dengan cara menyelenggarakan pameran budaya, ceramah, pemutaran film, dan penyediaan informasi yang

dapat meningkatkan keikutsertaan, kegemaran dan apresiasi

masyarakat terhadap segala bentuk seni budaya.7

3. Fungsi dan Tugas Perpustakaan Umum

Fungsi perpustakaan umum dapat dijabarkan sebagai berikut:

7

1. Fungsi edukatif

Perpustakaan umum menyediakan berbagai jenis bahan bacaan berupa karya cetak dan karya rekam untuk dapat dijadikan sumber belajar dan menambah pengetahuan secara mandiri.

2. Fungsi informatif

Perpustakaan umum sama dengan berbagai jenis perpustakaan lainnya, yaitu menyediakan buku-buku refernsi, bacaan ilmiah popular berupa buku dan majalah ilmiah serta data penting lainnya yang diperlukan pembaca.

3. Fungsi kultural

Perpustakaan umum menyediakan berbagai bahan pustaka sebagai hasil budaya bangsa yang direkam dalam bentuk cetak/terekam.

4. Fungsi rekreasi

Perpustakaan umum bukan hanya menyediakan bacaan-bacaan ilmiah, tetapi juga menghimpun bacaan hiburan berupa buku-buku fiksi dan

majalah hiburan untuk anak-anak, remaja dan dewasa.8

Adapun tugas pokok dari perpustakaan umum adalah sebagai berikut:

1. Perpustakaan umum disediakan oleh pemerintah dan masyarakat untuk

melayani kebutuhan bahan pustaka untuk masyarakat.

2. Perpustakaan umum menyediakan bahan pustaka yang dapat

menumbuhkan kegairahan masyarakat untuk belajar dan membaca sedini mungkin.

3. Mendorong masyarakat untuk terampil memilih bacaan yang sesuai

dengan kebutuhannya dalam meningkatkan pengetahuan untuk menunjang pendidikan formal, nonformal, dan informal.

8

4. Menyediakan aneka ragam bahan pustaka yang bermanfaat untuk dibaca agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang layak

sehingga dapat berpartisipasi dalam pembangunan nasional.9

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum mempunyai beberapa fungsi yang diantaranya adalah fungsi edukatif, informatif, kultural, dan rekreasi. Adapun tugas pokok dari perpustakaan umum adalah melayani kebutuhan masyarakat baik dari

segi penyediaan bahan pusataka, kegiatan belajar-mengajar,

menunjang pendidikan formal, nonformal, dan informal, serta kebutuhan lainnya.

B. Katalog

1. Pengertian Katalog

Katalog merupakan istilah umum yang sering diartikan sebagai

suatu daftar barang atau benda yang terdapat pada tempat tertentu.10 Di

dunia perpustakaan, katalog adalah daftar sistematis dari sejumlah buku atau bahan lain yang ada di perpustakaan dengan dilengkapi keterangan judul buku, pengarang, edisi, penerbit, tahun terbit, tempat terbit, penampilan fisik, bidang subjek, ciri-ciri khusus, dan tempat buku atau

bahan ini disimpan.11

Menurut Sulistyo-Basuki dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Perpustakaan, katalog merupakan daftar bahan perpustakaan atau

9

Taslimah Yusuf, Manajemen Perpustakaan Umum (Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), h.18.

10

Yaya Suhendar, Pedoman Katalogisasi: Cara Mudah Membuat Katalog Perpustakaan (Jakarta: Kencana, 2007), h. 2.

11

Pawit M.Yusup dan Priyo Subekti, Teori dan Praktik Penelusuran Informasi (Information Retrieval) (Jakarta: Kencana, 2010), h. 215.

buku yang terdapat di sebuah tempat.12 Menurut kamus istilah perpustakaan, katalog adalah daftar buku, peta, atau bahan lainnya, yang disusun menurut aturan tertentu; di dalam daftar itu dicatat, diperikan, dan diindeks bahan-bahan dalam suatu koleksi, satu perpustakaan, atau

beberapa perpustakaan.13

Dalam Dictionary for Library and Information Science

menjelaskan bahwa katalog merupakan sebuah daftar lengkap dari buku-buku, majalah, peta, dan bahan lainnya dalam koleksi yang diberikan, diatur secara sistematis untuk memudahkan temu kembali (biasanya abjad

penulis, judul, dan/atau subjek).14

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa katalog perpustakaan merupakan daftar koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan baik tercetak maupun non tercetak dan disusun secara sistematis, alfabetis, atau menurut sistem tertentu.

2. Tujuan dan Fungsi Katalog a. Tujuan Katalog

Tujuan utama katalog adalah membantu pemakai perpustakaan

memperoleh dokumen seefisien mungkin.15Alasan utama perpustakaan

dalam menyediakan katalog adalah untuk memungkinkan dan

12

Sulistyo-Basuki, Materi Pokok Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud, 1993), h. 272.

13 Nurhaidi Magetsari. dkk, “Kamus Istilah Perpustakaan dan Dokumentasi”, dari

http://www.pnri.go.id/IstilahPerpustakaanAdd.aspx?id=590, diakses pada tanggal 19 Mei 2015. 14

Joan M. Reitz. Dictionary for Library and Information Science, dari http://www.abc-clio.com/ODLIS/odlis_c.aspx, diakses pada tanggal 19 Mei 2015.

15

membantu memudahkan pemustaka dalam melakukan pencarian yang

mereka inginkan di perpustakaan.16

Menurut Charless Cutter dalam buku The Organization of

Information karangan Arlene G.Taylor yang menjelaskan tujuan katalog sebagai berikut:

“Charless Cutter gave his “Objects” of a catalog in 1904, speaking only of library catalogs in which book were represented. These objects is broadened to archives, museums, and the likes.”17

Pada kalimat tersebut Charless Cutter (1904) memberikan pengertian tujuan katalog yaitu merepresentasikan dimana buku atau koleksi berada di perpustakaan. Tidak hanya perpustakaan, akan tetapi di lembaga arsip, museum, dan lembaga informasi lainnya.

Charles Ami Cutter dalam karyanya Rules for a Dictionary

Catalog (1876) yang dikutip oleh L.K. Somadikarta merumuskan

tujuan katalog yang sampai kini masih berlaku sebagai berikut:18

1) Untuk memungkinkan pengguna menemukan dokumen,

biarpun yang diketahui hanya salah satu unsur dokumen berikut yaitu: nama pengarang; judul ; subjek

2) Untuk menunjukkan karya-karya yang terdapat dalam

koleksi perpustakaan: oleh pengarang tertentu; mengenai subjek tertentu; dalam jenis atau bentuk sastra tertentu

3) Untuk membantu pemilihan dokumen dari segi: edisi;

(bibliografis); karakteristik (fiksi atau faktual)

16

J.H Bowman, Essential Cataloguing (London: Facet Publishing, 2003), h. 5.

17

Arlene G.Taylor, The Organization of Information, 2nd ed (London: Libraries Unlimited Inc, 2004), h.34.

18

L.K. Somadikarta, Titik Akses Subjek dalam Organisasi Informasi di Perpustakaan, no.2 (Universitas Indonesia: Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra, 1998), h. 5.

Tujuan katalog nomor (2) dan (3) dicapai dengan pembuatan cantuman bibliografi untuk setiap dokumen yang terdapat dalam koleksi perpustakaan. Cantuman bibliografi tersebut dituangkan pada entri katalog yang disusun dalam katalog sebagai wakil dokumen. Untuk memenuhi tujuan katalog nomor (1) perpustakaan harus menyiapkan satu perangkat atau satu sistem katalog yang terdiri atas 3 macam susunan katalog, yaitu katalog pengarang, katalog judul, dan

katalog subjek.19

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan katalog adalah untuk membantu pemustaka dalam mencari koleksi yang ada di suatu perpustakaan seefisien mungkin.

b. Fungsi Katalog

Katalog sangat penting bagi perpustakaan, karena katalog merupakan petunjuk bagi pemustaka sebagai awal pencarian sebelum mencari di rak koleksi. Sama halnya seperti dijelaskan dalam buku karangan J.H.Bowman menjelaskan seberapa pentingnya katalog di perpustakaan sebagai berikut:

“Why are catalogues important? Why do they matter? They are important because they provide a systematic means of retrieval of items in a collection, and because they bring order to the arrangement of that collection.”20

Maksud kalimat di atas adalah, mengapa katalog penting?

Mengapa mereka berarti? Katalog penting karena mereka

menyediakan sarana sistematis untuk menemukan barang di dalam

19

L.K. Somadikarta, Titik Akses Subjek dalam Organisasi Informasi di Perpustakaan, no.2, h. 5.

20

suatu koleksi, dan karena mereka juga membantu dalam penataan koleksi secara tersusun.

Dalam penyediaan katalog di perpustakaan, dalam penyusunan juga harus ditampilkan secara terstruktur dan jelas, agar pemustaka dapat memahami dan mudah dalam menelusuri informasi yang mereka butuhkan. Berikut ini adalah fungsi katalog:

1) Untuk menunjukkan kepada pemustaka apa saja informasi yang

tersedia di perpustakaan. Katalog sebagai petunjuk yang di dalamnya terdapat daftar koleksi yang disusun oleh perpustakaan.

2) Untuk membantu pemustaka bahwa katalog sebagai pilihan

yang tepat dengan tersedianya semua informasi didalam katalog, pemustaka juga bisa mendapatkan informasi yang terkait seperti penulis, judul, penerbit, tanggal publikasi, subjek tergolong, dan format materi seperti buku, rekaman video, dan file komputer.

3) Untuk memberikan petunjuk dalam bentuk katalog dengan

memberikan kode berupa judul, penulis atau subjek. Lokasi penempatan buku di rak kemudian ditandai dengan huruf dan

simbol nomor disebut sebagai nomor panggilan.21

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi katalog perpustakaan adalah sebagai sarana temu kembali informasi, sistem komunikasi, dan juga sebagai daftar inventaris bahan pustaka.

21

Mary Liu Kao, Cataloging and Classification for Library Technicians (Newyork: The Haworth Press, 1995), h. 9.

3. Bentuk Katalog Perpustakaan

Hadirnya katalog perpustakaan terdiri atas berbagai macam bentuk

fisik antara lain, katalog buku (book catalog), katalog kartu (card catalog),

katalog mikro (microform catalog), dan katalog komputer terpasang

(online computer catalog).22 Dalam buku The Organization of Information karangan Arlene G.Taylor yang menjelaskan pengertian katalog buku sebagai berikut:

”Book catalogs originally were just handwritten list. After the invention of printing with moveable type, book catalogs were printed, but no always in a discernible order, eventually, entries were printed in alphabetical or classified order, but they were very expensive and could not be reproduced and updated often.”23

Katalog buku awalnya hanya daftar tulisan tangan. Setelah penemuan cetakan dalam berbagai jenis, katalog buku pun dicetak, tetapi tidak selalu tersusun rapi seusai urutan, bahkan susunan entri dapat dicetak dalam urutan abjad atau sesuai klasifikasinya, tetapi semua itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit serta tidak dapat dikembangkan dan diperbaruhi.

Bentuk fisik katalog perpustakaan lainnya adalah katalog kartu. Selama lebih dari seratus tahun hingga akhir 1980-an, katalog kartu merupakan jenis katalog yang paling banyak digunakan. Katalog kartu menggunakan kartu 3x5 inci yang diajukan dalam urutan abjad kemudian

diletakkan di laci yang sesuai dalam lemari yang telah dirancang khusus.24

22

Arlene G. Taylor, Introduction to Cataloging and Classification, 10th.ed (London: Libraries Unlimited 2006), h. 9.

23

Arlene G.Taylor, The Organization of Information, 2nded, h. 36.

24

Selain bentuk katalog buku dan katalog kartu, terdapat juga bentuk

katalog COM (Computer Output Microform). Dalam format katalog ini,

catatan bibliografi difoto dan kemudian direkam dalam microfilm atau microfiche, katalog COM ini bisa dinilai relatif murah, karena dapat menghemat ruang dibandingkan dengan katalog kartu dan format katalog

buku.25 Penciptaan katalog COM terjadi pada tahun 1960. Mereka

diproduksi dalam kedua format yaitu microfiche atau mikrofilm dan memerlukan mesin pembaca microform agar dapat menggunakan katalog tersebut. Namun, karena mereka tidak disusun di atas kertas dan terikat, katalog ini benar-benar direproduksi atau diperbarui setiap tiga bulan sekali.26

Bentuk katalog perpustakaan lainnya yang hingga saat ini sudah banyak digunakan oleh perpustakaan adalah katalog komputer terpasang (online computer catalog) sering disebut juga dengan online public access catalogue (OPAC). OPAC dapat diintegrasikan dengan bidang pekerjaan lain seperti pengatalogan, pengadaan, dan sirkulasi. Dengan sistem yang terintegrasi pemakai tidak hanya mampu menemukan suatu koleksi namun

juga mengetahui kapan koleksi baru tersedia.27

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk katalog

perpustakaan terdapat beberapa macam yaitu: katalog buku (book

catalog), katalog kartu (card catalog), katalog mikro (microform catalog),

25

Mary Liu Kao, Cataloging and Classification for Library Technicians, h. 11.

26

Arlene G.Taylor, The Organization of Information, 2nded, h. 37.

27

Lois Mai Chan, Cataloging and Classfication: An Introduction, Second Edition (New York: McGrraw-Hill, 1994), h. 8.

dan katalog komputer terpasang (online computer catalog) atau OPAC yang sampai saat ini digunakan oleh berbagai perpustakan.

C. Online Public Access Catalog (OPAC) 1. Pengertian Katalog Online (OPAC)

Dalam kamus istilah Dictionary for Library Infromation Science

menjelaskan bahwa OPAC adalah sebagai berikut:

“An acronym for online public access catalog, a database composed of bibliographic records describing the books and other materials owned by a library or library system, accessible via public terminals or workstations usually concentrated near the reference desk to make it easy for users to request the assistance of a trained reference librarian. Most online catalogs are searchable by author, title, subject, and keywords and allow users to print, download, or export records to an e-mail account”28

Maksud kalimat di atas menjelaskan bahwa OPAC merupakan

akronim untuk akses katalog online bagi publik. OPAC merupakan sebuah

database yang terdiri dari catatan bibliografi dengan menggambarkan buku-buku dan bahan-bahan lain yang dimiliki oleh sistem perpustakaan

atau perpustakaan, diakses melalui terminal umum atau workstation

biasanya terkonsentrasi di dekat meja referensi untuk memudahkan bagi pengguna dalam meminta bantuan dari pustakawan referensi. Katalog online kebanyakan ditelusuri melalui pengarang, judul, subyek, kata kunci

dan memungkinkan pengguna untuk mencetak, men-download, atau

ekspor catatan ke account e-mail.

Dewasa ini setiap perpustakaan pasti memiliki katalog yang

kebanyakan sudah online (OPAC). Pemustaka bisa mengkases secara

28

Joan M. Reitz. Dictionary for Library and Information Science, dari http://www.abc-clio.com/ODLIS/odlis_o.aspx, diakses pada tanggal 19 Mei 2015.

remote via web atau LAN atau langsung lewat komputer anjungan yang disediakan khusus untuk kataog online di suatu perpustakaan. Mengakses

katalog, baik online maupun tradisional, adalah salah satu realitas fisik.29

Menurut Lucy A.Tedd, OPAC adalah sistem katalog terpasang yang dapat diakses secara umum, dan dapat digunakan pemakai untuk

menelusur pangkalan data katalog, untuk memastikan apakah

perpustakaan menyimpan karya tertentu, untuk mendapatkan infomasi tentang lokasinya, dan jika sistem katalog dihubungkan dengan sistem sirkulasi, maka pemakai dapat mengetahui apakah bahan pustaka yang

sedang dicari, sedang tersedia di perpustakaan atau sedang dipinjam.30

Menurut Abdul Rahman Saleh dan B. Mustafa, katalog online (OPAC) adalah sistem katalog perpustakaan yang menggunakan komputer, pangkalan datanya biasanya dirancang dan dibuat sendiri oleh perpustakaan baik menggunakan perangkat lunak buatan sendiri ataupun

perangkat lunak komersial.31 Sedangkan menurut Mary Liu Kao, OPAC

adalah sebuah katalog dari daftar bahan pustaka pada pangkalan

komputer.32

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa OPAC (Online Public Access Catalog) merupakan suatu alat bantuan penelusuran via katalog komputer yang berisikan cantuman bibliografi dan dapat

29Maks Agustinus, “Optimalisasi Katalog Online”, Visi Pustaka: Majalah Perpustakaan, Vol. 14, No.3, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2012).

30

Lucy A. Tedd, An Introduction to Computer-based Library Systems (Chichester: Jhon Willey & Sons, 1993), h. 141.

31

Abdul Rahman Saleh dan B. Mustafa, “Penggunaan Komputer Untuk Pelayanan Informasi di Perpustakaan”, dalam Kepustakawanan Indonesia: Potensi dan Tantangan (Jakarta: Kesaint Blanc, 1992), h. 112.

32

diakses secara umum untuk menemukan koleksi di suatu perpustakaan, toko buku, maupun unit informasi lainnya.

2. Perkembangan OPAC

Siao-Feng Su menyatakan, perkembangan sistem OPAC dipengaruhi oleh Visi Don Swanson. Pada tahun 1964 Swanson

menerbitkan artikel dengan judul “Dialogues whith a Catalog” yang mempresentasikan pemikirannya tentang bagaimana seharusnya sistem katalog perpustakaan di masa mendatang. Swanson secara cemerlang

menguraikan interaksi (dialogue) yang ideal diantara seorang pemakai

perpustakaan dengan console (suatu jenis terminal yang dapat menemu

balikan berbagai jenis informasi bibliografi, dan mungkin informasi

lainnya). Melalui console, pemakai akan dapat berdialog dengan

pangkalan data, dan melakukan penelusuran informasi. Pemakai diharapkan akan merasa puas terhadap dialog tersebut, karena informasi

bibliografis yang dibutuhkan dapat diperoleh lebih cepat.33

OPAC pertama kali muncul pada awal tahun 1980 dan banyak terkait dengan sistem kontrol sirkulasi yang berbasis komputer.34 Perkembangan teknologi yang begitu pesat kemudian mengubah cara-cara penciptaan katalog dari sistem manual dengan output katalog kartu sampai berbasis web berupa metadata bibliografis koleksi suatu perpustakaan yang dapat diakses secara lebih luas melalui ketersediaan jaringan web dan internet bukan hanya oleh pemustaka yang langsung berkunjung ke

33Jonner Hasugian, “Katalog Perpustakaan dari Katalog Manual sampai Katalog Online”, dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1777/1/perpus-jonner4.pdf, artikel diakses pada tanggal 19 Mei 2015.

34

perpustakaan tetapi oleh pemustaka yang terletak jauh secara geografis.35Selain itu katalog online (OPAC) juga dapat dihubungkan dengan database jenis lainnya untuk menjawab dari pertanyaan yang dirujuk, untuk menemukan kutipan pada artikel berkala, dan untuk

menemukan abstrak atau bahkan artikel teks lengkap.36 Sejak

pemunculannya di perpustakaan sampai perkembangan selanjutnya, sistem

OPAC berkembang seiring dengan perkembangan automasi

perpustakaan.37

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan OPAC tidak terlepas dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang membuat kehadirannya dapat membantu pemustaka dalam penelusuran informasi.

3. Fungsi dan Manfaat OPAC a. Fungsi OPAC

Katalog online dapat berfungsi sebagai sarana promosi yang dapat mempromosikan semua sumber-sumber informasi yang dimiliki oleh suatu perpustakaan. Melalui katalog online berbantuan jaringan internet maka sumber-sumber informasi yang terekam dakam katalog dapat disebarluaskan pada masyarakat di berbagai belahan dunia baik

berbentuk data bibliografi maupun full text.

35 Ulfa Handayani, “Analisis Pemanfaatan Katalog Online Berbasis WEB (WEBPAC) dengan Menggunakan Google Analytics”, didalam Al-Maktabah: Jurnal Komunikasi dan Informasi Perpustakaan (Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 15.

36

Mary Liu Kao, Cataloging and Classification for Library Technicians, h. 11.

37 Jonner Hasugian, “Katalog Perpustakaan dari Katalog Manual sampai Katalog Online”, dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1777/1/perpus-jonner4.pdf, artikel diakses pada tanggal 19 Mei 2015

Dengan melalui katalog online, pemustaka dapat mengetahui kekayaan sumber informasi yang dimiliki oleh suatu perpustakaan, dan mengakses informasi yang terdapat di dalam koleksi perpustakaan. Seperti dijelaskan oleh Marlene Clayton dan Chris Batt dalam bukunya Managing Library Automation yaitu:

“The Online Public Access Catalogue should serve as the access point for user of the system enabling bibliographic enquiries for all types material included in the database.Users demands in this area become increasingly sophisticated. But the following facilities and techniques are the least which should be available.”38

Kalimat di atas mengandung makna bahwa OPAC berfungsi sebagai sistem jalur akses untuk melayani pengguna dalam menelusur informasi dengan jenis format bibliografi yang disimpan dalam bentuk database. Pemustaka akan semakin mudah dalam menelusur informasi dan katalog online pastinya harus dilengkapi dengan fitur-fitur sebagai

Dokumen terkait