• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penutup

Dalam dokumen SAKIP BAB (Halaman 111-140)

BAB I Pendahuluan

BAB 4 Penutup

c

Penutup

Hasil laporan kinerja Dinas Kesehatan DIY tahun 2021 dapat disimpulkan sebagai berikut:

Dari 4 (empat) sasaran yang ada, terdapat 4 indikator kinerja utama yang dipilih sebagai tolak ukur. Pada tahun 2021, terdapat 4 indikator yang telah memenuhi target yang ditetapkan atau sebesar 100% dari total indikator.

Pada proses pencapaian 4 (empat) sasaran tersebut terdapat hambatan permasalah dalam proses pencapaian tersebut. Tantangan tersebut diantaranya adalah:

1. Pada tahun 2021 terdapat permasalahan yang cukup menjadi perhatian yaitu adanya Covid-19, sampai tahun 2021 tercatat 156.997 kasus di DIY. Case Fatality Rate (CFR) atau jumlah orang yang meninggal dunia dari total orang yang sakit atau mempunyai gejala di DIY berada pada angka 3,36%, sedangkan Recovery rate 96,39%. Berikut distribusi kasus, sembuh, dan meninggal berdasarkan Kabupaten/Kota sampai tahun 2021:

2. Jumlah kasus kematian ibu masih belum bisa ditekan, hingga mencapai 131 jiwa. Penyebab kematian ibu pada tahun 2021 terbanyak adalah Covid-19, preeklamsia dan pendarahan. Selain itu salah satu faktor ibu hamil yang tidak memeriksakan kandungan juga menyebabkan tidak teridentifikasinya

Bab 4 Berisi :

1. Kesimpulan 2. Rekomendasi

Peningkatan kinerja

keberadan ibu hamil dengan resiko tinggi, terlebih dimasa pandemi Covid-19 ini pemeriksaan antara ibu hamil dan dokter kandungan menjadi terbatas.

3. Capaian imunisasi dasar lengkap bagi bayi dan baduta di tahun 2021 yang merupakan salah satu tugas utama Dinas Kesehatan, tercatat terpenuhi lebih dari 95%.

4. Penyakit Tidak Menular (PTM) di DIY termasuk dalam ketegori tinggi diatas angka nasional (Riskesdas 2019) terutama prevalensi Diabetes Melitus, Hipertensi, Kanker dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa 95,5% masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayuran dan buah. Kemudian 33,5% masyarakat kurang aktivitas fisik, 29,3% masyarakat usia produktif merokok setiap hari, 31%

mengalami obesitas sentral, serta 21,8% terjadi obesitas pada saat dewasa.

Kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) di DIY termasuk dalam ketegori tinggi seperti tertera pada tabel dibawah ini:

Tabel IV.1 Tabel Kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) Tahun 2021

PTM STP RS Ranap STP RS Rajal

Hipertensi 8.446 38714

Penyakit Jantung Koroner 1.445 7537

a. DM Tipe I 2.004 5179

b. DM Tipe II 6.817 23478

c. DM Gestasional - -

Obesitas

a. Hipotiroid 127 2007

b. Hipertiroid 271 1121

Stroke

a. Stroke Haemorragik 1.189 1317 b. Stroke Non Haemorragik 2.737 7349

Asma Nronkiale 571 4045

PPOK 1.150 13402

Osteoporosis 90 724

penyakit Ginjal Kronik 3.300 17589

Thalassemia 170 478

SLE/Lupus 173 440

a. Kanker payudara (Ca mammae) 1.262 3737 b. Kanker retina mata (Retinoblastoma) 56 22 c. Kanker servik (Ca cervix) 315 522

d. Kanker Paru 309 860

e. Kanker Kolorektal 526 698

f. Leukemia 359 770

g. Kanker Prostat 99 425 h. Kanker Nasopharink 103 204

i. Kanker Kulit 125 133

j. Kanker hati 156 269

a. Penyakit pada mata dan adnexa 2.777 33135 b. Penyakit pada telinga dan mastoid 760 12560

5. Prevalensi penyakit menular terutama kasus Human Immunodeficiency Virus Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV AIDS) dan Tuberkulosis (TB) terus bertambah. Angka HIV hingga tahun 2021 ada 5887 kasus, dan yang masuk fase AIDS sebanyakn 1874 kasus. Sementara untuk angka penemuan kasus TB untuk Case Detection dan diobati sebesar 2182 orang.

6. Hingga saat ini prevalensi Balita stunting di Indonesia masih tinggi sebesar 24,4% , dan bayi stunting berkontribusi pada kematian anak balita di dunia dan menyebabkan anak kehilangan masa hidup sehat setiap tahun. Angka stunting di DIY yang pada tahun 2021 mencapai 17,3%. Masalah terkait stunting terkait dengan angka Kekurangan Energi Kronis (KEK) Ibu hamil sebesar 12,16%, Ibu hamil dengan anemia 16,5% dan Kekurangan Energi Protein (KEP) Balita sebesar 8,55 % (Data Dinas Kesehatan 2021).

7. Belum adanya rehabilitasi psikososial di masyarakat bagi orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) pasca rawat inap menjadi penyebab kekambuhan. Maka ini menjadi salah satu alasan masih tingginya kasus kesehatan jiwa di Daerah Istimewa Yogyakarta (Riskesdas 2018).

Langkah-langkah yang akan diambil untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dapat dirumuskan Rencana Tindak Lanjut sebagai berikut:

1. Penurunan angka kematian ibu, bayi, dan balita melalui peningkatan pelayanan kesehatan yang bermutu dan program promotif preventif.

Lonjakan kasus pada tahun 2021 disertai kenaikan tajam kasus kematian ibu menjadikan protokol kesehatan sebagai salah satu kunci di masa pandemi. Upaya berikutnya adalah dengan meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan terkait kegawatdaruratan maternal neonatal dan melakukan reviu sistem rujukan yang berdampak pada pelayanan kegawat daruratan maternal neonatal. Percepatan vaksinasi Covid-19 untuk ibu hamil terus didorong untuk memberikan perlindungan ibu hamil untuk menekan kematian ibu karena Covid-19. Hal lain sebagai pendukung adalah penerapan Sistem Informasi Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak (SIMKIA) Terintegrasi Provinsi dan Kabupaten/Kota.

2. Masih adanya sebagian kecil kelompok masyarakat yang menolak program

imunisasi memerlukan upaya intensif untuk memberikan advokasi yang

terintgrasi dengan dengan melibatkan sektor lain. Langakah tersebut untuk

meningkatkan cakupan imunisasi dan percepatan vaksinasinasi Covid-19.

3. Meningkatkan keberadaan dan keteribatan Pos Binaan Terpadu (Posbindu), baik di lingkungan kantor Organisasi Perangkat Daerah (OPD) maupun desa di DIY. Upaya lain adalah meningkatkan kualitas 96% Desa di DIY yang telah memiliki dengan peningkatan kapasitas petugas dan penyediaan alat yang dibutuhkan serta memperbanyak kawasan tanpa rokok.

4. Mensosialisasikan gerakan masyarakat hidup sehat melalui 7 gerakan: 1) melakukan aktivitas fisik, 2) budaya konsumsi buah dan sayur, 3) tidak merokok di dalam rumah, 4) tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, 5) melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, 6) menjaga kebersihan lingkungan dan 7) menggunakan jamban. Upaya lain dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini khususnya IVA Test dan pemeriksaan payudara klinis (SADANIS), menggalakkan Posbindu yang melibatkan komitmen lintas sektor untuk bekerjasama, dan peningkatan SDM di puskesmas untuk menjadi Pelayanan Ante Natal Care Terpadu menuju Triple Eleminasi (PANDU TEMAN).

5. Kebijakan 3 zero sebagai pedoman untuk menentukan arah dan kebijakan dalam rangka akselerasi orang dengan HIV AIDS (ODHA) on ARV (meningkatkan jumlah ODHA untuk mendapatkan pengobatan dan mempertahankan untuk tetap berobat). Hal penting lainnya dengan memanfaatkan seluruh sumber daya untuk meningkatkan penyuluhan/konfirmasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang HIV AIDS.

Diperlukan upaya konsisten untuk menghilangkann stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Mengembangkan layanan yang dapat melakukan tes, perawatan, dukungan dan pengobatan bagi ODHA .

6. Untuk meningkatkan penemuan kasus TB, akan dilaksanakan Revitalisasi District Public Private Mix (DPPM), membangun jejaring dengan lintas sektor serta menggalakkan upaya promotif dan preventif ke masyarakat.

Juga akan meningkatkan kualitas sistem pelaporan dan feedback bagi

semua fasyankes termasuk klinik dan dokter praktek mandiri,

meningkatkan akses layanan TB yang bermutu (sarana prasarana dan

fasyankes untuk diagnostik maupun pengobatan TB). Selama masih masa

pandemi Covid-19, pelayanan pasien TB masih menyesuaikan dengan

edaran Kementerian Kesehatan No. PM.01.02/1/840/2020 mengenai

Keberlangsungan Pelayanan TBC selama masa Pandemi Covid-19 yaitu

seminggu sekali, berubah menjadi 1 bulan sekali. Untuk pasien TB resistan obat, yang biasanya melakukan kunjungan ke puskesmas untuk minum obat setiap hari, dilakukan pengawasan minum obat dirumah dengan menggunakan video call untuk tetap memastikan bahwa pasien meminum obatnya. Seiring dengan terbitnya Perpres No.67 tahun 2021 tentang Penanggulangan TB, akan dibentuk Tim Percepatan Eliminasi TB DIY yang melibatkan Lintas Sektor (semua Organisasi Perangkat Daerah/ OPD DIY) untuk mempercepat penemuan kasus TBC, meningkatkan keberhasilan pengobatan TB, dan meningkatkan pemberian pengobatan pencegahan TB (TPT).

7. Upaya intervensi stunting pada masa bayi balita adalah dengan melakukan layanan kesehatan bayi balita sesuai standar, diantaranya adalah: 1) Bayi baru lahir mendapatkan layanan kesehatan bayi baru lahir (injeksi Vit K1, Hb 0, salep mata, Inisiasi Menyusui Dini), 2) Pemberian ASI eksklusif, 3) Imunisasi dasarl dan imunisasi lanjutan, 4) Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita, 5) Intervensi pada balita bermasalah (pertumbuhan, perkembangan). Upaya lain adalah melakukan pemantauan mandiri pada anak sekolah dan peningkatan pencatatan pelaporan kesehatan ibu menggunakan sistem informasi SIMKIA. Upaya sensitif dilakukan oleh sektor di luar kesehatan dan dilakukan terintegrasi melalui upaya penanggulangan stunting 8 (delapan) aksi konvergensi.Tatalaksana balita sakit menggunakan MTBS.

8. Memasyaratkan gerakan hidup sehat (Germas) dengan menitikberatkan pada upaya perubahan gaya hidup sehat di masyarakat untuk memasyarakatkan budaya hidup sehat serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat. Upaya tanpa henti adalah terus mensosialisasikan dan melakukan monitaring evaluasi terhadap penerapan protokol kesehatan selama dengan 3M yaitu mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarapandemi Covid-19.

9. Memberikan dukungan kepada Puskesmas dan Rumah Sakit untuk

meningkatkan kualitas pelayanan melalui pengusulan anggaran

peningkatan sarana prasarana dan SDM ke Pusat melalui fasilitasi Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (Dekonsentrasi dan Dana Alokasi Khusus)

maupun melalui sumber pembiayaan lain.

10. Melakukan inovasi dan pengembangan pelayanan rehabilitasi mental serta memperluas jejaring dalam rangka menyiapkan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) pasca rawat inap agar dapat kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat dengan kondisi mandiri dan produktif. Pada masa pandemi tersedia ruang perawatan khusus bagi ODGJ dengan Covid-19 di rumah sakit.

11. Meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan

fasilitas kesehatan tingkat pertama (

FKTP) dan

fasilitas kesehatan tingkat lanjut (

FKTL), terutama rumah sakit yang merupakan UPT di bawah Dinas Kesehatan DIY.

Sebagai penutup dari LKjIP Dinas Kesehatan DIY dapat disimpulkan bahwa

selama tahun 2021 hasil capaian kinerja sasaran yang ditetapkan secara umum

telah memenuhi target dan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. LKjIP ini

diharapkan membuat rencana aksi ke depan yang lebih realistis, dapat dijangkau

dan terkoordinasi. Diharapkan juga bermanfaat sebagai bahan evaluasi

akuntabilitas kinerja bagi pihak yang membutuhkan. Hasil LKjIP ini juga digunakan

dalam penyempurnaan dokumen perencanaan periode yang akan datang, serta

sebagai acuan pelaksanaan program, kegiatan serta berbagai kebijakan. Kritik dan

saran mohon disampaikan ke dinkes@jogjaprov.go.id.

L A M P I R A N

Lampiran 1. Perencanaan Strategis (matriks Renstra lima tahun)

Lampiran 2. Perjanjian Kinerja Reviu Tahun 2021

Lampiran 3. Evaluasi LKj IP Tahun 2020

Lampiran 4. Tanggapan/Tindak Lanjut Evaluasi LKJ IP Tahun 2020

Lampiran 5 Penghargaan Tahun 2021

NO NAMA PENGHARGAAN

TGL/BLN/TAHUN PEMBERIAN PENGHARGAAN

PEMBERI PENGHARGAAN

KETERANGAN (PENGHARGAAN DIBERIKAN

TERKAIT APA)

FOTO SERTIFIKAT/PIAGAM/

PIALA 1 Piagam Penghargaan sebagai

OPD Terbaik dalam Implementasi

Pengarusutamaan Gender dengan Inovasi Pelembagaan Sistem PUG

Januari 2022 Gubernur DIY Pengarusutamaan Gender

2 Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM)

21 Desember 2021 Menteri PAN RB Penghargaan WBK-WBBM

3 Kelengkapan dan Ketepatan Laporan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) serta Respon Alert Tertinggi Tahun 2020

29 Mei 2021 Kementerian Kesehatan

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

4 Seluruh Kabupaten/Kota mencapai IDL Minimal 92, 9%

Tahun 2020

29 Mei 2021 Kementerian Kesehatan

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

5 Peringkat 2 Kategori Konsistensi Antar Indikator pada Pemeringkatan Profil Kesehatan Tahun 2020

Oktober 2021 Kementerian Kesehatan

Data dan Informasi

6 Peringkat 2 Kategori Konsistensi Antar Variabel pada Pemeringkatan Profil Kesehatan Tahun 2020

Oktober 2021 Kementerian Kesehatan

Data dan Informasi

7 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Perkantoran dan Protokol Kesehatan Kategori Perkantoran OPD Tingkat I

November 2021 Kementerian Kesehatan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

8 Indonesia Healthcare Innovatioan Award IHIA V-2021 Kategori SPGDT

25 November 2021 Kementerian Kesehatan

Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu

(SPGDT)

Dalam dokumen SAKIP BAB (Halaman 111-140)

Dokumen terkait