4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka penulis menarik kesimpulan novel Perempuan Kembang Jepun karya Lan Fang mengandung nilai-nilai sejarah. Hal pertama yang tampak adalah semangat patriotisme. Nasionalisme yang tumbuh pada rakyat Surabaya dalam membela dan mempertahankankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedua, nilai pengorbanan yang diberikan rakyat kepada Negara Indonesia. Nilai-nilai inilah yang yang dijunjung tinggi masyarakat Surabaya dalam menghadapi penjajah.
Sebelum Jepang menguasai Indonesia, Jepang terlebih dahulu menarik simpati bangsa Indonesia. propaganda-propaganda dan janji-janji tentang kemerdekaan, kebebasan dan kesejahteraan kepada bangsa Indonesia inilah yang membuat Jepang mendapat dukungan penuh dari rakyat Indonesia. Gerakan tiga A yaitu, Jepang pemimpin Asia, Jepang, Jepang pelindung Asia dan Jepang cahaya Asia, adalah salah satu dari propaganda–propaganda yang dilakukan Jepang. Sehingga muncul anggapan rakyat Indonesia jika Jepang adalah saudara tua, pembebas dan penyelamat bangsa Indonesia.
Setelah menguasai Indonesia, Jepang melakukan pembaharuan dalam sistem pemerintahan dan pembangunan di Indonesia. Dengan menerapkan pahamnya, Jepang melakukan pembangunan di berbagai sektor, seperti dalam sistem pemerintahan, pendidikan, militer dan pembangunan. Semua dilakukan Jepang
semata-mata demi kepentingan Jepang. Harkat dan martabat bangsa Indonesia telah diinjak-injak oleh jepang. Hal yang dirasakan bangsa Indonesia hanyalah penderitaan yang berkepanjangan. Penderitaan-penderitaan yang dialami masyarakat inilah yang memunculkan jiwa patriotisme dan nasionalisme. Banyak tuntutan rakyat dan para pemuda kepada Jepang, yakni Jepang harus mengakui kemerdekaan Indonesia bukan menyerahkan kepada sekutu karena sekutu akan mengembalikan Indonesia kepada kekuasaan Belanda. Pada akhirnya, meletuslah pemberontakan-pemberontakan di setiap sudut kota Surabaya. Rakyat dan pemuda-pemuda melucuti senjata-senjata tentara Jepang dan menyerang markas-markas militer Jepang di dalam maupun di luar kota Surabaya. Akhirnya, Jepang menyerah. Jepang menyerahkan senjata dan mengembalikan kantor serta gedung yang dipakai Jepang. Segala hasil rampasan berupa senjata ini dipakai untuk mempertahankan kota Surabaya dari ancaman pihak sekutu. Dari aksi-aksi yang dilakukan rakyat Surabaya, yang paling terkenal adalah insiden di depan hotel Oranye. Ratusan pemuda dan rakyat menyerbu orang-orang Belanda. Bendera Belanda merah–putih–biru diturunkan dan digantikan dengan bendera RI.
Selain itu, yang mengalami penderitaan akibat kekejaman tentara Jepang adalah para wanita. Banyak wanita yang menjadi perempuan penghibur. Mereka terjebak dengan janji- janji Jepang untuk memperbaiki nasib diri dan keluarga mereka. Wanita –wanita itu diajak belajar ke Jepang, ke Saigon bekerja sebagai palang merah, atau sebagai pegawai pemerintahan. Namun, pada akhirnya mereka dipekerjakan sebagai
wanita-wanita penghibur, atau dengan kata lain menjadi pelacur untuk keperluan tentara Jepang.
Di Indonesia pengambilan wanita-wanita Indonesia oleh Jepang dilakukan dengan berbagai tipu daya. Awalnya, mereka dididik sebagai perawat dan dikirim ke Jepang dipekerjakan sebagai pegawai tetapi ternyata gadis-gadis itu dipakai tentara Jepang untuk dijadikan karayukisan yaitu wanita penghibur atau lebih dikenal dengan istilah Jugun Ianfu. Akibatnya banyak di antara mereka bunuh diri setelah perang berakhir, karena malu untuk kembali ke keluarganya. Bukan hanya wanita Asia, tetapi juga perempuan Eropa dan wanita indo atau campuran Indonesia Eropa yang dipekerjakan sebagai karayukisan. Wanita-wanita ini merupakan tahanan perang yang dibawa ke kamp-kamp interniran. Di sana, mereka dipaksa untuk menjadi pelacur, diperkosa oleh para pemimpin Jepang. Akibatnya, para Jugun Ianfu mendapat penyakit kelamin dan mengalami tekanan psikologi serta fisik. Bagi setiap wanita penghibur mereka harus berkata ”kiotske! ‟siap‟ dan setelah itu naore (membungkuk) dalam situasi apapun jika tidak mereka akan ditempeleng atau ditendang. Sebagai wanita penghibur mereka harus memuaskan nafsu seks tentara Jepang.
Di sisi lain, novel Perempuan Kembang Jepun karya Lan Fang jika ditinjau dari aspek sosiologi sastra mengandung pesan-pesan sosial. Pesan ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan setiap orang dalam membina hubungan yang harmonis dengan anggota keluarga dan sesamanya, contohnya dalam menghadapi persoalan rumah tangga seharusnya diselesaikan secara kekeluargaan dan akal sehat bukan dengan tindak kekerasan.
Perang antara Indonesia dan Jepang membawa dampak sosial yang cukup luas bagi masyarakat. Kondisi inilah yang digambarkan dalam Kembang Jepun sebagai salah satu sumber tindak kekerasan. Situasi yang serba tidak menentu seperti ini membawa dampak pada kehidupan keluarga Sujono. Faktor keterpurukan ekonomi pada situasi perang kemerdekaan membuat hubungan Sujono dan anggota keluarganya semakin tidak harmonis. Di satu sisi, Sujono dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidup Sulis dan Joko sementara di lain pihak, Sujono juga harus menjaga hubungannya dengan Matsumi dan Kaguya-Lestari. Sujono terpaksa menikah dengan Sulis dengan berbagai tuntutan Sulis yang harus dipenuhi oleh Sujono dan ia juga harus menjaga hubungannya dengan Matsumi seorang wanita Jepang yang ia cintai. Dari sinilah awal munculnya kekerasan dalam rumah tangga Sujono. Kekerasan fisik, seksual, psikologi dan deprivasi adalah kekerasan yang selalu mewarnai rumah tangga sujono.
Dalam novel Perempuan kembang Jepun, tindak kekerasan sering dialami oleh para tokohnya. Sulis sebagai seorang isteri mendapat pukulan dan tendangan, ia diperlakuan kasar oleh suaminya. Ia sering disakiti. Kekerasan fisik ini sering dialami oleh sulis. Kekerasan seksual juga sering dialami Sulis dan Matsumi. Kedua wanita ini mendapat perlakuan kasar dari Sujono berupa tamparan, pukulan dan akhirnya berujung pada hubungan seks. Hubungan seks yang dilakukan Sujono tidak seperti hubungan suami isteri tetapi seperti hewan. Selain itu, yang mengalami kekerasan seksual adalah wanita-wanita penghibur (jugun ianfu)mereka dipaksa dan
dialami Sulis, Matsumi, kedua tokoh mendapat makian, hinaan dan diperlakukan tidak adil dalam keluarga baik secara batiniah dan lahiriah. Bagi Lestari, ia sering mendapat tekanan psikologi dari Sulis (ibu angkatnya) berupa makian dan hinaan karena ia anak seorang pelacur Jepang dan dianggap sebagi biang keributan orang tuanya. Selanjutnya kekerasan deprivasi, kekerasan ini dialami Lestari setelah ia tinggal bersama ibu angkatnya, dibiarkan terlentar tanpa mendapat kasih sayang dari ibunya dan kekerasan bukan intensional dialami Lestari, ia tidak dipedulikan oleh ibunya, yang lebih menyakitkan lagi Lestari dituduh merayu kakak laki-lakinya, pada hal Lestari jelas-jelas diperkosa di hadapan ibunya.
Jadi, tindak kekerasan yang dominan terjadi dalam Kembang Jepun adalah kekerasan fisik yang ditimbulkan karena perang dan kehidupan keluarga Sujono yang jauh dari kenyamanan keluarga. Tindak kekerasan psikologis, seksual, deprivisasi juga dialami oleh para tokoh di Kembang Jepun. Namun, semua tindak kekerasan berakhir bersamaan dengan berakhirnya perang Indonesia dan Jepang.
4.2 Saran
Novel Perempuan Kembang Jepun karya Lan Fang ini masih memiliki banyak permasalahan untuk digunakan sebagai bahan penelitian. Novel ini dapat diteliti dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Masalah- masalah yang dapat diteliti kembali dalam Novel Perempuan Kembang Jepun adalah dampak psikologi yang ditimbulkan akibat tindak kekerasan yang dilakukan oleh individu, oknum, maupun negara yang merupakan imbas dari sebuah perang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, Roeslan. 1974. SeratusHari yang Menggemparkan Indonesia.Jakarta :YayasanIdayu
Audifax.2007. SosokAntara Ada danTiada. (www.Google.com) download 10 Februari 2009
Damono, Sapardi Djoko.1979. SosiologiSastraSebuahPengantarRingkas. Jakarta: PusatPembuinaandanPengembanganBahasa.
DepartemenPendidikandanKebudayaan.
________,1978. SosiologiSastra. Jakarta: PusatPembinaan Dan
PengembanganBahasaDepartemenPendidikan Dan Kebudayaan Kuntowijoyo.1987.Budaya danMasyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana
Muhammad, Damhuri.2007. PerempuanKembangJepun. (www.Google.com) download 10 Februari 2009
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. TeoriPengkajianFiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Poerwandari, E. Kristi.2004.Mengungkap Selubungkekerasan: TelaahFilsafatManusia. Bandung: KepustakaanEjaInsari
Poerwadarminta, W.J.S. 1976. KamusUmumBahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka Ratna, NyomanKutha. 2004. Teori, Metode, danTeknikPenelitianSastra. Yogyakarta:
Pustaka Jaya.
Sudjiman, Panuti. 1988. MemahamiCeritaRekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. ________, 1991.MemahamiCeritaRekaan. Jakarta: Pustaka Jaya
Sumardjo, Yacob.1979.MasyarakatdanSastra Indonesia. Yogyakarta: CV. NurCahaya
Suyono, R. P. 2005. SeksdanKekerasanpadaZamanKolonial. Jakarta: PT GramediaWidiasarana
Tjahjono, LibertusTangsoe. 1988. Sastra Indonesia: PengantarTeoridanArpesiasi. Ende: Nusa Indah.