• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apa komentar Bapak mengenai anak jalanan selama ini?

Kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan anak jalanan. Anak

jalanan dibagi dalam 3 kategori: pertama, children of the street, anak yang tidak

pernah pulang kerumah atau yang sudah melekat dijalan atau dipasar, dan tidak ada

hubungannya dengan keluarga, kedua, children on the street, anak yang berada

dijalanan yang masih tetap pulang kerumah, masih mempunyai keluarga atau

orangtua. Yang ketiga, anak dari keluarga yang hidup dijalan seperti anak yang dari

komunitas gerobak. Pada tahun 1997-1998 sebelum krisis, banyak anak jalanan

dengan kategori children of the street, anak yang kabur dari rumah dengan sebutan

“gembel”. Setelah krisis ekonomi, banyak anak jalanan dengan kategori on the street,

mereka ke jalan karena mereka di eksploitasi oleh orangtua, munyuruh mencari uang

atau mengamen dijalan. Orang tua mengeksploitasi karena kondisi ekonomi yang

terpuruk, serta tidak mempunyai konsep tentang hak anak. Hampir dari semua

keluarga miskin anggotanya dijadikan tenaga kerja termasuk anak-anak. Jadi menset

orangtua, anak itu dijadikan alat atau tulang punggung keluarga. Dengan itu semua

orangtua tidak sadar karena itu telah menghancurkan masa depan anak, anak dididik

dengan pola minta-minta, dengan ini anak sudah menjadi komunitas anak jalanan.

Fenomena ini bagi saya dalam perspektif anak sudah sangat mengkhawatirkan,

karena anak jalanan bertumbuh dengan pesat. Data menunjukkan 250.000 lebih anak

jalanan. Tapi saya yakin jumlah anak jalanan jauh lebih besar dari itu. Seharusnya

bagaimana anak-anak tidak turun kejalan. Karena perkampungan-perkampungan

dikota besar sudah tidak mempunyai areal-areal untuk tempat bermain anak dan lebih

banyak bangunan-bangunan bertingkat, ruko-ruko, dll.

Darimana sesungguhnya persoalan anak jalanan ini harus diatasi?

Sesungguhnya ini tidak mudah untuk diatasi, kita harus memetakan dahulu di

tempat-tempat mana saja yang lebih banyak anak jalanan beroperasi dan darimana saja

mereka berasal, setelah kita melakukan pemetaan kita cari apa penyebabnya. Dan kita

semua mulai dari pemerintah, lsm, dan masyarakat harus saling membantu untuk

bekerjasama dalam mengatasi masalah seperti ini.

Sejauh mana pelayanan yang sudah dilakukan oleh KPAI sendiri terhadap anak-anak jalanan?

KPAI sendiri tugasnya tidak melayani langsung anak-anak jalanan, dan KPAI sendiri

tugasnya hanya melakukan pengawasan seperti masyarakat, lsm dan depsos yang

semua adalah Departemen Sosial. Mereka melakukan pencatatan dan hasil pencatatan

itu diberikan langsung ke KPAI.

Apakah sudah ada titik terang dalam menangani permasalahan anak jalanan? Sampai saat ini masih belum ada, karena faktor anak-anak jalanan ini sangat besar

dan berbeda-beda, sedangkan dalam kebijakan negara dalam masalah ekonomi masih

belum sangat sempurna.

Bagaimana pendapat Bapak mengenai kebijakan pemerintah selama ini dalam menangani masalah anak jalanan?

Saya melihat masih sangat terputus-putus dan sangat lambat, belum dapat

membongkar masalah anak-anak jalanan itu sendiri, belum menyentuh akar-akar

masalah anak jalanan itu sendiri. Selalu hanya mengatasi yang sedang terjadi, tidak

bisa mencegah. Seharusnya bagaimana anak-anak tidak turun ke jalan. Harus

diberikan hiburan-hiburan, sanggar tari dll, supaya anak tidak turun ke jalan.

Seharusnya pemerintah mewajibkan setiap RT harus mempunyai minimal tempat

olahraga, minimal lapangan bulu tangkis untuk tempat bersosialisasi anak-anak. Dan

sekolah murni di gratiskan, mendapat pelatihan sehingga mereka tidak ingin ke jalan.

Apakah Undang-undang Perlindungan Anak sudah berjalan dengan lancar, sedangkan realitanya banyak anak-anak yang di pekerjakan?

Menurut saya, sosialisasinya sangat kurang dan masih terbatas pada pemerintah,

Rencana apa yang harus dilakukan kedepan untuk memberantas anak-anak jalanan?

Anak jalanan itu harus diatasi diambil dan dididik di tempatkan di sanggar atau

sekolah keterampilan, apabila mereka sudah mempunyai keahlian mereka bisa

mendapatkan uang tanpa harus turun ke jalan.

- Hasil Wawancara dengan Alexander J Suwardi (Ketua Yayasan Gria Asih):

Sudah berapa lama yayasan Gria Asih ini berdiri?

Yayasan ini sudah berdiri sejak tahun 1996, namanya dulu rumah singgah karena

kami menampung semua anak-anak jalanan yang dalam hal ini mereka masih usia

sekolah, yang perlu kami tangani karena rasa empati kami terhadap mereka. Sebagai

warga bangsa sebagai warga negara kami ingin membantu negara dari hal yang

paling kecil. Dari apa yang bisa di perbuat oleh negara, karena tentunya orang miskin

dan anak terlantar dipelihara oleh negara, tetapi negara terlalu banyak hal yang

dipikirkan, dan kami sebagai warga negara ingin berbuat untuk negara dari hal yang

paling kecil seperti mengasuh anak-anak ini, mendidik, supaya mereka menjadi

berlindung di rumah Ibu Pandoyo yang telah mereka kenal. Setelah banjir surut, 17

anak yang besar dipersilahkan kembali kepangkalan mereka, tinggallah 18 anak yang

lebih kecil 9 sampai 17 tahun laki-laki semuanya. Dalam keadaan seperti itu

pembicaraan dengan Rm. Hendra Suteja SJ. Membuahkan keputusan untuk

mendirikan yayasan yang bergerak dalam pelayanan anak-anak jalanan dan terlantar,

dan diberi nama Gria Asih, yang bermakna rumah yang menjadi sarana Kasih Allah

agar anak-anak jalanan dan terlantar dapat menjadi pribadi-pribadi yang memiliki

masa depan.

Apakah anak-anak di Yayasan Gria Asih ini murni anak jalanan atau tidak? Awalnya murni anak-anak jalanan, lama kelamaan dari masyarakat yang orangtuanya

karena kemiskinannya tidak mampu untuk menghidupi anak-anaknya mereka

menitipkannya ke yayasan ini.

Berapa jumlah keseluruhan anak-anak jalanan yang berada di Yayasan Gria Asih ini?

Sekarang yang berada di yayasan ini ada 55 anak, ada yang dari tingkat SD, SMP dan

SMK, sedangkan yang kuliah hanya ada 6 anak di yayasan ini.

Apakah sudah ada bantuan langsung dari pemerintah sendiri terhadap Yayasan Gria Asih?

Bantuan secara moril ia, sedangkan secara finansial belum. Karena kami tidak

juga melihat di tingkat walikota, melihat bahwa ini bagus. Kami di walikota juara 1,

lalu tingkat propinsi juara 1, dan juga di tingkat nasional kami mendapatkan predikat

baik untuk yayasan ini. Jadi pemerintah dalam hal ini hanya membantu secara moril

memberikan masukan-masukan. Tapi karena kami terbaik kami diberikan apresiasi.

Kami bekerja dari hati menangani mereka, karena kami membantu anak-anak kurang

beruntung. Tetapi karena kami diberikan apresiasi, kami sangat berterima kasih.

Apasaja kegiatan yang dilakukan anak-anak dalam Yayasan Gria Asih ini dalam keseharinnya?

Mayoritas semuanya sekolah, jadi yang tadi saya katakan tadi mulai dari tingkat SD,

SMP, SMK, dan juga ada yang kuliah D3. sedangkan di waktu luang atau hari libur

mereka yang laki-laki belajar untuk bercocok tanam, seperti menanam sayur-sayuran

yang mereka bisa konsumsi sekarang ini, sedangkan yang wanita membuat cokelat,

lalu dijual kembali.

Lalu tanggapan masyarakat terhadap Yayasan Gria Asih ini seperti apa, apakah sangat mendukung atau tidak?

Selama ini tanggapanya positif karena kami juga bekerja sama dengan RT, RW,

tetangga sekitar, Kelurahan dan Kecamatan kami baik, dan kami juga menyediakan

tempat baca atau perpustakaan setiap hari yang menikmati bukan hanya anak-anak

Khusus saat ini kami tidak berupaya untuk turun ke jalan karena sekarang yang

dijalanan itu sudah dikordinir oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Jadi,

kami sekarang ini, orangtua yang memiliki anak karena kemiskinannya turun ke jalan

kita ambil dan kita didik.

Apakah pengawasan terhadap anak-anak jalanan terus dilakukan agar mereka tidak lagi turun kejalan?

Setiap hari selalu kita awasi, karena kami mempunyai pembimbing 5 orang.

Semuanya mempunyai tugas masing-masing dan tidak hanya pengawasan, mereka

juga saya berikan aturan. Awalnya ini dulu rumah singgah yang tidak ada golnya,

maksudnya hanya sebatas numpang makan, mandi lalu mereka turun lagi ke jalan.

Jadi, lama kelamaan saya menggunakan sistem panti, dan saya membuat

peraturan-peraturan apabila anak yang sudah masuk yayasan ini berarti dia ingin berubah dalam

arti menjadi baik, tidak liar. Apabila sudah berada disini tidak boleh keluar artinya

tidak boleh turun kejalan lagi, apabila keluar kejalan lagi tidak boleh masuk lagi ke

yayasan ini. Itu aturannya.

Lalu, visi dan misi untuk Yayasan Gria Asih ini seperti apa?

Visi kita disini ialah anak yang sehat lahir dan batin, sadar akan jadi diri dan

martabatnya dan dapat berperan serta secara positif dilingkungan hidupnya.

- Hasil Wawancara dengan Wilfun Afnan, S.Sos (Staff Pusat Data dan Informasi) di

Komnas Anak:

Bagaimana saudara melihat anak-anak jalanan sekarang ini, yang tiap tahunnya makin betrambah banyak dan sangat memprihatinkan?

Kalau saya melihat mereka adalah bagian dari korban artinya apakah itu kondisi atau

lingkungan yang situasi anak turun ke jalan atau karena kebutuhan mereka. Yang

jelas ketika anak turun kejalan adalah kondisi keterpaksaan, kondisi yang memang

menuntun mereka mau tidak mau harus turun ke jalan, karena faktor ekonomi dan

faktor lingkungan. Mereka yang tidak mendukung ialah mereka yang faktor

ekonominya lemah, yang menyebabkan anak turun kejalan.

Selama ini apa yang telah dilakukan pemerintah untuk melindungi hak-hak anak jalanan?

Sebenarnya banyak hal yang dilakukan oleh pemerintah, artinya banyak program

untuk pementasan anak-anak jalanan, namun kelemahannya adalah program

pemerintah itu masih pada tataran opra media porasi artinya masih melihat satu atau

dua sisi fenomena anak jalanan. Belum adanya proses untuk anak jalanan itu artinya

belum tercakup semua kenapa anak jalanan itu turun kejalan. Padahal program yang

ada, ada rumah singgah dan penguatan ekonomi keluarga untuk keluarga tidak

normatif banyak kegiatan yang dilakukan, tapi secara implementatif ini semua adalah

tidak didukungnya oleh tataran pengawasan.

Sejauh ini apa bentuk tanggungjawab negara terhadap anak-anak jalanan? Bentuk tanggungjawab negara itu harus melakukan bagaimana anak itu tidak turun

kejalan, melalui program keluarga, bukan kepada anaknya secara langsung, apabila

ketika menyentuh anak itu hanya pada tataran pendidikan. Itu yang harus dilindungi

oleh negara melalui keluarga, karena keluarga adalah garda terdepan tempat yang

paling tepat untuk mendidik anak.

Sejauh ini apa solusi pemerintah atau negara dalam menanggulangi maraknya anak jalanan di Jakarta? Apakah melindungi hak anaknya atau memberikan solusi ekonomi, mental dan spiritual bagi orangtua mereka?

Sejauh ini menstrim pemerintah menangani anak jalanan itu memakai konsep

seolah-olah anak jalanan itu menggangu ketertiban umum. Pada akhirnya perspektif

pemerintah dalam hal-hal kebijakan penegak hukum ialah menangkap, ditempatkan

anak disebuah panti atau ditempatkan dibina sosial untuk dibina, tetapi pada intinya

tidak sampai pada persoalan pokok kenapa anak-anak itu turun kejalan.

Apakah sama hak anak jalanan dengan hak anak pada umumnya?

Yang namanya anak semua anak mempunyai hak yang sama, tanpa melihat statusnya

Lalu, di dalam Undang-undang anak apakah ada pasal khusus untuk anak-anak jalanan?

Dalam Undang-undang Perlindungan Anak pasal 13 menyebutkan eksploitasi

ekonomi artinya anak memang tidak dibolehkan untuk bekerja apakah itu dalam

situasi yang berbahaya. Sanksi hukum pidanya dalam perlindungan anak, sanksi

pidananya adalah seseorang ataupun orang yang memaksa, membujuk rayu atau

merayu anak untuk turun kejalan itu akan di penjara. Apakah orangtuanya,

tetangganya, tapi persoalannya dari kasus itu, kalau kita lihat Undang-undang banyak

orangtua yang akan di penjara karena memperbolehkan anaknya turun ke jalan, tetapi

di sisi lain secara kemanusiaan banyak anak yang di pisahkan oleh orangtuanya.

Dengan payung hukum yang ada, bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum bagi anak, khususnya anak-anak yang telah dilanggar haknya oleh orangtua mereka?

Negara sudah memberikan banyak kebijakan khususnya pemenuhan dasar hak-hak

anak itu sendiri, hak pendidikannya, ada paket A, paket B agar anak itu bisa

mengenyam pendidikan. Tapi yang paling urjen dilakukan oleh negara adalah

meningkatkan kualitas hidup keluarga. Karena adanya peningkatan kualitas hidup

keluarga, pasti anak pun akan terangkat kualitas hidupnya. Karena keluarga

Apa yang menjadi hambatan dan kendala dari berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam memberikan perlindungan bagi anak yang haknya dilanggar?

Negara seharusnya tidak ada hambatan karena negara mempunyai power,

persoalannya bukan lagi apakah kendala itu harus diatasi, masalahnya apakah negara

mampu jujur untuk memenuhi hak-hak dasar anak di Indonesia. Negara hanya bisa

menggusur rumah banyak orang, walaupun yang menghadang begitu banyak, dan

negara mampu mengatasinya, lalu tidak bisa mengatasi masalah anak jalanan.

Menurut anda, bagaimana pemahaman orangtua atau keluarga dan masyarakat terhadap anak-anak jalanan?

Untuk terakhir-terakhir ini banyak orang tua yang mempunyai kesadaran tentang

hak-hak anak, karena sebenarnya apabila kita memahami folosofis seorang anak, bahwa

anak adalah suatu titipan tuhan berarti mereka mempunyai hak yang harus dilindungi,

karena kita dititipkan oleh tuhan, tuhan memberikan amanah kepada kita, karena

tuhan percaya kepada kita.

Apakah Undang-undang Perlindungan Anak sudah berjalan dengan lancar atau tidak?

Secara normatif ia, karena Undang-undang Perlindungan Anak adalah salah satu

kebijakan pemerintah untuk melindungi anak-anak sebagai generasi masa depan,

KUHP bukan kitab Perlindungan Anak. Persoalannya ketika ada Undang-undang

Khusus, otomatis Undang-undang umum akan hilang seluruhnya. Dan infra struktur

pendidikan masih kurang, bahkan yang lebih sedih lagi adalah pendidikan di

Indonesia itu semacam korporasi apabila menginginkan kualitas bagus harus

membayar mahal, apabila tidak ingin membayar, kualitas apa adanya. Ini bisa

disebutkan pendidikan adalah sebuah perdagangan, padahal pendidikan adalah harta

anak untuk mendapatkan itu semua. Apakah itu kualitasnya harus baik atau tidak

anak berhak memperoleh itu semua.

- Hasil Wawancara dengan Bapak Sanwani selaku Orang Tua :

Menurut Bapak anak jalanan di Indonesia ini seperti apa?

Kalau saya melihat secara pribadi sangat meresahkan, mereka liar, mau seenaknya

sendiri. Malah sangat merugikan masyarakat, kadang saya melihat mereka mabuk

bersama geng mereka seperti menghirup lem aibon di pinggir jalan, dan kadang

melakukan tindakan kriminal.

Lalu, bagaimana pendapat bapak dengan anak yang di pekerjakan di jalan oleh orang tua mereka untuk mendapatkan uang?

Seharusnya orang tua entah itu ibu atau bapaknya harus bisa mendidik dan mengasuh

anaknya, bukan untuk di pekerjakan di jalan. Kasihan mereka masih terlalu kecil dan

seperti itu mereka sekolah, tidur atau bermain di rumah, bukan bekerja. Kadang saya

sering melihat ibu yang mempekerjakan anaknya masih sangat muda, lalu kenapa

mereka tidak bekerja sendiri, kenapa harus melibatkan anak-anak mereka. Kasihan

anak-anak seperti itu tidak bisa merasakan masa kanak-kanak mereka.

Bagaimana Bapak melihat pemerintah dalam menangani masalah anak-anak jalanan seperti itu?

Yang saya tahu sepertinya pemerintah masih kurang dalam menangani kasus seperti

ini. Yang selalu di pikirkan oleh pemerintah hanya urusan politik di Indonesia,

sedangkan dalam masalah ini Pemerintah hanya bisa menangkap dan menempatkan

mereka di panti asuhan atau di tempat-tempat lain untuk dididik. Tetapi pemerintah

tidak bisa mengatasi kenapa anak bisa turun ke jalan dan apa masalahnya.

Lalu, seperti apa harapan Bapak kepada pemerintah khususnya dalam menangani masalah anak jalanan?

Seharusnya pemerintah bisa memberikan fasilitas apa yang di butuhkan oleh anak,

agar anak tidak lagi turun ke jalan. Mungkin membangun taman bermain agar

anak-anak bisa bermain dengan teman-teman yang seumuran dengan mereka, memberikan

sekolah keterampilan untuk mengembangkan bakat dan minat mereka, dan sekolah

formal gratis dari biaya apapun. Ini yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah

Ia, saya hanya sedikit mengetahui Undang-undang Perlindungan Anak, yang saya

tahu, yang mana anak itu berhak untuk hidup dan berkembang, serta dapat

perlindungan dan pendidikan dari orang tuanya. Tapi yang saya masih heran,

walaupun sudah di berlakukannya Undang-undang Perlindungan Anak, kenapa masih

saja banyak orang tua yang melakukan tindakan kekerasan terhadap anak kandungnya

sendiri.

- Rangkuman hasil wawancara penulis dengan Ibu Nursari 36 tahun dan anaknya

Novi 6 tahun yang hanya diam dan terus kembali ke jalan di perempatan ITC

Cempaka Mas Jakarta Pusat:

Sudah berapa lama ibu berada di sini? Sudah hampir 3 tahun saya berada disini.

Apa ibu ada pekerjaan lain selain mengawasi Novi di jalan?

Tidak ada, saya hanya mengawasi novi saja disini, paling saya kerja hanya

menggantikan novi kalau dia lagi sakit. Suami saya juga kerja, tapi hanya sebagai

tukang parkir liar. Saya juga mengawasi novi tidak seharian penuh, saya bergantian

dengan suami saya. Kalau suami saya mengawasi dari pagi sampai siang, kalau saya

dari siang sampai malam sekitar sampai jam 20.30 WIB.

hari.

Apa Ibu tidak merasa kasihan Novi yang masih kecil harus berada di jalanan untuk bekerja?

Rasa kasihan pasti ada, tapi harus bagaimana lagi, kalau novi tidak bekerja kita

sekeluarga makan apa, penghasilan suami saya saja untuk sehari-hari masih sangat

kurang, sehari hanya bisa dapat 10-15 ribu. Kalau sama novi sehari itu bisa dapat

40-50 ribu sehari. Pernah novi sakit selama 4 hari, lalu saya gantikan novi di jalan, dan

penghasilan saya di jalan itu tidak dapat sampai 50 ribu, tetapi hanya mendapat 25

ribu sehari. Makanya, sekarang kalau novi sudah selesai kerja, malamnya sehabis

mandi saya pijat pakai minyak kayu putih, supaya besok dia bisa kerja dan tidak

sakit.

Apakah Ibu mengetahui Undang-undang Perlindungan Anak?

Yang saya tahu kalau Undang-undang Perlindungan Anak itu anak tidak boleh

bekerja, tapi untuk saya sebagai orang yang tidak mampu, kalau anak tidak bekerja

kita tidak bisa makan.

Harapan Ibu sendiri terhadap pemerintah seperti apa?

Mungkin memberikan lapangan pekerjaan untuk raykat miskin, apasaja, seperti

keterampilan, agar hasil keterampilannya bisa dijual, sekolah juga di gratiskan

mungkin juga memberikan sembako tiap bulannya kepada warga yang kurang

Dokumen terkait