• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR

4.3 Penyajian Data

Pembahasan pada penyajian data merupakan hasil analisis dan fakta yang peneliti temukan di lapangan, serta disesuaikan dengan teori yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian mengenai “Evaluasi Program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013”, teori yang digunakan adalah teori evaluasi implementasi menurut Dunn. Dunn dalam Nugroho (2012:729) menyebutkan 6 (enam) tipe kriteria evaluasi kebijakan, diantaranya : efektifitas, efisiensi, responsifitas, kecukupan, perataan, dan ketepatan. Adapun pembahasan yang dapat peneliti paparkan, yaitu sebagai berikut :

1). Kriteria Efektivitas

Efektivitas berkenaan dengan apakah suatu program mencapai hasil (akibat) yang diharapkan (maksimal), atau tercapainya suatu tujuan dari diadakannya suatu tindakan. Dalam penelitian “Evaluasi Program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013”, berupa pencapaian target pertolongan persalinan yang dibantu oleh NAKES (tenaga kesehatan), peningkatan peserta KB (keluarga berencana) dan hambatan-hambatan dalam pelaksanaa program jaminan persalinan di Puskesmas Mandala. Berikut temuan di lapangan :

Pencapaian target jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, dapat menjadi tolak ukur efektifitas dari program jaminan persalinan, di wilayah Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, terhadap hasil (akibat) yang diharapkan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Mandala. Sudah sejauh mana tenaga kesehatan di Puskesmas Mandala sebagai pelaksana program Jampersal meningkatkan jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, dalam upaya pelaksanaan program jampersal secara maksimal.

Pada temuan di lapangan, pelaksaan program Jampersal di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, memiliki hasil atau pencapaian yang belum maksimal, serta hambatan dalam pelaksanaaanya. Hal ini dapat tercermin dari pernyataan I.₁, beliau mengatakan sebagai berikut:

“dengan adanya program jaminan persalinan tentunya diharapkan dapat meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga medis, serta meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, karena semuanya ditanggung oleh pemerintah, namun jika melihat pada hasil yang dicapai, dari program Jaminan Persalinan di Puskesmas Mandala ini memang belum maksimal. Hal tersebut dikarenakan adanya beberapa hambatan dalam pelaksanaannya, diantaranya Puskesmas Mandala belum membuka layanan 24 (dua puluh empat) jam, kemudian kurangnya fasilitas yang mendukung berjalannya program Jampersal, belum menerima pasien rawat inap, serta kurangnya sarana dan prasarana di Puskesmas Mandala, contohnya Puskesmas Mandala hanya memiliki satu mobil ambulance saja, sedangkan jarak antara desa yang satu dengan desa yang lain itu saling berjauhan. Ditambah dengan kondisi jalan yang buruk, serta penerangan jalan yang minim, dan beberapa desa sangat jarang dilalui oleh kendaraan umum. Sehingga ini menjadi kendala yang berarti bagi pihak Puskesmas, apabila ada pasien

Pernyataan diatas menegaskan pencapaian persentase pertolongan oleh tenaga medis di Puskesmas Mandala belum maksimal. Adapun kendala yang ditemui diantaranya adalah, (1) kurangnya sarana dan prasarana Puskesmas, (2) Puskesmas belum membuka layanan 24 jam dan pasien rawat inap. Sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap hasil yang dicapai oleh Puskesmas Mandala, dalam menyelenggarakan program jaminan persalinan. Berikut adalah gambar mobil ambulance milik Puskesmas Mandala, dapat dilihat melalui gambar 4.1 berikut :

Gambar 4.1

Mobil Ambulance Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak

Pada gambar 4.1 dapat terlihat bahwa Puskesmas Mandala hanya memiliki satu mobil ambulance saja. Hal tersebut menjadi kendala yang berarti, bagi pihak Puskesmas Mandala, dlaam menyelenggarakan program jaminan persalinan, yaitu apabila ada pasien dari desa yang berbeda, membutuhkan pertolongan disaat yang bersamaan.

Mengenai hasil yang sudah dicapai dari program Jampersal, diutarakan juga oleh I.₂.₃ sebagai berikut :

“Pencapaian dari program jaminan persalinan di wilayah Puskesmas Mandala memang belum maksimal, terutama di desa tempat saya bertugas menjadi bidan desa, yaitu Desa Tambak Baya, meskipun sudah diadakan program jaminan persalinan, namun kebanyakan masyarakat disini masih mengandalkan pertolongan persalinan oleh dukun bayi. Apalagi sebelum diadakan program jaminan persalinan, hampir semua ibu hamil di Desa Tambak Baya melahirkan di dukun bayi, setelah ada program Jampersal memang ada beberapa masyarakat yang mulai terbuka fikirannya untuk bersalin di bidan, walaupun tidak banyak. sehingga dapat dikatakan bahwa pencapaian dari program jampersal ini belum maksimal. Adapun kendalanya adalah responsifitas dari masyarakat itu sendiri, terhadap program jaminan persalinan”

Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh I₂.₄ :

“Program jaminan persalinan menurut saya programnya sudah bagus karena dibiayai oleh pemerintah, dan juga diberikan cakupan pelayanan pemeriksaan gratis bagi seluruh ibu hamil. Namun jika berbicara mengenai hasil, menurut saya hasilnya belum maksimal. Karena di Wilayah Puskesmas Mandala ini masih banyak kampung-kampung yang masih lekat dengan jasa pertolongan dukun bayi. Misalnya saja di Kampung Kaloncing di Desa Kaduagung Tengah, Kampung Kebon Cau, yang berada di desa tempat saya bertugas sebagai bidan desa. Kendalanya itu tadi, di kampung-kampung masih banyak masyarakat yang memilih menggunakan jasa dukun bayi, padahal kita dari pihak kesehatan sudah berupaya mensosialisasikan program Jampersal ini”

Dari kedua pernyataan diatas, dapat diketahui bawa pada temuan di lapangan, hasil yang telah dicapai dari program jaminan persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak belum maksimal, dan terdapat beberapa kendala pada saat pelaksanaanya, sehingga program jaminan persalinan

belum maksimal. Kendala tersebut salah satunya adalah, responsivitas masyarakat terhadap program jaminan persalinan masih kurang.

Adapun pernyataan berbeda, mengenai pencapaian dari program jaminan persalinan, diungkapkan oleh I₂.₅ sebagai berikut :

“Menurut saya program jaminan persalinan sudah bagus, karena untuk wilayah Desa Bojong Leles, dimana saya yang menjadi bidan desanya, program jaminan persalinan disana sudah berhasil, karena masyarakat yang melakukan persalinan di dukun jumlahnya menjadi berkurang. Itu untuk di Desa Bojongleles saja, kalau secara keseluruhan saya kurang tahu”

Berdasarkan pernyataan diatas, yang menyatakan bahwa program jaminan persalinan sudah baik atau bisa dikatakan sudah maksimal, namun hanya di Desa Bojong leles saja, karena apabia melihat data secara keseluruhan, menurut data yang peneliti dapatkan, dan peneliti paparkan pada latar belakang masalah, didapatkan data mengenai persentase pertolongan persalinan di Kecamatan Cibadak, bahwa pertolongan persalinan oleh dukun, masih lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil yang telah dicapai dari program jaminan persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak belum maksimal. Karena pernyataan diatas dikaitkan dengan sumber data yang ada, dan hal ini merupakan triangulasi teknik yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian mengenai evaluasi program jaminan perslalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak.

Pernyataan berikutnya, yang berbeda dengan pernyataan sebelumnya, diutarakan oleh I₂.₁ sebagai berikut :

“Program jaminan persalinan ini diharapkan dapat meningkatkan pertolongan persalina oleh tenaga kesehatan, untuk meminimalisir terjadinya persalinan beresiko yang dapat mengakibatkan terjadinya kematian ibu dan atau bayi yang akan dilahirkan. Untuk di wilayah Puskesmas Mandala, program jaminan persalinan memang belum mencapai hasil yang maksimal. Dimana masih adanya desa-desa yang menggunakan pertolongan persalinan di dukun-dukun. Sehingga yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan program jaminan persalinan di wilayah Puskesmas Mandala adalah, masih banyak nya dukun bayi yang tidak bermitra dengan pihak Puskesmas, sehingga mereka tetap beroprasi

walaupun pihak kami sudah melakuka sosialisasi dan

penghimbauan. Kendala lainnya dari segi sarana dan prasarana juga masih kurang, sehingga Puskesmas belum membuka layanan 24 jam dan layanan rawat inap, sehingga pelaksanaan program Jampersal di Puskesmas Mandala belum maksimal. Selain itu kendalanya juga terletak pada segi anggaran Jampersal”

Hal yang hampir sama mengenai hasil yang sudah dicapai dari program jampersal, diutarakan oleh I.₂.₂ sebagai berikut :

“Hasil yang sudah dicapai dari program Jampersal belum

maksimal,meskipun dengan adanya program jaminan persalinan, partisipasi kader posyandu meningkat sehingga apabila ada warga yang mau melahirkan kader membantu membawanya ke bidan, agar tidak bersalin di dukun-dukun. Meskipun demikian, tetap saja masih banyak warga yang maunya bersalin di dukun. Sehingga itu tadi, program jaminan persalinan dapat dikatakan belum maksimal. Adapun kendalanya, berkaitan dengan masih banyak dukun-dukun nakal, yang bekerja tanpa bermitra dengan Puskesmas, kendala lainnya juga pada respon masyarakat terhadap program Jampersal, dimana masih ada saja masyarakat yang maunya bersalin di dukun- dukun. Selain itu, kendala lainnya terletak pada anggaran, karena untuk program Jampersal ini penggantian anggarannya banyak minimnya, karena jika ada tindakan-tindakan lain jasa-jasanya itu tidak ditambah, tetap saja sama”

Dari kedua pernyataan diatas, dapat dikatakan bahwa program jaminan persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, kabupaten Lebak belum maksimal, yaitu ditandai dengan respon masyarakat terhadap program jaminan persalinan belum baik, dimana masih banyak warga yang memilih bersalin di dukun dibandingkan di bidan. Sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada program jaminan persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak belum maksimal. Serta terdapat kendala pada anggaran program jaminan persalinan.

Dari keseluruhan pernyataan dari informan yang telah dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa pencapaian persentase pertolongan persalinan oleh tenaga medis di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak belum maksimal. Adapun hambatan yang diungkapkan oleh para informan diatas, diantaranya, kurangnya sarana dan prasarana Puskesmas, sehingga Puskesmas Mandala belum membuka layanan 24 jam serta pasien rawan inap bagi peserta jaminan persalinan dan pasien lainnya, kemudian kendala dari segi anggaran, serta respon masyarakat terhadap program jaminan persalinan.

Berikutnya pencapaian target peserta KB, diungkapkan oleh I₂.₁ sebagai berikut :

”untuk pelayanan KB melalui program jaminan persalinan

Alhamdulillah mengalami peningkatan setiap tahunnya, banyak yang menjadi peserta KB dengan berbagai pilihan akseptor, diantaranya, MOW yaitu metode kontrasepsi yng dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur pada wanita, sedangkan MOP yaitu metode kontrasepsi yng dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran sperma pada laki-laki, kemudian Pil yaitu alat kontrasepsi yang harus diminum setiap hari dan dapat

dipakai oleh semua ibu usia reproduksi baik yang sudah mempunyai anak maupun belum, IUD atau KB spiral yaitu alat kontrasepsi yang dimasukan kedalam rahim”

Ungkapan hampir sama mengenai pencapian pelayanan KB di wilayah Puskesmas Mandala, diutarakan oleh I₂.₅ berikut ini :

“pencapaian pelayanan KB mengalami peningkatan setelah jaminan persalinan, banyak yang menjadi peserta KB, namun ada juga yang tidak mengikuti KB karena ingin segera punya anak, ingin punya banyak anak, karena pemahamannya masih berfikiran kalau banyak anak banyak rezeki, namanya dikampung-kampung masih banyak yang seperti itu. Kebanyakan peserta KB memilih KB suntik, karena lebih efektif, lebih praktis, dan hanya dilakukan setiap satu sampai tiga bulan”

Pernyataan yang sama diungkapkan oleh I₂.₃ sebagai berikut :

“dengan adanya program jaminan persalinan tentunya cakupan pelayanan KB menjadi meningkat, kepesertaan KB nya pun ikut meningkat. Karena masyarakat bisa mendapatkan pelayanan KB gratis yang merupakan bagian pelayanan dari program jaminan persalinan. Jenis KB yang banyak dilakukan oleh masyarakat adalah jenis KB suntik, karena lebih mudah dan resikonya lebih

minim”

Pada pernyataan ketiga informan di atas dapat diketahui bahwa pelayanan KB mengalami peningkatan. Terdapat beberapa jenis akseptor KB diantaranya, Kondom, Pil, suntik, MOW, MOP, dan IUD, adapun jenis akseptor KB yang paling banyak diminati oleh peserta KB adalah jenis suntik.

2). Kriteris Efisiensi

Efisiensi menurut Dunn (2003:430), berkenaan dengan usaha apa saja yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektifitas tertentu. Efisiensi yang merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi, adalah hubungan antara efektifitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter. Efisiensi biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya per unit produk atau layanan. Kebijakan yang mencapai efektifitas tertinggi dengan biaya terkecil dinaakan efisien.

Efisiensi dalam penelitian tentang “Evaluasi Program Jaminan Persalinan

di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak 2011-2013”,

berkenaan dengan usaha apa saja yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Mandala sebagai penyelenggara program jaminan persalinan. Selain itu, dalam hal ini peneliti juga menganalisis efisiensi program jaminan persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, dari segi biaya.

Adapun untuk alur sosialisasi program jaminan persalinan, yang seharusnya dilakukan oleh pihak Puskesmas hingga sampai ke masyarakatn, dapat dilihat melalui gambar 4.2 berikut :

Dinas Kesehatan Kabupaten

UPT Dinas Kesehatan Kecamatan Cibadak

Puskesmas Mandala

Masyarakat Tokoh Masyarakat dan Kader Posyandu

Bidan Desa

Gambar 4.2

Alur Sosialisasi Program Jaminan Persalinan

Sumber : Hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Mandala, 2014

Pada gambar 4.2, terlihat alur sosialisasi program jaminan persalinan, yang awalnya program jaminan persalinan bersumber dari kementrian kesehatan, kemudian disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi Banten, kemudian dari Dinas Kesehatan Provinsi, disampaikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, setelah itu disampaikan lagi ke Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kecamatan Cibadak, dan simpaikan ke Puskesmas.

Berdasakan pada temuan di lapangan, upaya yang dilakukan oleh pihak puskesmas mandala diutarakan oleh I.₁ sebagai berikut :

“Upaya yang kami lakukan, tentu saja dengan melakukan

pendekatan kepada tokoh masyarakat, dengan cara melakukan penyuluhan yang dilakukan oleh bidan-bidan desa, kemudian pendekatan kepada kader-kader Posyandu agar mengarahkan ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan dan persalinan di Puskesmas Mandala atau di bidan desa masing-masing”.

Hal yang sama juga diutarakan oleh I₂.₂ berikut :

“Awalnya diadakan sosialisai dari puskesmas ke balai desa, ke camat nya, kiyayi dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya dan kader, kemudian juga mengerahkan kader supaya membantu mengantarkan pasien yang akan melahirkan ke bidan, karena ada saja yang malu untuk melahirkan di bidan”

Kedua pernyataan diatas menegaskan bahwa, upaya yang telah dilakukan oleh pihak Puskesmas Mandala sebagai pelaksana program Jaminan Persalinan adalah dengan cara pendekatan kepada tokoh masyarakat dan dengan cara sosialisasi mengenai program jaminan persalinan. Pernyataan yang hampir sama juga diutarakan oleh I₂.₃ :

”Usaha yang dilakukan kita melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat, RT, RW, kader posyandu, dengan memberikan sosialisasi kepada tokoh masyarakat, di posyandu, di pengajian juga, apalagi di tambak baya ini kan masih banyak yang pakai jasa dukun bayi sehingga butuh kerja sama para tokoh masyarakat untuk meyakinkan masyarakat agar melakukan proses persalinan di bidan”

Pernyataan diatas, menegaskan bahwa usaha yang dilakukan oleh pihak Puskesmas, untuk mencapai hasil yang diinginkan dari adanya program Jampersal adalah, dengan melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat dan mengerahkan kader-kader posyandu untuk mengarahkan ibu hamil agar melakukan pemeriksaan kehamilan dan persalinan di bidan.

Pernyataan berikutnya mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Mandala dalam menyelenggarakan program jaminan persalinan diutarkan oleh I₂.₁ sebagai berikut :

“Upaya yang kami lakukan yaitu dengan cara mensosialisasikan program jaminan persalinan. Dimana bidan desa melakukan pertemuan Kader disetiap desa, setiap satu bulan sekali. Pada saat pertemuan tersebut, bidan desa dan pengelola KIA menjelaskan tentang program Jampersal kepada Kader Posyandu, kemudian kita meminta agar Kader Posyandu menyampaikan hasil sosialisasi kepada masyarakat dan tokoh masyarakat.”

Pernyataan yang sama juga diutarakan oleh I₂.₅ sebagai berikut :

“Kami melakukan sosialisasi setiap satu bulan sekali dengan Kader Posyandu di desa masing-masing, biasanya pada kegiatan Posyandu Dimana kami memperkenalkan program jaminan persalinan kemudian memaparkannya kepada para kader, agar kader menyampaikan kepada masyarakat. Biasanya saat kegiatan Posyandu, kami juga memperkenalkan program Jampersal kepada masyarakat”

Adapun pernyataan hampir sama, mengenai upaya yang dilakukan oleh pihak Puskesmas dalam menyelenggarakan program jaminan persalinan diutarakan oleh I₂.₄ berikut ini :

“Usaha yang dilakukan dengan cara sosialisasi, memperkenalkan program jaminan persalinan kepada kader Posyandu, kemudian kader menyampaikan lagi kemasyarakat. Biasanya sosialisasi dilakukan pada saat kegiatan Posyandu”

Berdasakan pada kedua pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa upaya yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Mandala adalah, dengan cara melakukan sosialisasi mengenai program jaminan persalinan, setiap satu bulan sekali dengan para kader Posyandu di masing-masing desa. Kemudian kader diminta untuk menyampaikan hasil sosialisasi kepada masyarakat. Pernyataan yang mendukung pernyataan diatas, diungkapkan oleh I₆.₁ berikut ini :

“Ya biasanya pada saat Posyandu, bidan memberi tahu kader tentang program baru, misalnya program jaminan persalinan. Sosialisasi yang dilakukan hanya sebatas di Posyandu saja, setap satu bulan sekali. jadi yang mengetahui program jaminan persalinan biasanya yang sering mengikuti kegiatan Posyandu saja, Karena tidak dilakukan sosialisasi di forum lain”

Pada pernyataan diatas, terlihat bahwa usaha yang dilakukan oleh pihak puskesmas adalah, dengan melakukan pendekatan ,dalam bentuk sosiaslisasi kepada masyarakat, dan biasanya sosialisasi hanya berlangsung pada saat ada kegiatan Posyandu saja, dalam waktu sebulan sekali.

Adapun prosedur untuk menjadi peserta jaminan persalinan, disampaikan oleh I₂.₁ sebagai berikut :

“Prosedurnya mudah, hanya melengkapi persyaratan, diantaranya fotocopy KTP, kartu keluarga, dan buku pemeriksaan kehamilan. Menurut saya prosedurnya lebih mudah daripada JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), kalau program jaminan persalinan dengan persyatan yang mudh bisa langsung mendapatkan pelayanan dan tidak harus memikirkan biaya berikutnya, berbeda dengan BPJS atau JKN, dimana ada biaya setiap bulan yang harus dibayarkan, prosedur untuk menjadi peserta BPJS juga lebih rumit daripada Jampersal”

Pernyataan diatas menegaskan bahwa prosedur untuk menjadi peserta jaminan persalinan tidak sulit, cukup melengkapi persyaratannya saja, diantaranya fotocopy KTP, kartu keluarga, dan buku pemeriksaan kehamilan. Prosedur tersebut lebih mudah, apabila dibandingkan dengan prosedur pelayanan BPJS. Pernyataan hampir sama mengenai persyaratan peserta jaminan persalinan diungkapkan oleh I₂.₄ sebagai berikut :

“Persyataran untuk menjadi peserta jaminan persalinan, terbilang cukup mudah, dan sederhana, karena persyaratannya hanya

fotocopy KTP dan kartu keluarga, serta apabila ada buku

pemeriksaan kehamilan bisa dibawa. Apabila kita melihat persyaratan di BPJS atau JKN, persyaratannya lebih rumit dibandingkan program jaminan persalinan. Jadi menurut saya apabila dilihat dari segi persyaratannya, memang program Jampersal tidak menyulitkan”

Pada ungkapan diatas, terlihat bahwa pesrsyaratan peserta jaminan persalinan cukup mudah dan sederhana, karena persyaratannya hanya sedikit dan tidak berbeli-belit.

Pernyataan yang sama diutarakan oleh I₂.₃ sebagai berikut :

“Persyaratannya tidak banyak, dan sangat mudah untuk dipenuhi,

diantaranya fotocopy KTP dan kartu keluarga, kemudian

Jamkesmas jika ada, dan buku pemeriksaan kehamilan jika ada juga, karena ada saja yang tidak memiliki buku pemeriksaan kehamilan, karena tidak pernah periksa. Persyaratan tersebut sangat mudah dipenuhi, apalagi sekarang ini sudah berganti menjadi JKN, yang persyaratannya cukup rumit. Peserta Jampersal hanya menyertakan persyaratan tersebut, dan langsung diberikan pelayanan oleh tenaga medis. Maka dari itu, saya juga lebih suka

dengan program jaminan persalinan dibandngkan JKN”

Pada pernyataan informan diatas, dapat diketahui bahwa persyaratan bagi peserta jaminan persalinan tidak banyak, serta lebih mudah dibandingkan dengan persyartan bagi peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).

Pernyataan berikutnya mengenai prosedur persyaratan untuk menjadi peserta jaminan persalinan, diutarakan oleh I₂.₂ berikut ini :

“Untuk persyaratan jampersal hanya fotocopy KTP dan kartu keluarga serta apabila yang menggunakan Jamkesmas bisa

disertakan juga, setelah persyaratannya dipenuhi, peserta Jampersal bisa langsung mengakses program jampersal”

Pernyataan hampir sama disampaikan oleh I₂.₅ sebagai berikut :

“Hanya melengkapi persyaratannya saja, seperti fotocopy KTP, kartu keluarga, dan buku nikah saja”

Pada pernyataan kedua informan diatas, yang merupakan bidan di Puskesmas Mandala, menyebutkan persyaratan bagi masyarakat yang ingin menjadi anggota program jaminan persalinan, persyaratan tersebut seperti fotocopy KTP dan kartu keluarga, serta bisa juga menyertakan kartu Jamkesmas dan buku nikah.

Berdasarkan pada pernyataan beberapa informan diatas, mengenai persyaratan bagi peserta jaminan persalinan, dapat diketahui bahwa persyaratan program jaminan persalinan sangat mudah dipenuhi, serta prosedurnya juga sederhana atau tidak berbelit-belit, yaitu apabila persyaratan sudah lengkap, bisa langsung mendapatkan pelayanan.

Adapun efisiensi dari segi biaya, pada temuan di lapangan, biaya yang dikeluarkan oleh setiap peserta Jampersal bervariasi, dan berbeda, tergantung bidan yang menanganinya. Ada bidan yang tidak menerima biaya apapun, artinya pelayanan Jampersal murni gratis, tetapi ada juga bidan yang mematok biaya dari peserta Jampersal, hal ini diutarakan oleh Pernyataan lain diungkapkan oleh I₁

sebagai berikut :

“Program Jampersal ini gratis, dan bagi bidan atau tenaga medis yang menangani atau memberikan pelayanan Jampersal, akan mendapat dana pengganti dari pusat, yang diberikan langsung

kepada masing-masing tenaga medis yang menangani para peserta jaminan persalinan”

Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh I₂.₁ berikut ini :

“Jampersal itu gratis, jadi tidak dipungut biaya apapun dalam mendapatkan pelayanan jampersal. dana dari pusat diberikan kepada masing-masing tenaga medis yang sudah melakukan perjanjian dengan pusat. Biasanya dilakukan perjanjian terlebih dahulu bahwa saya siap memberikan pelayanan Jampersal kepada masyarakat, kemudian setelah dilaksanakan, akan ada pemeriksaan dari pusat, setelah di sepakati maka dananya turun. Meskipun dana

Dokumen terkait