• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.3 Penyajian Data

Penelitian ini menggunakan klasifikasi atau katagori semantik yang meliputi Analisis Penunjukan (Designation), Analisis Penyifatan (attributions), dan Analisis Pernyataan (Assertions) untuk mengetahui muatan-muatan budaya yang terkandung dalam serial Korea Full House, Hello Miss, Love Story in Harvard, dan Princess Hours.

A. Analisis Penunjukan ; Menggambarkan frekuensi seberapa sering objek tertentu (orang, benda, kelompok, atau konsep) dirujuk yang memperlihatkan tradisi atau budaya bangsa Korea.

A.1 Analisis Penunjukan mengenai budaya Korea dalam serial Full House.

A.1.1 Scene yang menggambarkan keadaan atau lokasi Full House.

Rumah Full House sangat besar dan tampak menawan berdiri di tepi pantai. Pantai itu juga kelihatan sangat bersih dan bening. Kamera membawa penonton menyaksikan keindahan Pantai Incheon, tempat Full House, rumah Han Ji-eun didirikan. Taman yang rapi, ayunan, bangku kayu, dan jendela-jendela besar turut menghiasi Full House.

A1.2 Scene yang menggambarkan Korea Selatan merupakan negara maju dan dinamis.

Ji-eun kesal karena Yeong-jae yang membuatnya terlambat ke kantor Min-hyuk karena harus membersihkan rumah dan mencuci. Ji-eun berlari menuju kereta bawah tanah (subway). Di stasiun, Ji- eun yang sudah terlambat, berlari-lari mencapai kereta tersebut, namun ia melihat seorang nenek tua yang membawa sebuah keranjang menaiki tangga dengan susah payah. Ji-eun menghentikan

langkahnya dan membantu nenek itu membawakan keranjang. Berada di dalam kereta, Ji-eun merekam suaranya dengan recorder yang diberikan Yeong-jae, ”Yeong-jae, kau benar-benar brengsek!”

A.1.3 Scene yang menggambarkan makanan, minuman, dan cara makan orang Korea.

Keluar dari lift, Min-hyuk bertemu lagi dengan Ji-eun

yang keluar kamar untuk mendapatkan air panas untuk menyeduh mi instan Korea yang dibawanya. ”Kita bertemu lagi,” ujar Min-hyuk. ”ooo .. hai,” sapa Ji-eun. ”Aku benar-benar berterima kasih dan minta maaf padamu atas kejadian tadi.” ”Sudahlah,

tidak usah dipikirkan,” ujar Min-hyuk. ”Oya..aku belum sempat memperkenalkan diriku. Namaku Han Ji Eun.” ”Aku Yoo Min Hyuk.” ”Oh..apa kau juga tinggal di sini?” tanya Ji-eun. “Tidak. Aku hanya mengunjungi temanku, Le Yeong-jae,” jawab Min- hyuk. “Oo..begitu,” kata Ji-eun. “Baiklah. Sampai jumpa, nona Han Ji-eun,” kata Min-hyuk. “Sampai jumpa,” balas Ji-eun. Usai menyantap makan malamnya yang berupa mi instan tadi, Ji-eun kembali menghubungi Dong-wook. Tapi hanya mesin penjawab yang menerima telpon Ji-eun. “Sepertinya ada yang tidak beres. Apa yang terjadi? Pemandunya tidak ada! Kuharap kau segera menghubungiku ke hotel ini!” ***

Usai bertengkar dengan yeong-jae, Ji-eun pergi ke

rumah Dong-wook dan Hee-jin dan mengatakan akan tinggal bersama mereka untuk seterusnya. Kedua sahabat Ji-eun itu sudah tentu sebal melihat kehadiran Ji-eun, namun kegalakan Ji-eun membuat mereka tidak mampu melawan. Hidup seorang diri, mau tidak mau Yeong-jae harus membereskan rumah sendiri. Masalah yang dialami terlihat oleh sang manajer, yang langsung meminta Yeong-jae bersikap profesional. Tidak hanya itu, Ji-eun juga ditelepon. Sang manajer meminta Ji-eun untuk datang ke pemotretan Yeong-jae dan membawakan bekal. Ji-eun

tidak bisa menolak permintaan sang manajer. Berikutnya tampak Ji-eun membuat makanan semacam nasi yang dibungkus dengan daun yang diketahui rumput laut kering. ”Jangan dimakan terus nanti tidak cukup untuk 20 orang!” seru Ji-eun. ”bukan aku yang mau. Ini permintaan bayiku,” jawab Hee-jin. Ji-eun datang dengan membawa bekal ke tempat yang diminta oleh manajer Yeong-jae. Di sana Yeong-jae sedang melakukan pemotretan. Untuk menepis gosip keretakan rumah tangga, dengan terpaksa Ji-eun didudukkan bersebelahan dengan Yeong-jae. Kejadian lucu kembali terjadi saat keduanya saling menyuapi makanan.

*****

Karena tidak masak dan Yeong-jae juga pulang

terlambat, Ji-eun yang kelaparan tampak mengaduk- aduk sayur, kecap, dan bumbu-bumbu lainnya ke dalam mangkuk berukuran besar yang sudah berisi nasi dan memakannya. ”Aku pulang,” ujar Yeong-jae. ”Oo..kau sudah pulang? Apa kau sudah makan?” tanya Ji-eun dengan mulut penuh makanan. ”Sudah,” jawab Yeong-jae. ”Tapi, apa itu?” tanyanya lagi. “Oh…ini bimbimbab. Aku mencampur nasi dan seluruh bahan makanan yang ada di kulkas dan

mengaduknya,” jawab Ji-eun dengan mulut penuh makanan. “Itu bukan bimbimbab. Itu seperti makanan hewan,” cela Yeong-jae. “Coba saja. Dan rasakan apakah ini makanan hewan,” jawab Ji-eun sambil menyodorkan sesendok pada Yeong-jae.

*****

Ji-eun tidak pulang karena menginap di rumah orang

tua Yeong-jae. Karena tidak ada yang bisa dimakan Yeong-jae menyiapkan sarapan yang sebelumnya pernah dimakan Ji-eun dan disebutnya ‘makanan hewan’, bimbimbab. Baru beberapa suap, mendadak Ji-eun pulang, Yeong-jae terkejut dan memuncratkan makanan yang ada di mulutnya. Ji-eun bengong dan kemudian mencela pria itu.

Pulang dari rumah orang tua Yeong-jae, ibu Yeong-

jae membawakan mereka bekal. ”Bawalah ini. Ini kimchi dan yang lainnya,” ujar ibu Yeong Jae kepada Ji-eun. ”Terima kasih.” tutur Ji-eun.

A.1.3 Scene yang menunjukkan upacara pernikahan dan pakaian tradisional bangsa Korea.

Acara pernikahan yang dihadiri oleh sejumlah bintang ternama ini berlangsung meriah, dan dihadiri oleh keluarga Yeong-jae. Ibu, nenek, dan beberapa tamu yang hadir memakai hanbok, pakaian tradisional Korea. Di ruang pengantin, ayah Yeong- jae menemui Ji-eun. Ji-eun yang menyadari kehadiran ayahnya memberi salam, ”Saya tidak mendapat kesempatan untuk memperkenalkan diri saya. Nama saya Han Ji-eun.” ”Ya. Akhirnya aku dapat bertemu denganmu. Apapun alasannya kau akan menghadapi sedikit kesulitan. Dia memang keras kepala tapi dia mempunyai hati yang baik. Kau harus sabar dengannya. Kau terlihat sangat cantik, Ji-eun.” Setelah mendapat instruksi bahwa sudah saatnya upacara dimulai ayah Yeong-jae memberi isyarat agar Ji-eun memegang lengannya menuju altar.

A.1.4 Scene yang menunjukkan tulisan bangsa Korea.

Ji-eun mendapat telepon yang menyuruhnya datang

ke kantor penerbitan. Sesampainya di sana ternyata Ji-eun disuruh untuk menulis tentang kehidupan Lee Yeong-jae. Ji-eun sadar pemanggilannya ke kantor tersebut lebih dikarenakan statusnya sebagai istri seorang artis, bahkan novelnya sempat dikritik. Pergi dalam keadaan kesal, mendadak ia mendapat ide untuk meneruskan naskah novelnya ke Min-hyuk. Namun, saat hendak ditemui di kantornya, pria

tersebut sedang rapat. Kemudian Ji Eun menuliskan namanya ”Han Ji-eun” di atas amplop itu dan menitipkannya kepada resepsionis. Saat tiba dirumah, Young-jae langsung mencela setelah melihat ekspresi gadis itu yang berusaha berdalih.

Dong-wook dan Hee-jin berkunjung ke Full House.

Kebetulan Ji-eun tidak ada di rumah, Yeong-jae juga hendak pergi. Yeong-jae menyuruh keduanya menunggu di luar. Meski tidak diperbolehkan masuk, keduanya nekat melewati jendela. Di dalam rumah, Dong-wook membuka komputer Ji-eun. Hee-jin dan Dong-wook mendapati kontrak pernikahan Ji-eun dan Yeong-jae. Saat kembali ke rumah, keberadaan mereka didalam rumah membuat Yeong-jae jengkel, namun ia tidak berkutik ketika diancam. Beruntung tak lama kemudian Ji-eun kembali pulang.

*****

A.2.1 Scene yang menunjukkan pakaian tradisional bangsa Korea.

Kedatangan Huang Dong-gyu disambut baik Lee Soo- ha – yang kerap dipanggil Aegishi (nona besar). Aegisshi menyangka Dong-gyu adalah orang bank yang datang memberi pinjaman untuk merenovasi rumah adatnya. Lee Soo-ha telah mengganti bajunya dengan hanbok, pakaian tradisional bangsa Korea dengan rambut dikepang rapi ke belakang. Ia mempersilahkan Huang Dong-gyu masuk dengan santun. “Selamat datang di rumah kami. Ini adalah rumah Hwa Ahn Dang yang telah berusia 300 tahun,” Lee Soo-ha membungkuk memberi salam. “Aku senang dengan budaya yang ada di sini,” tutur Huang Dong-gyu. “Ya. Di Korea Cuma di sinilah satu- satunya kebudayaan yang masih tersisa. Jika direnovasi mungkin bisa bertahan hingga 500 tahun,” tambah Lee Soo-ha.

Setelah selesai membersihkan halaman, Lee Soo-ha mengambil nasi, sayur, dan beberapa bumbu kemudian mencampur dan mengaduk-aduknya di dalam sebuah mangkuk.

*****

Lee Soo-ha pulang disambut Oh Jeong-suk yang

bersiap-siap untuk membuat makanan untuk ayah Lee Soo-ha. “Kemana semua orang?” tanya Lee Soo-ha. “Ibumu pergi berbelanja dengan putrinya. Ayahmu ada di kamar. Dia belum makan,” jawab Oh Jeong- suk. “Ayah belum makan?” “Ya. Katanya dia tidak berselera. Makanya aku ingin membuatkan makanan untuknya. Tapi aku tidak tahu mau membuat apa,” kata Jeong-suk “Kimchi mandu. Kita buat kimchi

mandu,” ajak Lee Soo-ha. “Kimchi mandu? Kau tahu cara membuatnya?” tanya Jeong-suk lagi. “Tentu saja. Serahkan padaku,” jawab Lee Soo-ha. Adegan berlanjut dengan memperlihatkan bagaimana Lee Soo-ha dan Jeong-suk membuat kimchi mandu. Ayah Lee Soo-ha memakan kimchi mandu buatan Lee Soo-ha. “Sudah lama aku tidak merasakan rasa yang seperti ini,” tutur ayahnya. Lee Soo-ha tersenyum senang melihat ayahnya yang puas dengan masakan yang dibuatnya. “Rasanya seperti buatan ibumu,” tambah ayahnya. Ketika ayahnya akan kembali ke kamar, Ibu tiri Lee Soo-ha dan putrinya, Lee Jun-hee pulang. Ibu tirinya melihat dengan tidak senang kimchi mandu di atas meja. “Kenapa ayah makan ini? Bukankah selama ini ayah tidak suka ini?” tanya Jun-hee pada dirinya sendiri. Ibu tirinya kemudian melemparkan kimchi mandu tersebut ke dalam tong sampah. Lee Soo-ha marah hingga menangis. “Jangan! Jangan buang kimchi manduku. Kau tak berhak melakukanya!” katanya sambil menangis dan memungut pangsit-pangsit itu. Lee Soo-ha berlari ke luar rumah sambil menangis. *****

Perusahaan TOP melakukan pemotretan di Hua Ahn

menyiapkan makanan untuk mereka. ”Ah...mereka menganggap kita sebagai pembantu. Seenaknya saja berjalan ke sana kemari dan tidak menegur kita,” keluh bibinya. ”Berhenti mengeluh dan bawa kimchi kemari,” tegur nenek. ”Sempurna. Kimchi yang dibuat enak. Dunia sudah banyak berubah akhir- akhir ini. Di masa lalu untuk membuat kimchi yang enak, kita harus menggunakan berlapis-lapis jerami dan menaruh batu di atasnya. Sekarang kita tidak perlu mengubur kimchi di toples lagi. Selama empat musim setahun, kita bisa memakan kimchi yang enak,” ujar bibi.

*****

Lee Soo-ha kesal setengah mati karena dituduh

berbohong untuk mendapatkan uang oleh salah satu direktur perusahaan TOP yang juga ibu Huang Chan- min. Lee Soo-ha menumpahkan kekesalannya dengan minum arak soju di warung tenda ditemani Oh Jeong- suk hingga mabuk.

*****

Lee Soo-ha mengunjungi makam ibunya. ”Ibu,

rasakanlah biskuit ini. Ini nenek yang buat sendiri. Ibu, bukankah kau suka makan ini. Nenek yang buat pakai kacang kuning terbaik. Satu persatu dimasak.” Kemudian gadis itu menyebarkan potongan-potongan biskuit dan menyiramkan air yang ada dalam botol berwarna hijau, soju, di atas makam ibunya. ”Dari dulu ibu tidak suka minum arak. Makanya aku bawa ke sini. Ibu makan biskuit, aku minum arak,” katanya.

A.2.3 Scene yang menunjukkan kesenian rakyat Korea, yakni seni musik dan seni tari.

Lee Soo-ha pergi ke Seoul karena diminta mengisi

acara di sebuah hotel. Di Seoul ia tinggal di rumah ayahnya. Kedatangan Lee Soo -ha disambut baik oleh

ibu tirinya namun tidak demikian halnya dengan Lee Jun Hee adik tiri Lee Soo-ha. Ketika ada telepon dari pihak acara yang membatalkan acara tersebut, Jun- hee yang menerima telepon tersebut sengaja tidak memberitahu Soo-ha. Esoknya, dengan balutan hanbok berwarna merah muda Lee Soo-ha pergi ke hotel yang dimaksud. Dia tampak bingung karena tamu yang hadir adalah orang-orang Jepang. Namun, Lee Soo-ha tetap diminta untuk menari sambil memainkan alat musik tradisional Korea yang mirip gendang.

*****

Lee Soo-ha mengikuti pentas seni yang diadakan di

desanya. Lee Soo-ha menari dengan memainkan tiga buah alat musik yang mirip gong.

Setiap kali adegan di dalam Hwa Ahn Dang, maka kamera selalu menyoroti tulisan yang ada di depan pintu gerbang Hwa Ahn Dang, yang berbunyi ”Hwa Ahn Dang”.

A.2.4 Scene yang menunjukkan upacara pernikahan Korea.

Kakek tidak merestui niat Dong-gyu menikahi Lee

Soo-ha karena sakit hati dengan tetua Hwa Ahn Dang. Namun, Dong-gyu bersikeras menikahi Soo- ha. Soo-ha memutuskan tidak akan menikah dengan Dong-gyu sebelum mendapat rstu kakek. Diam-diam nenek mendengarkan pembicaraan cucunya dengan Dong Gyu. Nenek pergi menenui kakek di restoran pangsitnya yang ramai pengunjung berkat resep barunya. “Lihatlah diri kita. Kita ini sudah tua. Anggap saja dulu kita tak berjodoh. Jika hubungan kita tidak berakhir bahagia, jangan pula menghalangi kebahagiaan cucu-cucu kita,” kata nenek kepada Huang Man Bok. Kakek meresapi ucapan nenek,

secara gentleman kakek datang menemui tetua Ahn Dang meminta maaf atas kesalahan masa lalunya dan meminta merestui pernikahan cucunya dengan Lee Soo Ha. Kesalahan dimaafkan dan restu pernikahan pun didapat. Waktu acara pernikahan, kakek membawa 4 sapi yang gemuk ke Ahn Dang. Dan seperti yang sudah ditebak, acara pernikahan berlangsung meriah dan sukses.

Di tengah-tengah pesta, Hwa Ran menghubungi Lee Su Yeon dan memintanya membawa ibunya karena gadis itu ingin bertemu dengan ibunya. “Kkot Bun... Kkot Bun... anakku,” panggil wanita itu ketika dipertemukan dengan putrinya. Su Hwa Ran memeluk ibunya. Ini pertama kalinya Su Hwa Ran memeluk dan mengakui ibu kandungnya. “Bisakah kita lupakan masa lalu dan mulai dari awal lagi? Anggap saja kita berpisah saat kecil dan ini pertemuan pertama kali. Mulai dari awal,” pinta Su Hwa Ran dengan mata berkaca-kaca. Su Yeon mengangguk. “Kak Su Yeon, lama tak jumpa. Apa kau masih ingat diriku? Aku Kkot Bun.” tanya Hwa Ran. “Ya. Lama tak berjumpa. Tapi kau sama sekali tak berubah.” Hwa Ran tersenyum lebar, ”penipu..” ”Tak peduli sekarang atau dulu, tapi kau tetap saja cantik.” Mereka bertiga tertawa bahagia. Ibunya menyatukan tangan mereka berdua.

*****

A.3 Analisis Penunjukan mengenai budaya Korea dalam serial Love Story in Harvard.

A.3.1 Scene yang menunjukkan makanan dan minuman khas Korea.

Su-in dan ayahnya berjalan menuju ke sebuah rumah

mobil. Di sinilah ayah Su-in tinggal. “Kau sudah makan?” tanya ayah. “Aku tak pernah lupa makan,” jawab Su-in. ”Paling kau makan roti. Kau mau sup Kimchi?” tanya ayahnya. Su-in makan sup Kimchi buatan ayahnya. ”Bagaimana kalau ayah makan juga?” tanya Su-in. ”Makan saja. Aku sudah makan banyak. Kerjaku di restoran, jadi makan terus.” Ayah memperhatikan wajah Su-in yang pucat, ”kau kelihatan kurang sehat hari ini. Belajar memang bagus. Tapi harus jaga kesehatan. Apa kau sudah

punya pacar? Bagaimana bisa dapat pacar kalau baumu seperti anti hama? Kau harus berdandan dan pakai parfum.” Kemudian ayah Su-in mengeluarkan sebuah botol berwarna hijau, soju. ”Ah...enak sekali. Kau mau?” tanya ayah. Su-in menggeleng.

*****

Hyun-woo menyewa Su-in sebagai tutornya untuk

membantunya memahami kasus tuntutan medis yang diberikan Prof. Keynes. Di kamar kos, Hyun-woo dan Su-in membahas masalah tugas Hyun-woo. Di sela- sela waktu belajar, Hyun-woo bertanya pada Su-in mengapa sebagai mahasiswa kedokteran ia mempunyai begitu banyak waktu untuk bekerja paruh waktu dimana-mana. Karena sebagaimana yang diketahui Hyun-woo selama ini bahwa Fakultas Kedokteran memiliki aturan yang sangat ketat seperti Fakultas Hukum. Su-in mengaku tidak punya pilihan lain, dan seseorang yang bisa membayar tutor pribadi seperti Hyun-woo dianggapnya tidak akan mengerti.

Hyun-woo mengajak Su-in beristirahat sebentar dan menawarinya mi Korea. Mereka ke dapur. Hyun-woo membuka kardus dan mengeluarkan beberapa mi instan dari Korea.

Su-in bangun kesiangan. Rudi marah-marah. Beruntung Hyun-woo menggantikan Su-in menyiapkan sarapan untuk mereka. ”Bukankah seharusnya kau menyiapkan sarapan?” Rudi membanting meja. ”Maaf,” ujar Su-in. ”Rudi, tenanglah,” kata Hilliard. ”Jangan dibesar- besarkan,” tambah Hyun-woo. Rudi pergi dengan marah-marah. ”Ia suka histeris akhir-akhir ini. Ia makan paling banyak. Dan suka membikin kamar mandi berantakan. Dan bikin ribut juga. Jangan hiraukan dia,” kata Hyun-woo dalam bahasa Korea. ”Aku minta maaf. Biar aku yang selesaikan. Kau siapkan dirimu untuk kuliah saja,” kata Su-in. ”Nanti dulu, aku ingin berikan sesuatu,” Hyun-woo menarik Su-in ke belakang. Hyun-woo mengeluarkan bubur tiram kering instan dari oven dan menyuapi Su-in. ”Kau mau makan sup kimchi? Mau aku buatkan sup kimchi?” tanya Hyun-woo.

”Tak usah,” jawab Su-in.

Su-in mengembalikan seragam dokternya. Jung-min mengikuti Su-in. Jung-min tak tahan dan memutuskan memberi tahu Hyun-woo. Hyun-woo berlari menemui Su-in, tapi tidak menemukan gadis itu dimana-mana. Hyun-woo melihat Su-in duduk sendirian di taman dan sangat sedih. Ia memutuskan untuk membantu Su-in dengan mengumpulkan semua fakta yang dibutuhkan. ”Tak ada yang bisa kulakukan selain menunggu. Semua salahku,.” Su-in meneteskan air mata. ”Tentu saja tidak. Kau hanya mencoba menyelamatkan nyawa orang. Aku juga akan melakukan hal yang sama. Kau sudah makan? Mari kita pulang saja.” ujar Hyun-woo. ”Seharusnya ia tak berada dalam kondisi koma jika aku tak ragu. Seharusnya aku bertindak lebih cepat. Itu yang sangat mengangguku,” ujar Su-in. ”Ayo kita pulang. Kau bilang mau makan sup kimchi, kan? Aku sudah buatkan untukmu. Kau harus makan agar tetap kuat. Berapa mangkuk nasi yang kau mau? Tiga? Empat? Oke?” Hyun-woo memeluk Su-ini.

Jung-min pulang dan mencium bau sesuatu, ”bau apa ini?” tanyanya. ”Aku sedang buat sup kimchi. Cobalah. Ini sendoknya.” jawab Hyun-woo.

A.3.2 Scene yang menunjukkan tulisan bangsa Korea.

Su-in jatuh pingsan saat di bandara. Dia tidak jadi pergi ke Afrika. Jung-min yang saat itu sedang berada di rumah sakit mendengar ucapan suster yang menyebut nama Su-in. Dia pun mencari nama Su-in yang tertera di dinding rumah sakit. Dan di pintu kamar Su-in tertera namanya.

Adegan lain yang menunjukkan tulisan bangsa Korea ini adalah pada saat Su-in bangun kesiangan. Ia tertidur di meja belajarnya. Kamera menyoroti sebuah buku tulis yang di atasnya tertulis nama Kim Hyun Woo.

Pesta pernikahan Su-in berlangsung di sebuah hotel. Hyun-woo memakai jas dan Su-in memakai gaun putih ala barat. ”Bahagiakan dia,” kata yah Su-in kepada Hyun-woo. ”Ya, ayah. Kami akan bahagia bersama. Boleh aku memelukmu?” ”Ya. Peluk yang erat.” ”Terima kasih, ayah” ”Terima kasih...terima kasih banyak...” Hyun-woo melihat kedatangan ayahnya. Ayah Hyun-woo menyerahkan sebuah kunci, ”kau harus punya tempat tinggal,” ujar ayahnya. Tahulah Hyun-woo bahwa restu ayahnya sudah didapatnya. ”Terima kasih, ayah” ”Terima kasih...terima kasih,” ayah Su-in berkata kepada ayah Hyun-woo. ”Tidak. Aku yang terima kasih karena memberikan menantu yang baik,” ujar ayah Hyun-woo. ”Maafkan aku karena dia tidak sehat,” kata ayah Su-in. ”Kini kita jadi keluarga. Kita semua membantunya untuk sehat kembali,” kaya yah Hyun- woo. ”Ya. Aku akan membuatnya sehat supaya dia bisa jadi menantu yang baik. Terima kasih...terima kasih,” ujar ayah Su-in. ”Ya. aku juga berterima kasih,” kata ayah Hyun-woo.

*****

A.4.3 Scene yang menunjukkan makanan khas Korea.

”Pulang sekolah nanti, kita makan kue beras. Kau

mau, kan?” Chae-kyeong dan teman-temannya mengajak Yul. Benar saja, sepulang mereka dari

Dokumen terkait