• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Penyajian Data

1. Data Hasil Wawancara

a. Aktivitas Counting pada Proses Budidaya Jamur Tiram

Peneliti akan memberi kode C untuk data aktivitas counting. Pada aktivitas ini, peneliti menemukan aktivitas counting pada beberapa proses dalam budidaya jamur tiram. Maka peneliti akan memberikan kode untuk aktivitas counting pada beberapa proses tersebut. Kode tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :

1) Kode a digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

counting pada proses pembibitan.

2) Kode b digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

counting pada proses pembuatan media tanam.

3) Kode c digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

counting pada proses pemeliharaan.

4) Kode d digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

counting pada proses pemanenan.

5) Kode e digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

counting pada proses produksi hasil olahan.

6) Kode f digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

counting pada proses pendistribusian

Kode data aktivitas counting akan diberi kode C.(kode huruf).(nomor urut). Misalnya kode C.a.1 menjelaskan tentang data wawancara aktivitas counting pada proses pembibitan urutan pertama. Kode N merupakan kode untuk narasumber. Kode P merupakan kode untuk peneliti.

Berikut adalah tabel data aktivitas counting dari hasil wawancara : Tabel 4.1. Data Aktivitas Counting pada Proses Budidaya Jamur

Tiram

Data Kode Data Subyek

P : Berapa jumlah media pembibitan yang dapat dibuat dalam 1 bulan ?

N : Sebenarnya tidak menentu, tergantung berapa banyak permintaan baglog. Tetapi biasanya setiap bulan, kami membuat kurang lebih 20 kg F3. Bibit F3 adalah bibit yang nantinya akan dimasukkan ke dalam baglog.

P : Berapa jumlah media tanam yang dapat dibuat dalam 1 bulan ?

N : Setiap bulan biasanya kami bisa membuat sekitar 15.000 media tanam baglog. Peminat untuk baglog ini sangat banyak sekali. Biasanya petani lebih memilih untuk membeli baglog daripada membuatnya sendiri.

C.b.1 N

P : Berapa jumlah bibit yang diperlukan dalam satu media tanam ?

N : Satu baglog hanya diberi kira-kira sendok teh bibit F3. Tetapi jika baglog yang dibuat lebih besar ukurannya, maka jumlah F3 yang dimasukkan ke dalam baglog juga lebih banyak.

C.b.2 N

P : Berapa kali proses pemanenan yang dapat dilakukan dari satu media tanam ? N : Dari satu media tanam baglog itu bisa dipanen sekitar 4-6 kali.

C.c.1 N

b. Aktivitas Measuring pada Proses Budidaya Jamur Tiram

Peneliti akan memberi kode M untuk data aktivitas measuring. Pada aktivitas ini, peneliti menemukan aktivitas measuring pada setiap proses dalam budidaya jamur tiram. Maka peneliti akan memberikan

kode untuk aktivitas measuring pada setiap proses tersebut. Kode tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :

1) Kode a digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

measuring pada proses pembibitan.

2) Kode b digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

measuring pada proses pembuatan media tanam.

3) Kode c digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

measuring pada proses pemeliharaan.

4) Kode d digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

measuring pada proses pemanenan.

5) Kode e digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

measuring pada proses produksi hasil olahan.

6) Kode f digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

measuring pada proses pendistribusian

Kode data aktivitas measuring akan diberi kode M.(kode huruf).(nomor urut). Misalnya kode M.a.1 menjelaskan tentang data wawancara aktivitas measuring pada proses pembibitan urutan pertama. Kode M.a.2 menjelaskan tentang data wawancara aktivitas measuring pada proses pembibitan urutan kedua. Kode N merupakan kode untuk narasumber. Kode P merupakan kode untuk peneliti. Berikut adalah tabel data aktivitas measuring dari hasil wawancara :

Tabel 4.2. Data Aktivitas Measuring pada Proses Budidaya Jamur Tiram

Data Kode Data Subyek

P : Bagaimana komposisi bahan yang digunakan untuk membuat media pembibitan ?

N : Untuk bibit F1 kami tidak membuatnya karena itu harus dibuat di laboratorium, jadi kami hanya membelinya. Lalu untuk bibit F2 didapat dari hasil turunan bibit F1 yang

ditanam di media Potato Dextrose Agar (PDA). Bahan yang digunakan untuk membuat PDA itu ada 1000 gram jagung, 250 gram beras merah, 40 gram gula pasir, 10 gram NPK, dan 1000 gram serbuk kayu. Setelah PDA siap digunakan, selanjutnya dilakukan proses inokulasi yaitu menanamkan sebagian miselium dari F1 ke F2 dalam keadaan steril. Setelah itu diinkubasi dalam ruangan bersuhu 26-28 C selama kurang lebih 2-4 minggu. Nah, dari setiap botol F2 tersebut dapat diinokulasikan menjadi kurang lebih 5 kg bibit F3 yang dapat ditanam ke 4000 baglog.

P : Berapa biaya yang dikeluarkan untuk membuat media pembibitan dalam 1 bulan ? N : Untuk membuat media pembibitan itu dalam satu bulan kurang lebih menghabiskan biaya

Rp 2.400.000

M.a.2 N

P : Bagaimana komposisi bahan yang digunakan untuk membuat media tanam ? N : Bahan untuk membuat media tanam baglog dalam 1 hari itu ada 670 kg serbuk kayu, 67 kg bekatul, 10 kg bubuk kapur gamping, 3,5 kg bubuk gips, 3,5 kg pupuk TSP.

M.b.1 N

P : Bagaimana ukuran media tanam ?

N : Untuk membuat media tanam baglog, kami menggunakan plastik khusus

berbentuk tabung dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 38 cm. Beratnya sendiri bisa mencapai 1,5 kg.

P : Berapa harga satu buah media tanam ? N : Satu buah media tanam baglog kami jual dengan harga Rp 2.500

M.b.3 N

P : Bagaimana ukuran standar kumbung yang baik untuk menyimpan media tanam ? N : Kalau untuk ukuran standar kumbung, saya kurang tahu, tetapi beberapa pelaku usaha budidaya jamur tiram yang pernah saya jumpai, kumbungnya memiliki ukuran 6×4×2,5 meter. Yang perlu diperhatikan, ukuran kumbung itu tidak harus sesuai dengan standarnya. Tergantung seberapa besar skala usaha budidaya yang dijalankan. Hal yang terpenting itu adalah suhu ruangan kumbung. Jadi, jika ingin membuat kumbung, atapnya tidak boleh menggunakan seng maupun asbes dan sebaiknya dinding kumbung dibuat dari bambu atau anyaman bambu lalu, harus dibuatkan jendela untuk memperlancar sirkulasi udara.

M.c.1 N

P : Berapa suhu ruangan yang diperlukan agar jamur dapat tumbuh dengan optimal ? N : Suhu ruangan yang baik untuk pertumbuhan jamur tiram sekitar 16 -22 dengan kelembaban 80-90%.

M.c.2 N

P : Berapa biaya yang dibutuhkan untuk membuat kumbung ?

N : Dalam 1 hari, baglog yang disimpan di kumbung untuk proses pertumbuhan jamur tiram ada 100 baglog, maka dibutuhkan kumbung yang setidaknya dapat menampung 3.000 baglog. Jadi kami membangun kumbung dengan ukuran 10×6×2,5 meter. Pada saat membangun kumbung itu kurang lebih membutuhkan biaya Rp 4.000.000.

P : Berapa lama waktu yang diperlukan dari awal pembibitan hingga masa panen ? N : Baglog yang telah diberi bibit akan disimpan selama 1 bulan di dalam ruang inkubasi agar miseliumnya memenuhi baglog. Pemanenan biasanya dilakukan 3-5 hari setelah calon jamur mulai tumbuh.

M.d.1 N

P : Berapa lama jarak waktu antara panen pertama dan setelahnya pada satu media tanam ?

N : Jarak waktu antara panen pertama dan kedua umumnya 7 hari. Tetapi, jika sudah panen untuk ketiga kalinya atau lebih dalam 1 baglog, jaraknya akan lebih lama.

M.d.2 N

P : Berapa jumlah rata-rata hasil panen tiap bulan ?

N : Persentase keberhasilan inokulasi itu 80%. Jadi dalam 1 bulan, baglog yang menghasilkan jamur hanya 2.400 baglog dari 3000 baglog. 1 baglog biasanya menghasikan 400 gram jamur tiram dari

beberapa kali panen itu. Jadi hasil panen setiap bulan rata-rata mencapai 960 kg jamur tiram.

P : Berapa harga 1 kg jamur tiram ?

N : Jika dijual ke pasar, kami jual dengan harga Rp 10.000 per kg, sedangkan jika langsung dijual ke konsumen atau rumah makan, biasanya kami jual dengan harga Rp 12.000 per kg.

M.d.4 N

P : Bagaimana komposisi bahan yang dibutuhkan untuk membuat setiap produk olahan ?

N : Bahan untuk membuat bakso jamur tiram dibutuhkan :

 1 kg jamur tiram

 50 gram tepung sagu

 35 gram tepung terigu

 8 siung bawang putih

 4 butir putih telur

 Lada secukupnya

 Garam secukupnya

Biasanya dari bahan tersebut dapat menjadi 4 bungkus bakso jamur tiram. Setiap bungkus berisi 15 butir bakso jamur tiram. Bahan untuk membuat nugget jamur tiram dibutuhkan :

 1 kg jamur tiram

 225 gram tepung terigu

 225 gram tepung maizena

 100 gr daging ayam giling

 5 butir telur ayam

 50 gr wortel

 12 siung bawang putih

 9 siung bawang merah

 Garam secukupnya

 Lada secukupnya

 Tepung panir secukupnya

Bahan ini bisa untuk membuat 84 buah nugget atau 7 bungkus nugget jamur tiram. Jadi satu bungkus berisi 12 buah nugget jamur tiram.

P : Berapa harga tiap produk olahan jamur tiram ?

N : Bakso jamur itu 1 bungkusnya kita jual dengan harga Rp 15.000 sedangkan nugget jamur per bungkus kita jual dengan harga Rp 18.000.

M.e.2 N

P : Berapa keuntungan yang diperoleh dari hasil budidaya jamur tiram tiap bulannya ? N : Kurang lebih Rp 13.000.000 per bulan.

M.f.1 N

P : Berapa total biaya yang dikeluarkan untuk usaha budidaya jamur tiram tiap bulannya ?

N : Kurang lebih Rp 27.000.000 per bulan.

M.f.2 N

P : Bagaimana penentuan harga jamur tiram segar yang dijual ke pasar dan ke rumah makan ?

N : Untuk jamur tiram segar kami jual ke pasar dengan harga Rp 10.000 per kg, sedangkan kalo dijual ke rumah makan

harganya Rp 12.000 per kg. Harga yang dijual ke rumah makan lebih tinggi dikarenakan rumah makan atau restoran selalu meminta jamur tiram dengan kualitas yang baik.

c. Aktivitas Designing pada Proses Budidaya Jamur Tiram

Peneliti akan memberi kode D untuk data aktivitas designing. Pada aktivitas ini, peneliti menemukan aktivitas designing pada beberapa proses dalam budidaya jamur tiram. Maka peneliti akan memberikan kode untuk aktivitas designing pada beberapa proses tersebut. Kode tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :

1) Kode a digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

designing pada proses pembibitan.

2) Kode b digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

designing pada proses pembuatan media tanam.

3) Kode c digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

designing pada proses pemeliharaan.

4) Kode d digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

designing pada proses pemanenan.

5) Kode e digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

designing pada proses produksi hasil olahan.

6) Kode f digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

designing pada proses pendistribusian

Kode data aktivitas designing akan diberi kode D.(kode huruf).(nomor urut). Misalnya kode D.a.1 menjelaskan tentang data wawancara aktivitas designing pada proses pembibitan urutan pertama. Kode N merupakan kode untuk narasumber. Kode P merupakan kode untuk peneliti.

Berikut adalah tabel data aktivitas designing dari hasil wawancara : Tabel 4.3. Data Aktivitas Designing pada Proses Budidaya Jamur

Tiram

Data Kode Data Subyek

P : Bagaimana bentuk alat yang digunakan untuk membuat media pembibitan ?

N : Alat yang digunakan saat membuat F2 itu ada botol kaca bekas sirup. Kami pilih botol sirup yang bentuknya tidak melengkung, agar lebih muat banyak dan mudah penyimpanannya. Jadi bahan untuk media pembibitan F2 yang sudah tercampur rata, dimasukkan ke dalam botol kaca tersebut. Selanjutnya, ada autoklaf yang gunanya untuk mensterilisasi botol-botol yang telah berisi media pembibitan F2, bentuk autoklaf itu tabung yang bagian atasnya memiliki tutup berbentuk cembung.

D.a.1 N

P : Bagaimana bentuk alat yang digunakan untuk membuat media tanam ?

N : Alat yang digunakan itu hanya ada 1. Alatnya disebut tabung boiler yang digunakan untuk mensterilisasi baglog. Bentuknya itu tabung. Sebenarnya ada 2 jenis tabung boiler, ada yang cara meletakkannya secara vertikal dan ada yang horizontal. Kalau yang vertikal itu hanya bisa untuk sterilisasi baglog dalam jumlah sedikit, maka disini menggunakan tabung boiler yang horizontal, agar bisa

mensterilisasi baglog dalam jumlah banyak sekaligus.

P : Bagaimana bentuk media tanam ?

N : Bentuk media tanam harus disesuaikan dengan habitat asli jamur. Karena jamur banyak tumbuh pada batang pohon, maka media tanam baglog dibuat menyerupai kayu gelondongan.

D.b.2 N

P : Bagaimana bentuk kumbung yang digunakan untuk menyimpan media tanam ? N : Bentuk kumbungnya bebas. Disesuaikan dengan produksi baglog. Kalau disini bentuk kumbungnya saya buat memanjang, panjangnya 10 meter, lebarnya 6 meter dan tingginya 2,5 meter.

D.c.1 N

P : Bagaimana bentuk setiap produk olahan yang dibuat ?

N : Untuk bakso jamur bentuknya sama seperti bakso-bakso pada umumnya, masih berbentuk bulat. Tapi kami masih terus berinovasi untuk menciptakan bentuk yang lain agar berbeda dari bakso pada umumnya. Kalau untuk nugget bentuknya persegi.

D.e.1 N

d. Aktivitas Explaining pada Proses Budidaya Jamur Tiram

Peneliti akan memberi kode E untuk data aktivitas explaining. Pada aktivitas ini, peneliti menemukan aktivitas explaining pada beberapa proses dalam budidaya jamur tiram. Maka peneliti akan memberikan kode untuk aktivitas explaining pada beberapa proses tersebut. Kode tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :

1) Kode a digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

explaining pada proses pembibitan.

2) Kode b digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

explaining pada proses pembuatan media tanam.

3) Kode c digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

explaining pada proses pemeliharaan.

4) Kode d digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

explaining pada proses pemanenan.

5) Kode e digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

explaining pada proses produksi hasil olahan.

6) Kode f digunakan untuk data yang menunjukkan aktivitas

explaining pada proses pendistribusian

Kode data aktivitas explaining akan diberi kode E.(kode huruf).(nomor urut). Misalnya kode E.a.1 menjelaskan tentang data wawancara aktivitas explaining pada proses pembibitan urutan pertama. Kode N merupakan kode untuk narasumber. Kode P merupakan kode untuk peneliti.

Berikut adalah tabel data aktivitas explaining dari hasil wawancara : Tabel 4.4. Data Aktivitas Explaining pada Proses Budidaya Jamur

Tiram

Data Kode Data Subyek

P : Bagaimana langkah-langkah dalam proses budidaya jamur tiram ?

N : Pertama, adalah proses pembibitan. Dalam proses pembibitan terdapat 3 tahap. Pertama pengambilan kultur murni dari jamur, hasil dari tahap ini disebut bibit jamur tiram F1. Dilanjutkan dengan penanaman biakan F1 ke media tanam

Potato Dextrose Agar (PDA), tahap ini akan

menghasilkan bibit jamur tiram yang

E.a.1

dinamakan F2. Dari bibit jamur tiram F2 diperbanyak lagi dengan media tanam PDA dan hasilnya akan menjadi bibit jamur tiram F3.

Selanjutnya, adalah pembuatan media tanam yang biasa kita sebut baglog. Baglog harus dibuat menyerupai habitat asli jamur tiram, jadi kami membuatnya seperti kayu gelondongan. Bahan untuk membuat media tanam baglog itu ada serbuk kayu, bekatul, bubuk kapur gamping, bubuk gips, dan pupuk TSP. Setelah bahan dicampur rata, bahan tersebut dimasukkan ke dalam plastik bening yang tebal lalu dipadatkan hingga tingginya mencapai 30 cm. Pada ujung plastik dipasang potongan paralon lalu disumpal dengan kapas. Setelah itu, media tanam baglog disterilisasi di dalam tabung boiler untuk menghilangkan hama. Media tanam baglog yang telah disterilisasi selanjutnya disimpan di ruang inokulasi untuk diberi bibit jamur tiram F3.

Berikutnya, adalah proses pemeliharaan. Baglog yang telah berisi bibit akan melalui tahap pemeliharaan selama 1 bulan di ruangan yang gelap dengan tujuan untuk menumbuhkan miselium. Proses ini disebut dengan inkubasi. Inkubasi dilakukan diruang inkubasi. Suhu untuk ruangan inkubasi berada pada suhu . Baglog dalam ruang inkubasi harus disusun secara

E.b.1

vertikal agar miselium dapat tumbuh hingga ke bagian bawah baglog dan penyusunannya boleh ditumpuk maksimal 8 tumpukan.

Proses selanjutnya, adalah proses pemanenan. Setelah 3-5 hari dari calon jamur tumbuh, maka jamur dapat dipanen. Jamur yang siap dipanen rata-rata memiliki diameter 5-10 cm. Pemanenan lebih baik dilakukan pada pagi hari agar pada saat proses pendistribusian, jamur masih segar. Jamur yang dipanen pada siang hari, umumnya lebih cepat layu. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh tanaman hingga ke akarnya.

Berikutnya, jamur tiram yang telah dipanen, sebagian dibungkus untuk dijual ke pasar dan ke rumah makan, sebagian lagi diolah untuk dibuat bakso jamur tiram dan nugget jamur tiram.

Terakhir, adalah proses pendistribusian. Yang kami jual bukan hanya hasil panen jamurnya, namun kami juga menjual baglog yang telah diberi bibit F3. Untuk pendistribusian jamur tiram segar dilakukan setiap jam 5 pagi, lalu untuk baglog kami distribusikan setiap jam 12 siang.

E.d.1

E.e.1

E.f.1

P : Bagaimana cara mencegah timbulnya hama dan penyakit pada tumbuhan jamur tiram ?

N : Untuk pencegahan hama seperti serangga, kami memasang perangkap

serangga di dalam kumbung. Lalu kami juga menebarkan serbuk kapur pada lantai, dinding, dan langit-langit kumbung untuk mencegah datangnya laba-laba. Kalau untuk mencegah hama cacing, kami lakukan dengan mensterilisasi baglog dalam tabung boiler. Lalu untuk pencegahan penyakit, hal yang biasanya dilakukan adalah membuang baglog yang terkontaminasi penyakit, mensterilkan peralatan yang digunakan untuk perawatan baglog, mengatur sirkulasi udara, dan mengurangi jumlah susunan baglog.

P : Apa saja produk olahan yang dihasilkan dari jamur tiram ?

N : Disini yang kami buat untuk dijual hanya olahan berupa bakso jamur dan nugget jamur. Tetapi kami juga masih berinovasi membuat produk olahan yang lain.

E.e.2 N

2. Data Hasil Observasi

Data hasil observasi digunakan untuk menunjang hasil wawancara terkait aktivitas fundamental matematis pada tahapan-tahapan budidaya jamur tiram. Data hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 10.

C. Analisis Data

Dokumen terkait