BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Stres
2.3.3 Penyebab Stres Kerja (Stressor)
Untuk dapat mengetahui secara pasti faktor apa saja yang dapat menyebabkan
terjadinya stres sangatlah sulit, oleh karena sangat tergantung dengan sifat dan
kepribadian seseorang. Suatu keadaan yang dapat menimbulkan stres pada seseorang
tatapi belum tentu akan menimbulkan hal yang sama terhadap orang lain.1
Hasibuan (2000) dalam (Sarwono, 2006) menyebutkan faktor-faktor yang
menjadi penyebab stres kerja adalah :
1. Beban kerja yang sulit dan berlebihan.
2. Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan wajar.
3. Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai.
5. Balas jasa yang terlalu rendah.
6. Masalah-masalah keluarga.6
Menurut Sutherland dan Cooper (1990) mengemukakan tentang stressor
kerja meliputi :
1. Stressor yang ada di dalam pekerjaan itu sendiri, meliputi : beban pekerjaan,
fasilitas kerja yang kurang, proses pengambilan keputusan yang lama.
2. Konflik peran : peran di dalam kerja yang tidak jelas, tanggung jawab yang
tidak jelas.
3. Masalah hubungan dengan orang lain adalah stressor yang potensial, seperti
hubungan dengan atasan, rekan sejawat dan pola hubungan atasan dan
bawahan.
4. Perkembangan karir, under / over promotion, keselamatan kerja.
5. Iklim dan struktur organisasi, adanya pembatasan-pembatasan perilaku,
bagaimana iklim budaya di dalam organisasi.
6. Adanya konflik antara tuntutan kerja dengan tuntutan keluarga.2
Menurut Seminar Nasional Ergonomi (Aplikasi Ergonomi dalam Industri)
2004 mengemukakan berbagai penyebab stres kerja (stressor) sebagai berikut :
a. Tekanan lingkungan fisik.
Tekanan lingkungan fisik ini meliputi kebisingan, vibrasi, higiene, dan suhu
b. Tekanan dan peran individual dalam organisasi
Kadang-kadang sumber stres itu ada dalam diri seseorang salah satunya melalui
kesakitan, tingkat stres yang muncul tergantung pada rasa sakit dan umur
individu.
Tekanan individual disini meliputi :
a. Konflik peran misalnya :
a). Tugas yang harus ia kerjakan, menurut pandangannya, tidak merupakan
bagian dari pekerjaannya.
b). Tuntutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahannya atau orang lain
yang dinilai penting bagi dirinya.
c). Pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu
melakukan tugas pekerjaannya.
b. Peran yang kurang jelas
a). Ketidakjelasan dari sasaran dan tujuan kerja
b). Kesamaran tentang tanggung jawab
c). Ketidakjelasan tentang prosedur kerja (job description)
d). Kurang adanya umpan balik atas kinerjanya.
c. Hubungan dalam pekerjaan
Lingkungan pekerjaan, hubungan kerja yang tidak baik dapat menimbulkan
ketegangan psikologis dalam bentuk kepuasan kerja yang rendah, penurunan
kondisi kesehatan dan rasa tidak disenangi oleh rekan atau atasan. Keadaan
sehingga pekerja tidak dapat berkomunikasi dengan pekerja lain, misalnya
operator mesin, operator telepon, dapat membangkitkan stres kerja.
d. Tekanan struktur dan iklim organisasi
Sejauh mana seorang tenaga kerja diikutsertakan untuk berperan dan terlibat
dalam suatu organisasi dan ada tidaknya dukungan sosial dalam lingkungan kerja
hal itu merupakan sumber stres.16
Cartwright, 1995 dalam (Tarwaka, 2004) mengelompokkan faktor-faktor
penyebab stres kerja ke dalam enam kelompok : 1
1. Faktor intrinsik pekerjaan
Ada beberapa faktor intrinsik dalam pekerjaan di mana sangat potensial
menjadi penyebab terjadinya stres dan dapat mengakibatkan keadaan yang buruk
pada mental. Faktor tersebut meliputi keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak
nyaman (bising, berdebu, bau, suhu panas dan lembab dll), stasiun kerja yang tidak
ergonomis, kerja shift, jam kerja yang panjang, perjalanan ke dan dari tempat kerja
yang semakin macet, pekerjaan beresiko tinggi dan berbahaya, pemakaian teknologi
baru, pembebabanan berlebih, dan adaptasi pada jenis pekerjaan baru.
Everly dan Girdano, 1980 dalam (Munandar, 2001) membahas mengenai
beban kerja dan membaginya ke dalam lima kategori: beban berlebih kuantitatif,
beban terlalu sedikit kuantitatif, beban berlebihan kualitatif, beban terlalu sedikit
kualitatif, dan beban berlebihan kuantitatif dan kualitatif.12
2. Faktor peran individu
Beban tugas yang bersifat mental dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan
et al (1988) dalam suatu penelitian tentang stres akibat kerja menemukan bahwa karyawan yang mempunyai beban psikologis lebih tinggi dan ditambah dengan
keterbatasan wewenang untuk mengambil keputusan mempunyai resiko terkena
penyakit jantung koroner dan tekanan darah yang lebih tinggi serta mempunyai
kecenderungan merokok yang lebih banyak dari karyawan yang lain. Ketaksaan peran
juga dapat menimbulkan stres kerja, yaitu jika seorang tenaga kerja tidak memiliki
cukup informasi untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti atau
merealisasi harapan-harapan yang berkaitan dengan peran tertentu.
3. Faktor hubungan kerja
Cooper dan Payne, 1988 dalam (Tarwaka, 2004) hubungan yang tidak baik
antara karyawan di tempat kerja adalah faktor yang potensial sebagai penyebab
terjadinya stres. Kecurigaan antara pekerja, kurangnya komunikasi, ketidaknyamanan
dalam melakukan pekerjaan merupakan tanda-tanda adanya stres akibat kerja.
Kahn dkk, 1964 dalam (Munandar, 2001), hubungan kerja yang tidak baik
terungkap dalam gejala-gejala adanya kepercayaan yang rendah, taraf pemberian
dukungan yang rendah, minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam
organisasi. Ketidakpercayaan secara positif berhubungan dengan kepaksaan peran
yang tinggi, yang mengarah ke komunikasi antarpribadi yang tidak sesuai antara para
tenaga kerja dan ketegangan psikologikal dalam bentuk kepuasan pekerjaan yang
rendah, penurunan dari kondisi kesehatan, dan rasa diancam oleh atasan dan
4. Faktor pengembangan karir
Perasaan tidak aman dalam pekerjaan, posisi dan pengembangan karir
mempunyai dampak cukup penting sebagai penyebab terjadinya stres. Menurut
Wantoro (1999) faktor pengembangan karir yang dapat menjadi pemicu stres adalah:
ketidakpastian pekerjaan seperti adanya reorganisasi dan mutasi kerja, promosi
berlebih atau kurang (promosi yang terlalu cepat atau tidak sesuai dengan
kemampuan individu akan menyebabkan stres bagi yang bersangkutan atau
sebaliknya bahwa seseorang merasa tidak pernah dipromosikan sesuai dengan
kemampuannya juga menjadi penyebab stres).
5. Faktor struktur organisasi dan suasana kerja
Penyebab stres yang berhubungan dengan struktur organisasi dan suasana
kerja biasanya berawal dari budaya organisasi dan model manajemen yang
dipergunakan. Beberapa faktor penyebabnya antara lain, kurangnya pendekatan
partisipatoris, konsultasi yang tidak efektif, kurangnya komunikasi dan kebijaksanaan
kantor. Selain itu seringkali pemilihan dan penempatan karyawan pada posisi yang
tidak tepat juga dapat menyebabkan stres.
Munandar (2001) mengemukakan hasil penelitian bahwa kurangnya peran
serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan suasana hati
dan perilaku yang negatif, misalnya menjadi perokok berat.12
6. Faktor di luar pekerjaan
Perselisihan antar anggota keluarga, lingkungan tetangga dan komunitas juga
merupakan faktor penyebab timbulnya stres yang kemungkinan besar masih akan
Munandar (2001) menambahkan bahwa isu-isu tentang keluarga, krisis
kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan pribadi dan organisasi yang
bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan, semuanya
dapat merupakan tekanan pada individu dalam pekerjaannya, sebagaimana halnya
stres dalam pekerjaan mempunyai dampak yang negatif pada kehidupan keluarga dan
pribadi.12