• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ASPEK-ASPEK YURIDIS KREDIT PEMILIKAN RUMAH

B. Penyebab Terjadinya Wanprestasi pada Perjanjian Kredit

Medan

Masalah yang sering terjadi oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan dalam memberikan pinjaman kredit melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah merupakan masalah wanprestasi.

Dikatakan wanprestasi ialah apabila debitur tidak memenuhi prestasi sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian, sedangkan prestasi adalah sesuatu yang wajib harus dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan.98

Wanprestasi menurut hukum perdata di Indonesia tersebut dalam Pasal 1238 KUHPerdata, yakni bahwa si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kredit bermasalah, yaitu:99

1. Faktor internal perbankan yang meliputi kelemahan dalam analisis kredit, kelemahan-kelemahan kredit, agunan, sumber daya alam, teknologi, dan kecurangan petugas bank, diantaranya:

a. Kelemahan dalam analisis kredit, yaitu:

1) Analisis kredit tidak berdasarkan data akurat. 2) Informasi kredit tidak lengkap.

3) Kredit terlalu sedikit. 4) Kredit terlalu banyak.

98 Wirjono Prodjodioro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, (Penerbit Sumur Bandung, Bandung, 1993), hal. 54

99

5) Jangka waktu kredit terlalu lama. 6) Jangka waktu kredit terlalu pendek. b. Kelemahan dalam dokumen kredit, yaitu:

1) Data mengenai kredit tidak didokumentasi dengan baik.

2) Pengawasan atas fisik dokumen tidak dilaksanakan dengan baik. c. Kelemahan dalam supervise kredit, yaitu:

1) Bank kurang pengawasan atas usaha nasabah secara kontinyu dan teratur.

2) Terbatasnya data dan informasi yang berkaitan dengan penyelamatan dan penyelesaian kredit.

3) Tindakan perbaikan tidak diterapkan secara dini dan tepat waktu. 4) Jumlah nasabah terlalu banyak.

5) Nasabah terpencar.

d. Kecerobohan petugas bank, yaitu: 1) Bank terlalu kompromi.

2) Bank tidak mempunyai kebijakan perkreditan yang sehat. 3) Petugas bank terlalu menggampangkan masalah.

4) Persaingan antar bank.

5) Pengambilan keputusan yang tidak tepat waktu.

6) Terus memberikan pinjaman pada usaha yang siklusnya menurun. 7) Tidak diasuransikan.

e. Kelemahan kebijaksanaan kredit, yaitu: prosedur kredit terlalu panjang.

f. Kelemahan bidang agunan, yaitu:

1) Jaminan tidak dipantau dan diawasi secara baik. 2) Nilai agunan tidak sesuai.

3) Agunan fiktif.

4) Agunan sudah dijual. 5) Pengikatan agunan lemah

g. Kelemahan sumber daya manusia, yaitu:

1) Terbatasnya tenaga yang ahli dibidang penyelamatan penyelasaian kredit.

2) Pendidikan dan pengalaman pejabat kredit sangat terbatas.

3) Kurangnya tenaga ahli hukum untuk mendukung pelaksanaan penyelesaian dan penyelamatan kredit.

4) Terbatasnya tenaga ahli untuk analisis kredit. h. Kelemahan teknologi, yaitu:

1) Terbatasnya sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pekerjaan teknis.

2) Keterbatasan bank dalam hal teknis, seperti : manajemen secara baik, pengawasan secara kontinyu, administrasi yang rapi.

i. Kecurangan petugas bank, yaitu:

1) Petugas bank terlibat kepentingan pribadi.

2) Disiplin pejabat kredit dalam menerapkan system dan prosedur kredit rendah.

2. Faktor internal nasabah yang meliputi kelemahan karakter nasabah, kemampuan nasabah, musibah yang dialami nasabah, kecerobohan nasabah, dan manajemen nasabah.

a. Kelemahan karakter nasabah, yaitu:

1) Nasabah tidak mau tahu atau memang tidak beritikad baik. 2) Nasabah kalah judi.

3) Nasabah menghilang.

b. Kelemahan kemampuan nasabah, yaitu: tidak mampu mengembalikan kredit karena terganggunya kelancaran usaha, yakni; 1) Kemampuan usaha nasabah yang kurang.

2) Teknik produksi yang sudah ketinggalan zaman. 3) Kemampuan pemasaran tidak memadai.

4) Pengetahuan terbatas. 5) Pengalaman terbatas. 6) Informasi terbatas

3. Faktor eksternal seperti situasi ekonomi yang negatif, politik dalam negeri yang merugikan, politik negara lain yang merugikan, situasi alam yang merugikan, dan peraturan pemerintah yang merugikan. a. Situasi ekonomi yang negatif, yaitu:

1) Globalisasi ekonomi yang berdampak negatif. 2) Perubahan kurs mata uang.

b. Situasi politik dalam negeri yang merugikan, yaitu: 1) Pergantian pejabat tertentu.

2) Hubungan diplomatik dengan negara lain. 3) Adanya gejolak sosial.

c. Politik Negara lain yang merugikan, yaitu: 1) Proteksi oleh negara lain.

2) Adanya pemogokan buruh diluar negri. 3) Adanya perkembangan politik diegara lain.

4) Kebijakan dari industri luar negri dengan menjatuhkan harga barangnya sehingga memukul harga produk dalam negri.

d. Situasi alam yang merugikan, yaitu: 1) Faktor alam yang berakibat negatif. 2) Habisnya sumber daya alam.

e. Peraturan pemerintah yang merugikan, yaitu:

1) Membatasi jumlah supermarket atau mall di daerah tertentu. 2) Menutup usaha tertentu untuk melindungi pengusaha kecil. 4. Faktor kegagalan bisnis senantiasa muncul di luar kemampuan para

pihak seperti aspek hubungan, aspek yuridis, aspek manajemen, aspek pemasaran, aspek teknis produksi, aspek keuangan, dan aspek sosial ekonomi.

5. Faktor ketidakmampuan manajemen adalah pencatatan tidak memadai, informasi biaya tidak memadai, modal jangka panjang tidak cukup, gagal mengendalikan biaya, overheadcost yang berlebihan, kurangnya pengawasan, gagal melakukan penjualan, investasi berlebihan, kurang menguasai teknis, dan perselisihan antara pengurus.

Selain faktor-faktor yang sebagaimana telah diuraian diatas, adapun beberapa penyebab lainnya yang merupakan kesalahan pihak kreditur, yaitu:100

1. Keteledoran bank mematuhi peraturan pemberian kredit yang telah digariskan.

2. Terlalu mudah memberikan kredit yang disebabkan karena tidak ada patokan yang jelas tentang standar kelayakan permintaan kredit yang diajukan.

3. Konsentrasi dana kredit pada sekelompok debitur atau sektor usaha yang beresiko tinggi.

4. Kurang memadainya jumlah eksekutif dan staff bagian kredit yang berpengalaman.

5. Lemahnya bimbingan dan pengawasan pimpinan kepada para eksekutif dan staff bagian kredit.

6. Jumlah pemberian kredit yang melampaui batas kemampuan bank. 7. Lemahnya kemampuan bank mendeteksi arah perkembangan arus kas

(cashflow) debitur lama.

8. Tidak mampu bersaing, sehingga terpaksa menerima deditur yang kurang bermutu.

Selain faktor-faktor diatas yang menjadi penyebab kredit bermasalah, berikut adalah sumber-sumber penyebab terjadinya kegagalan dalam

100 Siswanto Sutojo, Menangani Kredit Bermasalah Konsep, Teknik dan Kasus, (Damar Mulia Pustaka, Jakarta, 2000), hal.19

pengembalian kredit oleh nasabah atau penyebab terjadinya kredit bermasalah pada bank dapat dikemukakan sebagai berikut, yaitu:101

1. Self dealing

Self dealing terjadi karena adanya interest tertentu dari pejabat pemberi kredit terhadap permohonan kredit yang diajukan nasabah, kemudian memberikan kredit yang tidak layak kepada nasabahnya dengan harapan mendapatkan kompensasi berupa imbalan dari nasabahnya.

2. Anxiety for income

Pendapatan yang diperoleh melalui kegiatan perkreditan merupakan sumber pendapatan utama sebagian besar bank sehingga ambisi ataupun nafsu yang berlebihan untuk memperoleh laba bank melalui penerimaan bunga kredit sering menimbulkan pertimbangan yang tidak sehat dalam pemberian kredit.

3. Compromise of credit principles

Pelnggaan terhadap prinsip-prinsip kredit oleh pimpinan bank yang menyetujui pemberian kredit yang mengandung resiko yang potensial menjadi kredit yang bermasalah.

4. Incomplete credit information

Terbatasnya informasi seperti data keuangan dan laporan usaha, disamping informasi lainnya seperti penggunaan kredit, perencanaan, ataupun keterangan mengenai sumber pelunasan kembali kredit.

5. Failure to obtain or enforce liquidation agreements

Sikap ragu-ragu dalam menentukan tindakan terhadap suatu kewajiban yang telah diperjanjikan, meskipun nasabah mampu dan wajib membayarnya, juga merupakan penyebab timbulnya kredit-kredit yang tidak sehat dan mengakibatkan kredit-kredit bermasalah bagi bank.

6. Complacency

Sikap memudahkan suatu masalah dalam proses kredit akan mengakibatkan terjadinya kegagalan atas pelunasan kembali kredit yang diberikan.

7. Lack of supervising

Karena kurangnya pengawasan yang efektif dan berkesinambungan setelah pemberian kredit, kondisi kredit berkembang menjadi

101

kerugian karena nasabah tidak memenuhi kewajibannya dengan baik.

8. Technical incompetence

Tidak adanya kemampuan teknis dalam menganalisis permohonan kredit dari aspek keuangan maupun aspek lainnya akan berakibat kegagalan dalam operasi perkreditan suatu bank. Para pejabat kredit harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang berkaitan dengan tugasnya dan jangan memberikan kredit kepada usaha atau sektor yang tidak dikenal dengan baik.

9. Poor selection of risks

Resiko tersebut dapat dijelaskan dibawah ini:

a. Pejabat kredit mampu mendeteksi kemampuan nasabah dalam membiayai usahanya, selain yang diperoleh dari bank.

b. Pejabat bank harus mampu menghitung berapa kebutuhan nasabah yang sesungguhnya.

c. Pejabat kredit harus mampu menghitung nilai jaminan yang mengcover kredit yang diberikan.

d. Pejabat kredit harus mampu memperhitungkan kemungkinan resiko yang dihadapi dengan pemberian kredit dan mengetahui sumber pelunasan.

e. Pejabat kredit harus mampu mendeteksi resiko pemberian kredit yang mungkin secara kemampuan cukup baik, tetapi dari sisi moral kurang menguntungkan bagi bank.

f. Pejabat kredit harus mampu mendeteksi kualitas jaminan yang akan menimbulkan masalah dikemudian hari.

10.Overlending

Overlending adalah pemberian kredit yang besarnya melampaui batas kemampuan pelunasan kredit oleh nasabah.

11.Competition

Competition merupakan resiko persaingan yang kurang sehat antar bank yang memperebutkan nasabah yang berakibat pemberian kredit yang tidak sehat.

Pada praktik di bank, seorang debitur dianggap wanprestasi apabila ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya atau memenuhi tetapi tidak seperti yang telah diperjanjikan dalam akad perjanjian yang telah dibuat sebelumnya, dimana kelalaian atau wanprestasi tersebut harus dinyatakan terlebih

dahulu secara resmi dalam suatu pernyataan lalai dengan cara memperingatkan (somasi) pihak yang lalai untuk melaksanakan kewajibannya.102

Pada umumnya, sebab terjadinya wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seseorang nasabah dapat berupa 4 (empat) macam, yaitu:103

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.

2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan.

3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. Wanprestasi merupakan suatu keadaan ketika debitur tidak dapat melaksanakan prestasinya karena kesalahannya dan si debitur telah ditegur (disomatie). Adapun bentuk-bentuk wanprestasi dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) kategori, yaitu:104

1. Debitur sama sekali tidak memenuhi prestasinya. 2. Debitur memenuhi sebagian prestasi.

3. Debitur terlambat didalam melakukan prestasinya. 4. Debitur keliru didalam melaksanakan prestasinya.

5. Debitur melaksanakan sesuatu yang dilarang di dalam akad.

Didalam KUHPerdata Pasal 1234 disebutkan bahwa prestasi yang diperjanjikan itu ialah untuk menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Suatu perjanjian adalah merupakan kesepakatan antara 2 (dua) pihak atau lebih yang berjanji untuk melaksanakan prestasi tertentu.

Akibat hukum dikarenakan wanprestasi dalam suatu perjanjian pada umumnya konsekuensinya yang diberikan adalah memberikan sanksi kepada

102 Dewi Nurul Mustjari, Penyelesaian Sengketa Dalam Praktik Perbankan Syariah. (Pratama Publishing, Yogyakarta, 2012), hal. 144

103 Tim Redaksi Pustaka Dunia . Op. Cit., halaman 501

104

pihak yang mengingkari perjanjian tersebut, yang telah mengakibatkan timbulnya kerugian.

Pada perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cang Medan merupakan perjanjian dengan prestasi untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu. Kesemua prestasi itu tercakup dalam isi perjanjian tersebut. Oleh karena itu, kemungkinan untuk terjadinya wanprestasi dapat terjadi disebabkan oleh debitur maupun pihak bank.

Terjadinya wanprestasi pada perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Medan yang disebabkan dari debitur misalnya diantaranya adalah sebagai berikut:105

1. Debitur mengalami musibah

Adanya musibah yang dialami oleh debitur, seperti: sakit atau meninggal dunia, akan tetapi pihak keluarga tidak memberikan informasi kepada bank. hal ini bisa menghambat ketepatan waktu pembayaran angsuran kredit dan menyebabkan bank mengalami kerugian.

2. Kelemahan manajemen usaha yang dijalankan oleh debitur

Merupakan kelemahan debitur dalam melakukan perencanaan pengorganisasian serta pengontrolan kegiatan usaha yang dilakukan. Sehingga tujuan usaha tersebut tidak bisa dicapai secara efektif pada akhirnya kegiatan usaha debitur tersebut mengalami kerugian.

105 Hasil wawancara Fachruddin Zaylani Simamora, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015

3. Ketidakjujuran dalam mengelola kredit

Apabila debitur melakukan penyelewengan terhadap dana kredit yang didapatkannya, seperti: ketika dalam pengajuan kredit, debitur mengajukan kredit untuk pemilikan rumah tetapi dalam praktiknya setelah dana dicairkan digunakan untuk modal kerja/usaha.

4. Debitur mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK)

Contohnya: seorang debitur yang bekerja pada suatu perusahaan swasta terkena pemutusan kerja sehingga tidak mempunyai penghasilan guna memenuhi kewajiban kreditnya.

5. Itikad yang tidak baik dari debitur

Contohnya: debitur melarikan diri tanpa sepengetahuan dari pihak perusahaan dan bank, sehingga kewajiban pembayaran gaji oleh pihak perusahaan kepada debitur terhenti, yang menyebabkan pembayaran angsuran kredit jadi terhambat.

Terjadinya wanprestasi pada perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) disebabkan oleh pihak PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan pada umumnya dikarenakan faktor-faktor:106

1. Analisa yang tidak tepat yang dilakukan pihak analisis kredit

Hal ini terjadi apabila pegawai PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan pada bagian penilaian kredit yang kurang teliti, dan tidak disiplin dalam menerapkan prosedur perkreditan yang akhirnya

106 Hasil wawancara Fachruddin Zaylani Simamora, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015

menyebabkan penilaian terhadap debitur tidak optimal sehingga mengakibatkan kurang selektifnya memilih calon debitur.

2. Perubahan mendadak dalam manajemen

Terjadinya perubahan manajemen secara mendadak, apalagi jika ada masalah yang tidak diketahui oleh manajemen yang baru maka perlu di cermati dan diamati. Jika perubahan itu menjurus kepada hal yang positif, maka hal itu pasti pula memberikan akibat positif bagi kredit bank. Tetapi perubahan mendadak karena adanya pergeseran, dapat memberikan akibat berubahnya berbagai kebijakan perusahaan yang telah disepakati antara bank dan nasabah.

Berdasarkan dalam perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan disebutkan dalam Pasal 15 ayat (1) bahwa tindakan debitur yang mengakibatkan debitur wanprestasi, adalah sebagai berikut:

1. Debitur tidak membayar angsuran ataupun jumlah angsuran yang dibayarnya kurang dari jumlah yag ditetapkan dalam perjanjian kredit dan atau tidak melunasi kewajiban angsuran menurut batas waktu yang ditentukan dalam Pasal 8 Perjanjian Kredit ini.

2. Debitur melakukan penunggakan atas kewajiban angsuran sebanyak 2 (dua) kali angsuran.

3. Debitur melanggar ketentuan-ketentuan dan atau tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana disepakati pada Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 Perjanjian Kredit ini.

4. Debitur tidak memenuhi dengan baik kewajiban-kewajibannya atau melanggar ketentuan-ketentuan didalam perjanjian kredit satu dan lain semata-mata menurut penetapan atau pertimbangan bank.

C. Upaya penyelesaian wanprestasi atas perjanjian Kredit Pemilikan

Dokumen terkait