• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebab Tindak Pidana Khalwat/Mesum Tidak Di limpahkan ke- ke-Mahkamah Syar’iyah

Dalam dokumen TINDAK PIDANA MESUM DALAM SISTIM HUKUM N (Halaman 56-61)

TINDAK PIDANA KHALWAT/MESUM DAN PENYELESAIANNYA DI MAHKAMAH SYAR’IYAH KOTA BANDA ACEH

B. Penyebab Tindak Pidana Khalwat/Mesum Tidak Di limpahkan ke- ke-Mahkamah Syar’iyah

Penyebab tindak pidana khalwat/mesum tidak semuanya dilimpahkan ke-Mahkamah Syar’iyah menurut Marzuki dan Evendi,

adalah ada beberapa sebab antara lain yait46u :

1. Karena proses hukumnya di selesaikan secara hukum adat berdasarkan kekeluargaan, dengan cara menikahkan pelaku Khalwat/Mesum atau membayar denda.

2. Karena adanya tuntutan dari masyarakat untuk diselesaikan secara damai melalui hukum yang berlaku dalam masyarakat dengan cara mendidik dan membimbing masyarakat yang telah berbuat Khalwat/Mesum.

46Wawancara dengan Marzuki, selaku Perugas Wilayatul Hisbah Kota Banda Aceh, pada tanggal 21 April 2008.

3. Karena tindak Pidana Khalwat/Mesum yang dilakukan oleh masyarakat hanya bersifat ringan dan sedang, kecuali Khalwat/Mesum yang sifatnya berat.

4. Karena tidak tegasnya aparat penegak hukum. 5. Kurangnya saksi terhadap pelaku Khalwat/Mesum.

Dengan demikian jelaslah bahwa hukum adat yang berlaku dalam masyrakat salah satu hukum yang membentengi hukum-hukum yang lainnya, seperti yang dikatakan oleh Abdurrahman, bahwa hukum adat adalah semata-mata untuk membuat masyarakat yang telah melakukan kejahatan baik yang bertentangan dengan hukum yang di buat oleh penguasa Negara maupun hukum adat itu sendiri supaya masyarakat kembali kepada kepada jalan yang lurus yang sebagaimana mestinya. Dengan demikian jelaslah bahwa hukum adat tidak betentangan dengan hukum-hukum atau peraturan perundang-rundangan yang lain yang dibuat oleh pemeintah karena tujuan hukum adat mendidik masyarakat dengan jalan menasehati dan membimbing masyarakat untuk kembali kepada jalan yang benar. Dengan kata lain tidaklah semua kasus Khalwat/Mesum itu harus semuanya dilimpahkan ke-Mahkamah Syar’iyah, karena untuk melimpahkan ke Mahkamah Syar’iyah untuk diproses secara hukum itu harus

dilihat dari sudut mana kejahatn itu itu di lakukan, kalau khlalwat/mesum itu yang sifatnya ringan maka cukup cukup dengan dinasehati oleh petugas Wilayatul Hisbah di tempat kejadian atau dibawa ke Dinas Syariat Islam untuk dibimbing, dan kalau kalau Khalwat/Mesum itu yang sifatnya sedang maka pelaku Khalwat/Mesum cukup dengan di bimbing dan dinasehati oleh petugas Wilayatul

hisbah dan kepada pelaku yang sifatnya sedang ini dikenakan untuk wajib melapor sebanya 3 kali dalam sehari selama 1 minggu, sedangkan bagi pelaku khalwat/mesum yang sifatnya berat maka pelaku setelah di proses oleh petugas Wilayatul Hisbah paling lama 2x24 jam maka tersangka akan di serahkan kepada penyidik kepolisian untuk selanjutnya diserahkan kepada jaksa untuk di

limpahkan ke Mahkamah Syar’iyah.

Dalam proses penyidikan kepolisian, terhadap tindak Pidana Khalwat/Mesum ini banyak yang menjadi kendalanya bagi penyidik karena terhadap pelaku Khalwat/Mesum tidak dapat di tahan, dan setelah diperiksa 1x24 jam maka tersangka akan diserahkan kepada orang tuanya, akan tetapi dalam proses penyidikan paling lama satu bulan untuk disiapkan berkas perkaranya untuk diserahkan kepada jaksa banyak dari pelaku Khalwat/Mesum yang melarikan diri. Meskipun demikian sebagaimana dikatakan oleh Abdul Halim47, sejauh ini dalam proses penyidikan tetap berjalan dengan baik, bahkan menurutnya pelaksanaan hukum Syariat Islam yang sekarang diterapkan di Aceh sekarang sudah berjalan dengan sempurna meskipun banyak kendala-kendalanya yang harus di tempuh oleh aparat penegak hukum. Lebih lanjut Rusli AR48, Mengatakan bahwa penyebab tindak Pidana Khalwat/Mesum tidak bisa di

limpahkan ke Mahkamah Syar’iyah adalah dalam proses penyidikan banyak dari

pelaku Khalwat/Mesum tidak ada saksi meskipun kadang-kadang kasusnya sudah terbukti. Dan menurut pendapat dari Abdul Halim, agar tersangka tidak melarikan diri selama proses penyidikan harus ada tempat atau lembaga khusus bagi mereka

47Wawancara dengan Abdul Halim, Kasat Reskrim Poltabes, pada tanggal 25 April 2008

pelaku Khalwat/Mesum untuk ditampung selama dalam proses penyidikan, dalam

arti bukan di

TAHAN”

tapi untuk dibina alhlaknya kembali. Dengan kata lain kata Abdul Halim fungsi dari lembaga tersebut adalah sebagai salah satu lembaga yang mendidik para pelaku Khlawat/Mesum selama dalam proses penyidikan baik dalam prose penyidikan kepolisian maupun setelah berkas perkaranya sudah diserahkan kepada jaksa untuk selanjutnya dilimpahkan kepada Mahkamah

Syar’iyah.

Lebih lanjut sebagaimana hasil wawancara dengan Syarifah Rosnizar49, mengatakan bahwa yang sangat menjadi kendala bagi proses penegakan hukum Syariat Islam di NAD khususnya Kota Banda Aceh adalah karena tidak bisa di tahanya pelaku Khalwat/Mesum, dan ini salah satu bentuk bahwa pihak yang berwewenang dalam membuat Qanun Acara Tentang Khalwat/Mesum belum benar-benar serius dalam melaksanakan Syariat Islam di Nanggroe Aceh Darussalam Khususnya Kota Banda Aceh.

Menurut Syarifah Rosnizar, ada beberapa faktor yang menyebabkan bahwa perkara Khalwat/Mesum tidak bisa di limpahkan Ke-Mahkamah Syar’iyah

antara lain :

1. Karena terdakwa tidak bisa ditahan dan ini, salah satu faktor bahwa banyak pelaku Khalwat/Mesum yang melarikan diri sebelum di hadapkan ke-persidangan.

2. Tidak ada dasar hukum untuk menahan para pelaku Khalwat/Mesum, jadi jaksa sangat sulit untuk menghadirkan terdakwa ke persidangan.

49Wawancara dengan Syarifah Rosnizar, Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Kota Banda Aceh, pada tanggal 29 April 2008

3. Pada saat eksekusi terdakwa tidak hadir.

Dengan demikian, jelaslah bahwa terhadap pelaku Khalwat/Mesum, menurut Syarifah Rosnizar Qanun terhadap Khalwat/Mesum belum berjalan dengan sebagaimana yang di harapkan, dan masih banyak hambatan-hambatan yang harus di tempuh oleh jaksa dalam melimpahkan perkara terdakwa kepersidangan. Dalam melaksanakan tugasnya jaksa setelah perkara di serahkan oleh penyidik kepolisian kepada jaksa, maka yang banyak terjadi dalam proses menyiapkan berkas perkara oleh jaksa untuk di limpahkan kepada Mahkamah

Syar’iyah, adalah para pelaku Khalwat/Mesum melarikan diri sebelum berkas perkara sampai ke-Mahkamah Syar’iyah.

Menurut Lena Rosdiana Aji50, yang sangat menjadi hambatan bagi jaksa adalah dalam proses hukumnya para pelaku Khalwat/Mesum belum adanya payung hukum untuk menempatkan para terdakwa pada salah satu tempat sebelum berkas perkara dilimpahkan ke-Mahkamah Syar’iyah, guna untuk

memudahkan terdakwa waktu di hadapkan kepersidangan dan tidak melarikan diri

sebelum berkas perkaranya di limpahkan ke Mahkamah Syar’iyah. Jadi baik

hakim maupun jaksa dalam pelaksanaan hukuman cambuk terhadap pelaku Khalwat/Mesum masih berpedoman pada KUHAP, karena segala seuatu yang belum di atur dalam Qanun diselesaikan melalui hukum formil KUHAP. Dan ini salah satu fakta bahwa pihak Eksekutif, Legislatif yang belum ada keseriusan dalam menerapkan Qanun Syariat Islam di Aceh karena sampai sekarang belum bisa dilahirkan Qanun Acara Jinayah tentang Khalwat/Mesum.

50 Wawancara dengan Lena Rosdiana, Jaksa penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Kota Banda Aceh pada tanggal 29 april 2008

Menurut Radja Radan51, pelaksanaaan hukum Syariat Islam yang sekarang terapkan di Aceh masih belum berjalan dengan baik karena masih banyak dari masyarakat tidak mematuhi hukum, malah sebagian besar dari orang tua memberikan peluang kepada anaknya untuk melakukan tindak Pidana

Dalam dokumen TINDAK PIDANA MESUM DALAM SISTIM HUKUM N (Halaman 56-61)