• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebaran dan Kepadatan Penduduk Muslim

Pertimbangan penyebaran dan kepadatan penduduk muslim dirasakan penting agar pembangunan mesjid bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya, dan juga agar dapat diketahui luasan bangunan mesjid yang diperlukan (Rukmana 2009). Berdasarkan sejarah Kompleks Masjid Al-Hurriyyah, tercatat bahwa kapasitas mesjid baru (yang menjadi bangunan mesjid hingga saat ini) dapat menampung sekitar 5000 jamaah. Berdasarkan hasil pengamatan lapang, jumlah sedemikian itu sudah relatif mencukupi untuk kegiatan ibadah harian karena sekalipun menjadi pusat kegiatan keislaman, keberadaan Masjid Al-Hurriyyah didukung pula dengan keberadaan musala- musala di setiap fakultas di IPB. Namun, perlu menjadi pertimbangan juga mengenai pengembangan kondisi Kampus IPB Darmaga, terutama mengenai penambahan jumlah mahasiswa.

53 5. Bangunan dan Aktivitas Mesjid

Dalam kaitannya dengan bangunan dan aktivitas mesjid, penting untuk ditekankan bahwa bangunan mesjid seharusnya dapat menjadi struktur fisik dominan (landmark) dari suatu lingkungan dengan tetap memperhatikan komposisi untuk pelaksanaan aktivitas di sekitarnya (Rukmana 2009). Dalam hal ini, Kompleks Masjid Al-Hurriyyah sudah dirasa cukup memadai. Pada kompleks tersebut, jelas terlihat bahwa bangunan Masjid Al-Hurriyyah mendominasi, tetapi di sekitarnya masih tersedia ruang terbuka yang cukup untuk beragam aktivitas, terutama pada bagian lapangan utara, tenggara, Parkir A, Parkir B, Parkir C, dan area aula untuk aktivitas tertutup.

Analisis Pembagian Ruang dan Aktivitas yang Dapat Dilakukan pada Tapak Secara umum, pemanfaatan keseluruhan area pada Kompleks Masjid Al- Hurriyyah telah cukup optimum (lima dari tujuh area yang dapat dimanfaatkan, yaitu 71%). Namun, terdapat beberapa area yaitu halaman sebelah utara, Parkir A, dan Aula Al-Hurriyyah (selain bagian bangunannya) yang cenderung belum termanfaatkan optimal. Selain itu, terdapat pula dua area yang belum dimanfaatkan, yaitu halaman sebelah barat laut dan Kebun Al-Hurriyyah.

Berdasarkan hasil pengamatan lapang dan wawancara, kondisi fisik dan biofisik tapak yang tergolong kurang baik dan kurang terawat adalah faktor utama yang menyebabkan minimnya aktivitas pada kedua bagian tapak ini. Sebagai contohnya adalah halaman sebelah barat laut, area ini didominasi pepohonan namun tidak dilakukan kegiatan pemangkasan dan pemeliharaan rutin lainnya sehingga pohon-pohon yang ada tumbuh tidak terkontrol dan memenuhi tapak secara tidak beraturan. Kondisi ini menjadikan halaman sebelah barat laut terlihat berantakan dan tidak terawat sehingga tidak digunakan untuk melakukan kegiatan apapun.

Contoh lainnya adalah area Aula Al-Hurriyyah. Sekalipun bangunannya memiliki tingkat penggunaan yang tinggi, halaman Aula Al-Hurriyyah yang cukup luas relatif tidak pernah dimanfaatkan karena vegetasi yang terdapat pada area tersebut tidak teratur dan terawat. Oleh karena itu, kegiatan pemeliharaan sesuai standarnya akan dapat meningkatkan kondisi fisik dan biofisik dari kedua bagian tapak ini sehingga dapat dioptimalkan untuk melakukan berbagai kegiatan keislaman.

Analisis Daya Dukung Pengunjung dan Parkir

Berdasarkan analisis sebelumnya, terdapat lima area pada Kompleks Masjid Al-Hurriyyah yang aktif digunakan sebagai lokasi berbagai kegiatan sosial, yaitu bangunan Masjid Al-Hurriyyah, Aula Al-Hurriyyah, halaman sebelah tenggara, halaman sebelah utara, dan Parkir A dengan total luas area sebesar 13.777,23 m2 (untuk bangunan mesjid dihitung total area optimum pada tiga lantai). Jika dihitung, saat ini Kompleks Masjid Al-Hurriyyah dapat mengakomodasi kegiatan sekitar 6.889 mahasiswa dengan rata-rata aktivitas selama 2 jam, dengan rincian 870 orang pada area Parkir A, 2.988 pada masjid Al-Hurriyyah, 1.112 orang pada halaman mesjid sebelah tenggara, 650 orang pada halaman mesjid sebelah utara, dan 1.269 pada seluruh area Aula Al-Hurriyyah. Hal ini tentunya masih dapat dioptimalkan lagi. Jika seluruh area yang memungkinkan dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan bersama (termasuk ketiga area parkir), Kompleks Masjid Al-

54

Hurriyyah dapat menampung hingga 9.336 orang, bahkan jika memasukkan koefisien rotasi, diperoleh perkiraan pengunjung sejumlah 74.646 orang. Tentunya hal ini berkaitan erat dengan kegiatan pengelolaan lanskap, sebab sebuah lanskap tidak akan dapat berfungsi optimal jika tidak dikelola sesuai dengan standar seharusnya.

Area parkir adalah fasilitas penunjang yang sangat penting. Berdasarkan hasil perhitungan, area parkir pada Kompleks Masjid Al-Hurriyyah dapat menampung hingga 320 mobil dan 240 motor pada satu kali parkir dan total 2.560 mobil serta 1.920 motor dalam satu hari. Jumlah ini dinilai mencukupi, hal ini sesuai pula dengan pendapat mayoritas pengunjung mengenai fasilitas parkir pada Kompleks Masjid Al-Hurriyyah.

Analisis Preferensi Pengunjung terhadap Pengelolaan Tapak

Pengelolaan lanskap yang baik akan berkorelasi positif dengan preferensi pengunjung terhadap beberapa hal di tapak, mencakup kebersihan, keamanan, ketersediaan fasilitas, pelayanan, dan kenyamanan. Berikut adalah pembahasan dari analisis deskriptif terhadap preferensi pengunjung Kompleks Masjid Al- Hurriyyah terhadap kelima hal tersebut.

1. Kebersihan

Preferensi pengunjung terhadap kebersihan Kompleks Masjid Al- Hurriyyah adalah cukup baik, bahkan cenderung nyaris baik (3,70). Hal ini didukung oleh interior mesjid yang memang tergolong rapi serta kondisi lanskapnya, terutama pada area yang dominan terlihat seperti area parkir dan juga halaman sebelah tenggara.

2. Keamanan

Jika dirata-ratakan dari seluruh penilaian, preferensi pengunjung terhadap keamanan Kompleks Masjid Al-Hurriyyah adalah di batas bawah dari kategori cukup baik (3,09). Secara umum, dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari memang kompleks mesjid dirasa cukup aman, tetapi sempat terjadi satu dua insiden pencurian dan penjambretan terhadap jamaah, serta pernah terjadi peristiwa pembunuhan tenaga keamanan (satpam) IPB yang ternyata berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan pengunjung pada keamanan kompleks mesjid ini.

3. Ketersediaan Fasilitas

Jika dirata-ratakan dari seluruh penilaian, preferensi pengunjung terhadap ketersediaan fasilitas pada Kompleks Masjid Al-Hurriyyah adalah cukup baik (3,61). Penilaian baik ini terutama karena kuantitas dan kualitas yang tergolong memadai dari luasan ruangan untuk salat, area berwudu, area parkir, dan luasan area hijau pada tapak.

4. Pelayanan

Jika dirata-ratakan dari seluruh penilaian, preferensi pengunjung terhadap pelayanan pada Kompleks Masjid Al-Hurriyyah adalah cukup baik (3,64). Hal ini menunjukkan bahwa selain Kompleks Masjid Al-Hurriyyah telah menyediakan berbagai fasilitas yang menunjang kegiatan penggunanya, pihak pengelola juga juga tergolong berhasil melayani aktivitas pengunjung sesuai fungsi dan visi misi pengelola, yaitu selain sebagai tempat salat,

55 berfungsi juga sebagai Islamic center dalam peran tarbawi (pendidikan dan pembinaan), tsaqofy (wawasan dan pengetahuan), serta amal khidami (pelayanan sosial).

5. Kenyamanan

Jika dirata-ratakan dari seluruh penilaian, preferensi pengunjung terhadap kenyamanan pada Kompleks Masjid Al-Hurriyyah adalah di batas bawah dari kategori sangat baik (3,97). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapang, tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh pengunjung ini sangat dipengaruhi oleh iklim mikro setempat, terutama suhu pada area mesjid yang relatif lebih rendah. Suhu yang rendah ini merupakan hasil dari sirkulasi udara yang baik pada bangunan mesjid (diatur semenjak awal pada konsep pembangunannya) serta luasan area hijau dengan vegetasi yang cukup memadai di sekitar mesjid.

Gambar 35 menyajikan preferensi pengunjung terhadap pengelolaan tapak. Secara umum, pengunjung menilai pengelolaan lanskap Kompleks Masjid Al- Hurriyyah telah cukup baik. Penilaian tertinggi didapatkan aspek kenyamanan pengunjung (3,97), hal ini sangat dipengaruhi oleh dominansi area hijau dan vegetasi peneduh pada tapak yang mempengaruhi iklim mikro setempat. Sementara itu, nilai terendah adalah keamanan (3,09) karena pada tapak kerap terjadi kehilangan benda-benda yang luput dari pengamatan pengunjung.

Gambar 35 Preferensi pengunjung terhadap pengelolaan tapak Analisis Struktur dan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Struktur Organisasi Pengelola

Pada Kompleks Masjid Al-Hurriyyah terdapat dua organisasi pengelola, yaitu DKM Al-Hurriyyah (pada bagian Badan Pengelola Rumah Tangga/BPRT) dan Direktorat Fasilitas dan Properti (pada bagian Taman, Lingkungan, dan Kebersihan/TLK). Secara umum, struktur kedua organisasi pengelolaan ini memang tidak sama persis dengan struktur organisasi yang dianjurkan dalam standar pemeliharaan taman, yaitu memiliki bagian pemeliharaan tanaman, bangunan taman, perpipaan dan utilitas, serta bengkel dan pergudangan (Arifin dan Arifin 2005), tetapi fungsi dari struktur tersebut telah terakomodasi oleh kedua organisasi pengelola.

Berdasarkan rencana pengelolaan awal, telah terdapat pembagian zonasi yang jelas, yaitu pemeliharaan bangunan oleh pihak BPRT Al-Hurriyyah dan pemeliharaan lanskap oleh TLK Faspro IPB. Akan tetapi, pada praktiknya, terdapat pembagian tugas yang kurang sesuai. Ketidaksesuaian tersebut terletak

56

pada pemeliharaan Parkir A, kebun Al-Hurriyyah, serta area hijau pada kawasan Aula Al-Hurriyyah dan asrama pengelola mesjid. Meskipun berdasarkan pembagian kerja awal keseluruhan area lanskap pada Kompleks Masjid Al- Hurriyyah menjadi tanggung jawab Direktorat Fasilitas dan Properti, pada kenyataannya area-area tersebut di lapangan dilimpahkan pemeliharaannya kepada pihak BPRT Al-Hurriyyah. Perbedaan tanggung jawab ini terlihat secara cukup signifikan mempengaruhi kualitas pengelolaan pada bagian tapak tertentu. Sebagai contohnya, sekalipun sama-sama merupakan area parkir, terlihat perbedaan kebersihan yang cukup signifikan antara Parkir A (dikelola oleh BPRT Al-Hurriyyah) dan Parkir B (dikelola oleh TLK Faspro) dengan kondisi Parkir B selalu lebih bersih dan terawat (Gambar 36).

Gambar 36 Parkir A (kiri) dan Parkir B (kanan), terlihat perbedaan kebersihannya Sumber: dokumentasi pribadi

Tenaga Kerja Pengelolaan

Dalam kaitannya dengan tenaga kerja, jumlah tiga orang pemelihara lanskap harian dinilai kurang mencukupi untuk melakukan semua kegiatan pemeliharaan. Sekalipun beberapa kegiatan pemeliharaan diambil alih oleh tim khusus dari TLK Faspro IPB, keterbatasan tenaga kerja pemelihara lanskap harian di Kompleks Masjid Al-Hurriyyah menjadikan tidak semua area dapat selalu dirawat sesuai dengan standar perawatannya. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada pekerja lapang, didapatkan bahwa waktu efektif bagi pekerja setiap harinya adalah sekitar 5 jam dari total 7 jam kerja sehingga efektivitas pekerja lapang hanya sebesar 70%. Saat ini, pemeliharaan lanskap hanya difokuskan pada area Parkir B, Parkir C, halaman sebelah tenggara, dan halaman sebelah utara, sedangkan area lainnya kurang terpelihara dengan baik dan terlihat agak kumuh. Keterbatasan tenaga kerja juga menyebabkan tidak semua kegiatan pemeliharaan rutin dapat dilakukan secara optimal.

Jadwal Kegiatan Pengelolaan

Pada kondisi eksisting tapak, keterbatasan tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap performa dan jadwal dari kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan. Selain keterbatasan tenaga kerja, kondisi iklim juga mempengaruhi jadwal kegiatan pengelolaan. Contoh kegiatan pengelolaan yang tidak dilakukan sesuai jadwal standarnya adalah kegiatan penyiraman tanaman, pemangkasan, pencegahan hama dan penyakit, serta pemupukan.

57 Kegiatan penyiraman tidak dijadwalkan secara rutin oleh tenaga kerja lapang, walaupun berdasarkan literatur dari Arifin dan Arifin (2005), kegiatan penyiraman seharusnya dilakukan harian. Faktor utama yang mempengaruhinya adalah kondisi iklim Kabupaten Bogor yang memiliki curah hujan tinggi, sehingga kebutuhan air pada vegetasi relatif sudah tercukupi. Sejalan dengan kondisi iklim, hujan yang sering turun mengakibatkan pertumbuhan vegetasi yang cepat, sehingga semua kegiatan pemangkasan dilakukan dengan frekuensi lebih sering daripada standarnya (frekuensinya bulanan menurut Arifin dan Arifin [2005]), yaitu dilakukan setiap dwimingguan (pemangkasan rumput) dan mingguan (pemangkaan semak dan perdu tanaman pagar). Selain kegiatan-kegiatan tersebut, faktor kekurangan tenaga kerja di lapang menjadikan kegiatan pencegahan hama dan penyakit serta pemeliharaan pohon (mencakup pemangkasan dan pemupukan) yang seharusnya dijadwalkan hanya menjadi kegiatan yang bersifat insidental saja.

Alat dan Bahan

Pengadaan alat dan bahan pemeliharaan taman sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak Direktorat Fasilitas dan Properti IPB. Keseluruhan alat dan bahan ini tersedia dengan baik (Gambar 37), walaupun pekerja lapang mengakui bahwa terdapat jeda waktu yang cukup lama untuk mendapatkan alat baru jika mengalami kerusakan.

Gambar 37 Penggunaan alat, yaitu penyapuan (kiri) dan pemangkasan (kanan) Sumber: dokumentasi pribadi

Anggaran Biaya Pengelolaan

Kendati terdapat dua organisasi pengelola pada Kompleks Masjid Al- Hurriyyah, namun tidak terdapat anggaran biaya pengelolaan yang dikhususkan bagi lanskap kompleks mesjid tersebut. Hal ini disebabkan pada pihak BPRT Al- Hurriyyah, pengelolaan lebih terfokus pada pemeliharaan area bangunan, sementara itu pada Direktorat Fasilitas dan Properti, anggaran yang diberikan oleh pihak IPB terbatas dan luasan taman yang harus dirawat sangat besar, sehingga tidak bisa dikhususkan dan cenderung memanfaatkan apa yang tersedia.

58

Analisis SWOT Penjabaran Faktor Strategis Internal

Terdapat sepuluh faktor strategis internal yang menjadi dasar dari analisis SWOT, terdiri atas lima faktor kekuatan (strengths) dan lima faktor kelemahan (weaknesses) sebagai berikut.

a. Kekuatan (strength)

1. Luas tapak memadai untuk melakukan berbagai kegiatan.

Faktor kekuatan ini didasarkan pada hasil analisis pembagian ruang dan aktivitas yang dapat dilakukan pada tapak serta analisis daya dukung yang telah dilakukan sebelumnya. Faktor ini memiliki rating 4 (sangat penting) karena luasan tapak memang erat kaitannya dengan aktivitas yang dapat dilakukan pada tapak.

2. Berbagai kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan fungsi kompleks mesjid sebagai pusat kegiatan keislaman.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap jenis aktivitas yang dilakukan pada Kompleks Masjid Al-Hurriyyah, didapatkan bahwa tapak tidak hanya digunakan sebagai tempat salat saja, tetapi digunakan pula sebagai lokasi berbagai kegiatan keislaman. Faktor ini memiliki rating 4 (sangat penting) karena fungsi sebagai Islamic Center atau pusat kegiatan keislaman sangat krusial pada sebuah mesjid.

3. Struktur pengelola mesjid (DKM) telah sesuai standar dan berfungsi dengan baik.

Rukmana (2009) dalam manajemen mesjid menyebutkan beberapa bagian yang harus dimiliki oleh DKM sebagai struktur pengelola mesjid, diantaranya adalah, memiliki badan yang mengakomodasi kegiatan peribadatan, pendidikan, dan juga sosial kemasyarakatan. Ketiga badan ini telah terdapat pada DKM Al-Hurriyyah dan berfungsi dengan baik. Faktor ini pun memiliki rating 4 (sangat penting) karena DKM merupakan pihak yang mengontrol seluruh kegiatan keislaman yang dilakukan pada kompleks mesjid.

4. Alat dan bahan untuk pemeliharaan tersedia dengan baik.

Berdasarkan hasil analisis terhadap struktur dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan, didapatkan bahwa tidak terdapat kendala yang berarti dari penyediaan alat dan bahan pemeliharaan. Faktor ini memiliki rating 4 (sangat penting) karena keberadaan alat dan bahan sangat erat kaitannya dengan kegiatan pengelolaan yang dapat berjalan.

5. Fasilitas parkir sudah cukup memadai.

Faktor kekuatan ini didasarkan pada hasil analisis daya dukung parkir yang telah dilakukan sebelumnya. Faktor ini memiliki rating 4 (sangat penting) karena kebutuhan parkir akan berkorelasi positif dengan berbagai kegiatan yang dilakukan pada kompleks mesjid.

b. Kelemahan (weakness)

1. Dua organisasi yang mengelola lanskap terkadang kurang optimal dalam pembagian kerja.

Berdasarkan hasil analisis terhadap struktur organisasi pengelola, terdapat area kerja yang di lapang tidak sesuai dengan pembagian tanggung jawab awal dan berakibat terhadap kualitas pengelolaan lanskap yang tidak merata.

59 Faktor ini memiliki rating 2 (penting) karena struktur organisasi akan mempengaruhi jumlah dan kinerja tenaga kerja pemeliharaan lapang.

2. Tenaga kerja pemeliharaan lapang kurang.

Faktor kelemahan ini didasarkan pada hasil analisis terhadap tenaga kerja pengelolaan. Faktor ini memiliki rating 2 (penting) karena terlihat jelas bahwa kekurangan kuantitas tenaga kerja sangat mempengaruhi terhadap kualitas pemeliharaan.

3. Anggaran khusus dari Faspro IPB untuk pemeliharaan lanskap tidak tersedia.

Berdasarkan hasil analisis terhadap anggaran dan biaya pengelolaan, didapatkan tidak terdapat anggaran khusus. Faktor ini memiliki rating 2 (penting) karena ketidakberadaan anggaran berakibat pada tidak dapat dilakukannya kegiatan pemeliharaan lanskap secara optimal.

4. Kebersihan dan penataan lanskap di beberapa area masih kurang.

Faktor kelemahan ini didasarkan pada preferensi pengunjung mengenai kondisi fisik dan biofisik tapak. Terdapat beberapa bagian tapak yang tidak dikelola optimal sehingga kebersihan dan penataannya masih kurang. Faktor ini memiliki rating 1 (sangat penting) karena hal ini sangat mempengaruhi preferensi pengunjung dalam beraktivitas pada tapak.

5. Keamanan pada area kompleks mesjid masih kurang terjaga.

Berdasarkan hasil analisis preferensi pengunjung terhadap pengelolaan tapak, faktor keamanan memperoleh nilai terendah. Faktor ini memiliki rating 1 (sangat penting) karena faktor keamanan berakibat secara signifikan terhadap kedatangan dan aktivitas pengunjung pada tapak.

Penjabaran Faktor Strategis Eskternal

Terdapat enam faktor strategis eksternal yang menjadi dasar dari analisis SWOT, terdiri atas tiga faktor peluang (opportunities) dan tiga faktor ancaman (threats) sebagai berikut.

a. Peluang (opportunity)

1. Dukungan dari pihak IPB kepada Kompleks Masjid Al-Hurriyyah sebagai pusat kegiatan keislaman sudah memadai.

Berdasarkan data aktivitas, terdapat beberapa aktivitas keagamaan yang krusial (contohnya adalah Asistensi PAI) yang dilaksanakan pada Kompleks Masjid Al-Hurriyyah. Hal ini menandakan dukungan pihak IPB kepada Kompleks Masjid Al-Hurriyyah, dengan rating faktor eksternal sebesar 4 (sangat penting).

2. Pengunjung kompleks mesjid yang datang dari berbagai kalangan berjumlah cukup banyak.

Berdasarkan data demografi penduduk, hasil wawancara, serta hasil pengamatan lapang, terlihat bahwa Kompleks Masjid Al-Hurriyyah juga dimanfaatkan oleh selain sivitas akademika dan tenaga kependidikan IPB. Faktor kesempatan ini memiliki rating 4 (sangat penting).

3. Pihak eksternal yang memanfaatkan kompleks mesjid sebagai tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan keislaman berjumlah cukup banyak. Berdasarkan data aktivitas, terlihat bahwa pihak eksternal pun terlibat dalam pelaksanaan kegiatan keislaman pada Kompleks Masjid Al-Hurriyyah. Hal ini merupakan suatu kesempatan yang baik untuk mengoptimalkan fungsi

60

Kompleks Masjid Al-Hurriyyah, dengan rating dari faktor ini sebesar 3 (penting).

b. Ancaman (threat)

1. Jumlah mahasiswa IPB terus meningkat.

Berdasarkan sejarah Kompleks Masjid Al-Hurriyyah, hal ini telah menjadi ancaman semenjak awal pembangunan hingga saat ini. Jumlah mahasiswa disinyalir terus meningkat seiring dengan kebutuhan pendidikan tinggi. Faktor ancaman ini memiliki rating 1 (sangat penting).

2. Inovasi kegiatan-kegiatan keislaman perlu dilaksanakan untuk terus meningkatkan pengunjung.

Faktor ancaman ini didapatkan sebagai hasil dari analisis lokasi dan aksesibilitas tapak serta analisis aktivitas yang dapat dilakukan pada tapak. Kondisi mesjid yang berada di perbatasan area akademis dan juga lokasi tapak yang memadai untuk melakukan berbagai aktivitas sebaiknya diimbagi dengan inovasi kegiatan keislaman terus menerus untuk menarik minat pengunjungnya. Faktor ancaman ini memiliki rating 1 (sangat penting)

3. Keamanan kompleks mesjid yang terkait dengan penggunaan tapak oleh pihak eksternal perlu ditingkatkan.

Seiring dengan dibukanya Kompleks Masjid Al-Hurriyyah bagi pihak eksternal, keamanan menjadi suatu faktor krusial yang harus dipertimbangkan, karena akan berkaitan dengan preferensi dan kepercayaan pengunjung untuk beraktivitas pada tapak. Faktor ancaman ini memiliki rating 1 (sangat penting).

Strategi Pengelolaan

Mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan lanskap Kompleks Masjid Al-Hurriyyah sebagai pusat penyelenggaraan kegiatan keislaman bagi sivitas akademika dan tenaga kependidikan IPB.

Strategi ini merupakan strategi S-O, berarti memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Saat ini, DKM Al-Hurriyyah masih sangat dipercaya oleh pihak IPB sebagai pusat kegiatan keislaman. Oleh karena itu, DKM Al-Hurriyyah sebagai pihak pengelola harus memanfaatkan kepercayaan itu dengan sebaik-baiknya melalui pengoptimalan pengelolaan dan pemanfaatan lanskapnya sebagai tempat dilaksanakannya berbagai akivitas keislaman untuk sivitas akademika dan tenaga kependidikan IPB. Beberapa contoh area lainnya yang dapat dioptimalkan adalah sebagai berikut.

a. Halaman sebelah barat laut. Area yang didominasi pepohonan ini dapat digunakan sebagai lokasi pos saat kegiatan outbond dan dimanfaatkan untuk melakukan berbagai games yang membutuhkan kerja sama kelompok serta kekuatan fisik.

b. Kebun Al-Hurriyyah, penanaman dan pemeliharaan vegetasinya dapat melibatkan pengunjung Kompleks Masjid Al-Hurriyyah atau menjadi bagian dari edukasi lingkungan pada kegiatan rutin bimbingan anak dan remaja yang diselenggarakan oleh Birena Al-Hurriyyah.

61

Gambar 38 Salah satu permainan outbond, yaitu spider web Sumber: www.outbondindonesia.com

Membuka peluang kerja sama yang seluas-luasnya bagi pihak eksternal untuk menyelenggarakan kegiatan keislaman di kompleks mesjid.

Strategi ini masih termasuk ke dalam strategi S-O. Al-Hurriyyah hingga saat ini juga dipercaya oleh pihak eksternal sebagai tempat untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan. Oleh karena itu, pihak pengelola sebaiknya tetap membuka peluang kerja sama yang seluas-luasnya dengan tentunya meningkatkan profesionalitas dan membatasi aktivitas yang boleh dilaksanakan pada lingkungan mesjid sesuai dengan ajaran agama Islam. Contoh kerja sama yang dapat dilakukan adalah dengan rohis (kerohanian Islam) di sekolah-sekolah untuk menyelenggarakan Islamic Camp dengan memanfaatkan halaman-halaman mesjid sebagai tempat membangun tenda dan area-area lainnya pada mesjid untuk kegiatan-kegiatan dan pelatihan-pelatihan selama acara berlangsung.

Gambar 39 Kegiatan Islamic Camp Sumber: www.flickr.com

Menciptakan variasi kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan di Kompleks Masjid Al-Hurriyyah.

Strategi ini merupakan strategi S-T, berarti memanfaatkan potensi yang ada untuk menghadapi tantangan. Tantangan bagi Kompleks Masjid Al-Hurriyyah adalah jumlah mahasiswa IPB yang terus meningkat dan diperlukannya inovasi kegiatan keislaman. Dengan menciptakan variasi kegiatan keagamaan, hal ini akan menarik pengunjung lebih besar lagi untuk datang dan beraktivitas di Kompleks Masjid Al-Hurriyyah. Beberapa contoh kegiatan yang dapat diadakan adalah,

62

a. kegiatan sosial yang melibatkan pengunjung, antara lain, donor darah, pengobatan gratis, khitanan massal, maupun pengadaan berbagai kursus keterampilan, serta

b. kegiatan ekonomi, karena menurut Rukmana (2009), mesjid juga dapat dijadikan sebagai wadah untuk menanggulangi dan memecahkan persoalan ekonomi yang dihadapi jamaah di sekitar mesjid, misalnya dengan membuka kios berjualan dan melibatkan pengunjung untuk mengelolanya.

Meningkatkan kualitas pelayanan pengunjung di kompleks mesjid dalam pelaksanaan berbagai kegiatan.

Strategi ini masih berupa strategi S-T dan merupakan strategi yang erat berhubungan dengan strategi sebelumnya. Peningkatan aktivitas dan variasi kegiatan memang harus diiringi dengan peningkatan kualitas pelayanan pengunjung agar dapat mengakomodasi seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan pada tapak. Peningkatan kualitas pelayanan ini meliputi penyediaan sarana dan prasarana pendukung. Beberapa contohnya, antara lain,

a. menyediakan rak untuk menyimpan sepatu dan sandal jamaah mesjid, lebih baik lagi jika menyediakan tempat penitipan yang selalu dijaga, dan

Dokumen terkait