• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III WABAH DAN PENYEBARAN PENYAKIT TERHADAP KUL

3.3 Penyebaran Penyakit Tropis

Penyakit tropis adalah penyakit yang muncul di daerah yang beriklim tropis. Penyakit ini dapat berkembang pada wilayah-wilayah yang beriklim panas dan

117 Verslag over het boekjaar N.V. Senembah Maatschappij 1932,

Amsterdam: De Bussy, 1933

118

Verslag over het boekjaar N.V. Senembah Maatschappij 1933, Amsterdam: De Bussy, 1934

lembab seputar garis khatulistiwa. Penyakit tropis erat kaitannya dengan cara hidup yang tidak sehat, sanitasi yang buruk dan berbagai penyakit yang menular.119 Penyebaran penyakit tropis disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor lingkungan, agen penyebab penyakit dan inang atau manusianya. Faktor lingkungan terbagi menjadi dua yakni lingkungan fisik dan non-fisik. Lingkungan fisik antara lain terdiri dari keadaan geografis, kelembaban udara, temperatur, dan lingkungan tempat tinggal. Lingkungan non-fisik di antaranya adalah sosial, ekonomi, budaya dan politik. Agen penyebab penyakit biasanya berasal dari bakteri, virus, jamur dan parasit tertentu, sedangkan faktor yang terakhir adalah inang yang dibagi berdasarkan umur, jenis kelamin, keturunan, ras dan pekerjaan.120

Wilayah Perkebunan Senemba h Ma a tschappij yang beriklim tropis menyebabkan banyak terjadi kasus wabah dan penyebaran berbagai penyakit. Penyakit-penyakit tersebut di antaranya adalah kolera, dysentri, typhus, beri-beri, cacing tambang (a nkylostomia sis), malaria, pes, cacar, radang paru (pneunomia ), tuberkulosis (TBC), demam typhoid, influenza, meningitis dan kusta (lepra).121

Penyakit kolera, dysentri dan typhus merupakan penyakit yang berhubungan dengan pencernaan manusia. Penyakit-penyakit ini erat kaitannya dengan pola hidup yang tidak higienis, lingkungan dan iklim yang buruk dan makanan yang tidak baik. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar langsung dari manusia ke manusia lain atau

119 Farin Wahyu Rachman, “Penyakit Tropis”, [t.t], [t.p], artikel diakses dari https://www.academia.edu.

120

Widoyono, Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan da n

Pemberantasannya, Jakarta: Erlangga, 2008, hal. 3-7. 121

Kouwenaar, De Gezondheidszorg ter Oostkust van Sumatra 1911-1935, [s.i.]: [s.n.], 1936,

tidak langsung, yakni melalui minuman, lalat, udara dan makanan.122 Kolera disebabkan oleh ba sil yang disebut vibrio-cholera . Ba sil ini menyerang bagian pencernaan dan mengakibatkan gejala muntah-muntah dan buang air besar hingga kekurangan cairan tubuh. Selain itu pada penderita tingkat akut akan mengalami kejang-kejang dan gangguan saluran kencing dan akhirnya mengalami kematian. Penyakit kolera, dysentri dan typhus juga disebabkan kebiasaan yang buang air besar ke sungai dan tidak melindungi makanan dengan baik menyebabkan basil penyebab penyakit tersebut menyebar dan berpindah dibawa oleh lalat karena banyak ba sil penyakit ditemukan di kotoran manusia.123

Penyebab penyebaran penyakit ini adalah arus kedatangan kuli yang sangat besar baik dari Cina maupun Jawa. Kuli-kuli diangkut dengan kapal-kapal khusus pengangkut kuli biasanya tanpa memperhatikan kondisi kebersihan kuli tersebut sehingga penularan penyakit tersebut terutama kolera telah terjadi sebelum kuli sampai di perkebunan.

Di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij, ketiga penyakit ini menyebabkan jumlah kematian yang cukup mengkhawatirkan terhadap kuli antara tahun 1897- 1904. Penyakit dysentri menyumbang jumlah kematian yang paling tinggi yaitu 681 kuli. Penyakit typhus dan kolera masing-masing menyumbang jumlah kematian 114 dan 111 pada 8 tahun tersebut. Pada 8 tahun selanjutnya yakni tahun 1905-1912

122W. A. P. Schuffner, “De Prophylaxe van Cholera, Amobendysenterie, Bacillendysenterie

en Typhus”, dalam Gerrit Grijns en Gerard Willem Kiewiet de Jonge (eds), Plantage-Hygiene ten Behoeve van Directeuren, Administrateurs en Geneesheeren van Landbouw-Ondernemingen in Nederlandsch-lndie, Batavia: Javasche Boekhandel & Drukkerij, 1914, hal. 101.

123

menunjukkan penurunan jumlah kematian yang signifikan diantara ke tiga penyakit tersebut. Penurunan jumlah yang paling drastis yaitu pada penyakit dysentri dan kolera yakni pada jumlah 108 dan 28, sedangkan penyakit typhus juga mengalami penurunan yaitu pada jumlah 73.124 Berikut ini adalah diagram perbandingan jumlah kematian karena ke tiga penyakit tersebut di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij antara tahun 1897-1904 dan 1905-1912.

Gambar 5.

Diagram Perbandingan Jumlah Kematian karena Penyakit Dysentri, Kolera dan

Typhus di Perkebunan Senembah Maatschappij antara tahun 1897-1904 dan 1905-1912.

Sumber: W. A. P. Schuffner, “De Prophylaxe van Cholera, Amobendysenterie, Bacillendysenterie en Typhus”, dalam Gerrit Grijns en Gerard Willem

124

Ibid., hal. 118-119 dan 121. 0 100 200 300 400 500 600 700 800 1897-1904 1905-1912

Jumlah kematian kuli kontrak

Kiewiet de Jonge (eds), Pla nta ge-Hygiene ten Behoeve va n Directeuren, Administra teurs en Geneesheeren va n La ndbouw-Ondernemingen in Nederla ndsch-lndie, Batavia: Javasche Boekhandel & Drukkerij, 1914, hal. 100.

Jumlah kematian kuli Cina akibat dari penyakit dysentri, kolera dan typhus menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada kuli Jawa. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi. Faktor pertama adalah kebanyakan kuli Jawa menikah. Hal ini menyebabkan ada yang mengurusi kuli tersebut antara lain dari makanan serta kuli yang menikah ditempatkan di tempat tersendiri sehingga tingkat kebersihan pasangan menikah ini terjaga. Berbeda dengan kuli Cina yang biasanya hidup bersama dalam suatu barak panjang yang dalam penyediaan makanan dilakukan bersama-sama dengan kuli Cina yang lain. Selain itu kuli Cina juga banyak menghisap candu dan tingkat kebersihan kuli Cina terbilang buruk.125

Penyakit lain yang menyebabkan banyaknya jumlah kematian di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij adalah beri-beri. Penyakit ini mulai mendapat perhatian oleh dokter di Hindia Belanda sejak pertengahan abad ke XIX. Hal ini dikarenakan adanya publikasi126 mengenai perdebatan penyakit ini di jurnal kedokteran pada masa itu yakni Geneeskundig Tijdschrift voor Nederla ndsch-Indie.

Penyebab penyakit beri-beri masih spekulatif, hingga pertengahan abad ke XIX beri-beri masih diklasifikasikan sebagai penyakit kosmik. Dalam konsep

125 W. A. Kuenen, “De Bacillaire Dysenterie”, dalam

Geneeskundige Tijdschrift voor Nederlandsch-Indie, Batavia: G. Kolff & co, 1915, hal. 305

126

Publikasi paling awal dari penyakit beri-beri di Hindia Belanda adalah dari Jacobus Bontius (nama aslinya Jacob de Bondt) tahun 1629. Penyakit ini dinamakan kelumpuhan. Nama penyakit ini berasal dari hewan biri-biri karena penderita beri-beri, oleh gangguan motorik akibat

polyneuretius, berjalan dengan gaya seperti biri-biri. Nama ini muncul pertama kali dalam tulisan

Jacous Bontius. Lihat dalam A. A. Loedin, Sejarah Kedokteran di Bumi Indonesia, Jakarta: Pustaka

penyakit kosmik udara adalah penyebab dan penyebar penyakit. Selain itu perubahan iklim, suhu, kelembaban disebut sebagai faktor yang memicu penyakit ini. Penderita penyakit ini pada masa kolonial Belanda banyak ditemukan pada individu yang seluruh kehidupannya diatur seperti di ta ngsi, penjara, tempat penampungan kuli, panti yatim piatu, asrama sekolah dan rumah sakit sehingga penyakit ini sering disebut Gouvernementsziekte (penyakit pemerintah).127

Ada beberapa teori mengenai penyebab penyakit ini, yaitu keterkaitan beri- beri dengan penyakit lain seperti penyakit cacing, anemia, gangguan ginjal, radang tulang belakang dan infeksi racun dari dalam tanah atau rawa-rawa.128 Titik terang penelitian tentang penyakit beri-beri adalah dari teori Eijkman dan dilanjutkan oleh penelitian Gerrit Grijns yang pendapat mereka adalah dalam makanan pokok yang dikonsumsi tidak ditemukan adanya vitamin B1.129

Pada akhir abad XIX penyakit beri-beri menjadi penyebab naiknya jumlah kematian di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij, tepatnya terjadi pada tahun 1896 dan berlanjut pada tahun 1897, walapun mengalami penurunan namun jumlah kematian masih dapat dikatakan sangat tinggi. Jumlah penderita penyakit ini pun relatif tinggi dan mulai menunjukkan angka penurunan yang drastis setelah tahun 1898. Untuk dapat memahami jumlah penderita dan jumlah kematian akibat dari

127Ibid.,

hal. 36 dan 39. 128

Dalam beberapa publikasi oleh dokter-dokter yang meneliti tentang penyakit beri-beri pada saat itu masih terdapat perbedaaan pandangan penyebab penyakit ini, yaitu infeksi, intoksikasi atau

makanan. Ibid.,, hal. 55; lihat juga W. F. Donath, “A Short History of Beri-beri Investigations In the

Netherlands Indies” dalam Pieter Honig and Frans Verdoom (eds.), Science and Scientists In the Netherlands Indies, New York: Board for the Netherlands Indies, 1945, hal. 75

129

penyakit beri-beri di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij perhatikan tabel berikut ini.

Tabel. 8.

Jumlah Kuli, Jumlah Penderita Beri-beri dan Jumlah Kematian Akibat Penyakit Beri-beri di Perkebunan Senembah Maatschappij tahun 1897-1910.

Tahun Jumlah kuli Jumlah penderita Jumlah kematian

1897 3.824 270 90 1898 4.029 98 24 1899 4.330 7 6 1900 4.167 12 2 1901 4.590 11 - 1902 5.132 10 2 1903 5.909 4 1 1904 5.656 3 - 1905 5.684 7 - 1906 5.666 4 - 1907 6.503 12 - 1908 6.798 22 2 1909 6.982 40 1 1910 6.730 25 - Jumlah 76.020 525 128

Sumber: W. A. P. Schuffner dan W. A. Kuenen, ”Die Gesundheitlichen Verhaltnisse des Arbeiterstandes der Senembah Maatschappy“, in Archiv fur Schiffs- und Tropen Hygiene, Leipzig: Verlag von Johann Ambrosius Barth, 1912, hal. 278.

Berdasarkan tabel diatas selama 14 tahun yaitu dari tahun 1897-1910, terdapat jumlah kuli yang bekerja 76.020. Dari jumlah tersebut 532 diantaranya menderita penyakit beri-beri dan 127 kuli mengalami kematian. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perkembangan penyakit beri-beri di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah musim, letak perkebunan, ras dan gender, serta yang paling penting adalah faktor makanan.

Faktor yang pertama adalah musim, penyakit beri-beri muncul dan berkembang di kalangan kuli-kuli di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij dimulai dari akhir Oktober dan mencapai puncak pada bulan Desember sampai Januari dan kemudian berangsur-angsur berkurang di bulan berikutnya. Pada tahun 1897-1900 dari 122 kematian kuli, jumlah terbesar terjadi di bulan Januari yaitu sebanyak 37 kuli dan bulan Februari yakni 31 kuli.130 Pada bulan November hingga April terjadi musim hujan dan bulan Desember hingga bulan Februari merupakan bulan paling basah di wilayah iklim tropis di Pantai Timur Sumatra.

Faktor lainnya adalah letak. Pada saat itu penyakit beri-beri adalah penyakit yang misterius, biasanya penyakit ini lebih banyak berkembang di wilayah dataran rendah atau pantai ketimbang dataran tinggi atau pedalaman. Di Perkebunan Senemba h Ma a tschappij jumlah kematian selama tahun 1897-1910 dari kebun Tanjung Morawa dan Tanjung Morawa Kiri yang letaknya berdekatan dan berada di daerah pantai mengalami perbedaan yang signifikan. Jumlah kematian di kebun Tanjung Morawa Kiri adalah 39 kuli sedangkan di kebun Tanjung Morawa berjumlah 9 kuli. Jumlah kematian di Kebun Gunung Rintih yang terletak di dataran tinggi berjumlah 18 kuli. Pada tahun 1907-1910 terjadi peningkatan penderita beri-beri di kebun Gunung Rintih, hampir separuh penderita di tahun-tahun tersebut ditemukan di kebun Gunung Rintih. Jumlah penderita beri-beri dari tahun 1907-1910 di kebun Gunung Rintih adalah 42 kuli dan jumlah penderita di lima perkebunan lainnya yaitu

130 W. A. P. Schuffner dan W. A. Kuenen, “Die Gesundheitlichen Verhaltnisse des

Arbeiterstandes der Senembah Maatschappy“, in Archiv fur Schiffs- und Tropen Hygiene, Leipzig: Verlag von Johann Ambrosius Barth, 1912, hal. 281.

Tanjung Morawa, Tanjung Morawa Kiri, Batang Kuis, Sei Bahasa dan Petumbak adalah 62 kuli.131

Faktor selanjutnya adalah ras dan gender. Berdasarkan tabel di atas jumlah penderita dan kematian akibat penyakit beri-beri didominasi oleh kuli Cina. Dari tahun 1897-1910 jumlah Kuli Cina yang menderita penyakit beri-beri adalah 461 orang sedangkan kuli Jawa yang menderita beri-beri berjumlah 52 orang dan lebih sedikit lagi kuli perempuan Jawa yang menderita hanya 12 orang. Kematian akibat dari penyakit beri-beri juga didominasi oleh kuli Cina. Dari 128 kuli yang meninggal 116 di antaranya merupakan kuli Cina, sedangkan sisanya kuli Jawa yang meninggal berjumlah 11 kuli dan hanya 1 orang kuli perempuan Jawa meninggal akibat dari penyakit ini. Bahkan semenjak tahun 1907 hanya kuli Cina yang terdapat menderita penyakit beri-beri.132

Faktor yang terakhir dan yang paling penting adalah makanan. Makanan pokok masyarakat di Hindia Belanda adalah beras. Beras yang dikonsumsi oleh kuli di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij adalah beras giling dari Siam (Thailand) yang berwarna putih. Jenis beras ini biasanya kadar vitamin B1 telah hilang sehingga menyebabkan penyakit beri-beri.

Penyakit lain yang menyebar di kalangan kuli Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij adalah a nkylostomia sis. Penyakit ini biasa disebut juga sebagai cacing tambang. Penyakit ini banyak menyerang kuli yang bertempat tinggal dengan tingkat

131

Ibid., hal. 283. 132

kebersihan yang buruk. Penyakit ini menyebar melalui infeksi cacing yang dapat masuk melalui kulit. Biasanya penyakit ini banyak menyerang kuli perempuan. Penyebab utama merebaknya penyakit ini disebabkan oleh sanitasi dan jamban- jamban yang tidak higienis di sekitar barak-barak kuli. Gejala penyakit ini yaitu wajah pucat, kaki dan wajah bengkak dan dapat menyerang sistem pencernaan yang dapat mengakibatkan mual, muntah, nyeri perut, dan diare. Pada kondisi yang kronis cacing tambang dapat menghisap darah pasiennya dan dapat mengakibatkan anemia.133 Kondisi lingkungan yang buruk dan iklim yang lembab menyebabkan larva dan telur cacing tambang dapat berkembang dan hidup. Penularannya dapat melalui tinja karena telur dan larva cacing tambang hidup di dalam tinja manusia. Infeksi dapat terjadi melalui makanan yang telah tercemar larva cacing tambang tersebut. Pencemaran dapat melalui serangga atau lalat karena makanan yang tidak disimpan dengan baik.

Dokumen terkait