• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Kesehatan Kuli Kontrak di Perkebunan Senembah Maatschappij 1882-1942

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sejarah Kesehatan Kuli Kontrak di Perkebunan Senembah Maatschappij 1882-1942"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH KESEHATAN KULI KONTRAK DI PERKEBUNAN

SENEMBAH MAATSCHAPPIJ

1882-1942

Skripsi Sarjana Dikerjakan

O

L

E

H

NAMA : KIKI MAULANA AFFANDI NIM : 110706030

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

SEJARAH KESEHATAN KULI KONTRAK DI PERKEBUNAN SENEMBAH

MAATSCHAPPIJ 1882-1942 SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN OLEH

NAMA : KIKI MAULANA AFFANDI NIM : 110706030

Pembimbing

Dra. Lila Pelita Hati, M.Si NIP. 196705231992032001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Fakultas Ilmu Budaya dalam bidang Ilmu Sejarah.

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

SEJARAH KESEHATAN KULI KONTRAK DI PERKEBUNAN SENEMBAH

MAATSCHAPPIJ 1882-1942 Yang diajukan oleh:

NAMA : KIKI MAULANA AFFANDI NIM : 110706030

Telah disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi oleh:

Pembimbing

Dra. Lila Pelita Hati, M.Si. Tanggal: Oktober 2015 NIP. 196705231992032001

Ketua Departemen Sejarah

Drs. Edi Sumarno, M.Hum. Tanggal: Oktober 2015 NIP. 19640922989031001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN KETUA JURUSAN

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen

Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP. 19640922989031001

(5)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI OLEH DEKAN DAN PANITIA UJIAN

Diterima oleh

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi

salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Sejarah pada Fakultas llmu

Budaya USU Medan.

Pada

Hari :

Tanggal :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP. 195110131976031001 Panitia Ujian.

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Edi Sumarno, M.Hum. (……….)

2. Dra. Nurhabsyah, M.Si. (……….)

3. Dra. Lila Pelita Hati, M.Si. (……….)

4. Drs. Samsul Tarigan (……….)

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. atas berkah,

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Walaupun

tantangan dan cobaan melintang namun penulis masih diberikan nikmat kesabaran,

keikhlasan dan nikmat iman sehingga penulis dapat sabar menjalaninya. Shalawat

berangkaikan salam penulis hadiahkan ke ruh junjungan alam Nabi besar Muhammad

Saw. semoga kita semua diselamatkan di Yaumil Akhir nantinya.

Dalam perjalanan panjang menjalani penelitian, sungguh sebuah kebahagiaan

dan anugerah terindah penulis dapat menyelesaikan sebuah tulisan sejarah yang

berbentuk skripsi dengan judul Sejarah Kesehatan Kuli Kontrak di Perkebunan

Senembah Maatschappij 1882-1942. Skripsi ini penulis ajukan untuk meraih gelar sarjana di Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari skripsi ini bukanlah titik dari segala kebenaran. Untuk itu,

dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca

untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan menjadi

khasanah ilmu bagi kita semua. Amiin…

Medan, 23 Oktober 2015 Penulis,

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulisan skripsi ini tidak akan pernah selesai tanpa bantuan baik moril dan

materil, dorongan, semangat, dan do’a dari berbagai pihak. Untuk itu dengan

mengucap syukur penulis ingin mengucapkan terima kasih dari lubuk hati yang

paling dalam kepada orang-orang yang berjasa bagi penulisan skripsi ini. Ucapan

terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

USU, serta pada wakil Dekan beserta seluruh staf pegawai Fakultas Ilmu

Budaya USU.

2. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum., selaku Ketua Departemen Sejarah FIB

USU beserta Ibu Dra. Nurhabsyah, M.Si., selaku sekretaris Departemen

Sejarah yang telah membantu lancarnya penyelesaian skrispsi ini.

3. Ibu Dra. Lila Pelita Hati, M.Si., selaku dosen pembimbing penulisan

skripsi yang telah sabar membimbing penulis serta selalu memberikan

bantuan, dorongan, semangat, kritik, saran dan do’a kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

4. Ibu Dra. Ratna, M.S., selaku dosen pembimbing akademik yang telah

sabar dalam membimbing penulis selama kuliah di Departemen Sejarah.

Terima kasih sebesar-besarnya penulis haturkan atas diskusi-diskusi

(8)

akhirnya telah penulis selesaikan serta pinjaman buku-buku serta

bahan-bahan referensi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar Departemen Sejarah FIB USU, yang telah

memberikan penulis banyak pencerahan, pengetahuan, pengalaman, serta

wawasan. Dan juga kepada staf administrasi Departemen Sejarah, Bang

Ampera yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

persoalan administrasi selama masa studi.

6. Pegawai Arsip Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia, Perpustakaan Universitas Sumatera Utara,

Perpustakaan Umum Kota Medan, Perpustakaan Daerah Sumatera Utara

serta Taman Bacaan Masyarakat dan Perpustakaan Tengku Lukman Sinar,

yang telah memberikan data dan pelayanan yang sangat baik selama

penulis melakukan penelitian.

7. Kepada rekan dan sahabat-sahabatku, Alda Tahir Parinduri, Junaidi

Nasution, Devi Itawan, Faisal Berutu, S. Wani Maler, Rahmawani

Hasibuan, Wisnu Wardhana, Wahyu Putra Kelana, dan Ningsih Widari

semoga kebersamaan diantara kita yang telah terjalin selama ini tetap

terpelihara. Terima kasih juga kepada seluruh teman-teman angkatan

2011, atas pengalaman baik suka maupun duka yang sangat berharga yang

telah kita lewati bersama. Terima kasih juga kepada Bang Handoko, S.S.,

(9)

S.S. selaku abang dan kakak angkatan yang telah banyak memberikan

nasihat dan masukan positif bagi penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

8. Kepada Wak Slamet dan Mang Keleng atas segala bantuan dan kepedulian

selama penulis menjalani masa studi. Terima kasih juga atas

nasihat-nasihat yang telah penulis terima selama perkuliahan.

9. Akhirnya penulis mempersembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua

penulis yang sangat penulis sayangi, Bapak Miswanto dan Mamak

Taryuni. Terima kasih sebesar-besarnya atas segala pengorbanan dan do’a

kalian yang tak pernah putus dan tanpa kenal lelah tetap mendukung

penulis menyelesaikan studi. Akhirnya anak kalian ini menyandang gelar

sarjana mak, pak. Kepada Kakak Nirwana Wulandari, Abang Bambang

Hardianto, Abang Syawaluddin Saputra dan Adik Al-Fahmi Ramadhan

terima kasih penulis ucapkan untuk do’a dan semangat kalian.

Akhirnya untuk semua orang yang telah membantu langsung maupun tidak

langsung penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga kebaikan

dan bantuan kalian semua mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin..

Medan, 23 Oktober 2015 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR ISTILAH ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.4 Tinjauan Pustaka ... 7

1.5 Metode Penelitian ... 10

1.6 Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KEHIDUPAN KULI KONTRAK DI PERKEBUNAN SENEMBAH MAATSCHAPPIJ 2.1 Gambaran Perkebunan Senemba h Ma a tschappij ... 16

2.1.1 Sejarah Awal ... 16

2.1.2 Keadaan Geografis dan Iklim ... 18

2.2 Proses Kedatangan dan Perekrutan Kuli Kontrak ... 22

2.2.1 Kuli Kontrak Cina ... 25

(11)

2.2.3 Kuli Kontrak Perempuan ... 33

2.3 Barak dan Pola Permukiman ... 38

2.4 Kondisi Ekonomi dan Lingkungan Sosial ... 42

BAB III WABAH DAN PENYEBARAN PENYAKIT TERHADAP KULI KONTRAK DI PERKEBUNAN SENEMBAH MAATSCHAPPIJ 3.1 Kondisi Lingkungan Kerja ... 46

3.2 Wabah Penyakit dan Tingkat Kematian Kuli Kontrak ... 49

3.3 Penyebaran Penyakit Tropis ... 62

3.4 Penyebaran Penyakit Kelamin ... 71

BAB IV UPAYA PENANGANAN KESEHATAN KULI KONTRAK DI PERKEBUNAN SENEMBAH MAATSCHAPPIJ 1882-1942 4.1 Penanganan Kuratif ... 77

4.1.1 Sarana dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan ... 77

4.1.2 Pembentukan Lembaga Laboratorium Patologi ... 83

4.2 Tindakan Preventif dan Pemberantasan Penyakit ... 88

4.2.1 Penelitian dan Pemberantasan Penyakit ... 88

4.2.2 Penyediaan Air dan Makanan ... 93

4.2.3 Pemeliharaan Kebersihan dan Sanitasi ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 99

6.2 Saran ... 103

BIBLIOGRAFI ... 104

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan Curah Hujan antara Onderneming Goenoeng Rinteh

dengan Batang Kwis pada Tahun 1907 ... 22

Tabel 2. Jumlah Kuli Cina di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij dari tahun

1897-1933 ... 30

Tabel 3. Jumlah Kuli Cina, Kuli Jawa dan Kuli Perempuan di Perkebunan

Senembah Ma a tscha ppij Tahun 1897-1907 ... 36

Tabel 4. Jumlah Kuli Cina, Kuli Jawa dan Kuli Perempuan di Perkebunan

Senembah Ma a tscha ppij Tahun 1928-1933 ... 38

Tabel 5. Jumlah Kematian per 1.000 Kuli Kontrak di Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij tahun 1890-1909 ... 55

Tabel 6. Perbandingan Jumlah Kematian antara Kuli Cina, Kuli Jawa dan

Kuli Perempuan di Perkebunan Senemba h Ma a tschappij tahun

1897-1908 ... 59

Tabel 7. Jumlah Kematian Kuli Kontrak di Perkebunan Senembah

Ma a tscha ppij tahun 1928-1939 ... 62

Tabel 8. Jumlah Kuli, Jumlah Penderita Beri-beri dan Jumlah Kematian

Akibat Penyakit Beri-beri di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij

tahun 1897-1910 ... 69

Tabel 9. Daftar Jumlah Pasien yang Dirawat, Jumlah Hari Perawatan

per Pasien dan Rata-rata Jumlah Pasien per Hari di Rumah Sakit

Pusat Tandjong Morawa Tahun 1897-1907 ... 82

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Perbandingan Antara Jumlah Kuli Cina, Kuli Jawa

dan Kuli Perempuan di Perkebunan Senembah Ma a tscha ppij

Tahun 1897-1907 ... 37

Gambar 2. Diagram Perbandingan Antara Jumlah Kuli Cina, Kuli Jawa

dan Kuli Perempuan di Perkebunan Senembah Ma a tscha ppij

Tahun 1928-1933 ... 39

Gambar 3. Diagram Jumlah Kematian per 1.000 Kuli Kontrak di Perkebunan

Senemba h Ma a tschappij tahun 1890-1909... 56

Gambar 4. Kurva Perbandingan Jumlah Kematian antara Kuli Cina,

Kuli Jawa dan Kuli Perempuan di Perkebunan Senembah

Ma a tscha ppij tahun 1897-1909 ... 60

Gambar 5. Diagram Perbandingan Jumlah Kematian karena Penyakit

Dysentri, Kolera dan Typhus di Perkebunan Senemba h

(14)

DAFTAR ISTILAH

Afdeeling Wilayah penanaman tembakau dalam perkebunan yang biasanya luasnya sekitar 60 ha. yang terdiri dari 100 ladang penanaman tembakau.

Ba sil Bakteri yang berbentuk batang.

Besluit Surat keputusan.

Endemik Wabah penyakit menular yang terjadi pada kondisi penduduk yang normal namun penyebaranya terjadi cukup konstan pada suatu populasi penduduk.

Epidemik Wabah penyakit menular yang berjangkit pada suatu daerah atau komunitas yang jumlahnya melebihi batas normal.

Epidemiologi Ilmu mengenai penyebaran penyakit menular pada manusia dan faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran tersebut.

Hospita a l Rumah Sakit.

Kheh-tha u Perantara yang memiliki kedudukan khusus di perkebunan (misalnya pemilik toko, penanam sayuran, atau tenaga kerja berpendidikan) yang bertugas melakukan perekrutan kuli asal Cina ke perkebunan.

Kongsika ng Kuli pembantu yang belum berpengalaman dan bertugas menyiapkan ladang untuk ditanami atau merawat ladang ketika tembakau baru tumbuh.

Koeli Ordonna ntie Peraturan tentang kuli yang mengatur mengenai hak dan kewajiban pihak pengusaha dan pekerja.

Kolonisa si Melakukan proses perpindahan penduduk di daerah koloni atau jajahan.

(15)

Kuratif Tindakan perawatan dan pengobatan terhadap seseorang yang telah terjangkit suatu penyakit.

La ukeh Sebutan bagi orang Cina perantauan yang bermukim di Penang. Istilah ini juga dapat berarti kuli Cina yang telah lama bekerja di perkebunan atau kuli senior.

Ma a tscha ppij Perusahaan yang membawahi atau mengelola beberapa perkebunan.

Onderneming Perkebunan.

Pandemik Wabah penyakit menular yang berjangkit bersamaan dimana-mana meliputi wilayah geografi yang luas.

Patologi Diagnosis penyakit melalui pemeriksaan organ, jaringan, cairan tubuh, dan seluruh tubuh, disebut juga ilmu yang mempelajari mengenai proses penyakit.

Poena le Sa nctie Sanksi hukuman yang diterima kuli kontrak di perkebunan Sumatera Timur apabila mereka melanggar kontrak yang tertuang dalam peraturan Koeli Ordonna ntie.

Preventif Tindakan-tindakan yang diambil untuk mencegah semakin menyebarnya suatu penyakit pada masyarakat.

Sanitasi Suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.

Singkeh Sebutan bagi kuli yang baru bekerja di perkebunan.

Sta a tsbla d Lembaran berita negara.

Stra its Settlements Wilayah Semenanjung Malaya, tempat awal perekrutan kuli yang bekerja di Perkebunan Sumatera Timur.

Tandil Kepala atau pengawas dari para kuli kontrak Cina di perkebunan.

(16)

Versla g Laporan.

Voorschot Uang muka upah yang diberikan kepada kuli yang akan bekerja di perkebunan.

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Peta Wilayah Perkebunan Senemba h Ma a tschappij pada

Tahun 1939

LAMPIRAN II Keputusan Pemerintah Mengenai Koeli Ordonna ntie.

LAMPIRAN III Aktivitas dan Pekerjaan Kuli Perempuan di Perkebunan

Senemba h Ma a tschappij.

LAMPIRAN IV Jumlah Kuli di Setiap Onderneming pada Perkebunan

Senemba h Ma a tschappij 1897-1907 dalam Laporan Tahunan.

LAMPIRAN V Rumah Sakit Pusat Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij pada

Tahun 1882.

LAMPIRAN VI Dokter dan Pegawai di Rumah Sakit Pusat Perkebunan

Senemba h Ma a tschappij.

LAMPIRAN VII Sarana dan Fasilitas di Rumah Sakit Pusat Perkebunan

(18)

ABSTRAK

Skripsi ini meneliti tentang dinamika kesehatan kuli kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tschappij pada tahun 1882-1942, yang dapat digolongkan dalam kajian sejarah kesehatan. Perkembangan dinamika kesehatan yang dimaksud adalah mengenai terjadinya wabah dan penyebaran penyakit tropis di perkebunan yang sangat merebak pada akhir abad XIX hingga awal abad XX. Selain itu dijelaskan pula kebijakan-kebijakan penanganan kesehatan yang dilakukan terhadap kuli kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij. Kajian ini menggunakan metode sejarah dalam proses penelitiannya. Pada proses heuristik, digunakan sumber-sumber berupa arsip milik perkebunan, laporan tahunan, jurnal dan buku-buku sejaman sebagai data primer serta buku, artikel, skripsi dan disertasi sebagai data sekunder. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan verifikasi yakni kritik intern dan eksteren untuk menemukan fakta-fakta. Selanjutnya fakta tersebut diinterpretasikan, sehingga diperoleh data yang objektif untuk diceritakan kembali dalam proses historiogra fi.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan terjadinya wabah penyakit dan penanganan kesehatan yang dilakukan terhadap kuli kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij. Namun sebelumnya dijelaskan pula faktor-faktor terjadinya wabah dan sejarah awal perkebunan serta kehidupan kuli kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tschapij.

Eksploitasi kuli yang dilakukan oleh perkebunan di Sumatera Timur telah menyebabkan merebaknya wabah dan penyebaran penyakit tropis di kalangan kuli yang bekerja di perkebunan. Wabah dan penyebaran penyakit tropis adalah akibat dari buruknya lingkungan kerja, pemondokan kuli dan pemeliharaan kebersihan yang tidak memadai sehingga tingkat kematian kuli kontrak pada akhir abad XIX sangat tinggi. Penyakit-penyakit tropis yang menyebabkan tingkat kematian yang tinggi di kalangan kuli diantaranya kolera, dysentri, typhus, beri-beri, malaria dan a nkylostomia sis. Selain itu terjadi pula penyebaran penyakit kelamin karena banyaknya kegiatan prostitusi di perkebunan.

Dalam menghadapi kondisi kesehatan yang demikian, Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij melakukan upaya penanganan kesehatan terhadap kuli kontrak yang bekerja di perkebunan. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain penanganan kuratif, tindakan preventif dan pemberantasan penyakit. Penanganan kuratif dilakukan dengan adanya sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan serta pembentukan laboratorium patologi penyakit tropis. Sedangkan tindakan preventif dan pemberantasan penyakit dilakukan dengan penelitian dan pemberantasan penyakit, penyediaan air dan makanan serta pemeliharaan kebersihan dan sanitasi.

(19)

ABSTRAK

Skripsi ini meneliti tentang dinamika kesehatan kuli kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tschappij pada tahun 1882-1942, yang dapat digolongkan dalam kajian sejarah kesehatan. Perkembangan dinamika kesehatan yang dimaksud adalah mengenai terjadinya wabah dan penyebaran penyakit tropis di perkebunan yang sangat merebak pada akhir abad XIX hingga awal abad XX. Selain itu dijelaskan pula kebijakan-kebijakan penanganan kesehatan yang dilakukan terhadap kuli kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij. Kajian ini menggunakan metode sejarah dalam proses penelitiannya. Pada proses heuristik, digunakan sumber-sumber berupa arsip milik perkebunan, laporan tahunan, jurnal dan buku-buku sejaman sebagai data primer serta buku, artikel, skripsi dan disertasi sebagai data sekunder. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan verifikasi yakni kritik intern dan eksteren untuk menemukan fakta-fakta. Selanjutnya fakta tersebut diinterpretasikan, sehingga diperoleh data yang objektif untuk diceritakan kembali dalam proses historiogra fi.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan terjadinya wabah penyakit dan penanganan kesehatan yang dilakukan terhadap kuli kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij. Namun sebelumnya dijelaskan pula faktor-faktor terjadinya wabah dan sejarah awal perkebunan serta kehidupan kuli kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tschapij.

Eksploitasi kuli yang dilakukan oleh perkebunan di Sumatera Timur telah menyebabkan merebaknya wabah dan penyebaran penyakit tropis di kalangan kuli yang bekerja di perkebunan. Wabah dan penyebaran penyakit tropis adalah akibat dari buruknya lingkungan kerja, pemondokan kuli dan pemeliharaan kebersihan yang tidak memadai sehingga tingkat kematian kuli kontrak pada akhir abad XIX sangat tinggi. Penyakit-penyakit tropis yang menyebabkan tingkat kematian yang tinggi di kalangan kuli diantaranya kolera, dysentri, typhus, beri-beri, malaria dan a nkylostomia sis. Selain itu terjadi pula penyebaran penyakit kelamin karena banyaknya kegiatan prostitusi di perkebunan.

Dalam menghadapi kondisi kesehatan yang demikian, Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij melakukan upaya penanganan kesehatan terhadap kuli kontrak yang bekerja di perkebunan. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain penanganan kuratif, tindakan preventif dan pemberantasan penyakit. Penanganan kuratif dilakukan dengan adanya sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan serta pembentukan laboratorium patologi penyakit tropis. Sedangkan tindakan preventif dan pemberantasan penyakit dilakukan dengan penelitian dan pemberantasan penyakit, penyediaan air dan makanan serta pemeliharaan kebersihan dan sanitasi.

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam masa kolonial, Sumatera Timur merupakan wilayah yang penting

dalam perkembangan perekonomian Hindia Belanda di pulau Sumatera. Dalam waktu

kurang dari satu abad Sumatera Timur telah menjelma menjadi wilayah yang

sebelumnya hutan belantara menjadi perkebunan yang makmur. Dalam

perkembangan ekonomi perkebunan, Sumatera Timur mengalami eksploitasi secara

besar-besaran. Eksploitasi tersebut diantaranya adalah pembukaan lahan-lahan hutan,

penanaman tanaman komoditas, mengalirnya investasi swasta dalam jumlah besar,

serta masuknya tenaga kerja dari luar wilayah ini semakin mendukung eksploitasi

terhadap wilayah ini sehingga mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Pembukaan wilayah Sumatera Timur untuk perkebunan diawali oleh seorang

Belanda bernama Nienhuys dalam tahun 1863. Nienhuys sampai di Sumatera Timur

tepatnya di Deli atas ajakan oleh seorang Arab yang mengaku pangeran Deli bernama

Said Abdullah ibn Umar Bilsagih1. Said Abdullah menyatakan bahwa wilayah Deli

sangat cocok untuk perkebunan tembakau. Nienhuys kemudian memperoleh konsesi

tanah untuk kontrak selama 99 tahun oleh Sultan Deli untuk penanaman tembakau di

1

Muhammad Said, Koeli Kontrak Tempo Doeloe Dengan Derita dan Kemarahannya,

(21)

wilayah Deli.2 Semenjak didapatkan konsesi tanah tersebut, mulailah eksploitasi

tanah dan pekerja di Sumatera Timur. Perkebunan yang berkembang tidak hanya

komoditas tembakau namun juga komoditas lainnya seperti karet, teh, kopi dan

kelapa sawit.

Perkembangan perkebunan yang begitu pesat membutuhkan tenaga kerja yang

tidak sedikit. Hal ini menjadi masalah pada awal-awal perkembangan perkebunan

karena penduduk lokal tidak mau menjadi pekerja di perkebunan tersebut. Pengusaha

perkebunan kemudian mengambil langkah untuk mencari tenaga kerja yang berasal

dari luar Sumatera Timur. Pada awalnya tenaga kerja tersebut didatangkan dari

Stra its Setlements atau Semenanjung Malaya, yaitu tenaga kerja dari etnis Cina.

Kemudian karena terjadi kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja etnis Cina di

Semenanjung Malaya maka pihak perkebunan mendatangkan langsung tenaga kerja

dari wilayah Cina dan Jawa.3 Tenaga kerja ini kemudian disebut kuli kontrak.

Seiring dengan eksploitasi wilayah yang terjadi di Sumatera Timur, terjadi

pula eksploitasi terhadap tenaga kerja yang menjadi kuli kontrak di perkebunan.

Dengan kondisi pekerjaan yang sangat berat dan lingkungan barak-barak permukiman

yang kumuh menyebabkan kondisi kesehatan kuli kontrak sangat memprihatinkan.

Tingkat kematian tinggi yang dialami oleh kuli kontrak di perkebunan menyebabkan

nama Deli dan Sumatera Timur menjadi buruk di kalangan kuli Cina maupun Jawa,

2

Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani, Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria, Jakarta:

Sinar Harapan, 1985, hal. 55. 3

T. Keizerina Devi, Poenale Sanctie: Studi Tentang Globalisasi Ekonomi dan Perubahan

(22)

sehingga broker-broker kuli atau perantara melakukan berbagai penipuan dan

kecurangan untuk merekrut pekerja ke perkebunan di Sumatera Timur.4

Berbagai penyakit dan kematian sering menimpa kuli pada akhir abad ke

XIX.5 Penyakit yang diderita kuli-kuli diantaranya adalah kolera, dysentri, typhus,

demam, luka koreng di tubuh, dan tuberkulosis akibat ventilasi udara yang buruk di

dalam bangsal-bangsal dan gudang tembakau.6 Penyakit-penyakit yang terjadi di

iklim tropis juga terdapat di wilayah perkebunan Sumatera Timur yaitu malaria,

beri-beri dan lepra atau kusta. Kuli kontrak juga menderita penyakit kelamin seperti

syphilis yang disebabkan adanya kegiatan melacurkan diri oleh kuli-kuli perempuan

karena tuntutan ekonomi akibat rendahnya upah yang diterima oleh kuli tersebut. Hal

ini juga disebabkan hanya terdapat sedikit kuli perempuan di perkebunan dibanding

dengan kuli lelaki.7

Masalah kesehatan terhadap para kuli sebenarnya mendapat perhatian serius

dari pemerintah Kolonial Belanda. Jika kesehatan kuli-kuli tidak baik akan

menyebabkan berkurangnya kinerja kuli. Dalam peraturan Koeli Ordonna ntie yang

ditetapkan oleh pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1880, disebutkan bahwa

kuli kontrak menjadi tanggung jawab pengusaha perkebunan. Pengusaha perkebunan

4

Erwiza Erman, Kesenjangan Buruh Majikan Pengusaha, Koeli, dan Penguasa: Industri

Timah Belitung, 1852-1940, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, hal. 111. 5

Jan Bremen, Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial, Tuan Kebun, dan Kuli di Sumatra

Timur pada Awal Abad Ke-20, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 1997, hal. 124. 6

Muhammad Said, op.cit.,hal. 93.

7

Ann Laura Stoler, Kapitalisme dan Konfrontasi di Sabuk Perkebunan Sumatra 1870-1979,

(23)

diwajibkan untuk memberikan fasilitas perumahan, sanitasi dan perawatan kesehatan

terhadap kuli kontrak.8

Dari berbagai perkebunan yang ada di Sumatera Timur, Perkebunan

Senemba h Ma a tscha ppij memberikan perhatian terhadap kondisi sosial dan kesehatan

terhadap para kuli kontrak.9 Pada masa awal perkembangannya kebun-kebun di

Perkebunan Senemba h Ma a tschappij di antaranya terletak di Tanjung Morawa,

Tanjung Morawa Kiri, Sei Bahasa, Batang Kuis, Gunung Rinteh dan Petumbak.10

Dalam hal penanaman tembakau, kualitas tanah yang ada di perkebunan tersebut

lebih rendah mutunya ketimbang tanah milik Perkebunan Deli Ma a tschappij tetapi

masih lebih baik jika dibandingkan dengan perkebunan lain di Sumatera Timur.

Namun demikian, perkebunan ini masih dapat melakukan pemeliharaan kesehatan

terhadap kuli kontrak.

Pemeliharaan kesehatan yang dilakukan terhadap kuli kontrak yang ada pada

perkebunan ini membuat angka kematian kuli kontrak tersebut menurun. Dalam

kaitannya dengan pemeliharan kesehatan tersebut, Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij melakukan penelitian tentang penyakit-penyakit tropis di rumah sakit

perkebunan tersebut. Penelitian mengenai penyakit-penyakit tropis di perkebunan

menemukan hubungan antara pengaruh lingkungan dengan penyebaran penyakit di

perkebunan. Penanganan kesehatan yang dilakukan oleh Perkebunan Senemba h

Tengku Lukman Sinar Basharshah II, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan di Sumatera Timur,

(24)

Ma a tscha ppij tersebut kemudian diikuti oleh perusahaan perkebunan lain di Sumatera

Timur.11

Penelitian ini memiliki bahasan pokok yakni menjelaskan mengenai

terjadinya wabah dan penyebaran penyakit beserta upaya penanganan kesehatan yang

dilakukan oleh Perkebunan Senemba h Ma a tscha pij. Namun sebelum itu dijelaskan

pula mengenai kondisi kehidupan kuli kontrak di Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij agar diketahui faktor penyebab wabah dan penyebaran penyakit itu

terjadi dan upaya penanganan yang dilakukan.

Dari uraian tersebut, maka penelitian ini diberi judul “Sejarah Kesehatan Kuli Kontrak di Perkebunan Senembah Maatschappij 1882-1942”. Penelitian ini mencakup kuli kontrak yang ada di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij. Batasan

awal dalam penelitian ini adalah pada tahun 1882 karena berkaitan dengan berdirinya

Rumah Sakit Pusat Perkebunan Senemba h Ma a tschappij, yaitu Hospita a l te Ta ndjong

Mora wa. Dengan adanya rumah sakit tersebut, penanganan kesehatan terhadap kuli

kontrak di perkebunan tersebut menjadi lebih baik dan terpusat. Batasan akhir

penelitian ini yaitu pada tahun 1942 yaitu ketika kekuasaan Kolonial Belanda sudah

tidak ada lagi di Hindia Belanda khususnya di Sumatera Timur dan masuknya Jepang

kemudian memporak-porandakan sistem yang ada dalam perkebunan, termasuk

sistem dan peraturan mengenai kuli kontrak sehingga masalah mengenai kesehatan

dan penanganan kesehatan terhadap kuli kontrak perkebunan di Sumatera Timur

termasuk Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij tidak menjadi prioritas utama.

11

(25)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan landasan yang sangat penting dari sebuah

penelitian karena akan memudahkan peneliti dalam proses pengumpulan data dan

analisis data. Penjabaran permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini akan

dipandu melalui pertanyaan-pertanyaan utama sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi kehidupan kuli kontrak di Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij?

2. Bagaimana proses terjadinya wabah dan penyebaran penyakit terhadap

kuli kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij?

3. Bagaimana upaya penanganan kesehatan kuli kontrak di Perkebunan

Senemba h Ma a tschappij 1882-1942?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan kondisi kehidupan kuli kontrak di Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij.

2. Menjelaskan proses terjadinya wabah dan penyebaran penyakit terhadap

kuli kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij.

3. Menjelaskan upaya penanganan kesehatan kuli kontrak di Perkebunan

(26)

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam bidang Ilmu Sejarah untuk menambah referensi dan khasanah

kajian tentang sejarah kesehatan di perkebunan pada masa kolonial yang

menurut hemat penulis belum pernah ditulis. Oleh karena itu, penulis

berharap agar penelitian ini menjadi acuan dalam penulisan sejarah

kesehatan selanjutnya.

2. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat memberi

pengetahuan baru tentang kondisi kehidupan, kondisi kesehatan,

faktor-faktor penyebab wabah penyakit dan angka kematian serta penanganan

kesehatan yang dilakukan terhadap kuli kontrak di Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij pada masa kolonial.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, refleksi dan

masukan terhadap perusahaan perkebunan mengenai penanganan

kesehatan pekerja-pekerja dalam lingkungan perkebunan sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas produksi dalam

perkebunan.

1.4 Tinjauan Pustaka

Jan Bremen (1997) dalam bukunya yang berjudul Menjina kka n Sa ng Kuli:

Politik Kolonia l, Tua n Kebun, da n Kuli di Suma tra Timur pa da Awa l Aba d Ke-20.

Buku ini dapat memberikan gambaran mengenai kebijakan yang dibuat oleh

(27)

struktur perkebunan. Dalam buku ini juga dapat membantu penulis dalam

menggambarkan tentang kesehatan, pemukiman dan lingkungan kuli di dalam

perkebunan.

Di dalam buku ini diceritakan bahwa penyakit yang paling banyak diderita

kuli di perkebunan pada waktu itu adalah penyakit kolera yang diakibatkan kondisi

lingkungan yang buruk. Penyakit lain yang diderita oleh kuli adalah penyakit

kelamin. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pelacuran yang dilakukan oleh kuli

perempuan akibat dari upah yang murah di dalam perkebunan. Selain itu, perlakuan

yang diterima oleh kuli dan makanan yang tidak sebanding dengan apa yang telah

mereka kerjakan menyebabkan mereka sangat mudah terserang penyakit.

Buku ini juga menyebutkan bahwa pada awal abad XX angka kematian

menurun drastis di perkebunan. Hal ini adalah akibat dari adanya peningkatan

pelayanan kesehatan di perkebunan pada akhir abad ke XIX sampai awal abad ke

XX. Penurunan jumlah kematian ini tentunya juga tidak lepas dari peranan sarana

pelayanan kesehatan yang semakin membaik.

A. A. Loedin (2010) dalam bukunya yang berjudul Seja ra h Kedoktera n di

Bumi Indonesia . Buku ini menjelaskan mengenai masalah kesehatan dan penyakit

yang ada di Hindia Belanda mulai zaman V.O.C. hingga pemerintah Kolonial

Belanda. Buku ini membantu penulis dalam melihat peranan pemerintah Kolonial

Belanda dalam membuat kebijakan tentang kesehatan dan penanganan penyakit yang

(28)

menjelaskan tentang keadaan kesehatan, tenaga kesehatan, dinas dan instansi

kesehatan, serta pendidikan kedokteran di Hindia Belanda pada masa itu.

Gani A. Jailani (2013) dalam bukunya yang berjudul Penya kit Kela min di

Ja wa 1812-1942. Buku ini menggambarkan permasalahan penyakit kelamin yang

dilihat dari sudut pandang wacana publik, kesehatan, dan politik. Buku ini juga

menceritakan penyebaran penyakit kelamin pada serdadu militer dan pekerja

perkebunan serta penanganan terhadap penyakit ini yang dilakukan oleh pemerintah

kolonial Belanda. Buku ini membantu penulis dalam menggambarkan penyebaran

penyakit kelamin dan penanganannya walaupun penelitian ini berada di pulau Jawa.

T. Keizerina Devi (2004) dalam bukunya yang berjudul Poena le Sa nctie:

Studi Tenta ng Globa lisa si Ekonomi da n Peruba ha n Hukum di Suma tera Timur

(1870-1950). Buku ini menceritakan tentang masalah penerapan Poena le Sa nctie

akibat dari peraturan Koeli Ordonna ntie pada kuli kontrak perkebunan di Sumatera

Timur. Buku ini membantu penulis dalam menggambarkan mengenai kondisi

kehidupan kuli kontrak perkebunan di Sumatera Timur termasuk Perkebunan

Senemba h Ma a tscha ppij sebelum dan semenjak diberlakukannya peraturan Koeli

Ordonna ntie pada 1880. Buku ini dapat memberi informasi bagi peneliti mengenai

kesehatan kuli kontrak di perkebunan akibat diberlakukan peraturan tersebut. Selain

itu buku ini juga memberikan bantuan terhadap penelitian penulis mengenai

(29)

1.5 Metode Penelitian

Setiap penelitian diwajibkan menggunakan metode, terutama metode

penelitian. Metode penelitian adalah suatu cara atau aturan yang sistematis yang

digunakan sebagai proses untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip untuk

mencari kebenaran dari sebuah permasalahan. Dalam menulis peristiwa sejarah pada

masa lampau yang direalisasikan dalam bentuk penulisan sejarah (historiogra fi),

tentu harus menggunakan metode sejarah. Metode sejarah merupakan proses menguji

dan menganalisis secara kritis rekaman dan jejak-jejak peninggalan sejarah.12 Dalam

penerapannya, metode sejarah menggunakan empat tahapan pokok, yaitu heuristik,

kritik, interpretasi, dan historiogra fi.

Tahap pertama adalah heuristik. Secara sederhana heuristik berarti proses

pengumpulan sumber-sumber historis yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam

upaya awal penelusuran sumber penulis menemukan sebuah artikel tulisan Mumuh

Muhsin Z. yang berjudul Bibliogra fi Seja ra h Keseha ta n Pa da Ma sa Pemerinta ha n

Bela nda .13 Artikel tersebut berisi sumber-sumber dan bibliografi mengenai kesehatan

pada masa kolonial sehingga memudahkan penulis dalam melakukan penelusuran

sumber selanjutnya.

Dalam tahapan heuristik selanjutnya, penulis melakukan studi arsip dan studi

pustaka. Studi arsip dilakukan dalam rangka memperoleh sumber-sumber primer.

12

Louis Gottchalk, Mengerti Sejarah, terjemahan dari Nugroho Notosusanto, Jakarta:UI

Press, 1985, hal. 39.

13 Mumuh Muhsin Z., “Bibliografi Sejarah Kesehatan Pada Masa Pemerintahan Belanda”

(30)

Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan sumber-sumber yang berhubungan

dengan topik penelitian ini baik dalam bentuk buku, skripsi, tesis, disertasi, jurnal dan

lainnya. Dalam kaitannya dengan studi tersebut penulis melakukan penelitian ke

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan Perpustakaan Nasional (Perpusnas)

di Jakarta. Penulis telah mempertimbangkan dan menelusuri sebelumnya mengenai

sumber-sumber yang akan penulis cari. Sebagian sumber di Perpustakaan Nasional

telah dapat penulis akses dan diketahui keberadaannya di perpustakaan tersebut.

Penulis melakukan penelitian di Jakarta selama 15 hari yang dimulai pada

pertengahan bulan Maret. Penelusuran pertama penulis lakukan di Arsip Nasional

Republik Indonesia. Di sini penulis agak kesulitan dalam penelusuran sumber karena

tidak ada katalog yang secara khusus berhubungan dengan masalah yang penulis

teliti. Setelah melakukan beberapa penelusuran penulis menemukan sumber yakni

Versla g va n het Pa thologisch La bora torium Meda n-Deli (Sumatra’s Oostkust) over

de Ja ren 1907-1921, arsip ini ditemukan dalam koleksi AVROS 1892-1985. Selain

itu penulis juga menemukan Sta a tsbla d va n Nederla ndsch Indie 1880 No. 133

mengenai peraturan Koelie Ordonna ntie.

Penelusuran selanjutnya penulis lakukan di Perpustakaan Nasional. Dalam

sistem Perpustakaan Nasional diharuskan mendaftar sebagai anggota setelah itu

diizinkan untuk mengakses koleksi yang ada. Pada penelusuran tersebut penulis

menemukan beberapa artikel dalam koleksi jurnal kesehatan masa Hindia Belanda

yakni Geneeskundig Tijdschrift voor Nederla nds Indie, selain itu juga penulis

(31)

Tijdschrift voor Nederla nds Indie, Nederla nds Tijdschrift voor Geneeskunde dan

Kolonia le Studien. Selain sumber sejaman penulis juga menelusuri buku-buku dan

karangan ilmiah sekunder yang berhubungan dengan masalah yang penulis teliti.

Dalam penelusuran sumber-sumber lainnya penulis juga mendapatkan

dokumen dan buku elektronik dari koleksi Perpustakaan Leiden-KITLV yang dapat

diakses melalui laman www.kitlv.nl. Penulis merasa sangat terbantu dengan adanya

laman tersebut. Laman tersebut menyediakan sumber-sumber baik berupa buku,

artikel, jurnal laporan yang sebagian besar terbit pada masa kolonial Belanda. Dalam

penelusuran ini penulis menemukan buku-buku dan dokumen sejaman diantaranya

Senemba h Ma a tscha ppij 1889-1939, De Gezondheidstoesta nd va n de Arbeiders,

Verbonden a a n de Senembah-Ma a tschappij op Suma tra , gedurende de Ja ren 1897 tot

1907, Die gesundheitlichen Verha ltnisse des Arbeitersta ndes der Senemba h

Ma a tscha piy, laporan tahunan Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij yakni Versla g

over het boekja a r N.V. Senemba h Ma a tschappij.

Penulisan ini juga dilengkapi dengan sumber-sumber sekunder yang penulis

dapatkan dari berbagai perpustakaan diantaranya Perpustakaan Universitas Sumatera

Utara, Perpustakaan Daerah Sumatera Utara, Perpustakaan Umum Kota Medan dan

Perpustakaan Tengku Lukman Sinar.

Setelah mendapatkan sumber-sumber tersebut, maka tahap yang selanjutnya

(32)

diverifikasi kembali untuk mengetahui keabsahannya.14 Oleh karena itu perlu

dilakukan kritik, baik kritik eksteren maupun interen. Kritik eksteren mencakup

seleksi sumber-sumber yang didapatkan. Apakah sumber-sumber tersebut perlu

digunakan atau tidak dalam penelitian. Kritik interen dilakukan terhadap

sumber-sumber yang telah diseleksi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kredibilitas atau

kebenaran isi dari sumber tersebut. Proses kritik dilakukan seiring dengan proses

menerjemahkan, karena sebagian besar sumber terdiri dari bahasa Belanda, bahasa

Jerman, dan bahasa Inggris.

Tahap selanjutnya adalah interpretasi. Interpretasi merupakan

penafsiran-penafsiran terhadap sumber-sumber yang telah dikritik. Dalam tahap ini, penulis

melakukan analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan sumber-sumber yang

telah dikritik sebelumnya. Dari proses analisis kemudian diperoleh fakta-fakta.

Kemudian fakta-fakta yang telah diperoleh disintesiskan sehingga mendapat sebuah

kesimpulan.15

Tahap terakhir dari penelitian sejarah adalah historiogra fi. Historiogra fi

merupakan proses penulisan fakta-fakta yang telah diperoleh secara kronologis dan

kritis-analitis. Penulisan tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk skripsi yang

berpedoman pada outline yang telah dirancang sebelumnya.

Penelitian ini bersifat deskripsi-analitis, sehingga akan mendapatkan

gambaran yang jelas mengenai sejarah kesehatan dan mengenai wabah dan

14

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hal.

99. 15

(33)

penyebaran penyakit serta penanganan kesehatan di Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij tersebut. Penelitian ini bermaksud melihat dinamika dan perkembangan

kesehatan di perkebunan tersebut dengan mengkolaborasi sumber-sumber dari

dokumen, buku-buku sejaman, hasil penelitian, jurnal ilmiah, bibliografi dan

dokumen Perkebunan Senemba h Ma a tschappij.

1.6 Sistematika Penulisan

Skripsi ini akan terbagi dalam lima bab, yang terdiri dari:

Bab 1 Bab ini merupakan pendahuluan yang membahas latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab 2 Bab ini membahas tentang kehidupan kuli kontrak di Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij. Bab ini mendeskripsikan secara umum Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij, meliputi sejarah awal, kondisi geografis dan iklim. Selain itu

dijelaskan pula proses masuknya kuli kontrak baik kuli kontrak Cina maupun

Jawa, kondisi barak dan pola permukiman serta menjelaskan tentang kondisi

ekonomi lingkungan sosial antara kuli kontrak tersebut.

Bab 3 Bab ini membahas mengenai terjadinya wabah dan penyebaran penyakit

terhadap kuli kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij. Dalam bab ini

dijelaskan mengenai kondisi lingkungan kerja yang berat di perkebunan yang

mengakibatkan penyebaran penyakit. Selain itu bab ini juga menjelaskan

(34)

Ma a tscha ppij serta tingkat kematian yang terjadi dan faktor-faktornya. Bab ini

juga menjelaskan faktor-faktor penyebab penyebaran penyakit tropis seperti

kolera, dysentri, typhus, beri-beri, a nkylostomia sis dan malaria serta

penyebaran penyakit kelamin berserta permasalahannya.

Bab 4 Bab ini membahas mengenai upaya penanganan kesehatan terhadap kuli

kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tscha pij 1882-1942. Upaya penanganan

kesehatan dilakukan dengan dua cara yakni penanganan kuratif, dan upaya

preventif dan pemberantasan penyakit. Dalam penanganan kuratif dijelaskan

mengenai sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan dan pembangunan

laboratorium patologi penyakit tropis. Dalam tindakan preventif dijelaskan

mengenai penelitian dan pemberantasan penyakit, penyediaan air dan

makanan serta pemeliharaan kebersihan dan sanitasi.

Bab 5 Bab ini merupakan kesimpulan dari semua paparan yang telah dijelaskan pada

(35)

BAB II

KEHIDUPAN KULI KONTRAK DI PERKEBUNAN SENEMBAH MAATSCHAPPIJ

2.1 Gambaran Perkebunan Senembah Maatschappij

2.1.1 Sejarah Awal

Pada awal perkembangannya, Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij

merupakan sebuah perusahaan perkongsian yang didirikan oleh Herma nn Na eher

seorang pedagang di Sicilie, berkebangsaan Jerman dan Ka rl Furchtegott Grob

(pendiri onderneming Helvetia) berkebangsaan Swiss. Mereka berdua membentuk firma

yang diberi nama firma Na eher & Grob.16

Dalam perkembangannya pada tahun 1871 firma Na eher & Grob mendapat

konsesi tanah yang pertama di wilayah Serdang seluas 7.588 bahu. Tahun 1876 lahan

konsesi firma tersebut bertambah dengan sebidang tanah di wilayah Deli.

Selanjutnya, tahun 1886 luas konsesi tanah mereka telah terbentang dari wilayah

pantai ke arah gunung sepanjang Sungai Bloemei. Dalam tahun 1889 luas tanah

konsesi mereka telah mencapai 31.563 bahu.17

Pada awalnya firma Na eher & Grob mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini

disebabkan tanah-tanah yang dimiliki menghasilkan kualitas daun tembakau yang

besar, berat dan berwarna gelap yang pada waktu itu lebih disukai di pasaran Eropa.

16

Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani, Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria,

Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hal. 60-61. 17

C. W. Janssen dan H. J. Bool, Senembah Maatschappij 1889-1939, Amsterdam: Boek- en

(36)

Hal ini tidak berlangsung lama, karena pada tahun 1887 terjadi perubahan selera di

pasaran Eropa. Orang Eropa lebih menyukai tembakau yang berwarna lebih cerah.

Hal ini diperparah dengan suhu udara panas dan kering yang terjadi pada tahun 1888

menghasilkan produksi daun tembakau yang besar dan berat sehingga menyebabkan

penurunan harga tembakau dan mereka mengalami kerugian yang besar.18

Kerugian yang dialami firma Na eher & Grob dan ditambah pula pada tahun

yang sama kondisi kesehatan yang tidak baik dari Ka rl Furchtegott Grob

menyebabkan mereka berniat ingin menjual firma tersebut. Kemudian, mereka meminta

saran dari direksi pimpinan Deli Maatschappij. Selanjutnya direksi pimpinan Deli

Maatschappij menyarankan agar mereka membentuk perseroan terbatas dan menjual

kebun dan konsesi tanah yang mereka miliki pada perseroan terbatas tersebut dengan

harga yang disepakati. Naeher & Grob menerima saran tersebut dan perseroan terbatas

tersebut memperoleh izin dari Kerajaan Belanda pada tanggal 30 September 1889.19

Selama beberapa tahun semenjak berdiri, Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij masih memperoleh dukungan dana dari Deli Ma a tscha ppij. Pada

awalnya Na eher & Grob meragukan perkembangan perseroan terbatas ini. Hal ini

juga disebabkan oleh perubahan selera terhadap tembakau di pasaran Eropa dan

kondisi iklim yang buruk pada tahun-tahun tersebut. Seiring berjalannya waktu,

18

Ibid., hal 7. 19

Walaupun mendapat persetujuan dari Kerajaan Belanda pada tanggal 30 September 1889,

namun pada tanggal 11 September 1889 berdasarkan akta notaris N.V. Senembah Maatschappij, telah

tersusun struktur pimpinan dengan Jacobus Nienhuys dan C. W. Janssen sebagai direksi, sedangkan

yang menjadi komisaris yaitu J. T. Cremer, H. Naeher, G. E. Haarsma, A. L. Wurfbain dan R. Von

(37)

Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij lambat laun mengalami perkembangan yang

signifikan.20

Hasil produksi tembakau Perkebunan Senembah Ma a tschappij memperoleh

kualitas yang baik, walaupun demikian kualitas tanah di wilayah perkebunan ini

masih di bawah mutu dari Perkebunan Deli Ma a tscha ppij. Jika dibandingkan dengan

perkebunan lain di Sumatera Timur, kualitas tembakau Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij masih tergolong yang paling baik.21 Hal tersebut terjadi karena setelah

dilakukan penelitian, tanah yang paling baik untuk penanaman tembakau adalah

sepanjang batas Sungai Wampu dan Sungai Ular. Wilayah tersebut hampir

seluruhnya berada di Deli, Langkat dan Serdang.22

2.1.2 Keadaan Geografis dan Iklim

Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij terletak di Pantai Timur Sumatera,

memiliki 13 perkebunan di wilayah Kesultanan Serdang dan 1 perkebunan di

masing-masing wilayah Kesultanan Deli dan Kesultanan Langkat.23 Pada tahun 1939, dari 15

perkebunan yang ada di Perkebunan Senemba h Ma a tschappij, 11 merupakan

perkebunan tembakau, yaitu Tanjung Morawa, Tanjung Morawa Kiri, Sei Bahasa,

Batang Kuis, Petumbak, Gunung Rintih, Pagar Merbau, Two Rivers, Selayang, Kuala

20

Hal ini terlihat dari bertambah luas konsesi tanah yang dimiliki oleh Perkebunan Senembah

Maatschappij. Pada tahun 1889 konsesi tanah yang dimiliki seluas 31.563 bahu. Pada tahun 1897 bertambah menjadi 50.994 bahu, yaitu 40.340 terletak di wilayah Kesultanan Serdang dan 10.654 bahu

berada di wilayah Kesultanan Deli. Lihat ibid., hal. 11.

21Ibid. 22

Iyos Rosidah “Eksploitasi Pekerja Perempuan di Perkebunan Tembakau Deli Sumatera

Timur 1870-1930”, Tesis S-2 belum diterbitkan, Semarang: Universitas Diponegoro, 2012, hal. 36.

23

(38)

Namu dan Simpang Empat. Selain itu terdapat 3 perkebunan karet antara lain

Tanjung Garboes, Melati dan Limau Mungkur dan 1 perkebunan kelapa yaitu Sei

Tuan.24

Sebagian besar wilayah perkebunan berada di tepi Sungai Bloemei yang baik

untuk dilayari dan bermuara di Rantau Panjang yang merupakan ibukota Kerajaan

Serdang. Segala aktivitas pengangkutan produksi baik keluar dan masuk ke

perkebunan dapat melalui aliran sungai tersebut. Hal ini memberikan keuntungan

tersendiri karena tidak memerlukan pembukaan jalan ke Medan untuk proses

pemasukan dan pengeluaran hasil-hasil dari perkebunan.25 Wilayah Perkebunan

Senemba h Ma a tschappij secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua bagian,

yaitu wilayah dataran rendah dan wilayah dataran tinggi. Pada tahun 1910, ada 5

perkebunan yang berada di wilayah dataran rendah, yaitu Batang Kuis, Tanjung

Morawa, Tanjung Morawa Kiri, Petumbak dan Sei Bahasa. Perkebunan tersebut

terletak 15-20 meter di atas permukaan laut. Sedangkan perkebunan Gunung Rintih

terletak di wilayah dataran tinggi. Perkebunan Gunung Rintih terbagi menjadi dua

wilayah yaitu Namu Suru dan Kota Jurung. Perkebunan di wilayah dataran tinggi

dapat mencapai 300 meter di atas permukaan laut, bahkan wilayah perkebunan Namu

Suru mencapai 1000 meter di atas permukaan laut.26

24

Lihat Verslag over het boekjaar N.V. Senembah Maatschappij 1939, Amsterdam: De

Bussy, 1940; lihat juga C. W. Janssen dan H. J. Bool, op.cit., hal 104; Lebih jelasnya lihat lampiran I.

25Ibid., hal. 6. 26

W. A. P. Schuffner dan W. A. Kuenen, De Gezondheidstoestand van de Arbeiders,

Verbonden aan de Senembah-Maatschappij op Sumatra, Gedurende de Jaren 1897 tot 1907,

(39)

Perkebunan Senembah Ma a tscha ppij yang terletak di Pantai Timur Sumatera

secara geografis terletak antara garis khatulistiwa dan garis Lintang Utara 4˚.

Sumatera Timur mempunyai iklim pantai tropik yang sifat iklim mikronya

dipengaruhi oleh topografi seperti daerah-daerah tanah tinggi “Tumor Batak”, antara

lain; dataran tinggi Karo, pegunungan Simalungun, dan pegunungan Habinsaran.27

Iklim tropis yang terdapat di wilayah Pantai Timur Sumatera menjadikan

adanya 2 musim di Perkebunan Senemba h Ma a tschappij, yaitu musim hujan dan

kemarau. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober dan memasuki bulan selanjutnya

intensitas hujan semakin lebat. Musim kemarau biasanya terjadi antara bulan Februari

sampai Agustus.28 Intensitas hujan dan suhu yang panas dan kering setiap tahun

terjadi dengan tidak menentu. Suhu dan kelembaban antara daerah dataran rendah dan

dataran tinggi juga berbeda. Di dataran rendah suhu berkisar antara 22˚C sampai 32˚C

bahkan bisa mencapai angka 36˚C sampai 40˚C pada musim panas. Di dataran tinggi

suhu berkisar antara 19,5˚C sampai 25˚C bahkan pada musim hujan dapat mencapai

suhu 15˚C.29

Suatu ciri iklim yang penting adalah angin yang bertiup sangat kencang. Iklim

yang diakibatkan oleh angin ini menyebabkan kelembaban yang tinggi di daerah

dataran tinggi. Angin ini dinamakan Angin Bahorok30, yang biasanya bertiup antara

bulan Juni hingga Agustus. Angin ini turun dari Dataran Tinggi Bukit Barisan

(40)

menuju dataran rendah di Perkebunan Senemba h Ma a tschappij dan menyebabkan

kekeringan dan kerusakan tembakau.31 Curah hujan antara wilayah di dataran rendah

dan dataran tinggi juga berbeda. Di perkebunan Gunung Rintih yang terletak di

dataran tinggi misalnya curah hujannya hampir dua kali lipat dengan perkebunan

Batang Kuis yang berada di dataran rendah.32 Berikut ini adalah tabel perbandingan

curah hujan pada tahun 1907 antara perkebunan Gunung Rintih dengan perkebunan

Batang Kuis.

Tabel 1.

Perbandingan Curah Hujan antara Onderneming Gunung Rintih dengan Batang Kuis pada tahun 1907.

Bulan Gunung Rintih. Batang Kuis.

Januari 322 mm 111 mm Gedurende de Ja ren 1897 tot 1907, Amsterdam: De Bussy, 1910, hal. 14.

31

W. A. P. Schuffner dan W. A. Kuenen, op.cit., hal. 14-15.

32

(41)

Kondisi geografis dan iklim Perkebunan Senembah Ma a tschappij yang

terletak di wilayah tropis menyebabkan banyak wabah-wabah penyakit yang muncul

pada akhir abad XIX dan awal abad XX. Penyakit-penyakit di iklim tropis yang

menjadi wabah tersebut antara lain adalah typhus, dysentri, kolera, beri-beri dan lain

sebagainya. Pada tahun 1901 dan 1907 akibat dari kekeringan yang melanda wilayah

ini, menyebabkan penyebaran wabah penyakit typhus dan kolera. Kelembaban suhu

udara yang tinggi juga menyumbang penyebaran wabah beri-beri. Hal ini terjadi

ketika intensitas hujan sangat tinggi di wilayah tersebut.33

2.2 Proses Kedatangan dan Perekrutan Kuli Kontrak

Perkembangan perkebunan di wilayah Pantai Timur Sumatera selain

membutuhkan tanah yang luas juga memerlukan tenaga kerja yang tidak sedikit.

Masalah tenaga kerja ini pertama kali timbul ketika Nienhuys membuka konsesi

tanah yang pertama pada tahun 1863. Namun, ia tidak berhasil menjadikan

masyarakat setempat bekerja sebagai buruh di perkebunan. Hal ini dikarenakan

penduduk setempat juga telah mengusahakan pertanian tembakau.34 Pada awalnya,

Nienhuys menggunakan sistem borong35 seperti yang diterapkan di pulau Jawa, mereka melakukan perdagangan hingga ke wilayah Penang dan Malaka. Dengan adanya konsesi perkebunan di Deli, mereka merasa tersaingi dalam hal penanaman tembakau sehingga mereka tidak

mau bekerja di perkebunan tembakau milik tuan kebun tersebut. Lihat Muhammad Said, Koeli Kontrak

Tempo Doeloe Dengan Derita dan Kemarahannya, Cetakan ke II, Medan: PT. Harian Waspada, 1990, hal, 29.

35

Sistem borong ini adalah suatu sistem produksi tembakau dengan menyerahkan sejumlah bibit tembakau kepada petani dan pada akhirnya petani menyerahkan sejumlah daun tembakau dengan

(42)

namun yang bersedia bekerja hanyalah orang-orang yang sama sekali tidak tahu

bercocok tanam dan mengurus tembakau. Nienhuys akhirnya mengalami kerugian.36

Dalam mengatasi masalah tenaga kerja tersebut akhirnya Nienhuys

menemukan cara yaitu dengan mendatangkan pekerja dari luar wilayah Sumatera

Timur. Tempat yang paling ideal utuk mencari tenaga kerja pada waktu itu adalah

Stra its Setlements tepatnya di Penang dan Singapura37 yang berdekatan dengan

Deli.38 Usaha pertama yang dilakukan Nienhuys dalam mencari tenaga kerja untuk

perkebunan tembakau yaitu ketika dia bertemu dengan haji yang berasal dari Jawa

(dari berbagai sumber tidak diketahui nama haji tersebut dan hanya menyebutkan

“pak haji” sebagai panggilan). Nienhuys dan haji tersebut kemudian bersepakat

bahwa haji tersebut akan mencari tenaga kerja beberapa puluh orang yang akan

bekerja di perkebunan tembakau tersebut. Setelah tiba di Deli, haji dan

murid-muridnya lebih tertarik untuk mengajar agama Islam ketimbang bekerja sebagai

pekerja upahan. Akhirnya Nienhuys memutuskan kesepakatan dengan haji tersebut

memenuhi kebutuhan kuli di tempat-tempat lain seperti Macao dan California. Kuli-kuli Cina itu datang ke Penang dan Singapura mencari pekerjaan ke luar negeri karena kemiskinan yang disebabkan konflik-konflik politik dan krisis ekonomi yang terus-menerus seperti adanya wabah penyakit serta

kegagalan panen di negeri mereka. Lihat Eric R. Walt, Europe and The People Without History,

Berkeley: University of California Press, 1982, hal 374-375. Dalam Yasmis “Kuli Kontrak di

Perkebunan Tembakau Deli Sumatera Timur 1880-1915”, Tesis S-2 belum diterbitkan, Jakarta:

Universitas Indonesia, 2008, hal. 39-40. 38

(43)

dan melanjutkan pengerjaan kebun tembakau kepada beberapa murid yang masih

ada.39

Berbagai usaha yang dilakukan oleh Nienhuys dalam mencari tenaga kerja

akhirnya berhasil membawa 120 kuli Cina yang sudah lama tinggal di Penang dan

dikenal dengan sebutan “la ukeh”40 Dalam perkembangan selanjutnya, perintisan

usaha yang dilakukan oleh Nienhuys dalam mencari tenaga kerja kemudian diikuti

oleh para tuan kebun lainnya, termasuk perkebunan yang dimiliki oleh firma Na eher

& Grob yang dalam perkembangannya menjadi Perkebunan Senembah Ma atscha ppij.

Tidak hanya tenaga kerja Cina saja yang didatangkan ke Sumatera Timur tetapi juga

tenaga kerja asal Jawa, Sunda, Banjar, juga India.41 Bahkan tenaga kerja asal Jawa

tidak hanya laki-laki yang direkrut namun pada perkembangannya juga tenaga kerja

perempuan. Kuli-kuli yang didatangkan ke perkebunan tersebut mendapatkan

voorschot. Voorschot adalah uang muka upah yang diberikan kepada kuli yang akan

bekerja di perkebunan. Voorschot yang diberikan akan dibayar kembali kepada

pengusaha perkebunan dengan cara memotong upah setelah mereka bekerja.42

Seiring dengan perkembangan perkebunan dan meningkatnya kebutuhan

pekerja di perkebunan maka pada tahun 1880 Pemerintah Hindia Belanda

menetapkan peraturan yang tertuang dalam Besluit No. 1 ta ngga l 13 Juli 1880 dan

39

Muhammad Said, op.cit., hal. 29; lihat juga T. Keizerina Devi, op.cit., hal. 67.

40Ibid.,

hal. 68. 41

H. J. Bool, De Chineesche Immigratie Naar Deli, Utrecht: Oostkust van Sumatra Instituut,

1903, hal. 1. 42

(44)

diundangkan dalam Lembaran Negara yaitu Sta a tsbla d 1880 No. 133.43 Peraturan ini

mengatur tentang kuli yang disebut dengan Koeli Ordonna ntie. Peraturan ini

mengatur tentang hak dan kewajiban kuli dan pengusaha. Dalam peraturan ini setiap

hubungan kerja harus dilakukan dengan kontrak tertulis dan kontrak kerja tersebut

harus didaftarkan oleh kepala pemerintahan setempat segera sesudah datangnya kuli.

Dalam beberapa pasal dalam peraturan tersebut disebutkan masa kerja kuli yakni

selama sepuluh jam dalam satu hari dengan ikatan kontrak selama 3 tahun. Kuli dapat

keluar dari perkebunan dengan izin tertulis dari majikan, upah wajib dibayarkan

secara rutin terhadap kuli, dan pengusaha wajib memberikan fasilitas perumahan dan

perawatan kesehatan terhadap pekerjanya. Dalam beberapa pasal juga disebutkan

mengenai hukuman bagi pengusaha dan kuli jika melanggar kontrak kerja. Untuk

pengusaha hukumannya adalah denda sedangkan bagi kuli hukumannya adalah

kurungan, denda dan kerja paksa dalam proyek negara tanpa upah.44 Hukuman bagi

kuli inilah yang banyak diselewengkan oleh para tuan kebun dan melahirkan dengan

apa yang disebut Poena le Sa nctie. Atas dasar peraturan inilah pekerja yang ada di

Sumatera Timur disebut dengan kuli kontrak.

2.1.1 Kuli Kontrak Cina

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa para tuan kebun kesulitan dalam

mendapatkan pekerja untuk perkebunan. Nienhuys yang merintis usaha pertama

43

Untuk melihat isi dari Undang-undang peraturan Koeli Ordonnantie lihat lampiran II.

44

(45)

dalam pencarian tenaga kerja dari luar wilayah Sumatera Timur akhirnya menemukan

cara yang efektif dalam mengatasi kekurangan tenaga kerja di perkebunan. Walaupun

hal tersebut tidak memecahkan masalah kekurangan tenaga kerja akibat dari

perkembangan perkebunan yang sangat pesat.

Usaha yang dilakukan yaitu para tuan kebun melakukan hubungan dengan

“laukeh” dalam mendapatkan tenaga kerja Cina yang ada di Stra its Setlements.

Melalui “laukeh” inilah para tuan kebun kemudian berhubungan dengan agen tenaga

kerja, yaitu melalui kantor protektorat yang mendatangkan tenaga kerja dari Cina

yang pada umumnya berasal dari wilayah sekitar Swatow, Amoy dan Kanton.45

Arus kedatangan dan perekrutan kuli Cina dari Stra its Setlements ke

perkebunan tidak berlangsung lama. Pada awalnya kebutuhan tenaga kerja di

perkebunan dapat dipenuhi oleh agen tenaga kerja yang ada di Stra it Setlements.

Namun karena kebutuhan tenaga kerja yang semakin besar di perkebunan tembakau,

beberapa perkebunan termasuk firma Na eher & Grob mengambil kebijakan untuk

mengirim perantara khusus (kheh-tha u) atau kuli senior (la ukeh) ke daerah asal

mereka untuk mengerahkan kuli baru (singkeh) dan membawanya ke perkebunan.46

Kuli Cina yang datang ke perkebunan tetap berada di bawah pimpinan kepala

sukunya. Demikian juga dalam melaksanakan pekerjaan, langsung diperintah oleh

kepala suku tersebut. Para pengusaha perkebunan hanya berhubungan dengan kepala

45 Ibid., hal 72. 46

H. J. Bool, op.cit., hal 7-8; lihat juga Jan Bremen, Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial,

(46)

suku orang-orang Cina. Kedudukan kepala suku adalah sebagai mandor yang disebut

dengan ta ndil.47 Tugas ta ndil sebagai pengawas tenaga kerja Cina, bertanggung

jawab atas keamanan dan ketertiban untuk seluruh kelompoknya.

Proses pengerahan tenaga kerja dari Cina diurus oleh sebuah Biro Imigrasi

(Immigra tie Burea u). Biro ini didirikan oleh komite tuan kebun yang tergabung

dalam Deli Pla nters Vereniging atau D.P.V. Pada tahun 1886 seorang pegawai juru

bahasa Cina dikirim ke Cina dan diinstruksikan untuk menyelidiki tentang cara-cara

meningkatkan emigrasi pekerja Cina ke daerah perkebunan tembakau di Sumatera

Timur. Perkebunan Na eher & Grob bersama 4 perkebunan besar lainnya bersedia

menanggung biaya penelitian ini.48

Pada mulanya proses pengerahan kuli Cina ke perkebunan haruslah melalui

Biro Imigrasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun, pada tahun 1899

selain Biro Imigrasi ada satu lagi badan yang membantu mendatangkan kuli-kuli Cina

ke Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij yaitu firma Bra dley & Co. yang berada di

Swatow, wilayah Cina Selatan. Firma ini mengirimkan kuli Cina tidak secara

langsung ke perkebunan tetapi melalui Singapura terlebih dahulu, sedangkan Biro

Imigrasi tidak melalui Singapura tetapi dari Cina langsung ke perkebunan. Kuli-kuli

Cina yang datang dan bekerja di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij kebanyakan

berasal dari wilayah Cina Selatan, Macau, Keh dan Hongkong.49

47

C. W. Janssen & H. J. Bool, op.cit., hal. 22; lihat juga Muhammad Said, op.cit., hal. 76.

48

H. J. Bool, op.cit., hal. 8; lihat juga Jan Bremen, op.cit., hal. 57-58.

49

(47)

Kuli Cina yang didatangkan diangkut dengan menggunakan kapal dan

dikumpulkan di pelabuhan Belawan. Di pelabuhan ini dibuat sebuah penampungan

kuli yang disebut Stasiun Karantina. Penampungan ini berfungsi sebagai tempat

untuk menyeleksi kuli dan memisahkan kuli yang sehat dengan kuli yang mempunyai

penyakit menular dan sebagainya.50

Pada awal perkembangan perkebunan kuli yang banyak dipekerjakan di

perkebunan tembakau adalah kuli dari Cina. Hal ini dikarenakan kuli dari Cina

terampil dan ulet dalam proses pengolahan daun tembakau.51 Seiring dengan

ketiadaan kepastian bahwa kuli Cina akan terus datang ke perkebunan merupakan

salah satu faktor beralihnya kuli di perkebunan ke kuli dari ras lainnya. Hal ini

ditambah dengan semakin berminatnya para pengusaha perkebunan terhadap mutu

pekerjaan kuli Jawa pada awal abad ke XX.52 Biaya yang dikeluarkan dalam merekrut

kuli Jawa oleh perkebunan juga lebih murah ketimbang merekrut kuli Cina yang pada

tahun 1931 mencapai f 150. Pada tahun yang sama pula perekrutan kuli Cina ke

Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij dihentikan.53

50 W. A. Kuenen, “De Prophylaxis tegen het Invoeren van Ziekten op Cultuur

-Ondernemingen” dalam Gerrit Grijns en Gerard Willem Kiewiet de Jonge (eds), Plantage-Hygiene ten Behoeve van Directeuren, Administrateurs en Geneesheeren van Landbouw-Ondernemingen in Nederlandsch-lndie, Batavia: Javasche Boekhandel & Drukkerij, 1914, hal. 7-8.

(48)

Tabel 2.

Jumlah kuli Cina di Perkebunan Senembah Maatschappij dari tahun 1897-1933.

Tahun Kuli Cina Gedurende de Ja ren 1897 tot 1907, Amsterdam: De Bussy, 1910, hal. 22; C. W. Janssen & H. J. Bool, Senembah Ma a tschappij 1889-1939, Amsterdam: Boek- en kunstdrukkerij v/h Roeloffzen-Hübner en Van Santen, 1939, hal. 67-68; dan Versla g over het boekja a r N.V. Senemba h Ma a tscha ppij, Amsterdam: De Bussy, 1929-1934, (dirangkum tahun 1928-1933)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah kuli Cina di Perkebunan

Senembah Ma a tscha ppij dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dari 2.279

pada tahun 1897 meningkat menjadi 3.577 pada tahun 1915. Kemudian pada tahun

1924 terjadi pertambahan jumlah kuli Cina hingga mencapai 4.763. Jumlah kuli Cina

mencapai puncaknya pada tahun 1929 yaitu berjumlah 5.206. Jumlah kuli Cina

mengalami penurunan di tahun setelahnya menjadi 4.533. Hal ini disebabkan pada

tahun-tahun tersebut terjadi depresi ekonomi dunia yang disebut krisis malaise,

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2. Senembah Maatschappij
Tabel 3.  Jumlah Kuli Cina, Kuli Jawa dan Kuli Perempuan Jawa di Perkebunan
Gambar 1. Diagram Perbandingan Antara Jumlah Kuli Cina, Kuli Jawa dan Kuli
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan datangnya orang-orang Jawa ke Sumatera Timur untuk menjadi pekerja perkebunan, para pemilik kebun mencoba untuk mengikat para kuli yang bekerja di perkebunan