• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Kesehatan Kuli Kontrak di Perkebunan Senembah Maatschappij 1882-1942

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sejarah Kesehatan Kuli Kontrak di Perkebunan Senembah Maatschappij 1882-1942"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam masa kolonial, Sumatera Timur merupakan wilayah yang penting

dalam perkembangan perekonomian Hindia Belanda di pulau Sumatera. Dalam waktu

kurang dari satu abad Sumatera Timur telah menjelma menjadi wilayah yang

sebelumnya hutan belantara menjadi perkebunan yang makmur. Dalam

perkembangan ekonomi perkebunan, Sumatera Timur mengalami eksploitasi secara

besar-besaran. Eksploitasi tersebut diantaranya adalah pembukaan lahan-lahan hutan,

penanaman tanaman komoditas, mengalirnya investasi swasta dalam jumlah besar,

serta masuknya tenaga kerja dari luar wilayah ini semakin mendukung eksploitasi

terhadap wilayah ini sehingga mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Pembukaan wilayah Sumatera Timur untuk perkebunan diawali oleh seorang

Belanda bernama Nienhuys dalam tahun 1863. Nienhuys sampai di Sumatera Timur

tepatnya di Deli atas ajakan oleh seorang Arab yang mengaku pangeran Deli bernama

Said Abdullah ibn Umar Bilsagih1. Said Abdullah menyatakan bahwa wilayah Deli

sangat cocok untuk perkebunan tembakau. Nienhuys kemudian memperoleh konsesi

tanah untuk kontrak selama 99 tahun oleh Sultan Deli untuk penanaman tembakau di

1

(2)

wilayah Deli.2 Semenjak didapatkan konsesi tanah tersebut, mulailah eksploitasi

tanah dan pekerja di Sumatera Timur. Perkebunan yang berkembang tidak hanya

komoditas tembakau namun juga komoditas lainnya seperti karet, teh, kopi dan

kelapa sawit.

Perkembangan perkebunan yang begitu pesat membutuhkan tenaga kerja yang

tidak sedikit. Hal ini menjadi masalah pada awal-awal perkembangan perkebunan

karena penduduk lokal tidak mau menjadi pekerja di perkebunan tersebut. Pengusaha

perkebunan kemudian mengambil langkah untuk mencari tenaga kerja yang berasal

dari luar Sumatera Timur. Pada awalnya tenaga kerja tersebut didatangkan dari

Stra its Setlements atau Semenanjung Malaya, yaitu tenaga kerja dari etnis Cina.

Kemudian karena terjadi kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja etnis Cina di

Semenanjung Malaya maka pihak perkebunan mendatangkan langsung tenaga kerja

dari wilayah Cina dan Jawa.3 Tenaga kerja ini kemudian disebut kuli kontrak.

Seiring dengan eksploitasi wilayah yang terjadi di Sumatera Timur, terjadi

pula eksploitasi terhadap tenaga kerja yang menjadi kuli kontrak di perkebunan.

Dengan kondisi pekerjaan yang sangat berat dan lingkungan barak-barak permukiman

yang kumuh menyebabkan kondisi kesehatan kuli kontrak sangat memprihatinkan.

Tingkat kematian tinggi yang dialami oleh kuli kontrak di perkebunan menyebabkan

nama Deli dan Sumatera Timur menjadi buruk di kalangan kuli Cina maupun Jawa,

2

Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani, Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria, Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hal. 55.

3

(3)

sehingga broker-broker kuli atau perantara melakukan berbagai penipuan dan

kecurangan untuk merekrut pekerja ke perkebunan di Sumatera Timur.4

Berbagai penyakit dan kematian sering menimpa kuli pada akhir abad ke

XIX.5 Penyakit yang diderita kuli-kuli diantaranya adalah kolera, dysentri, typhus,

demam, luka koreng di tubuh, dan tuberkulosis akibat ventilasi udara yang buruk di

dalam bangsal-bangsal dan gudang tembakau.6 Penyakit-penyakit yang terjadi di

iklim tropis juga terdapat di wilayah perkebunan Sumatera Timur yaitu malaria,

beri-beri dan lepra atau kusta. Kuli kontrak juga menderita penyakit kelamin seperti

syphilis yang disebabkan adanya kegiatan melacurkan diri oleh kuli-kuli perempuan

karena tuntutan ekonomi akibat rendahnya upah yang diterima oleh kuli tersebut. Hal

ini juga disebabkan hanya terdapat sedikit kuli perempuan di perkebunan dibanding

dengan kuli lelaki.7

Masalah kesehatan terhadap para kuli sebenarnya mendapat perhatian serius

dari pemerintah Kolonial Belanda. Jika kesehatan kuli-kuli tidak baik akan

menyebabkan berkurangnya kinerja kuli. Dalam peraturan Koeli Ordonna ntie yang

ditetapkan oleh pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1880, disebutkan bahwa

kuli kontrak menjadi tanggung jawab pengusaha perkebunan. Pengusaha perkebunan

4

Erwiza Erman, Kesenjangan Buruh Majikan Pengusaha, Koeli, dan Penguasa: Industri Timah Belitung, 1852-1940, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, hal. 111.

5

Jan Bremen, Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial, Tuan Kebun, dan Kuli di Sumatra Timur pada Awal Abad Ke-20, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 1997, hal. 124.

6

Muhammad Said, op.cit.,hal. 93. 7

(4)

diwajibkan untuk memberikan fasilitas perumahan, sanitasi dan perawatan kesehatan

terhadap kuli kontrak.8

Dari berbagai perkebunan yang ada di Sumatera Timur, Perkebunan

Senemba h Ma a tscha ppij memberikan perhatian terhadap kondisi sosial dan kesehatan

terhadap para kuli kontrak.9 Pada masa awal perkembangannya kebun-kebun di

Perkebunan Senemba h Ma a tschappij di antaranya terletak di Tanjung Morawa,

Tanjung Morawa Kiri, Sei Bahasa, Batang Kuis, Gunung Rinteh dan Petumbak.10

Dalam hal penanaman tembakau, kualitas tanah yang ada di perkebunan tersebut

lebih rendah mutunya ketimbang tanah milik Perkebunan Deli Ma a tschappij tetapi

masih lebih baik jika dibandingkan dengan perkebunan lain di Sumatera Timur.

Namun demikian, perkebunan ini masih dapat melakukan pemeliharaan kesehatan

terhadap kuli kontrak.

Pemeliharaan kesehatan yang dilakukan terhadap kuli kontrak yang ada pada

perkebunan ini membuat angka kematian kuli kontrak tersebut menurun. Dalam

kaitannya dengan pemeliharan kesehatan tersebut, Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij melakukan penelitian tentang penyakit-penyakit tropis di rumah sakit

perkebunan tersebut. Penelitian mengenai penyakit-penyakit tropis di perkebunan

menemukan hubungan antara pengaruh lingkungan dengan penyebaran penyakit di

perkebunan. Penanganan kesehatan yang dilakukan oleh Perkebunan Senemba h

8

T. Keizerina Devi, op. cit.,hal. 112 dan 114. 9

Karl J. Pelzer, op. cit., hal. 60. 10

(5)

Ma a tscha ppij tersebut kemudian diikuti oleh perusahaan perkebunan lain di Sumatera

Timur.11

Penelitian ini memiliki bahasan pokok yakni menjelaskan mengenai

terjadinya wabah dan penyebaran penyakit beserta upaya penanganan kesehatan yang

dilakukan oleh Perkebunan Senemba h Ma a tscha pij. Namun sebelum itu dijelaskan

pula mengenai kondisi kehidupan kuli kontrak di Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij agar diketahui faktor penyebab wabah dan penyebaran penyakit itu

terjadi dan upaya penanganan yang dilakukan.

Dari uraian tersebut, maka penelitian ini diberi judul “Sejarah Kesehatan

Kuli Kontrak di Perkebunan Senembah Maatschappij 1882-1942”. Penelitian ini

mencakup kuli kontrak yang ada di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij. Batasan

awal dalam penelitian ini adalah pada tahun 1882 karena berkaitan dengan berdirinya

Rumah Sakit Pusat Perkebunan Senemba h Ma a tschappij, yaitu Hospita a l te Ta ndjong

Mora wa. Dengan adanya rumah sakit tersebut, penanganan kesehatan terhadap kuli

kontrak di perkebunan tersebut menjadi lebih baik dan terpusat. Batasan akhir

penelitian ini yaitu pada tahun 1942 yaitu ketika kekuasaan Kolonial Belanda sudah

tidak ada lagi di Hindia Belanda khususnya di Sumatera Timur dan masuknya Jepang

kemudian memporak-porandakan sistem yang ada dalam perkebunan, termasuk

sistem dan peraturan mengenai kuli kontrak sehingga masalah mengenai kesehatan

dan penanganan kesehatan terhadap kuli kontrak perkebunan di Sumatera Timur

termasuk Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij tidak menjadi prioritas utama.

11

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan landasan yang sangat penting dari sebuah

penelitian karena akan memudahkan peneliti dalam proses pengumpulan data dan

analisis data. Penjabaran permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini akan

dipandu melalui pertanyaan-pertanyaan utama sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi kehidupan kuli kontrak di Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij?

2. Bagaimana proses terjadinya wabah dan penyebaran penyakit terhadap

kuli kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij?

3. Bagaimana upaya penanganan kesehatan kuli kontrak di Perkebunan

Senemba h Ma a tschappij 1882-1942?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan kondisi kehidupan kuli kontrak di Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij.

2. Menjelaskan proses terjadinya wabah dan penyebaran penyakit terhadap

kuli kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij.

3. Menjelaskan upaya penanganan kesehatan kuli kontrak di Perkebunan

(7)

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam bidang Ilmu Sejarah untuk menambah referensi dan khasanah

kajian tentang sejarah kesehatan di perkebunan pada masa kolonial yang

menurut hemat penulis belum pernah ditulis. Oleh karena itu, penulis

berharap agar penelitian ini menjadi acuan dalam penulisan sejarah

kesehatan selanjutnya.

2. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat memberi

pengetahuan baru tentang kondisi kehidupan, kondisi kesehatan,

faktor-faktor penyebab wabah penyakit dan angka kematian serta penanganan

kesehatan yang dilakukan terhadap kuli kontrak di Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij pada masa kolonial.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, refleksi dan

masukan terhadap perusahaan perkebunan mengenai penanganan

kesehatan pekerja-pekerja dalam lingkungan perkebunan sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas produksi dalam

perkebunan.

1.4 Tinjauan Pustaka

Jan Bremen (1997) dalam bukunya yang berjudul Menjina kka n Sa ng Kuli:

Politik Kolonia l, Tua n Kebun, da n Kuli di Suma tra Timur pa da Awa l Aba d Ke-20.

Buku ini dapat memberikan gambaran mengenai kebijakan yang dibuat oleh

(8)

struktur perkebunan. Dalam buku ini juga dapat membantu penulis dalam

menggambarkan tentang kesehatan, pemukiman dan lingkungan kuli di dalam

perkebunan.

Di dalam buku ini diceritakan bahwa penyakit yang paling banyak diderita

kuli di perkebunan pada waktu itu adalah penyakit kolera yang diakibatkan kondisi

lingkungan yang buruk. Penyakit lain yang diderita oleh kuli adalah penyakit

kelamin. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pelacuran yang dilakukan oleh kuli

perempuan akibat dari upah yang murah di dalam perkebunan. Selain itu, perlakuan

yang diterima oleh kuli dan makanan yang tidak sebanding dengan apa yang telah

mereka kerjakan menyebabkan mereka sangat mudah terserang penyakit.

Buku ini juga menyebutkan bahwa pada awal abad XX angka kematian

menurun drastis di perkebunan. Hal ini adalah akibat dari adanya peningkatan

pelayanan kesehatan di perkebunan pada akhir abad ke XIX sampai awal abad ke

XX. Penurunan jumlah kematian ini tentunya juga tidak lepas dari peranan sarana

pelayanan kesehatan yang semakin membaik.

A. A. Loedin (2010) dalam bukunya yang berjudul Seja ra h Kedoktera n di

Bumi Indonesia . Buku ini menjelaskan mengenai masalah kesehatan dan penyakit

yang ada di Hindia Belanda mulai zaman V.O.C. hingga pemerintah Kolonial

Belanda. Buku ini membantu penulis dalam melihat peranan pemerintah Kolonial

Belanda dalam membuat kebijakan tentang kesehatan dan penanganan penyakit yang

(9)

menjelaskan tentang keadaan kesehatan, tenaga kesehatan, dinas dan instansi

kesehatan, serta pendidikan kedokteran di Hindia Belanda pada masa itu.

Gani A. Jailani (2013) dalam bukunya yang berjudul Penya kit Kela min di

Ja wa 1812-1942. Buku ini menggambarkan permasalahan penyakit kelamin yang

dilihat dari sudut pandang wacana publik, kesehatan, dan politik. Buku ini juga

menceritakan penyebaran penyakit kelamin pada serdadu militer dan pekerja

perkebunan serta penanganan terhadap penyakit ini yang dilakukan oleh pemerintah

kolonial Belanda. Buku ini membantu penulis dalam menggambarkan penyebaran

penyakit kelamin dan penanganannya walaupun penelitian ini berada di pulau Jawa.

T. Keizerina Devi (2004) dalam bukunya yang berjudul Poena le Sa nctie:

Studi Tenta ng Globa lisa si Ekonomi da n Peruba ha n Hukum di Suma tera Timur

(1870-1950). Buku ini menceritakan tentang masalah penerapan Poena le Sa nctie

akibat dari peraturan Koeli Ordonna ntie pada kuli kontrak perkebunan di Sumatera

Timur. Buku ini membantu penulis dalam menggambarkan mengenai kondisi

kehidupan kuli kontrak perkebunan di Sumatera Timur termasuk Perkebunan

Senemba h Ma a tscha ppij sebelum dan semenjak diberlakukannya peraturan Koeli

Ordonna ntie pada 1880. Buku ini dapat memberi informasi bagi peneliti mengenai

kesehatan kuli kontrak di perkebunan akibat diberlakukan peraturan tersebut. Selain

itu buku ini juga memberikan bantuan terhadap penelitian penulis mengenai

(10)

1.5 Metode Penelitian

Setiap penelitian diwajibkan menggunakan metode, terutama metode

penelitian. Metode penelitian adalah suatu cara atau aturan yang sistematis yang

digunakan sebagai proses untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip untuk

mencari kebenaran dari sebuah permasalahan. Dalam menulis peristiwa sejarah pada

masa lampau yang direalisasikan dalam bentuk penulisan sejarah (historiogra fi),

tentu harus menggunakan metode sejarah. Metode sejarah merupakan proses menguji

dan menganalisis secara kritis rekaman dan jejak-jejak peninggalan sejarah.12 Dalam

penerapannya, metode sejarah menggunakan empat tahapan pokok, yaitu heuristik,

kritik, interpretasi, dan historiogra fi.

Tahap pertama adalah heuristik. Secara sederhana heuristik berarti proses

pengumpulan sumber-sumber historis yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam

upaya awal penelusuran sumber penulis menemukan sebuah artikel tulisan Mumuh

Muhsin Z. yang berjudul Bibliogra fi Seja ra h Keseha ta n Pa da Ma sa Pemerinta ha n

Bela nda .13 Artikel tersebut berisi sumber-sumber dan bibliografi mengenai kesehatan

pada masa kolonial sehingga memudahkan penulis dalam melakukan penelusuran

sumber selanjutnya.

Dalam tahapan heuristik selanjutnya, penulis melakukan studi arsip dan studi

pustaka. Studi arsip dilakukan dalam rangka memperoleh sumber-sumber primer.

12

Louis Gottchalk, Mengerti Sejarah, terjemahan dari Nugroho Notosusanto, Jakarta:UI Press, 1985, hal. 39.

(11)

Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan sumber-sumber yang berhubungan

dengan topik penelitian ini baik dalam bentuk buku, skripsi, tesis, disertasi, jurnal dan

lainnya. Dalam kaitannya dengan studi tersebut penulis melakukan penelitian ke

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan Perpustakaan Nasional (Perpusnas)

di Jakarta. Penulis telah mempertimbangkan dan menelusuri sebelumnya mengenai

sumber-sumber yang akan penulis cari. Sebagian sumber di Perpustakaan Nasional

telah dapat penulis akses dan diketahui keberadaannya di perpustakaan tersebut.

Penulis melakukan penelitian di Jakarta selama 15 hari yang dimulai pada

pertengahan bulan Maret. Penelusuran pertama penulis lakukan di Arsip Nasional

Republik Indonesia. Di sini penulis agak kesulitan dalam penelusuran sumber karena

tidak ada katalog yang secara khusus berhubungan dengan masalah yang penulis

teliti. Setelah melakukan beberapa penelusuran penulis menemukan sumber yakni

Versla g va n het Pa thologisch La bora torium Meda n-Deli (Sumatra’s Oostkust) over

de Ja ren 1907-1921, arsip ini ditemukan dalam koleksi AVROS 1892-1985. Selain

itu penulis juga menemukan Sta a tsbla d va n Nederla ndsch Indie 1880 No. 133

mengenai peraturan Koelie Ordonna ntie.

Penelusuran selanjutnya penulis lakukan di Perpustakaan Nasional. Dalam

sistem Perpustakaan Nasional diharuskan mendaftar sebagai anggota setelah itu

diizinkan untuk mengakses koleksi yang ada. Pada penelusuran tersebut penulis

menemukan beberapa artikel dalam koleksi jurnal kesehatan masa Hindia Belanda

yakni Geneeskundig Tijdschrift voor Nederla nds Indie, selain itu juga penulis

(12)

Tijdschrift voor Nederla nds Indie, Nederla nds Tijdschrift voor Geneeskunde dan

Kolonia le Studien. Selain sumber sejaman penulis juga menelusuri buku-buku dan

karangan ilmiah sekunder yang berhubungan dengan masalah yang penulis teliti.

Dalam penelusuran sumber-sumber lainnya penulis juga mendapatkan

dokumen dan buku elektronik dari koleksi Perpustakaan Leiden-KITLV yang dapat

diakses melalui laman www.kitlv.nl. Penulis merasa sangat terbantu dengan adanya

laman tersebut. Laman tersebut menyediakan sumber-sumber baik berupa buku,

artikel, jurnal laporan yang sebagian besar terbit pada masa kolonial Belanda. Dalam

penelusuran ini penulis menemukan buku-buku dan dokumen sejaman diantaranya

Senemba h Ma a tscha ppij 1889-1939, De Gezondheidstoesta nd va n de Arbeiders,

Verbonden a a n de Senembah-Ma a tschappij op Suma tra , gedurende de Ja ren 1897 tot

1907, Die gesundheitlichen Verha ltnisse des Arbeitersta ndes der Senemba h

Ma a tscha piy, laporan tahunan Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij yakni Versla g

over het boekja a r N.V. Senemba h Ma a tschappij.

Penulisan ini juga dilengkapi dengan sumber-sumber sekunder yang penulis

dapatkan dari berbagai perpustakaan diantaranya Perpustakaan Universitas Sumatera

Utara, Perpustakaan Daerah Sumatera Utara, Perpustakaan Umum Kota Medan dan

Perpustakaan Tengku Lukman Sinar.

Setelah mendapatkan sumber-sumber tersebut, maka tahap yang selanjutnya

(13)

diverifikasi kembali untuk mengetahui keabsahannya.14 Oleh karena itu perlu

dilakukan kritik, baik kritik eksteren maupun interen. Kritik eksteren mencakup

seleksi sumber-sumber yang didapatkan. Apakah sumber-sumber tersebut perlu

digunakan atau tidak dalam penelitian. Kritik interen dilakukan terhadap

sumber-sumber yang telah diseleksi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kredibilitas atau

kebenaran isi dari sumber tersebut. Proses kritik dilakukan seiring dengan proses

menerjemahkan, karena sebagian besar sumber terdiri dari bahasa Belanda, bahasa

Jerman, dan bahasa Inggris.

Tahap selanjutnya adalah interpretasi. Interpretasi merupakan

penafsiran-penafsiran terhadap sumber-sumber yang telah dikritik. Dalam tahap ini, penulis

melakukan analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan sumber-sumber yang

telah dikritik sebelumnya. Dari proses analisis kemudian diperoleh fakta-fakta.

Kemudian fakta-fakta yang telah diperoleh disintesiskan sehingga mendapat sebuah

kesimpulan.15

Tahap terakhir dari penelitian sejarah adalah historiogra fi. Historiogra fi

merupakan proses penulisan fakta-fakta yang telah diperoleh secara kronologis dan

kritis-analitis. Penulisan tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk skripsi yang

berpedoman pada outline yang telah dirancang sebelumnya.

Penelitian ini bersifat deskripsi-analitis, sehingga akan mendapatkan

gambaran yang jelas mengenai sejarah kesehatan dan mengenai wabah dan

14

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hal. 99.

15

(14)

penyebaran penyakit serta penanganan kesehatan di Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij tersebut. Penelitian ini bermaksud melihat dinamika dan perkembangan

kesehatan di perkebunan tersebut dengan mengkolaborasi sumber-sumber dari

dokumen, buku-buku sejaman, hasil penelitian, jurnal ilmiah, bibliografi dan

dokumen Perkebunan Senemba h Ma a tschappij.

1.6 Sistematika Penulisan

Skripsi ini akan terbagi dalam lima bab, yang terdiri dari:

Bab 1 Bab ini merupakan pendahuluan yang membahas latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab 2 Bab ini membahas tentang kehidupan kuli kontrak di Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij. Bab ini mendeskripsikan secara umum Perkebunan Senemba h

Ma a tscha ppij, meliputi sejarah awal, kondisi geografis dan iklim. Selain itu

dijelaskan pula proses masuknya kuli kontrak baik kuli kontrak Cina maupun

Jawa, kondisi barak dan pola permukiman serta menjelaskan tentang kondisi

ekonomi lingkungan sosial antara kuli kontrak tersebut.

Bab 3 Bab ini membahas mengenai terjadinya wabah dan penyebaran penyakit

terhadap kuli kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij. Dalam bab ini

dijelaskan mengenai kondisi lingkungan kerja yang berat di perkebunan yang

mengakibatkan penyebaran penyakit. Selain itu bab ini juga menjelaskan

(15)

Ma a tscha ppij serta tingkat kematian yang terjadi dan faktor-faktornya. Bab ini

juga menjelaskan faktor-faktor penyebab penyebaran penyakit tropis seperti

kolera, dysentri, typhus, beri-beri, a nkylostomia sis dan malaria serta

penyebaran penyakit kelamin berserta permasalahannya.

Bab 4 Bab ini membahas mengenai upaya penanganan kesehatan terhadap kuli

kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tscha pij 1882-1942. Upaya penanganan

kesehatan dilakukan dengan dua cara yakni penanganan kuratif, dan upaya

preventif dan pemberantasan penyakit. Dalam penanganan kuratif dijelaskan

mengenai sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan dan pembangunan

laboratorium patologi penyakit tropis. Dalam tindakan preventif dijelaskan

mengenai penelitian dan pemberantasan penyakit, penyediaan air dan

makanan serta pemeliharaan kebersihan dan sanitasi.

Bab 5 Bab ini merupakan kesimpulan dari semua paparan yang telah dijelaskan pada

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian sejarah industri perkebunan tebu di Madiun pada masa kolonial akhir ini bertujuan untuk mengetahui kondisi industri perkebunan tebu di Madiun sebelum krisis ekonomi

Dari penelitian ini diperoleh data, bahwa penamaan nama jalan pada masa kolonial Belanda sebagian besar dilakukan oleh orang-orang Belanda, selebihnya oleh

Hasil penelitian menunjukkan keterasingan (alienasi) yang dialami oleh kuli di perkebunan Deli tidak terlepas dan sistem kapitalisme dan liberalisme ekonomi di

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh bahwa Politik Rasial Kolonial Belanda di Kota Medan mempunyai latar belakang yaitu sebelum masuknya perkebunan Eropa

Pada masa awal kolonial ketergantungan yang terjadi lebih pada hubungan antara Indonesia dengan Belanda tanpa dipengaruhi oleh siitem ekonomi dunia. Kasus perkebunan

Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor selain karena memang sarana transportasi yang belum memadai, Pemerintah kolonial Belanda sengaja menutupi

Terkait dengan masalah tanah kelebihan yang ada di bekas Perkebunan PT.Pakisadji Banjumas ini adalah, dimana pada jaman Kolonial Belanda masyarakat sekitar yang memiliki

Dalam bab ini terdiri dari tiga subbab, subbab pertama yakni kebijakan politik pemerintah kolonial Hindia Belanda terhadap berbagai golongan masyarakat di Batavia yang membahas