BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam masa kolonial, Sumatera Timur merupakan wilayah yang penting
dalam perkembangan perekonomian Hindia Belanda di pulau Sumatera. Dalam waktu
kurang dari satu abad Sumatera Timur telah menjelma menjadi wilayah yang
sebelumnya hutan belantara menjadi perkebunan yang makmur. Dalam
perkembangan ekonomi perkebunan, Sumatera Timur mengalami eksploitasi secara
besar-besaran. Eksploitasi tersebut diantaranya adalah pembukaan lahan-lahan hutan,
penanaman tanaman komoditas, mengalirnya investasi swasta dalam jumlah besar,
serta masuknya tenaga kerja dari luar wilayah ini semakin mendukung eksploitasi
terhadap wilayah ini sehingga mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Pembukaan wilayah Sumatera Timur untuk perkebunan diawali oleh seorang
Belanda bernama Nienhuys dalam tahun 1863. Nienhuys sampai di Sumatera Timur
tepatnya di Deli atas ajakan oleh seorang Arab yang mengaku pangeran Deli bernama
Said Abdullah ibn Umar Bilsagih1. Said Abdullah menyatakan bahwa wilayah Deli
sangat cocok untuk perkebunan tembakau. Nienhuys kemudian memperoleh konsesi
tanah untuk kontrak selama 99 tahun oleh Sultan Deli untuk penanaman tembakau di
1
wilayah Deli.2 Semenjak didapatkan konsesi tanah tersebut, mulailah eksploitasi
tanah dan pekerja di Sumatera Timur. Perkebunan yang berkembang tidak hanya
komoditas tembakau namun juga komoditas lainnya seperti karet, teh, kopi dan
kelapa sawit.
Perkembangan perkebunan yang begitu pesat membutuhkan tenaga kerja yang
tidak sedikit. Hal ini menjadi masalah pada awal-awal perkembangan perkebunan
karena penduduk lokal tidak mau menjadi pekerja di perkebunan tersebut. Pengusaha
perkebunan kemudian mengambil langkah untuk mencari tenaga kerja yang berasal
dari luar Sumatera Timur. Pada awalnya tenaga kerja tersebut didatangkan dari
Stra its Setlements atau Semenanjung Malaya, yaitu tenaga kerja dari etnis Cina.
Kemudian karena terjadi kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja etnis Cina di
Semenanjung Malaya maka pihak perkebunan mendatangkan langsung tenaga kerja
dari wilayah Cina dan Jawa.3 Tenaga kerja ini kemudian disebut kuli kontrak.
Seiring dengan eksploitasi wilayah yang terjadi di Sumatera Timur, terjadi
pula eksploitasi terhadap tenaga kerja yang menjadi kuli kontrak di perkebunan.
Dengan kondisi pekerjaan yang sangat berat dan lingkungan barak-barak permukiman
yang kumuh menyebabkan kondisi kesehatan kuli kontrak sangat memprihatinkan.
Tingkat kematian tinggi yang dialami oleh kuli kontrak di perkebunan menyebabkan
nama Deli dan Sumatera Timur menjadi buruk di kalangan kuli Cina maupun Jawa,
2
Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani, Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria, Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hal. 55.
3
sehingga broker-broker kuli atau perantara melakukan berbagai penipuan dan
kecurangan untuk merekrut pekerja ke perkebunan di Sumatera Timur.4
Berbagai penyakit dan kematian sering menimpa kuli pada akhir abad ke
XIX.5 Penyakit yang diderita kuli-kuli diantaranya adalah kolera, dysentri, typhus,
demam, luka koreng di tubuh, dan tuberkulosis akibat ventilasi udara yang buruk di
dalam bangsal-bangsal dan gudang tembakau.6 Penyakit-penyakit yang terjadi di
iklim tropis juga terdapat di wilayah perkebunan Sumatera Timur yaitu malaria,
beri-beri dan lepra atau kusta. Kuli kontrak juga menderita penyakit kelamin seperti
syphilis yang disebabkan adanya kegiatan melacurkan diri oleh kuli-kuli perempuan
karena tuntutan ekonomi akibat rendahnya upah yang diterima oleh kuli tersebut. Hal
ini juga disebabkan hanya terdapat sedikit kuli perempuan di perkebunan dibanding
dengan kuli lelaki.7
Masalah kesehatan terhadap para kuli sebenarnya mendapat perhatian serius
dari pemerintah Kolonial Belanda. Jika kesehatan kuli-kuli tidak baik akan
menyebabkan berkurangnya kinerja kuli. Dalam peraturan Koeli Ordonna ntie yang
ditetapkan oleh pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1880, disebutkan bahwa
kuli kontrak menjadi tanggung jawab pengusaha perkebunan. Pengusaha perkebunan
4
Erwiza Erman, Kesenjangan Buruh Majikan Pengusaha, Koeli, dan Penguasa: Industri Timah Belitung, 1852-1940, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, hal. 111.
5
Jan Bremen, Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial, Tuan Kebun, dan Kuli di Sumatra Timur pada Awal Abad Ke-20, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 1997, hal. 124.
6
Muhammad Said, op.cit.,hal. 93. 7
diwajibkan untuk memberikan fasilitas perumahan, sanitasi dan perawatan kesehatan
terhadap kuli kontrak.8
Dari berbagai perkebunan yang ada di Sumatera Timur, Perkebunan
Senemba h Ma a tscha ppij memberikan perhatian terhadap kondisi sosial dan kesehatan
terhadap para kuli kontrak.9 Pada masa awal perkembangannya kebun-kebun di
Perkebunan Senemba h Ma a tschappij di antaranya terletak di Tanjung Morawa,
Tanjung Morawa Kiri, Sei Bahasa, Batang Kuis, Gunung Rinteh dan Petumbak.10
Dalam hal penanaman tembakau, kualitas tanah yang ada di perkebunan tersebut
lebih rendah mutunya ketimbang tanah milik Perkebunan Deli Ma a tschappij tetapi
masih lebih baik jika dibandingkan dengan perkebunan lain di Sumatera Timur.
Namun demikian, perkebunan ini masih dapat melakukan pemeliharaan kesehatan
terhadap kuli kontrak.
Pemeliharaan kesehatan yang dilakukan terhadap kuli kontrak yang ada pada
perkebunan ini membuat angka kematian kuli kontrak tersebut menurun. Dalam
kaitannya dengan pemeliharan kesehatan tersebut, Perkebunan Senemba h
Ma a tscha ppij melakukan penelitian tentang penyakit-penyakit tropis di rumah sakit
perkebunan tersebut. Penelitian mengenai penyakit-penyakit tropis di perkebunan
menemukan hubungan antara pengaruh lingkungan dengan penyebaran penyakit di
perkebunan. Penanganan kesehatan yang dilakukan oleh Perkebunan Senemba h
8
T. Keizerina Devi, op. cit.,hal. 112 dan 114. 9
Karl J. Pelzer, op. cit., hal. 60. 10
Ma a tscha ppij tersebut kemudian diikuti oleh perusahaan perkebunan lain di Sumatera
Timur.11
Penelitian ini memiliki bahasan pokok yakni menjelaskan mengenai
terjadinya wabah dan penyebaran penyakit beserta upaya penanganan kesehatan yang
dilakukan oleh Perkebunan Senemba h Ma a tscha pij. Namun sebelum itu dijelaskan
pula mengenai kondisi kehidupan kuli kontrak di Perkebunan Senemba h
Ma a tscha ppij agar diketahui faktor penyebab wabah dan penyebaran penyakit itu
terjadi dan upaya penanganan yang dilakukan.
Dari uraian tersebut, maka penelitian ini diberi judul “Sejarah Kesehatan
Kuli Kontrak di Perkebunan Senembah Maatschappij 1882-1942”. Penelitian ini
mencakup kuli kontrak yang ada di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij. Batasan
awal dalam penelitian ini adalah pada tahun 1882 karena berkaitan dengan berdirinya
Rumah Sakit Pusat Perkebunan Senemba h Ma a tschappij, yaitu Hospita a l te Ta ndjong
Mora wa. Dengan adanya rumah sakit tersebut, penanganan kesehatan terhadap kuli
kontrak di perkebunan tersebut menjadi lebih baik dan terpusat. Batasan akhir
penelitian ini yaitu pada tahun 1942 yaitu ketika kekuasaan Kolonial Belanda sudah
tidak ada lagi di Hindia Belanda khususnya di Sumatera Timur dan masuknya Jepang
kemudian memporak-porandakan sistem yang ada dalam perkebunan, termasuk
sistem dan peraturan mengenai kuli kontrak sehingga masalah mengenai kesehatan
dan penanganan kesehatan terhadap kuli kontrak perkebunan di Sumatera Timur
termasuk Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij tidak menjadi prioritas utama.
11
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan landasan yang sangat penting dari sebuah
penelitian karena akan memudahkan peneliti dalam proses pengumpulan data dan
analisis data. Penjabaran permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini akan
dipandu melalui pertanyaan-pertanyaan utama sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi kehidupan kuli kontrak di Perkebunan Senemba h
Ma a tscha ppij?
2. Bagaimana proses terjadinya wabah dan penyebaran penyakit terhadap
kuli kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij?
3. Bagaimana upaya penanganan kesehatan kuli kontrak di Perkebunan
Senemba h Ma a tschappij 1882-1942?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan kondisi kehidupan kuli kontrak di Perkebunan Senemba h
Ma a tscha ppij.
2. Menjelaskan proses terjadinya wabah dan penyebaran penyakit terhadap
kuli kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij.
3. Menjelaskan upaya penanganan kesehatan kuli kontrak di Perkebunan
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dalam bidang Ilmu Sejarah untuk menambah referensi dan khasanah
kajian tentang sejarah kesehatan di perkebunan pada masa kolonial yang
menurut hemat penulis belum pernah ditulis. Oleh karena itu, penulis
berharap agar penelitian ini menjadi acuan dalam penulisan sejarah
kesehatan selanjutnya.
2. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat memberi
pengetahuan baru tentang kondisi kehidupan, kondisi kesehatan,
faktor-faktor penyebab wabah penyakit dan angka kematian serta penanganan
kesehatan yang dilakukan terhadap kuli kontrak di Perkebunan Senemba h
Ma a tscha ppij pada masa kolonial.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, refleksi dan
masukan terhadap perusahaan perkebunan mengenai penanganan
kesehatan pekerja-pekerja dalam lingkungan perkebunan sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas produksi dalam
perkebunan.
1.4 Tinjauan Pustaka
Jan Bremen (1997) dalam bukunya yang berjudul Menjina kka n Sa ng Kuli:
Politik Kolonia l, Tua n Kebun, da n Kuli di Suma tra Timur pa da Awa l Aba d Ke-20.
Buku ini dapat memberikan gambaran mengenai kebijakan yang dibuat oleh
struktur perkebunan. Dalam buku ini juga dapat membantu penulis dalam
menggambarkan tentang kesehatan, pemukiman dan lingkungan kuli di dalam
perkebunan.
Di dalam buku ini diceritakan bahwa penyakit yang paling banyak diderita
kuli di perkebunan pada waktu itu adalah penyakit kolera yang diakibatkan kondisi
lingkungan yang buruk. Penyakit lain yang diderita oleh kuli adalah penyakit
kelamin. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pelacuran yang dilakukan oleh kuli
perempuan akibat dari upah yang murah di dalam perkebunan. Selain itu, perlakuan
yang diterima oleh kuli dan makanan yang tidak sebanding dengan apa yang telah
mereka kerjakan menyebabkan mereka sangat mudah terserang penyakit.
Buku ini juga menyebutkan bahwa pada awal abad XX angka kematian
menurun drastis di perkebunan. Hal ini adalah akibat dari adanya peningkatan
pelayanan kesehatan di perkebunan pada akhir abad ke XIX sampai awal abad ke
XX. Penurunan jumlah kematian ini tentunya juga tidak lepas dari peranan sarana
pelayanan kesehatan yang semakin membaik.
A. A. Loedin (2010) dalam bukunya yang berjudul Seja ra h Kedoktera n di
Bumi Indonesia . Buku ini menjelaskan mengenai masalah kesehatan dan penyakit
yang ada di Hindia Belanda mulai zaman V.O.C. hingga pemerintah Kolonial
Belanda. Buku ini membantu penulis dalam melihat peranan pemerintah Kolonial
Belanda dalam membuat kebijakan tentang kesehatan dan penanganan penyakit yang
menjelaskan tentang keadaan kesehatan, tenaga kesehatan, dinas dan instansi
kesehatan, serta pendidikan kedokteran di Hindia Belanda pada masa itu.
Gani A. Jailani (2013) dalam bukunya yang berjudul Penya kit Kela min di
Ja wa 1812-1942. Buku ini menggambarkan permasalahan penyakit kelamin yang
dilihat dari sudut pandang wacana publik, kesehatan, dan politik. Buku ini juga
menceritakan penyebaran penyakit kelamin pada serdadu militer dan pekerja
perkebunan serta penanganan terhadap penyakit ini yang dilakukan oleh pemerintah
kolonial Belanda. Buku ini membantu penulis dalam menggambarkan penyebaran
penyakit kelamin dan penanganannya walaupun penelitian ini berada di pulau Jawa.
T. Keizerina Devi (2004) dalam bukunya yang berjudul Poena le Sa nctie:
Studi Tenta ng Globa lisa si Ekonomi da n Peruba ha n Hukum di Suma tera Timur
(1870-1950). Buku ini menceritakan tentang masalah penerapan Poena le Sa nctie
akibat dari peraturan Koeli Ordonna ntie pada kuli kontrak perkebunan di Sumatera
Timur. Buku ini membantu penulis dalam menggambarkan mengenai kondisi
kehidupan kuli kontrak perkebunan di Sumatera Timur termasuk Perkebunan
Senemba h Ma a tscha ppij sebelum dan semenjak diberlakukannya peraturan Koeli
Ordonna ntie pada 1880. Buku ini dapat memberi informasi bagi peneliti mengenai
kesehatan kuli kontrak di perkebunan akibat diberlakukan peraturan tersebut. Selain
itu buku ini juga memberikan bantuan terhadap penelitian penulis mengenai
1.5 Metode Penelitian
Setiap penelitian diwajibkan menggunakan metode, terutama metode
penelitian. Metode penelitian adalah suatu cara atau aturan yang sistematis yang
digunakan sebagai proses untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip untuk
mencari kebenaran dari sebuah permasalahan. Dalam menulis peristiwa sejarah pada
masa lampau yang direalisasikan dalam bentuk penulisan sejarah (historiogra fi),
tentu harus menggunakan metode sejarah. Metode sejarah merupakan proses menguji
dan menganalisis secara kritis rekaman dan jejak-jejak peninggalan sejarah.12 Dalam
penerapannya, metode sejarah menggunakan empat tahapan pokok, yaitu heuristik,
kritik, interpretasi, dan historiogra fi.
Tahap pertama adalah heuristik. Secara sederhana heuristik berarti proses
pengumpulan sumber-sumber historis yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam
upaya awal penelusuran sumber penulis menemukan sebuah artikel tulisan Mumuh
Muhsin Z. yang berjudul Bibliogra fi Seja ra h Keseha ta n Pa da Ma sa Pemerinta ha n
Bela nda .13 Artikel tersebut berisi sumber-sumber dan bibliografi mengenai kesehatan
pada masa kolonial sehingga memudahkan penulis dalam melakukan penelusuran
sumber selanjutnya.
Dalam tahapan heuristik selanjutnya, penulis melakukan studi arsip dan studi
pustaka. Studi arsip dilakukan dalam rangka memperoleh sumber-sumber primer.
12
Louis Gottchalk, Mengerti Sejarah, terjemahan dari Nugroho Notosusanto, Jakarta:UI Press, 1985, hal. 39.
Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan sumber-sumber yang berhubungan
dengan topik penelitian ini baik dalam bentuk buku, skripsi, tesis, disertasi, jurnal dan
lainnya. Dalam kaitannya dengan studi tersebut penulis melakukan penelitian ke
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan Perpustakaan Nasional (Perpusnas)
di Jakarta. Penulis telah mempertimbangkan dan menelusuri sebelumnya mengenai
sumber-sumber yang akan penulis cari. Sebagian sumber di Perpustakaan Nasional
telah dapat penulis akses dan diketahui keberadaannya di perpustakaan tersebut.
Penulis melakukan penelitian di Jakarta selama 15 hari yang dimulai pada
pertengahan bulan Maret. Penelusuran pertama penulis lakukan di Arsip Nasional
Republik Indonesia. Di sini penulis agak kesulitan dalam penelusuran sumber karena
tidak ada katalog yang secara khusus berhubungan dengan masalah yang penulis
teliti. Setelah melakukan beberapa penelusuran penulis menemukan sumber yakni
Versla g va n het Pa thologisch La bora torium Meda n-Deli (Sumatra’s Oostkust) over
de Ja ren 1907-1921, arsip ini ditemukan dalam koleksi AVROS 1892-1985. Selain
itu penulis juga menemukan Sta a tsbla d va n Nederla ndsch Indie 1880 No. 133
mengenai peraturan Koelie Ordonna ntie.
Penelusuran selanjutnya penulis lakukan di Perpustakaan Nasional. Dalam
sistem Perpustakaan Nasional diharuskan mendaftar sebagai anggota setelah itu
diizinkan untuk mengakses koleksi yang ada. Pada penelusuran tersebut penulis
menemukan beberapa artikel dalam koleksi jurnal kesehatan masa Hindia Belanda
yakni Geneeskundig Tijdschrift voor Nederla nds Indie, selain itu juga penulis
Tijdschrift voor Nederla nds Indie, Nederla nds Tijdschrift voor Geneeskunde dan
Kolonia le Studien. Selain sumber sejaman penulis juga menelusuri buku-buku dan
karangan ilmiah sekunder yang berhubungan dengan masalah yang penulis teliti.
Dalam penelusuran sumber-sumber lainnya penulis juga mendapatkan
dokumen dan buku elektronik dari koleksi Perpustakaan Leiden-KITLV yang dapat
diakses melalui laman www.kitlv.nl. Penulis merasa sangat terbantu dengan adanya
laman tersebut. Laman tersebut menyediakan sumber-sumber baik berupa buku,
artikel, jurnal laporan yang sebagian besar terbit pada masa kolonial Belanda. Dalam
penelusuran ini penulis menemukan buku-buku dan dokumen sejaman diantaranya
Senemba h Ma a tscha ppij 1889-1939, De Gezondheidstoesta nd va n de Arbeiders,
Verbonden a a n de Senembah-Ma a tschappij op Suma tra , gedurende de Ja ren 1897 tot
1907, Die gesundheitlichen Verha ltnisse des Arbeitersta ndes der Senemba h
Ma a tscha piy, laporan tahunan Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij yakni Versla g
over het boekja a r N.V. Senemba h Ma a tschappij.
Penulisan ini juga dilengkapi dengan sumber-sumber sekunder yang penulis
dapatkan dari berbagai perpustakaan diantaranya Perpustakaan Universitas Sumatera
Utara, Perpustakaan Daerah Sumatera Utara, Perpustakaan Umum Kota Medan dan
Perpustakaan Tengku Lukman Sinar.
Setelah mendapatkan sumber-sumber tersebut, maka tahap yang selanjutnya
diverifikasi kembali untuk mengetahui keabsahannya.14 Oleh karena itu perlu
dilakukan kritik, baik kritik eksteren maupun interen. Kritik eksteren mencakup
seleksi sumber-sumber yang didapatkan. Apakah sumber-sumber tersebut perlu
digunakan atau tidak dalam penelitian. Kritik interen dilakukan terhadap
sumber-sumber yang telah diseleksi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kredibilitas atau
kebenaran isi dari sumber tersebut. Proses kritik dilakukan seiring dengan proses
menerjemahkan, karena sebagian besar sumber terdiri dari bahasa Belanda, bahasa
Jerman, dan bahasa Inggris.
Tahap selanjutnya adalah interpretasi. Interpretasi merupakan
penafsiran-penafsiran terhadap sumber-sumber yang telah dikritik. Dalam tahap ini, penulis
melakukan analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan sumber-sumber yang
telah dikritik sebelumnya. Dari proses analisis kemudian diperoleh fakta-fakta.
Kemudian fakta-fakta yang telah diperoleh disintesiskan sehingga mendapat sebuah
kesimpulan.15
Tahap terakhir dari penelitian sejarah adalah historiogra fi. Historiogra fi
merupakan proses penulisan fakta-fakta yang telah diperoleh secara kronologis dan
kritis-analitis. Penulisan tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk skripsi yang
berpedoman pada outline yang telah dirancang sebelumnya.
Penelitian ini bersifat deskripsi-analitis, sehingga akan mendapatkan
gambaran yang jelas mengenai sejarah kesehatan dan mengenai wabah dan
14
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hal. 99.
15
penyebaran penyakit serta penanganan kesehatan di Perkebunan Senemba h
Ma a tscha ppij tersebut. Penelitian ini bermaksud melihat dinamika dan perkembangan
kesehatan di perkebunan tersebut dengan mengkolaborasi sumber-sumber dari
dokumen, buku-buku sejaman, hasil penelitian, jurnal ilmiah, bibliografi dan
dokumen Perkebunan Senemba h Ma a tschappij.
1.6 Sistematika Penulisan
Skripsi ini akan terbagi dalam lima bab, yang terdiri dari:
Bab 1 Bab ini merupakan pendahuluan yang membahas latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab 2 Bab ini membahas tentang kehidupan kuli kontrak di Perkebunan Senemba h
Ma a tscha ppij. Bab ini mendeskripsikan secara umum Perkebunan Senemba h
Ma a tscha ppij, meliputi sejarah awal, kondisi geografis dan iklim. Selain itu
dijelaskan pula proses masuknya kuli kontrak baik kuli kontrak Cina maupun
Jawa, kondisi barak dan pola permukiman serta menjelaskan tentang kondisi
ekonomi lingkungan sosial antara kuli kontrak tersebut.
Bab 3 Bab ini membahas mengenai terjadinya wabah dan penyebaran penyakit
terhadap kuli kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij. Dalam bab ini
dijelaskan mengenai kondisi lingkungan kerja yang berat di perkebunan yang
mengakibatkan penyebaran penyakit. Selain itu bab ini juga menjelaskan
Ma a tscha ppij serta tingkat kematian yang terjadi dan faktor-faktornya. Bab ini
juga menjelaskan faktor-faktor penyebab penyebaran penyakit tropis seperti
kolera, dysentri, typhus, beri-beri, a nkylostomia sis dan malaria serta
penyebaran penyakit kelamin berserta permasalahannya.
Bab 4 Bab ini membahas mengenai upaya penanganan kesehatan terhadap kuli
kontrak di Perkebunan Senemba h Ma a tscha pij 1882-1942. Upaya penanganan
kesehatan dilakukan dengan dua cara yakni penanganan kuratif, dan upaya
preventif dan pemberantasan penyakit. Dalam penanganan kuratif dijelaskan
mengenai sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan dan pembangunan
laboratorium patologi penyakit tropis. Dalam tindakan preventif dijelaskan
mengenai penelitian dan pemberantasan penyakit, penyediaan air dan
makanan serta pemeliharaan kebersihan dan sanitasi.
Bab 5 Bab ini merupakan kesimpulan dari semua paparan yang telah dijelaskan pada