SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
OLEH:
BERNANCI PANE NIM: 3133121008
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Nama: Bernanci Pane. Nim: 3133121008. Judul: Alienasi kuli di Perkebunan Deli, Sumatera Timur Tahun 1858-1942. Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan
Istilah alienasi sudah digunakan oleh pemikir-pemikir hebat di belahan dunia Eropa seperti Hegel, Karl Marx, Sartre, Erich Fromm dan berbagai pemikir lainnya. Pemaknaan mereka terhadap istilah tersebut merujuk pada keterasingan, keterpisahan, dan ketidakberdayaan individu dari dirinya sendiri, sesamanya manusia, dan alam yang diterapkan pada konteks yang berbeda. Perasaan alienasi dialami oleh kaum marjinal seperti kuli, buruh yang tergolong ke dalam kelas pekerja. Wujud alienasi yang dialaminya disebabkan oleh faktor produksi dengan sistem kapitalisme eksploitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mendorong alienasi kuli, pengaruh kuli ordonansi terhadap alienasi yang dialami oleh kuli serta jenis-jenis keterasingan yang dialami oleh kuli. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian library research dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui data primer dan data sekunder. Teknik analisis data dilakukan dengan memahami sumber-sumber yang terhimpun kemudian menginterpretasi data tersebut, dan hasil interpretasi data disusun menjadi sebuah tulisan. Hasil penelitian menunjukkan keterasingan (alienasi) yang dialami oleh kuli di perkebunan Deli tidak terlepas dan sistem kapitalisme dan liberalisme ekonomi di Sumatera Timur, dan kuli ordonansi yang semakin mengarahkan kuli terhadap kondisi alienasi, ditambah lagi kebijakan pemerintahan belanda dengan Agrarische Wet-nya semakin memperbesar ruang bagi para pemodal dalam menciptakan alienasi bagi para kuli. Sebab, bagi para pemodal hukum telah menjadi alat kekuasaan. Dan kuli adalah sosok yang dieksploitasi dan diperbudak baik secara fisik maupun mental. Jadi, sistem yang ada telah menciptakan kuli sebagai realitas yang teralienasi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat dan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Alienasi Kaum Kuli di Perkebunan Deli,
Sumatera Timur Tahun 1858-1942” sebagai salah satu persayaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima
kasih yang kedua orang tua saya, yang telah membesarkan dan membiayai
kehidupan penulis mulai dari kecil sampai saat ini masih dapat mengenyam
pendidikan tinggi.
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak baik secara moral dan material. Maka, dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd , selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
3. Bapak Wakil Dekan I: Dr. Deny Setiawan, M.Si, Ibu Wakil Dekan II: Dra.
Flores Tanjung, M.A, dan Bapak Wakil Dekan III: Drs. Waston Malau,
M.Sp beserta seluruh jajarannya.
4. Ibu Dr. Ida Liana Tanjung, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan
5. Ibu Lister Eva Simangunsong, M.A, selaku Sekeretaris Jurusan yang telah
memberikan banyak bantuan, informasi dan motivasi kepada penulis.
6. Bapak Syahrul Nizar Saragih, M.Hum, M.A sebagai pembimbing Skripsi
penulis, karena dengan sabar telah memberikan banyak arahan, kritik,
saran dan masukan yang membangun dalam penyusunan Skripsi ini.
7. Ibu Dr. Samsidar Tanjung, M.Pd, sebagai Dosen Penasehat Akademik
penulis, sekaligus menjadi Dosen Penguji Ahli, serta Bapak Yushar
Tanjung, M.Si, Bapak Pristi Suhendro Lukitoyo, S.Hum, M.Si sebagai
Dosen Penguji yang telah memberikan banyak kritik, saran dan masukan
yang membangun demi kesempurnaan tulisan ini.
8. Bapak, Ibu Dosen serta pegawai di Jurusan Pendidikan Sejarah yang telah
banyak memberikan ilmu pengetahuan dan pembentukan mindset penulis
selama dalam kegiatan perkuliahan .
9. Bapak Dr. Edy Ikhsan dan staff pegawai di Gallery dan Perustakaan
Tengku Lukman Sinar, yang telah memberikan kesempatan bagi
melaksanakan penelitian di tempat tersebut.
10.Bapak Dr. Phill Ichwan Azhari dan pegawai di PUSSIS Unimed, yang
telah memberikan banyak data dan dengan hati terbuka mengizinkan
penulis melaksanakan penelitian di tempat tersebut.
11.Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa, support baik secara
moral dan material, bimbingan, nasihat, kasih sayang dan yang tidak
Serasi (A. Niko), Nasib Pane (A. Rosa), Frengky, Togap Chanry, Donna,
dan Roya atas bantuan materi, serta doa yang tak henti-henti.
12.Ito Dion (Parsaoran Pane) dan Mommy Dion (Loise Sianturi), yang telah
memberikan bantuan yang tidak terhitung baik secara moral dan materil.
Terima kasih karena telah menjadi orang tuaku selama aku tinggal
bersama kalian.
13.Teman-teman seperjuangan Seminar Proposal: Nopa Delima Panjaitan,
Sutra Sihite, Bang Janry Ridik Barus. Sahabat-sahabatku: Emelda, Sry
Surabina, Jimmi , Willy, Rumata, Daud, Dina, Bastian Sitorus dan seluruh
teman-teman kelas B Reguler 2013, serta teman-teman satu angkatan 2013
yang tidak dapat disebut satu per satu.
14.Seluruh Abang/kakak dan adik stambuk. Terkhusus kepada Bang Binsar
Mouridc Tampubolon, Bang Fandi, Kak Novi, Kak Dina Lumban Tobing
yang telah memberikan saran dan dukungan semangat kepada penulis.
15.Seluruh teman-teman PPLT di SMA NEGERI 7 MEDAN
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan untuk itu penulis mengharapakan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini, bermanfaat bagi
pembaca dan masyarakat.
Medan, April 2017 Hormat Penulis
Bernanci Pane
DAFTAR ISI
ABSTRAK……….….…….…….i
KATA PENGANTAR……….………...….…ii DAFTAR ISI……….……….……..v
BAB.I. PENDAHULUAN………...…….……….….1
1.1. Latar belakang……….…..1
1.2. Identifikasi masalah……….…….6
1.3. Batasan Masalah……….……..6
1.4. Rumusan masalah……….……7
1.5. Tujuan Penelitian……….…….7
1.6. Manfaat Penelitian………….……….……..7
BAB.II. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS..…………..…..8
2.1. Kajian Pustaka……….………..….…8
2.2. Kerangka Teoritis….……….…...11
2.3. Kerangka Konseptual………...…13
2.3.1. Konsep Alienasi………...13
2.3.2. Konsep Kuli……….17
2.4. Kerangka Berpikir………..…..18
BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN…..………..21
3.1. Metode penelitian………...21
3.2. Sumber Data………..…..22
3.4. Teknik Analisis Data………...…….23
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….….………25
4.1. Kondisi Geografis Sumatera Timur………..…….…..……...25
4.2. Faktor Pendorong terjadinya Alienasi Kuli…..………….………...…...29
4.2.1. Kapitalisme dan Liberalisme ekonomi……….29
4.2.2. Kontrak politik dan Pemberian Konsesi ………..……..32 4.2.3. Undang-undang Agraria ……….39
4.3. Kuli Ordonansi dan Konflik yang disebabkannya..………...45
4.3.1. Kuli Ordonansi……….………45 4.3.2. Konflik antara kuli dengan Majikan…….……….…….55
4.4. Alienasi Kuli………...……….……59 4.4.1. Alienasi kuli dari diri sendiri………..…….62
4.4.2. Alienasi Kuli dari Sesama manusia……….….……….…...……..66
4.4.3. Alienasi Kuli dari alam………..…………..67
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………..71
5.1. KESIMPULAN……….………..71
5.2. SARAN………...73
DAFTAR PUSTAKA………74
1
Eksistensi VOC yang telah berlangsung sejak 1609, harus berakhir
karena jatuh pailit (1799) dengan utang 134,7 juta gulden. Keruntuhan tersebut,
menyebabkan berlangsung kolonialisme pemerintahan Hindia-Belanda di
Nusantara hingga tahun 1942. Selama periode kolonialisme, dilaksanakan
berbagai kebijakan politik dalam memulihkan krisis ekonomi Hindia-Belanda.
Diawali dengan kebijakan Cultuurstelsel (budidaya tanam), cara-cara konservatif
dan komersial diterapkan guna mendobrak kas negara induk yang dilanda krisis
akibat perang. Berlanjut pada masa liberal (1870-an), kebijakan ”politik pintu
terbuka” dengan tendensi ekonomi yang bersifat industrial dan finansial,
membuka peluang bagi pihak swasta untuk berinvestasi dalam daerah perkebunan
di luar Jawa.
Belanda berhasil menancapkan kekuasaannya di Sumatera Timur karena
adanya kontrak politik antara Belanda dengan Siak Indera Pura yang disebut
dengan “Traktat Siak 1 Februari 1858”. Hasil traktat (perjanjian) tersebut
memutuskan bahwa Siak dan seluruh daerah taklukannya (Panai, Bila, Kualuh,
Asahan, Batubara, Bedagai, Padang, Serdang Percut, Perbaungan, Deli, Langkat,
dan Tamiang) tunduk dibawah kekuasaan Belanda (Sinar, 2005:28). Sejak
penandatanganan traktat tersebut, perjanjian politik pertama antara Belanda dan
2
konsesi tanah oleh Sultan Mahmud Perkasa Alamsyah terhadap pengusaha
tembakau Belanda. Konsesi pertama diberikan kepada Jacobus Nienhuys, Van
Der Falk dan Elliot pada 07 Juli 1863, mewakili firma Van Leewen dan Maintz &
Co dengan luas tanah 4.000 bau secara erfpacht (hak kebendaan untuk menikmati
secara bebas kepunyaan orang lain) selama 20 tahun (Said, 1977:25). Dari
pembukaan perkebunan tersebut, Nienhuijs menuai hasil panen dengan jumlah 50
bal tembakau, kemudian diekspor ke Pulau Pinang sampai ke Rotterdam dengan
harga yang memuaskan.
Keberhasilan yang dituai pemodal Belanda dalam pembukaan perkebunan
tersebut, tidak lepas dari bantuan Said Abdullah Umar Bilsagih, ipar dari Sultan
Deli yang berhasil meningkatkan animo para pengusaha Belanda. Melihat
keberhasilan Nienhuijs ini, para kapitalis Belanda berlomba-lomba untuk
menanamkan modalnya di Deli Matschaapij. Perusahaan ini merupakan sebuah
perseroan terbatas Hindia-Belanda dibangun pada tahun 1869, beberapa tahun
kedatangan Nienhuys yang kemudian memperoleh sewa jangka panjang (99
tahun). Sejak dibukanya perusahaan-perusahaan terjadilah kelangkaan akan
tenaga kerja, sebab Suku Batak dan Melayu tidak mau bekerja sebagai kuli
(proletar). Dengan kendala tersebut, pemerintah Hindia-Belanda memilih untuk
merekrut tenaga kerja dari Swatow, Singapura, India dan Jawa supaya
3
Undang-undang Agraria, memberi peluang besar bagi pihak asing untuk
menanamkan modalnya. Beberapa tahun setelah pembaruan politik kolonial
tersebut, jumlah perusahaan perkebunan di Sumatera Timur mengalami
peningkatan yang sangat signifikan. Kuantitas perekebunan dari 13 perusahaan
(1873) menjadi 114 pada tahun 1904 (Breman, 1997: 71). Berbagai perusahaan
non-Belanda yang telah eksis di Deli antara lain: Horrisons and crosfield (1907),
SOCFIN (1909), HAPM (yang menjadi UNIROYAL) pada tahun 1911, Hawaian
Sumatera Plantation, Ltd (1916), dan Goodyear (1917).
Peningkatan jumlah inverstor yang datang ke Sumatera Timur, tentu
membutuhkan tenaga kerja (kuli) yang banyak pula untuk mendorong kegiatan
produksinya. Perekrutan tenaga kerjadalam jumlah besar, kemudian
mempengaruhi dinamika pertumbuhan penduduk di Sumatera Timur. Terbukti
dengan data yang menunjukkan jumlah penduduk di tahun 1850 berjumlah
150.000 jiwa menjadi 568.417 jiwa pada tahun 1905 (Breman, 1997:78).
Sementara jumlah kuli Jawa menjelang Perang Dunia II (1942), mencakup
200.000 jiwa (Stoler, 2005: 166). Keuntungan besar yang diperoleh para pemodal
dalam onderneming telah menanggalkan nilai-nilai humanisme dari diri mereka.
Eksploitasi kuli ditujukan untuk sejumlah profit, sehingga perhatiannya akan
4
kontrak) merupakan salah satu wujud kebijakan kolonial yang difungsikan untuk
mengatur hubungan kerja antara kuli dengan majikan (Kartodirjo, 1987: 332).
Peraturan tersebut memuat peonale sanctie yang mencakup hukuman yang akan
diterima oleh kuli apabila berusaha lari dari kontrak.
Secara langsung eksistensi ekonomi liberal yang diterapkan, sangat cepat
menciptakan kelas-kelas baru bagi petani pribumi, serta buruh migran yang
berasal dari dalam dan luar negeri (Cina, India). Dalam teori kelas Karl Marx kuli,
buruh disebut sebagai masyarakat kelas kedua setelah kelas kapitalis, mereka
kerap dikenal sebagai kaum proletariat (Kristeva, 2011, 523). Perekrutan terhadap
mereka dilakukan dengan berbagai tipu muslihat. Mitos-mitos tentang
kesejahteraan akan didapatkan oleh kuli apabila ikut dengan kontrolir. Secara
tidak langsung cara ini akan membuat kuli terperangkap dalam penjara kapitalis.
Setelah sampai di Deli, mitos itu berubah menjadi neraka yang tidak lagi
bisa dielakkan. Perjudian dan pemabukan terhadap kuli laki-laki sengaja dibiarkan
oleh pihak Hindia-Belanda untuk menimbulkan rasa nyaman terhadap pekerja.
Tak jarang juga, kuli wanita menjadi korban pelecehan seksual. Semua kondisi
tersebut, telah diatur sedemikian rupa agar kuli/buruh tidak berdaya dan harus
bergantung pada kapitalis. Sementara pada hakikatnya, manusia dapat bekerja
5
menjadi teralienasi dari obyek dan proses produksi. Pekerjaan yang diciptakan
oleh para pemodal telah memaksa para kuli bekerja demi kepentingan pemodal
tersebut. Pekerjaan sebagai kuli perkebunan menjadikan mereka kehilangan
personalitas. Mereka bekerja sebagai kuli bukan karena panggilan hatinya, tetapi
karena aturan yang memaksa. Selanjutnya, kegiatan produksi diupayakan
sedemikian rupa, untuk membuat para kuli tidak menyadari realitas yang penuh
kungkungan tersebut.
Pekerjaan tersebut tidak lagi menjadi objek realisasi dan pengekspresian
diri suatu personalitas individual, karena pekerjaan dilakukan semata-mata di
bawah tekanan kebutuhan egoistis. Pekerjaan telah mengalienasi para kuli dari
esensi personalitasnya, di mana proses produksi onderneming membuat para kuli
harus melayani kebutuhan tanpa objektivasi diri. Tidak hanya itu, kuli juga
teralienasi dalam pergaulan terhadap teman sejawatnya, sebab pekerjaan telah
menghilangkan hakikat manusia yang sesungguhnya.
Dalam daerah perkebunan, kuli-kuli tersebut menjadi bermusuhan dan
saling bersaing, sehingga satu sama lain akan berusaha saling menjatuhkan dan
tak jarang mereka saling membunuh demi keinginan mereka. Padahal seharusnya
tidak demikian, sesama manusia seharusnya hidup bersahabat dan berdampingan
6
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi
masalah-masalah kaum kuli di perkebunan Deli, Sumatera Timur, yaitu sebagai
berikut:
1. Faktor yang melatar belakangi terjadinya alienasi dalam kehidupan
kalangan kuli.
2. Kondisi kuli yang teralienasi di Sumatera Timur.
3. Pengaruh coolie ordonantie (kuli kontrak) terhadap alienasi kuli di
perkebunan Deli, Sumatera Timur.
4. Kebijakan pemerintah kolonial Belanda terhadap kuli di perkebunan Deli
sehingga dapat mengalienasi para kuli.
5. Upaya kuli melepaskan diri dari keterasingan itu.
6. jenis-jenis keterasingan yang dialami kuli.
1.3. Batasan Masalah
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan permasalahan dalam penelitian
ini, agar masalah yang dikaji lebih spesifik, maka peneliti melakukan
batasan-batasan masalah yang akan diteliti pada permasalahan sebagai berikut:
1. Faktor yang mendorong terjadinya alienasi dalam kehidupan kuli di
perkebunan Deli, Sumatera Timur.
2. Pengaruh coolie ordonantie (kuli kontrak) terhadap alienasi kuli di
7
kuli di perkebunanDeli, Sumatera Timur?
2. Bagaimana pengaruh coolie ordonantie (kuli kontrak) terhadap alienasi
kuli di perkebunan Deli, Sumatera Timur?
3. Apa saja jenis-jenis keterasingan yang dialami oleh kuli?
1.5. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan kuli menjadi
teralienasi dalam kehidupannya.
2. Untuk menganalisis pengaruh coolie ordonantie (koeli kontrak) terhadap
alienasi kuli di perkebunan Deli, Sumatera Timur.
3. Untuk menganalisis jenis-jenis alienasi yang dialami kuli.
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini kedepannya diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Menambah khazanah bagi penulis pada khususnya, dan pembaca pada
umumnya dalam memahami keterasingan/ alienasi yang dialami oleh para
kul di perkebunan Deli, Sumatera Timur.
2. Menjadi acuan bagi penulis dalam menyajikan berbagai temuan dalam
tahap historiografi, serta mempermudah penulis dalam mengaplikasikan
teori konflik dalam tahap historiografi.
3. Menambah pemahaman mengenai alienasi yang dialami oleh kuli dengan
71 5.1. KESIMPULAN
Setelah meneliti tentang alienasi kaum kuli di Perkebunan Deli, Sumatera
Timur tahun 1858-1942, berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Faktor yang menyebabkan terjadinya alienasi dalam kehidupan kuli di
perkebunan Deli, Sumatera Timur.
Berawal dari kebijakan baru yang muncul setelah keruntuhan VOC,
disusul oleh Traktat Siak, pemberian konsesi dan pembukaan lahan
perkebunan menjadi titik tolak keterasingan yang dialami oleh para kuli.
Sebab, kebijakan tersebut telah memberikan peluang besar bagi pemilik
modal untuk berinvestasi dalam perkebunan Deli. Selanjutnya, ekonomi
kapitalistik yang mulai diterapkan di perkebunan membutuhkan tenaga
kerja. Dengan sejumlah pertimbangan dan kebijakan ekonomi yang
memihak terhadap kapitalis, pekerja (kuli) menjadi objek yang hampir
setara dengan barang komoditi, yang pada akhirnya cenderung
mengantarkan kuli pada kondisi alienasi. Kehadiran Undang-undang
Agraria (Agrarische Wet) merupakan puncak kebijakan pemerintah
kolonial yang membuka peluang bagi para pihak swasta untuk
menanamkan modalnya dalam perkebunan. Tujuan dari undang-undang
72
yang tidak memiliki harta kekayaan menjadi sasaran utama sistem
kapitalisme. Dan hal itu wajar-wajar saja bila dilaksanakan dengan
pertimbangan mutualisme terhadap kedua belah pihak. Tetapi,
ketimpangan profit bagi kapitalis selalu didukung oleh
kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh negara induk. Kuli selalu saja menjadi pihak
yang dirugikan. Kekurangan terbesar dari Undang-undang Agraria, bahkan
yang dapat dikatakan sebagai kesalahannya terletak pada kapitalisme
eksploitatif. Di mana eksploitasi alam akan menjadi jembatan penghubung
keterasingan manusia dari alam dan sesamanya.
2. Pengaruh coolie ordonantie (kuli kontrak) terhadap alienasi kuli di
Sumatera Timur, cenderung menjadi kebijakan yang diputuskan dengan
benar-benar matang oleh pihak Belanda. Karena, sistem ini memuat
sejumlah ketentuan, syarat serta sanksi yang dapat mengikat kuli dalam
kondisi alienasi. Karena, aturan-aturan tersebut memuat berbagai
ketentuan yang mengharuskan kuli menerima otoritas lain atas dirinya.
Bahkan kesejahteraan kuli yang dicanangkan dalam ordonansi kuli, justru
semakin memperburuk kondisi hidup para kuli. Walau terdapat sejumlah
progres dalam praktik kolonial terkhusus dalam bidang pelayanan
kesehatan, masih saja terdapat penyelewengan. Ordonansi Kuli justru
73
menjadi pilihan bagi para kuli, agar dapat mengurangi hukuman yang tidak
manusiawi atas mereka. Pembenaman diri dan kurangnya totalitas
hubungan dengan sesama manusia, alam dan terlebih diri sendiri
merupakan suatu bentuk alienasi.
3. Jenis alienasi yang dialami oleh kuli di perkebunan Deli, Sumatera Timur
yaitu alienasi dari diri sendiri, alienasi dari sesama manusia dan alienasi
dari alam.
5.2. SARAN
Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk mengkaji tentang alienasi
kuli, ada baiknya jika menggunakan metode penelitian campuran antara library
research dan field research. Karena keterbatasan jarak dan juga bahasa dalam
mendapatkan dokumen sebagai bukti alienasi kuli. Selanjutnya, alienasi kajian
tentang alienasi dapat juga diteliti dalam konteks industri modern seperti pabrik
KIM yang ada di daerah Medan ini. Dengan mengkaji alienasi secara kontekstual
mungkin akan sangat menarik.
Penulis juga membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
dalam meningkatkan kualitas tulisan yang lebih baik. Jika dalam penulisan
terdapat berbagai kekurangan dan kesalahan dalam ejaan dan penulisan harap
74
Grafiti dan perwakilan Koninklijk Institut Voor Taal, Land en Volkeakunde, Jakarta.
Daliman. 2012. Sejarah Indonesia Abad XIX- Awal Abad XX: Sistem Politik Kolonial dan administrasi pemerintahan Hindia-Belanda, Ombak, Yogyakarta
Deli Courant. Zaterdaag, 25 Juli 1885, No. 36, I ste Jaargang.
Deli Courant. Zaterdaag, 29 September 1888. 4de Jaargang.
FIS. 2016. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah, Unimed Press, Medan.
Fromm, Erich. 1997. Lari Dari Kebebasan. Pustaka Pelajar: Yogykarta.
Gotschalk, Louis. 2008. Mengerti Sejarah, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
H. Lulofs, Madelon. 1953. Coolie, Oxford University Press. Singapore
Ikhsan, Edy. 2012. Konflik Tanah Ulayat dan pulralisme Hukum: Hilangnya Ruang Hidup orang Melayu Deli, Jakarta: Yayasan pustaka Obor Indonesia (YOI).
Jurdi, syarifuddin. 2013. Sosiologi Nusantara: memahami sosiologi integralistik, Kencana Prenadamedia Group. Jakarta.
Kartodirjo, Sartono. 1987. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900: Dari Emporium Sampai Imperium, PT Gramedia, Jakarta.
Kristeva, Nur sayyid santoso. 2011. Negara Marxis dan Revolusi proletariat. Pustaka Pelajar: Yogjakarta
Longman, 2008, Advance American Dictionary, Pearson, United State.
75
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2004. Teori Sosiologi Modern, Prenada Media, Jakarta.
Said, H. Mohammad. 1977. Koeli Kontrak Tempo Doeloe, Percetakan Waspada, Medan.
Santoso, Urip. 2008. Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Kencana, Jakarta
Schact, Richard. 1970. Alienasi pengantar paling komprehensif, Jalasutra, Yogyakarta.
Sinar, dkk. 1999. Hak Ulayat Masyarakat Melayu Sumatera Timur. Medan
Sinar, Tengku Luckman. 2005. Sejarah Medan Tempo Doeloe. Lembaga penelitian dan Pengembangan Seni Budaya Melayu (Satgas MABMI), Medan.
Sinar, Tengku Luckman. 1983. Sumatera Timur sebelum menancapnya Penjajahan Belanda (Jilid I). Medan.
Sinar, Tengku Luckman. Tanpa tahun. Sumatera Utara di Bawah Kekuasaan Pemerintah Hindia-Belanda (s/d awal abad ke XX). Medan
Sjamsudin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah, Penerbit Ombak, Yogyakarta.
Soekanto, Soerjono, (1993), Kamus Sosiologi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Stoller, Ann Laura. 2005. Kapitalisme Dan Konfrontasi Di Sabuk Perkebunan Sumatera, 1870-1979, KARSA, Yogyakarta.
Sulasman, H. 2014. Metodologi peneltian Sejarah, CV Pustaka Setia, Bandung.
Susan, Novri. 2014. Pengantar Sosiologi Konflik. Prenada Group: Medan
Waite, Maurice, dkk, (2009), Oxford Paperback Thesaurus, Oxford University Press, Indian.