• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyediaan Sanitasi dengan kondisi baik

Dalam dokumen DOKUMEN LAKIP DCK KABUPATEN BADUNG (Halaman 36-43)

AKUNTABILITAS KINERJA DAN KEUANGAN

3. Penyediaan Sanitasi dengan kondisi baik

Pengukuran sanitasi secara umum dilaksanakan oleh beberapa SKPD (Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, KBKS, BPMD, dan Dinas Cipta Karya. Berdasarkan tupoksi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah | 32 menyediakan sistem penanganan limbah secara komunal yang merupakan lanjutan dari program terintegrasi bersama-sama pemerintah atasan melalui sharing pendanaan dan sharing pelaksanaan, yang pada periode RPJMD 2010-2015 dipusatkan di kecamatan Kuta dan Legian dengan target pemasangan 3600 Sambungan Rumah Jaringan Air Limbah.

Target pemasangan pada tahun 2013 adalah 400 SR (53,33%) dari target keseluruhan yang akan dipasang. Realisasi adalah 312 SR (49,42%). Tidak tercapainya target karena terjadinya perubahan kondisi lapangan terhadap calon pelanggan (perubahan kepemilikan, perubahan fungsi bangunan, perubahan komitmen pemilik bangunan).

Target persentase prasarana dasar permukiman dengan kondisi baik pada Tahun 2013 adalah 47,56%; realisasi jalan lingkungan dengan kondisi baik sebesar 89,84% , penyediaan jaringan air bersih sebesar 58,49% dan penyediaan sanitasi sebesar 49,42%, sehingga rata-rata kondisi sarana prasarana permukiman dengan kondisi baik sebesar 65,92%. Dengan demikian persentase capaian kinerjanya mencapai 138,61%.

Faktor-faktor yang mendukung pencapaian sasaran:

1. Adanya komitmen untuk percepatan penuntasan infrastruktur layanan air bersih untuk semua wilayah di Kabupaten Badung. Untuk Tahun 2013 dirancang peningkatan penanganan sumber-sumber air di wilayah pedesaan dengan memanfaatkan metode sederhana sehingga diharapkan keterlibatan masyarakat ikut serta dalam pengelolaannya dengan harapan kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan air bersih pedesaan secepatnya dapat tercapai 2. Adanya komitmen pemerataan dan peningkatan penyediaan infrastruktur

lingkungan permukiman di wilayah Kabupaten Badung dan dukungan ketersediaan lahan oleh warga masyarakat.

3. Pelaksanaan pemasangan pipa dan reservoir pada penyediaan air bersih sampai pada kran-kran air minum di pedesaan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah | 33 4. Adanya komitmen bersama dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi untuk

meningkatkan pelayanan penanganan limbah secara terintegrasi dan terkendali

Faktor-faktor yang menghambat/ kendala pencapaian sasaran:

1. Kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan dan pendayagunaan prasarana permukiman belum optimal

2. Pertumbuhan Jalan Lingkungan sejalan dengan pertumbuhan rumah penduduk di areal baru sehingga setiap tahun ada penmabahan ruas baru. Ini berakibat sulitnya membuat target penuntasan penanganan secara keseluruhan (100%)

3. Pemasangan Sistem limbah komunal (DSDP) mengalami banyak perubahan akibat kondisi masyarakat yang berubah pada saat pelaksanaan

Gambar 3.3

Persentase Pencapaian penyediaan sarana dasar permukiman dengan kondisi baik dari tahun 2011 sampai Tahun 2013

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 Target 15.07 31.34 47.56 Realisasi 29.70 48.38 65.92 Th 2011 Th 2012 Th 2013

Realisasi akumulasi capaian sasaran yang telah ditetapkan sampai dengan tahun 2013 dan rencana sesuai dengan RPJMD dapat dilihat spt tabel di bawah ini :

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah | 34

No. Indikator Sasaran Satuan

Realisasi Akumulasi s/d. Tahun 2013 Rencana sesuai dengan RENSTRA Tahun 2015 Persentase Capaian Kinerja (%) 1 2 3 4 5 6 Persentase prasarana dasar permukiman dengan kondisi baik

% 65,92 80,00 82,40

Apabila dibandingkan dengan daerah lain dengan indikator yang hampir sama yaitu pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman Tahun 2013 dengan target 37,00% sedangkan realisasi mencapai 41,41% sehingga tingkat capaian 120,00%.

Sedangkan untuk perbandingan indikator tingkat kabupaten/ kota di Bali dan secara nasional belum ditemukan indikator yang sama.

Secara komulatif capaian Kabupaten Badung tercapai lebih baik karena faktor demografi wilayah.

Tabel 3.4

Analisis Pencapaian Sasaran 4:

Terwujudnya Pengendalian Pengusahaan SDA di bidang ESDM

No. Indikator Sasaran Sat uan Capaian Kinerja Tahun 2011 Tahun 2012 Capaian Kinerja Tahun 2012 Tahun 2013 Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Realisasi Target Realisasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Persentase kepatuhan pengusahaan ESDM terhadap ketentuan penyelenggaraan yang berlaku % 38,63 60,84 157,48 42,99 35,32 82,15 Sasaran Strategis 4

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah | 35 Pada sasaran dan indikator No 4, 5 dan 6 yaitu Terwujudnya Perlindungan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan indikator

Persentase kepatuhan

pengusaha akan keselamatan

kerja penambangan,

Terwujudnya Usaha Migas dan Ketenagalistrikan yang memiliki ijin dengan indikator Persentase kepatuhan pengusaha migas terhadap kualitas dan kuantitas BBM dan Terwujudnya Reklamasi dan Konservasi Lahan Pasca Tambang dengan Persentase Pemanfaatan Air Tanah yang tidak merusak lingkungan dilakukan review karena pada sasaran indikator No 4 dan 5 mempunyai alat ukur yang sama yaitu usaha bidang pertambangan yang memiliki ijin sedangkan untuk sasaran dan indicator no 5, tidak didukung oleh program dan kegiatan reklamasi dan konservasi lahan pasca tambang sehingga dilakukan perubahan sasaran menjadi Terwujudnya Pengendalian Pengusahaan SDA di bidang ESDM dengan Indikator Persentase kepatuhan pengusaha ESDM terhadap ketentuan penyelenggaran usaha.

Dengan adanya perubahan sasaran dan indikator tersebut di atas maka Persentase kepatuhan pengusaha ESDM terhadap ketentuan penyelenggaran usaha kinerja dapat lebih terukur yaitu pengusaha Sumber Daya Alam (SDA) yang bergerak dibidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang telah memiliki ijin dibina dan dipantau kegiatannya agar tidak terjadi penyimpangan dan tidak merusak lingkungan. Pengusaha ESDM yang ada di wilayah Kabupaten Badung terdiri dari:

 Usaha Jasa Minyak dan Gas Bumi (Migas)

Sampai pada Tahun 2013 terdiri dari 498 unit usaha meliputi Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) 36 pengusaha, PSPDN (Premium Solar Package Daeler Untuk Nelayan) 2 pengusaha, Agen LPG Bersubsidi 3 Kg 7 pengusaha,

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah | 36

Pangkalan LPG Bersubsidi 3 Kg sebanyak 3 pengusaha, dan sisanya Pengecer LPG 450 usaha. Pembinaan dan pemantauan dilakukan terhadap peredaran LPG dan migas kepada masyarakat apakah sudah sesuai dengan ketentuan Pertamina.

Usaha Penambangan Mineral bukan logam dan batuan

Sampai pada Tahun 2013 terdiri dari 25 pengusaha, dengan rincian 4 buah usaha Batu Kapur ( IUP 2 buah, Rekomendasi penataan lahan 2 buah), 6 buah usaha tanah Urug (6 Rekomendasi penataan Lahan) sedangkan sisanya (batu padas, tanah liat, tanah urug & sirtu) dilakukan oleh masyarakat petani sebagai usaha sampingan berjumlah 15 buah

Pembinaan dan pengendalian usaha dilakukan dengan pengarahan tata laksana penambangan yang baik dan benar sehingga pekerja yang melaksanakan memenuhi kriteria keselamatan dan kegiataannya tidak merusak lingkungan. Target pembinaan adalah 105 unit usaha, tetapi karena masa berlaku ijin penambangan dari 78 unit usaha telah berakhir sehingga sisa yang dibina adalah 25 unit usaha. Hal ini dampak dari lahan tambang yang dimohonkan untuk penambangan sudah habis ditambang sehingga ijin tidak diperpanjang. Adanya Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) di Kabupaten Badung yang belum ditetapkan dengan Keputusan Menteri ESDM, sehingga ijin rekomendasi juga tidak dikeluarkan, serta Surat Edaran Dirjen Mineral dan Batu bara NO. 11 E/ 30/DJB/2012 tentang pengawasan wilayah pertambangan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah | 37

Usaha Pemanfaatan Air Tanah

Sampai pada April Tahun 2013, tupoksi bidang Pertambangan Dinas Cipta Karya adalah menerbitkan ijin pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Pada akhir Tahun 2012, ijin perusahaan yang memanfaatkan Air Bawah tanah dan permukaan sudah berjumlah 517 ijin.

Karena terbentukanya Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Badung per April 2013, maka penerbitan ijin pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan tidak lagi dilaksanakan di bidang Pertambangan. Kegiatan yang dilakukan selanjutnya hanya pada pembinaan dan pengawasan.

Dengan adanya ijin pengeboran dan pemanfaatan air tanah dapat dipastikan kegiatan yang dilakukan tidak merusak lingkungan karena titik sumur dibangun sesuai dengan ketentuan teknis dan pemantauan kualitas air dilakukan secara berkala dan wajib dilaporkan setiap 6 bulan sekali.

Sebagai bentuk pengawasan, setiap pemegang izin harus memasang water meter yang telah memiliki surat peneraan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali.

 Usaha Ketenagalistrikan untuk kepentingan sendiri

Jumlah usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri Tahun 2013 menjadi 186 buah dengan jumlah mesin genset (cative power) sebanyak 286 buah.

Pembinaan dan pemantauan dilakukan terhadap unit usaha mesin genzet terhadap cadangan tenaga listrik yang dihasilkan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah | 38 Dari 4 jenis usaha ESDM yang ada, tupoksi dari bidang Pertambangan Dinas Cipta Karya adalah melakukan pembinaan dan pengendalian kepada pengusaha agar patuh pada ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Faktor-faktor yang mendukung pencapaian sasaran:

1. Pembinaan dan pemantauan terhadap Wajib Pajak (WP) merupakan kegiatan utama di bidang pertambangan setelah tidak menerbitkan ijin lagi. Hal ini berdampak terhadap intensifnya pembinaan dengan langsung mendatangi WP di lapangan.

Faktor-faktor yang menghambat/ kendala pencapaian sasaran:

1. Kurangnya pemahaman Wajib Pajak (WP) terhadap kewajiban-kewajiban

Dalam dokumen DOKUMEN LAKIP DCK KABUPATEN BADUNG (Halaman 36-43)

Dokumen terkait