• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyehatan Lingkungan Permukiman

B. Kebutuhan Pengembangan SPAM

7.4. Penyehatan Lingkungan Permukiman

Mengacu pada Permen PU Nomor. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan, perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis di bidang air limbah, drainase dan persampahan permukiman.

7.4.1. Air Limbah

7.4.1.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Air

Limbah Permukiman

A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman

Berdasarkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkalis bahwa berikut ini adalah isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di Kabupaten Bengkalis antara lain:

1. Aspek non teknis

a. Kebijakan Daerah dan Kelembagaan

• Belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang

diperlukan dalam sistem pengelolaan sanitasi

• Belum lengkapnya Norma Standar Pedoman dan Manual (NSPM) dan

Standar Pelayanan Miniman (SPM) pelayanan air limbah

• Adanya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD), dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang sudah

memuat kebijakan Pemerintah Kabupaten Bengkalis dalam

pembangunan sanitasi.

• Penguatan kelembagaan pengelolaan sanitasi oleh Pemerintah

Pusat/Provinsi atau pihak-pihak luar

• Kapasitas sumber daya manusia yang melaksanakan pengelolaan

sanitasi masih rendah

• Perlu ditingkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam penetapan kebijakan di bidang sanitasi

• Keterlibatan pihak swasta dalam pendanaan kelembagaan sanitasi

• Kelembagaan masyarakat kurang berperan dalam pengelolaan

• Kelembagaan masyarakat kurang berperan dalam pengelolaan sanitasi

• Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sanitasi kurang

b. Keuangan

• Terdapat pembiayaan untuk pembangunan sanitasi

• Pendanaan sanitasi telah melekat pada masing-masing SKPK

• Terbatasnya kemampuan APBK dalam pendanaan sanitasi

• Peluang pendanaan dari Pemerintah pusat/provinsi untuk

pembangunan sanitasi

• Bantuan pendanaan untuk pembangunan sanitasi dari pihak swasta, masyarakat maupun pihak luar

• Alokasi dana sanitasi tidak tepat sasaran c. Komunikasi

• Belum terbangun layanan sistem informasi sanitasi

• Belum terintegrasinya pesan sanitasi yang efektif dari SKPK terkait • Adanya peluang memanfaatkan media cetak dan elektronik untuk

penyebar luasan informasi dalam rangka percepatan pembangunan sanitasi

• Informasi layanan sanitasi kurang menyentuh masyarakat banyak

• Informasi program-program sanitasi kurang mengena kelompok

sasaran yang dituju d. Keterlibatan Pelaku Bisnis

• Terbatasnya personil yang mengurusi tentang kemitraan dan

keterlibatan pelaku bisnis

• Terbatasnya koordinasi dengan pelaku bisnis

• Pelaku bisnis tidak berminat melakukan kerjasama dalam pengelolaan

sanitasi

e. Partisipasi masyarakat dan gender

• Terdapat Badan Pemberdayaan Masyarakat serta Pemberdayaan

Perempuan

• Adanya program-program pemberdayaan masyarakat dan perempuan

• Keterbatasan tenaga personil Badan dalam pemberdayaan

• Sosialisasi kepada masyarakat tentang pengelolaan sanitasi belum memadai

• Keterlibatan masyarakat dan kaum perempuan dalam pengelolaan

sanitasi masih kurang

• Masyarakat miskin kurang mendapat perhatian dalam pengelolaan sanitasi

f. Monitoring/pemantauan dan evaluasi

• Belum adanya aplikasi monitoring dan evaluasi secara online

• Peningkatan SDM untuk monitoring dan evaluasi

• Belum adanya kebijakan yang menegaskan hak dan kewajiban, peran

dalam monitoring dan evaluasi program-program sanitasi secara terpadu dan terintegrasi.

2. Aspek Teknis

a. Air limbah

• Kepemilikan jamban pribadi baru mencapai 78.53%

• Potensi pengembangan jaringan air limbah secara komunal

• Adanya program pengadaan sarana dan prasarana air limbah

• Perencanaan pengelolaan air limbah secara menyeluruh belum ada

• Prasarana IPLT belum ada

• Keterlibatan swasta dalam pengelolaan air limbah

• Masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran sungai membuang

limbah tinja ke sungai.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman

1. Aspek Teknis

Berisi hal-hal yang berkaitan dengan prasarana dan sarana air limbah yang mencakup:

• Sistem prasarana dan sarana air limbah (sistem setempat/on-site, sistem terpusat/off-site);

• jumlah, masalah, dan kondisi prasarana dan sarana air limbah; • tingkat pelayanan prasarana dan sarana air limbah.

Kondisi eksisiting pengembangan air limbah secara teknis dapat ditampilkan sebagaimana dicontohkan pada tabel-tabel berikut:

Tabel 5.28

Kapasitas Pelayanan Eksisting Prasarana

dan Sarana Jumlah Kapasitas

Sistem Pengolahan

Lembaga

Pengelola Keterangan Kondisi

Truk Tinja - - - - -

IPLT - - - - -

IPAL IPAL Komunal

Septiktank 77.580 On site Sebagian besar baik

dalam kondisi baru Sumber: Hasil Survey, 2015

Tabel 5.29

Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat

No Lokasi Sistem Dibangun

Tahun

Cakupan

Pelayanan Kondisi

MCK IPAL Komunal

1 Desa Api-api 2008 100% Berfungsi

2 Desa Tanggayun 2008 100% Berfungsi

3 Desa parit Api-Api 2010 Berfungsi

4 Desa Bukuk Bakul 2010 Berfungsi

5 Desa Bukit Batu 2010 Berfungsi

6 Desa Lubuk Gaung 2010 Berfungsi

7 Desa Sungai Linau 2010 Berfungsi

8 Desa Tasik Serai 2010 Berfungsi

Sumber: Dinas Cipta Karya, 2012

2. Pendanaan

Sampai saat ini pendanaan mengenai penyediaan, pemeliharaan serta operasi sarana dan prasarana air limbah masih menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah melalui anggaran APBD. Sedangkan peran swasta dalam pengelolaan air limbah ini umumnya dalam bentuk jasa penyedotan tinja belum ada hal ini dikarenakan peluang untuk investasi di bidang air limbah ini masih tidak layak, karena tarif pelayanannya masih rendah.

Penyediaan sarana dan prasarana air limbah berbasiskan masyarakat dalam bentuk program PAMSIMAS sistem pendanaannya adalah sebagai berikut:

1. APBN / Loan Bank Dunia : Rp. 192.500.000 (70%)

2. APBD Kabupaten / Kota : Rp. 27.500.000 (10%)

3. Kontribusi Masyarakat Desa yang terdiri dari :

a. In Cash (Berbentuk Modal) : Rp. 11.000.000 (4%)

b. In Kind (Partisipasi kegiatan : Rp. 44.000.000 (16%)

Berupa Tenaga dan material) +

3. Kelembagaan

Kelembagaan pemerintah yang bertanggung jawab atas pengelolaan air limbah adalah Dinas Tata Kota, Tata Ruang dan Permukiman yang berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan dan Badan Lingkungan Hidup (BLH). Namun untuk program PAMSIMAS merupakan kegiatan yang berbasis masyarakat dan didukung oleh beberapa instansi yang berkolaborasi antara lain, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata Kota Tata Ruang dan Permukiman, Dinas Kesehatan, dan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) serta lembaga non pemerintah lainnya (Data SDM Dinas Tata Kota, Tata Ruang dan Permukiman terlampir).

Bentuk alur koordinasi antar instansi dalam melaksanakan tugas PAMSIMAS dibentuk Tim Koordinasi Kabupaten (TKK) yang dipimpin Kepala Bappeda, pada perkembangan selanjutnya TKK diganti dengan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL). Pada tahun 2013, Pokja AMPL dibantu oleh Panitia Kemitraan (PAKEM) yang terdiri dari unsur pemerintah daerah, perguruan tinggi, asosiasi BPSPAMS dan unsur masyarakat/ LSM. Disamping itu dibentuk pula District Project Manajement Unit (DPMU) yang dikepalai oleh SKPD teknis yang membidangi air minum melalui surat Keputusan Bupati, yang bertujuan sebagai penyelanggara kegaitan PAMSIMAS di Tingkat Kabupaten.

4. Peraturan Perundang-undangan

5. Peran Serta Swasta dan Masyarakat

Peran swasta dalam pengelolaan air limbah di Kabupaten Bengkalis belum ada, karena investasi di bidang ini belum menjanjikan. Sedangkan peran masyarakat Kabupaten bengkalis dalam program ini cukup antusias hal ini bisa dilihat dalam keterlibatan mereka melalui program PAMSIMAS.

Perilaku masyarakat Kabupaten Bengkalis mengenai hidup sehat bisa dikatakan kurang. Hal ini masih terdapat jamban/cubluk yang membuang langsung limbah ke sempadan sungai/pantai. Kondisi ini umumnya di alami pada kawasan permukiman yang tidak layak huni.

Dokumen terkait