HASIL PENELITIAN
5.1. Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Madani
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat diberikan dengan tujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pemeliharaan kesehatan paripurna yang bermutu dan merata dengan pengendalian biaya yang berasal dari peserta (Depkes, 2000). Menurut Trisnantoro (2009) salah satu subsistem yang selalu ada dalam sistem kesehatan diberbagai negara adalah subsistem pembiayaan kesehatan yang merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan sumber daya keuangan secara terpadu dan saling mendukung guna melaksanakan pembangunan kesehatan. Tujuan dari subsistem ini adalah tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berdayaguna dan berhasilguna untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Sebagaimana diketahui bahwa Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani ini didasarkan pada kebijakan untuk membantu masyarakat yang tidak terdaftar dalam Jamkesmas nasional. Jamkesmas adalah program pelayanan gratis yang dicanangkan oleh pemerintah pusat dengan menggunakan data-data yang telah disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Tentu saja data-data yang
diberikan sebagai dasar penerbitan kartu peserta Jamkesmas adalah kurang akurat mengingat adanya keterbatasan jangkauan BPS untuk mendata masyarakat yang tinggal di pedalaman. Dengan asumsi bahwa pemerintah daerah lebih mengenal masyarakatnya, maka Pemerintah kota Tanjung Balai mencanangkan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam tentang latar belakang diselenggarakannya PJKMU Madani, para informan (Walikota Kota Tanjung Balai dan DPRD Kota Tanjung Balai) menyatakan bahwa latar belakang dilaksanakannya PJKMU Madani adalah karena masih banyaknya masyarakat miskin yang belum tercakup dalam program Jamkesmas, sehingga PJKMU Madani perlu diselenggarakan dengan tujuan untuk mencakup masyarakat miskin dan yang belum memiliki jaminan kesehatan serta karena belum tercakup dalam program Jamkesmas. Selanjutnya, program ini juga diberikan kepada masyarakat sebagai salah satu wujud dari tugas pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakatnya. Terutama pelayanan di bidang kesehatan, karena dengan adanya masyarakat yang sehat maka pembangunan keseleuruhan aspek kehidupan ( bidang ekonomi, sosial, politik dan sebagainya) akan lebih mudah dilaksanakan.
Pelaksanaan PJKMU Madani dimulai pada tahun 2009 berdasarkan Keputusan Walikota Tanjung Balai No. 440/102/K/2009 tentang Penugasan PT. Askes (Persero) Cabang Tanjungbalai dalam pengelolaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani bagi Masyarakat Kota Tanjungbalai
Tahun 2009, serta Perjanjian Kerjasama antara PT. Askes (Persero) Cabang Tanjungbalai No. 11/PKS/0209 dengan Pemerintah Kota Tanjungbalai No. 440/4223 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani bagi Masyarakat Kota Tanjungbalai.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, kebijakan penyelenggaraan PJKMU Madani ditetapkan oleh Walikota Tanjungbalai selaku penggagas program melalui peraturan Surat Keputusan (SK) Walikota Tanjungbalai di mana di dalamnya tercantum penentuan peserta PJKMU Madani dan penunjukkan PT. Askes Cabang Tanjungbalai sebagai pihak pelaksana/badan penyelenggara (Bapel) PJKMU Madani. Pelaksanaan di lapangan terutama di penyedia pelayanan kesehatan (PPK) berdasarkan perjanjian kerja sama (PKS) antara Pemko Tanjungbalai dengan PT. Askes yakni Perjanjian Kerjasama antara PT. Askes (Persero) Cabang Tanjungbalai No. 080/PKS/1210 dengan Pemerintah Kota Tanjungbalai No. 900/24518 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani bagi Masyarakat Kota Tanjungbalai Tahun Anggaran 2011. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota (Pemko) Tanjungbalai sejak tahun 2009. PJKMU Madani merupakan salah satu upaya Pemko Tanjungbalai untuk meningkatkan akses masyarakat ke pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin yang mana tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Tanjungbalai. Untuk melaksanakan program jaminan kesehatan tersebut, Pemko Tanjungbalai mengalokasikan dana
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tanjungbalai dan menjadikan PT. Askes untuk menjadi mitra mengelola dana jaminan kesehatan tersebut. Namun, sebagaimana hasil wawancara, masih ditemukan beberapa kendala dalam masalah pembiayaan program ini. Salah satu di antaranya adalah keterlambatan penetapan APBD yang juga akan berakibat pada keterlambatan pencairan dana /klaim biaya pengobatan dan pembelian obat untuk peserta PJKUM. Tentunya hal ini perlu diantisipasi dengan menyiapkan dana yang mencukupi dengan menyiapkan dana cadangan. Sehingga pada saat APBD belum ditetapkan, daerah masih memiliki dana yang cukup untuk menjalankan program ini. Di samping itu pemerintah juga dapat menggunakan sistem premi kepeserta, agar pemerintah Kota Tanjungbalai tidak sepenuhnya menanggung biaya. Peserta jaminan kesehatan tetap dipungut biaya dengan jumlah yang kecil. Yang mana sebagian biaya pelayanan kesehatan tersebut dapat dipergunakan untuk pembangunan pelayanan yang lain dan semua jenis pelayanan kesehatan (penyakit kronis) dapat terlayani seperti pelayanan kesehatan JAMKESMAS.
Tujuan utama dari program ini adalah untuk memenuhi harapan masayarakat dan pemerintah yaitu semua masyakarat miskin bisa memperoleh layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas. Pada daerah lain juga demikian halnya. Kota Madaya Medan, Kotamadaya pematangsiantar, Kota Binjai dan daerah lainnya juga memiliki program layanan kesehatan gratis bagi warganya. Dengan demikian, seharusnya setiap daerah dapat saling mencontoh hal-hal yang baik pada daerah lain,
dan dapat berdiskusi bersama untuk mengatasi masalah yang dihadapi, karena pada dasarnya masalah utama dalam pelaksanaan program jaminan kesehatan daerah adalah pada pendataan peserta.
5.2. Sasaran
Seperti diketahui pemerintah selalu berupaya membantu masyarakat miskin dalam mendapatkan pelayanan kesehatan melalui program Jamkesmas. Namun, program Jamkesmas tidak dapat menjangkau masyarakat yang ada di daerah karena kuato yang disediakan adalah terbatas. Berdasarkan data yang diperoleh dari Tanjung Balai Dalam Angka Tahun 2012, bahwa dari 155.889 jumlah penduduk Kota Tanjung Balai, hanya sebesar 45.065 orang yang tercakup dalam Jamkesmas, sedangkan 31.250 orang adalah sebagai peserta PJKUM Madani. Ini berarti bahwa masyarakat Kota Tanjung Balai yang sudah menjadi peserta Program Jaminan kesehatan (pusat dan daerah) hanya sebesar 48,95 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lebih dari 50% penduduk Kota Tanjung Balai belum atau tidak terdaftar sebagai peserta jaminan kesehatan (pusat maupun daerah). Hal ini tentu menjadi sebuah tanda tanya, mengapa masyarakat Tanjung Balai tidak atau belum terdaftar sebagai anggota?Apakah mayoritas (lebih dari 50%) penduduk Kota Tanjung Balai memiliki kemampuan ekonomi yang baik dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Ataukah ada factor lain yang menjadi penghalang?
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada penduduk yang tidak atau belum terdaftar sebagai peserta ditemukan jawaban bahwa pada dasarnya mereka sangat membutuhkan jaminan layanan kesehatan, namun karena mereka tidak memahami prosedur pendaftaran dan juga dikarenakan persyaratan administrative yang tidak dapat mereka penuhi (KTP atau KK), maka mereka enggan untuk berusaha mendaftarkan diri sebagai peserta. Terutama bagi masyarakat yang belum memiliki tempat tinggal yang tetap (masih menyewa rumah) mereka menghadapi kesulitan pada saat baru pindah rumah dan harus melapor kepada kepling setempat. Apalagi jika mereka menyewa per bulan, kadang-kadang kartu peserta belum selesai, tapi mereka sudah pindah ke wilayah lain. Salah satu solusi yang dapat ditempuh pemerintah Kota Tanjung Balai adalah dengan memastikan bahwa seluruh masyarakat sudah memiliki KTP, meniadakan pungutan biaya pembuatan KTP/KK dan melakukan sosialisasi bahwa KTP bukan hanya dibutuhkan untuk layanan berobat gratis namun juga sebagai tanda identitas yang sudah berskala nasional.
Hal lain yang menyebabkan masih adanya penduduk miskin yang belum mendapatkan pelayanan kartu peserta (hasil wawancara dengan pihak kecamatan, pimpinan puskesmas maupun pihak PT Askes) sering sekali masyarakat tidak melaporkan kelahiran anggota baru dalam keluarga. Sehingga ketika hendak berobat, anak tersebut belum terdaftar sebagai anggota baru keluarga. Dalam menyikapi hal ini, masyarakat diminta untuk memiliki kesadaran untuk selalu melaporkan berbagai peristiwa kependudukan yang terjadi pada keluarganya (meninggal atau kelahiran).
Hal lain yang diperoleh dari hasil wawancara maupun observasi adalah masih dijumpai ketidaktepatan sasaran pelayanan kesehatan PJKM Madani, dalam arti bahwa pemegang kartu miskin PJKM Madani terkadang adalah masyarakat yang dari segi ekonomi, tidak berhak dan tidak layak untuk mendapatkan layanan pengobatan gratis ini. Hal ini disebabkan karena tidak ada ketentuan yang seragam tentang penetapan miskin yang dapat dipedomani di kota Madya Tanjungbalai. Sehingga perlu perumusan yang lebih jelas tentang kriteria penduduk miskin atau kurang mampu.Di samping itu, secara umum masyarakat yang termasuk dalam keluarga miskin atau kurang mampu biasanya tidak memiliki KTP maupun KK sehingga mereka tidak dapat mendapatkan layanan berobat gratis dari PJKUM Madani tersebut. Sebaiknya pemerintah Kota Tanjung Balai dapat membenahi administrasi kependudukannya sehingga tidak ada lagi masyarakat yang tidak memiliki KTP maupun Kartu Keluarga, menjamin bahwa proses pengurusan KTP,KK dan surat kependudukan lainnya tidak dikenakan biaya yang akan memberatkan masyarakat.
5.3. Kepesertaan
Kepesertaan adalah menjadi pesertanya seseorang atau kelompok orang secara sah dalam program jaminan kesehatan dengan memenuhi syarat sebagai peserta. Kepesertaan dalam jaminan kesehatan mencakup beberapa hal yaitu menjadi peserta, tetap menjadi peserta dan memanfaatkan hak sebagai peserta. Peserta adalah setiap
orang yang terdaftar sebagai pengikut suatu program jaminan kesehatan (Hendrartini, 2009).
Berdasarkan hasil wawancara, peserta PJKMU Madani adalah masyarakat miskin dan belum memiliki jaminan kesehatan serta yang belum tercakup dalam program Jamkesmas. Pendataan peserta dilakukan oleh pihak Kecamatan sebagai pihak yang mengetahui kondisi masyarakat. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku, di mana peserta PJKMU Madani adalah kepala keluarga dan anggota keluarga dari masyarakat umum Kota Tanjung Balai yang masuk dalam kriteria kurang mampu dan belum terdaftar pada Program Jamkesmas serta tercantum dalam daftar usulan peserta PJKMU Madani dari pemerintah Kota Tanjung Balai
Berdasarkan hasil wawancara, prosedur pelayanan pengurusan peserta/menjadi peserta adalah dengan membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai bukti bahwa calon peserta adalah penduduk Kota Tanjung Balai. Prosedur untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas adalah dengan membawa kartu PJKMU Madani, sedangkan prosedur untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah dengan membawa kartu PJKMU Madani dan surat rujukan dari Puskesmas. Prosedur untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan di RS. Pirngadi Medan adalah peserta wajib membawa kartu PJKMU Madani, surat rujukan dari RS. dr. Tengku Mansyur serta kartu pengantar dari PT. Askes Cabang Tanjungbalai.
Salah satu kendala yang berhubungan dengan pengadaaan kartu peserta PJKUM Madani ini adalah seringnya terjadi keterlambatan penyelesaian kartu. Ketika hal ini dikonfirmasikan pada PT Askes, mereka menyatakan bahwa mereka selalu berupaya untuk mengeluarkan kartu anggota secepat mungkin, namaun yang sering terjadi adalah lambatnya data-data yang masuk dari pihak kelurahan atau pengelola di daerah. Namun, PT Askes dapat mengatasi hal tersebut, yaitu dengan mengeluarkan surat keterangan yang mana datanya di peroleh melalui Master File Askes yang sudah ter up date secara nasional. Dengan demikian, kiranya perlu dibangun sebuah koordinasi yang baik antara pemerintah daerah (terutama pihak kelurahan, RT/RW) agar pengiriman data dapat dapat diserahkan tepat waktu.
Permasalahan lain yang muncul seputar masalah peserta program ini adalah minimnya pemahaman masyarakat tentang program ini. Berdasarkan hasil penelitian, pembinaan peserta PJKMU Madani dilaksanakan ketika sosialisasi kepada peserta. Pembinaan peserta yang dilakukan adalah dengan menghimbau agar masyarakat menggunakan kartu dengan sebaik-baiknya, tidak menyalahgunakan kartu misalnya digunakan oleh masyarakat yang tidak berhak, dan menghimbau masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dasar bila timbul gejala-gejala penyakit dan tidak menunggu sampai sakitnya parah. Pembinaan peserta juga dilakukan dengan memberikan penyuluhan yang melibatkan pihak Dinas Kesehatan menjadi narasumber tentang suatu penyakit kepada peserta terutama tentang pencegahannya sehingga masyarakat juga dapat berperan aktif memelihara
kesehatannya sendiri. Namun, sosialisasi tentang perlunya pelaporan secara teratur tentang keanggotaan keluarga, masih kurang maksimal. Sehingga sering sekali terjadi, keluarga yang baru pindah tidak langsung melapor pada pihak pemerintah daerah setempat dan menyebabkan data kependudukan yang tidak tepat/berubah. Hambatan yang dialami oleh pihak Pemko Tanjungbalai terutama oleh pihak kecamatan adalah masih banyaknya masyarakat yang telah terdata untuk menjadi peserta PJKMU Madani namun peserta tersebut pindah keluar dari kota Tanjungbalai. Hal ini mengakibatkan banyaknya kartu peserta yang tidak terpakai. Untuk mengatasi hal tersebut, pihak kecamatan selalu menghimbau agar para kepala lingkungan memantau warganya. Apabila ada masyarakat terutama peserta PJKMU Madani yang hendak pindah dari Kota Tanjung Balai agar mengurus surat keterangan pindah.
Selain hal di atas hambatan yang dihadapi adalah masih banyaknya pasien miskin yang berobat ke rumah sakit akan tetapi pasien tersebut tidak masuk sebagai penerima/peserta PJKMU Madani. Adapun upaya yang dilakukan oleh PT. Askes dengan menghimbau pasien untuk mendatangi kecamatan agar didaftarkan sebagai peserta PJKMU Madani. PT. Askes juga menghimbau rumah sakit untuk tetap memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien (yang sudah dilengkapi dengan surat keterangan dari PT Askes) sembari menunggu pasien/keluarga pasien mengurus administrasi peserta PJKMU Madani.
5.4. Biaya
Berdasarkan data yang diperoleh, anggaran kesehatan Kota Tanjungbalai pada tahun 2010 sebesar Rp. 46.168.751.000 atau 12,71 % APBD Kota Tanjungbalai yang sebesar Rp. 363.250.000.000. Dana yang dialokasikan untuk pelaksanaan program PJKMU Rp 2.415.000.000 atau sekitar 5,2% dari anggaran kesehatan Kota Tanjungbalai (Dinkes Kota Tanjungbalai, 2011). Pada tahun 2012 jumlah anggaran untuk pelayanan kesehatan masyarakat miskin Kota Tanjung Balai sebesar Rp. 4.080.000.000. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa anggaran kesehatan Kota Tanjungbalai sudah sesuai dengan amanat Undang-Undang Kesehatan. Dari hasil wawancara juga dinyatakan bahwa dana yang dialokasikan untuk pelaksanaan PJKMU Madani sudah mencukupi. Pemko Tanjung Balai selalu berusaha untuk membayarkan premi peserta kepada PT. Askes sesuai dengan perjanjian. Pada akhir tahun, bila terjadi kelebihan dana PJKMU Madani, maka PT. Askes akan mengembalikan dana tersebut kepada Pemko Tanjung Balai dan bila terjadi kekurangan dana maka Pemko Tanjung Balai wajib membayarkan kekurangan dana tersebut.
Pertanggungjawaban dan transparansi penggunaan dana akan disampaikan oleh PT. Askes setiap enam bulan sekali. Dana yang disediakan dianggarkan untuk pembayaran layanan : kunjungan rawat jalan, rawat inap di Rumah Sakit, obat, ATK, transportasi rujukan, biaya operasional, biaya sosialisasi dan pelayanan dasar di puskesmas. Pelayanan kesehatan yang tidak ditanggung dengan dana yang
dikeluarkan oleh pemerintah kota Tanjung Balai, yaitu: penyakit kanker, cuci darah, alat Bantu dengar, dan kaki palsu. Hal ini sehubungan dengan keterbatasan kemampuan keuangan daerah. Keluhan yang banyak disampaikan oleh masyarakat adalah jenis layanan pengobatan yang mereka peroleh hanya terbatas untuk penyakit ringan saja, yang sebenarnya dapat disembuhkan dengan membeli obat tanpa resep dokter. Masalah utama yang dihadapi masyarakat adalah kesulitan menutupi biaya pengobatan untuk penyakit berat yang biasanya membutuhkan biaya yang mahal. Harapan dari masyarakat adalah adanya peningkatan kualitas layanan program ini yaitu dengan menambah jenis layanan berobat gratis untuk penyakit akut dan berbiaya tinggi. Hal ini tentu berhubungan dengan ketersediaan dana. Hal yang masih perlu dibenahi adalah perhatian dari pemerintah tentang kucuran dana untuk pelaksanaan program ini. Menambah besaran anggaran serta berupa agar Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) senantiasa dirumuskan dan disahkan tepat waktu sehingga tidak ada pihak-pihak yang terganggu karena lambannya pencairan dana. Termasuk bayaran jasa para medis (dokter umum, dokter spesialis maupun perawat) agar dapat diperhatikan sehingga dapat memotivasi kerja para medis tersebut.