• Tidak ada hasil yang ditemukan

Back Office Umum Personalia Support

C. Penyelesaian Pembiayaan KPRS Bermasalah di BMI Cabang Solo

Pengajuan penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan melalui langkah tindakan berorientasi pada upaya dan penyelesaian (pembiayaan menjadi lunas) baik melalui upaya non litigasi ataupun upaya litigasi.

1. Langkah non litigasi

Upaya penyelesaian ini dilaksanakan BMI dengan tanpa melalui proses penyelesaian lembaga peradilan yang ada, yaitu :

a. Melakukan pendekatan kepada nasabah pembiayaan tersebut ataupun kepada pemilik jaminan agar bersedia membayar/melunasi kewajibannya pada BMI.

b. Melakukan penekanan kepada nasabah pembiayaan atau pemilik jaminan baik melalui pemberian surat pemberitahuan atau surat peringatan dan sebagainya yang bertujuan agar nasabah pembiayaan tersebut berusaha membayar/melunasi kewajibannya kepada BMI. Maksud dan penyelesaian di atas untuk dapat dipenuhinya pembayaran oleh nasabah pada BM. s

Upaya penyelesaian ini dilaksanakan BMI apabila langkah non litigasi tidak tercapai melalui proses penyelesaian peradilan yang ada. Bentuk pelaksanaannya, antara lain:

a. Pengajuan gugatan

Baru dilaksanakan bila nasabah pembiayaan yang dihadapi sudah tidak ada harapan penyelesaian secara tepat dan tuntas. Melalui penggunaan hak preferen BM sebagai pemegang hak tanggungan.

Pelaksanaan gugatan dapat diajukan melalui pengadilan negeri/basyarnas atau lembaga penggantinya, tergantung yuridis hukum yang disepakati.

Pelaksanaan gugatan apabila dilaksanakan melalui Pengadilan Negeri wajib memperhatikan prosedur hukum acara perdata yang berlaku. Basyarnas selaku lembaga arbitrase/perwasitan wajib dilaksanakan dengan prosedur acara pengajuan yang berlaku di Basyarnas.

Yang perlu diperhatikan dalam proses ini, yaitu :

1) Pihak yang digugat (tergugat) : nasabah pembiayaan/penjamin/ pada pihak lainnya yang benar-benar tidak memiliki iktikad baik dan tidak memiliki kemauan menyelesaikan permasalahannya secara sukarela. 2) Yuridis hukum dan atau kewenangan pengadilan yang ada pada

pengadilan negeri ataupun basyarnas. b. Pengajuan Pidana

Jalan pengaduan ada tidaknya perbuatan yang patut disangkakan dilaksanakan nasabah/pemilik jaminan/pembiayaan pihak lainnya (baik

untuk intern bank ataupun ekstern bank) dan patut diduga termasuk tindak pidana yang menimbulkan kerugian pada pihak BMI. Tujuannya lebih mengutamakan penekanan psikologis kepada pihak yang dimaksudkan guna mengakui kesalahannya. Dan selanjutnya mengembalikan kekayaan yang diperoleh dari perbuatan yang dilanggar dan pada akhirnya menyelesaikan kewajibannya.

Pengajuan pidana ini diajukan apabila adanya tindak penggelapan, penipuan, pemalsuan dan sebagainya.

c. Permohonan eksekusi jaminan

Pada dasarnya suatu keputusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum, mempunyai sifat mengikat dan wajib dilaksanakan oleh para pihak yang berperkara. Karena bila keputusan pengadilan atas adanya pengajuan gugatan ternyata tidak dilaksanakan dengan sukarela oleh salah satu pihak maka pihak yang merasa dirugikan (Bank Muamalat) dapat mengajukan pelaksanaan keputusan pengadilan (flat eksekusi) tersebut.

Untuk jaminan berupa tanah, sertifikat hak atas tanah yang telah diikat akte pembenaran hak tanggungan, yang dapat dipersamakan dengan suatu keputusan pengadilan (dalam sertifikat hak tanggungnya) terdapat kata-kata “Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam pelaksanaan eksekusi wajib memperhatikan ektentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan pengajuan permohonan eksekusi ini dapat dilaksanakan sendiri oleh pejabat Bank Muamalat

maupun minta lembaga bantuan/jasa hukum dengan wajib sepengetahuan dan persetujuan komite pembiayaan.

d. Permohonan kepailitan

Upaya lain dalam proses litigasi tersebut di atas, oleh UU diberikan peluang dalam proses penyelesaian pembiayaan bermasalah secara tepat, terbuka dan efektif, yaitu melalui proses pengajuan kepailitan sebagaimana telah diatur dalam UU kepailitan No. 1 tahun 1998 pelaksanaannya pula harus diteliti secara matang dan sangat dibutuhkan pertimbangan yang lengkap karena itu harus ada persetujuan komite pembiayaan.

Penyelesaian pembiayaan di Bank Muamalat Cabang Solo pada awalnya melalui proses musyawarah. Apabila tahap ini tidak berjalan dengan lancar maka tahap selanjutnya adalah memberikan surat peringatan pertama. Selanjutnya apabila surat peringatan pertama tidak berhasil maka surat peringatan ini diberikan sampai surat peringatan ketiga kemudian bila surat peringatan ini masih tidak dihiraukan oleh nasabah maka tahap selanjutnya adalah restrukturisasi pembiayaan yaitu perpanjangan jangka waktu pembiayaan. Pada tahap ini jika nasabah masih tidak bisa melunasi pembiayaan maka tahap terakhir adalah menjual barang jaminan yang dijaminkan dalam pembiayaan KPRS.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh pembiayaan KPRS pada Bank Muamalat Indonesia cabang Solo, calon nasabah harus memenuhi syarat-syarat untuk mendapatkan pembiayaan tersebut, antara lain, calon nasabah harus mengisi formulir pembiayaan KPRS selain itu juga harus menyertakan syarat-syarat pembiayaan KPRS meliputi fotokopi KTP suami istri, KK, akta nikah, surat persetujuan istri/suami, data-data keuangan serta data-data jaminan. Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi maka calon nasabah harus mengikuti prosedur yang telah diterapkan oleh pihak Bank Muamalat, yaitu melalui beberapa tahapan antara lain, prosedur pengajuan pembiayaan, prosedur analisis pembiayaan, tahap realisasi pembiayaan dan prosedur pengembalian pembiayaan.

2. Pembiayaan KPRS di Bank Muamalat Indonesia cabang Solo tidak lepas dari adanya cidera janji yang dilakukan oleh nasabah. Cidera janji yang terjadi di Bank Muamalat Indonesia cabang Solo terbilang kecil. Adapun cidera janji yang terjadi berupa keterlambatan pembayaran yang tidak sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Dalam hal keterlambatan nasabah dibagi 2, yaitu: nasabah yang terlambat/tidak memenuhi kewajibannya karena kondisi

di luar kehendak nasabah dan nasabah yang mampu namun menunda-nunda pembayaran.

3. Apabila terjadi cidera janji di dalam pembiayaan KPRS di Bank Muamalat Indonesia cabang Solo, maka untuk menyelesaikan perselisihan yang mengakibatkan suatu akibat hukum tersebut pihak Bank Muamalat Indonesia cabang Solo dan calon nasabah mendahulukan prinsip musyawarah untuk mufakat. Namun apabila di dalam musyawarah tersebut tidak menghasilkan suatu keputusan di antara para pihak, maka sesuai dengan akad perjanjian musyarakah, pihak Bank Muamalat Indonesia cabang Solo dan calon nasabah akan menyelesaikan perselisihan tersebut melalui Badan Arbitrase Syari’ah Nasional (Basyarnas), di mana putusan Basyarnas merupakan putusan final dan mengikat para pihak. Tetapi di dalam menyelesaikan putusan tersebut Bank Muamalat Indonesia cabang Solo berdasarkan pertimbangannya sendiri untuk menyelesaikan sengketa atau perselisihan tersebut melalui proses pengadilan negeri dalam wilayah Negara Repubik Indonesia.

B. Saran

1. Sebaiknya Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo lebih berhati-hati dalam hal menyeleksi calon nasabah yang akan diberikan pembiayaan, supaya tidak terjadi tunggakan-tunggakan angsuran yang nantinya menyebabkan karyawan Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo harus menagih angsuran pada nasabah.

2. Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo seharusnya memberikan semacam bonus/hadiah bagi nasabah yang angsurannya tepat waktu. Sehingga akan membuat nasabah yang lain akan termotivasi untuk menyelesaikan angsurannya tepat pada waktunya.

Dokumen terkait