• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyiapan Informasi Geospasial atau Perpetaan Bidang Tata Ruang . 24

Dalam dokumen TIM PENYUSUN LAPORAN (Halaman 34-47)

BAB 3 Pengumpulan, Penyusunan dan Penetapan Bahan, Data, dan Informasi Dalam

3.1. Penyusunan, Penetapan, dan Pemantauan Implementasi Peraturan

3.1.4. Penyiapan Informasi Geospasial atau Perpetaan Bidang Tata Ruang . 24

Rapat penyiapan peta skala besar untuk penyusunan RDTR Tahun 2016 bertujuan untuk menetapkan target penyediaan peta skala besar untuk penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tahun 2016. Dalam rapat, Direktorat Pembinaan Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah, Kementerian ATR/BPN menyampaikan beberapa hal:

a. Terdapat rencana alokasi Tahun Anggaran 2015 untuk penyediaan foto udara (sebesar Rp 1 Milyar) di Kota Jambi, Bitung, dan Pare-pare, namun tidak jadi dilakukan karena BIG sudah memiliki data peta dasar skala 1:10.000 akan tetapi dengan kualitas dari data tersebut seperti skala 1:5000;

b. Terdapat rencana alokasi Tahun anggaran 2015 sebesar 100 Milyar, namun yang terlaksana hanya 3 paket yaitu di Kota Malang, Kediri, dan Madiun; dan

c. Telah disusun data target penyusunan RDTR Tahun 2016 per pulau (masih dalam bentuk tabular, belum data Area of Interest (AOI)).

pembuatan peta dasar untuk pengusunan RDTR di 3 lokasi, yaitu Kota Malang, Kota Kediri dan Kota Madiun dengan luas 40.933 Ha.

c. Rendahnya realisasi baik anggaran ataupun fisiknya dikarenakan keterbatasan waktu dan data dasar untuk memproduksi peta tersebut.

d. Rencana Tahun 2016

 Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar memiliki anggaran pembuatan peta dasar RDTR skala 1:5.000 sebesarRp. 63.094.880.000 di 29 paket lokasi.

 1 paket lokasi hasil perekaman foto udara pada tahun 2015 (Kediri, Madiun, dan Malang) menjadi prioritas utama.

 28 lokasi selanjutnya diharapkan akan ditentukan pada rapat hari ini.

Pusat Pemetaan Rupabumi Skala Besar, Badan Informasi Geospasial menyampaikan: a. Kegiatan Tahun 2015 Penyediaan Foto Udara skala 1:5.000, Penyedian Lidar skala 1:

5.000, Penyediaan Citra skala 1:25.000, penyediaan Citra Resolusi Tinggi skala 1:5000 di seluruh wilayah Indonesia (hampir setengah luas daratan Indonesia), kegiatan Ground Control Process (GCP);

b. Status Peta RBI skala 1:5.000 hingga 31 Desember 2015 adalah 590 dari 379.012 Nomor Lembar Peta (NLP);

c. Permasalahan:

 Adanya draft Standar Biaya Penyelenggaraan Informasi Geospasial yang baru, membuat biaya penyelenggaraan Informasi Geospasial mengalami kenaikan dibanding 2015 (kembali ke level biaya s/d 2014). Akibatnya volume yang ada di RKP kemungkinan besar tidak akan tercapai apabila standar biaya yang baru ini diterapkan

 Perlunya revisi untuk menambah alokasi Perjalanan Dinas yang akan digunakan untuk pengukuran (GCP) secara swakelola.

d. Rencana Pekerjaan Tahun Anggaran 2016

 Penyelenggaraan Citra Tegak Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi (CSRT) (pengukuran GCP dan proses orthorektifikasi) dengan anggaran sebesar 6 M dengan prioritas lokasi di Kawasan RDTR (masukan ATR/BPN) dan 5.000 desa mandiri

 Pemetaan RBI skala 1:5.000 dengan anggaran 63,6 M, target RKP 2016 750 NLP, lokasi: Ambon-Sofifi; Mandor; Tanggamus; Samarinda-Tarakan-Tj. Selor; Jayapura-Biak; Kabupaten Bogor

 Akuisisi Data Foto Udara Digital dengan anggaran 37,8 , target RKP 2016 2000 km2 (target realisasi 4063 km2), fokus ke penyediaan data foto udara untuk penyusunan RDTR (Jawa Bagian Barat) dan penyediaan foto udara untuk wilayah Kota Baru; Tanjung Selor yang belum diakuisisi; Sintang; dan Banjar

Beberapa poin diskusi dalam rapat:

 CSRT skala 1:5.000 sudah selesai untuk setengah wilayah Indonesia, sebaiknya fokus utama kegiatan ke depan adalah mempercepat proses GCP;

 Ke depan perlu kerjasama yang lebih baik lagi antara BIG dan Kementerian ATR/BPN agar kegiatan penyediaan peta dasar skala besar untuk penyusunan RDTR tidak tumpang tindih;

 Hambatan asap dan awan dalam foto udara perlu dipikirkan, bagaimana permasalahan ini harus diselesaikan;

 Terkait amanat UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah mengenai pengalihan kewenangan perbatasan menjadi kewenangan pusat, maka sebaiknya penyediaan peta skala besar dapat dilakukan di wilayah perbatasan Papua dan Kalimantan disediakan oleh Pemerintah;

 Target jumlah lokasi yang akan disediakan peta dasar skala besarnya perlu dipertimbangkan dengan alokasi anggaran yang tersedia di Tahun 2016;

 Diharapkan kegiatan rapat koordinasi Penyediaan Peta Skala Besar untuk Penyusunan RDTR Tahun 2016 dapat menghasilkan Grand Design penyelesaian target penyusunan data spasial RDTR Tahun 2016-2019;

 Perlu dilakukan evaluasi penyediaan peta skala besar 1: 5.000 untuk penyusunan RDTR Tahun 2015, apabila wilayah perkotaan sudah tersedia CSRT-nya, maka ke depan fokus pada kegiatan GCP. Perlu pembagian tugas yang jelas antara BIG dan Kementerian ATR/BPN untuk kegiatan GCP; dan

 Perlu kesepakatan lokasi yang menjadi prioritas penyediaan peta dasar skala besar (mana yang akan dikerjakan oleh Kementerian ATR/BPN dan mana yang akan dikerjakan oleh BIG).

Kesimpulan dari rapat tersebut, Tahun 2016-2017 akan difokuskan pada penyediaan unsur-unsur peta dasar untuk RDTR. Kementerian ATR/BPN dan BIG akan melakukan pembagian tugas untuk kegiatan GCP. Selanjutnya, akan diadakan rapat lanjutan untuk penentuan lokasi prioritas penyusunan peta dasar skala besar 1:5.000 tahun 2016 yang disesuaikan dengan pendanaan Tahun 2016.

Direktorat Pembinaan Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah, Kementerian ATR/BPN akan menyiapkan data AOI (dalam format .shp) untuk lokasi prioritas penyusunan RDTR Tahun 2016.

Pusat Pemetaan Rupa bumi Skala Besar, BIG dan Direktorat Pemetaan Dasar, Ditjen Infrastruktu rdan Keagrariaan, Kementerian ATR/BPN akan menyiapkan lokasi-lokasi (dalam

b. Rapat Koordinasi Lanjutan Penyediaan Peta Skala Besar untuk Penyusunan RDTR Tahun 2016

Rapat ini dilakukan sebagai tindak lanjut Rapat pada tanggal 11 Januari 2016 dengan tujuan utama untuk menetapkan target penyediaan peta skala besar untuk penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tahun 2016-2017. Dalam rapat 11 Januari 2016 disepakati bahwa:

a. Fokus 2016-2017 adalah penyediaan seluruh data dasar untuk RDTR

b. Direktorat Pembinaan Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah, Kementerian ATR/BPN akan melakukan review spasial kebutuhan daerah untuk peta dasar skala besar 2016 dan 2017

c. Rencana pembagian tugas kegiatan GCP, sesuai dengan ketersediaan anggaran antara Direktorat Pemetaan Dasar, Ditjen Infrastruktur dan Keagrariaan,

Kementerian ATR/BPN dan Pusat Pemetaan Rupabumi Skala Besar, Badan Informasi Geospasial (BIG).

Dalam rapat terdapat beberapa poin penting, yaitu

 Direktorat Pembinaan Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah, Kementerian ATR/BPN telah melakukan rekapitulasi dalam format .shp lokasi prioritas penyusunan RDTR Tahun 2016-2017, akan tetapi belum semua lokasi dipetakan (akan dilengkapi dalam 1-2 minggu ke depan). Lokasi yang belum dipetakan ke dalam format .shp: Wilayah Pulau Jawa kecuali Provinsi Banten dan Jawa Tengah, Pulau Papua, Kepulauan Maluku, dan Provinsi NTT. Setelah rapat tanggal 11 Januari 2016, terdapat perubahan list tabular lokasi prioritas

penyusunan RDTR karena mendapatkan konfirmasi (update) dari Sub Direktorat Pembinaan Daerah (Binda)

 Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas, BIG telah melakukan kegiatan rekapitulasi progress verifikasi peta RDTR yang telah dan sedang dilakukan oleh Pusat dan Daerah hingga Januari 2016, namun belum seluruhnya selesai

dilakukan.Rekapitulasi telah dilengkapi dengan data status asistensi perpetaan tata ruang.

 Pada Tahun 2016 Pusat Pemetaan Rupabumi Skala Besar, BIG akan melakukan kegiatan GCP yang maksimal dilakukan di 1350 titik dan proses pelaksanaannya melalui kegiatan swakelola.

 Direktorat Pemetaan Dasar, Ditjen Infrastruktur dan Keagrariaan, Kementerian ATR/BPN memiliki 29 paket lokasi untuk kegiatan GCP pada tahun 2016. Ke-29 paket lokasi tersebut harus sudah ditentukan lokasinya di minggu ketiga Bulan Januari karena pada awal bulan Februari akan dilakukan proses lelang.

 Perlu memikirkan kebutuhan penyediaan peta skala besar 1:5000 prioritas nasional untuk penyusunan RDTR di sekitar Kawasan Industri (KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Pariwisata, dan Kawasan Perbatasan  Perlu dipastikan bahwa data rekapitulasi dalam format .shp lokasi prioritas

penyusunan RDTR Tahun 2016-2017 bukan yang sedang atau sudah menyusun RDTR, tetapi yang akan menyusun RDTR. Informasi ini dibutuhkan agar tidak

overlapping.

 Perlu ada kesepakatan apakah sebaiknya Area of Interest (AOI) ditetapkan berdasarkan batas administratif atau batas wilayah perencanaan

 Kegiatan asistensi perpetaan yang dilakukan belum termasuk integrasi spasial kegiatan Nawacita/RPJMN 2015-2019. Sebaiknya data spasial Nawacita/RPJMN 2015-2019 Bappenas disampaikan juga ke BIG.

 Pertemuan untuk pemantauan kegiatan triwulanan perlu dilakukan, Bappenas akan memfasilitasi kegiatan, namun materi akan tetap dikoordinatori oleh BIG.  Perlu dikembangkan sistem informasi antar K/L dan daerah. Sistem informasi

mencakup informasi:status penyediaan peta dasar; status penyusunan RDTR; tata cara Daerah untuk pengambilan data peta dasar; dan Contact Person yang dapat dihubungi.

Berikut merupakan kesimpulan dan tindak lanjut rapat:

1. Direktorat Pembinaan Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah, Kementerian ATR/BPN akan menyelesaikan rekapitulasi dalam format .shp lokasi prioritas penyusunan RDTR Tahun 2016-2017 dalam rentang waktu 1-2 minggu ke depan dan dilengkapi dengan status penyelesaian RDTR

2. Direktorat Pemetaan Dasar, Ditjen Infrastruktur dan Keagrariaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN akan menentukan 29 paket lokasi sesuai dengan data AOI lokasi prioritas dari Direktorat Pembinaan Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah, Kementerian ATR/BPN yang kemudian akan diajukan ke proses lelang pada awal Februari 2016.

3. Pusat Pemetaan Rupabumi Skala Besar, BIG akan menetapkan 1350 titik untuk kegiatan Ground Control Process (GCP) dan dikoordinasikan dengan Kementerian ATR/BPN

4. Apabila dibutuhkan data dasar skala besar 1:5000 untuk penyusunan RDTR di wilayah Perbatasan, sekitar KEK, sekitar KI, dan sekitar Kawasan Pariwisata sesuai Nawacita/RPJMN 2015-2019, maka akan dianggarkan oleh Pusat

kesepakatan lokasi prioritas penyediaan peta skala besar 1:5000 untuk penyusunan RDTR Tahun 2016-2017.

6. Direktorat Pengembangan Wilayah, Bappenas akan menyampaikan data spasial Nawacita/RPJMN 2015-2019 kepada BIG

c. Penetapan Lokasi Prioritas Penyediaan Peta Skala Besar untuk Penyusunan RDTR Tahun 2016-2017

Rapat kedua mengenai penyediaan peta skala besar untuk RDTR dilaksanakan untuk: i) Menentukan lokasi prioritas penyusunan peta dasar skala 1:5000 untuk penyusunan RDTR di Tahun 2016-2017; dan ii) Menyepakati pembagian tugas antara BIG dan Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar, Kementerian ATR/BPN dalam melakukan kegiatan penyusunan peta dasar skala 1:5000 untuk penyusunan RDTR. Dalam rapat terdapat beberapa poin penting yang disampaikan oleh Kementerian ATR/BPN, yaitu: a. Telah dilakukan penyelesaian rekapitulasi dalam format .shp lokasi prioritas

penyusunan RDTR Tahun 2016-2017. Rekapitulasi yang dilakukan belum berdasarkan cakupan Bagian Wilayah Perencanaan (BWP) RDTR, masih berdasarkan wilayaha dministrasi.

b. Telah dilakukan penyusunan Rencana Lokasi AOI untuk pembuatan peta dasar skala 1:5000 untuk penyusunan RDTR di Tahun 2016

c. Penetapan rencana lokasi tersebut dilakukan berdasarkan:

 AOI prioritas yang telah ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah, Kementerian ATR/BPN;

 Ketersediaan data Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT); dan

 Permohonan pembuatan peta dasar skala 1:5000 untuk penyusunan RDTR dari pemerintah daerah

d. Teridentifikasi 29 lokasi yang akan dibantu penyusunan peta dasar skala 1:5000 untuk RDTR oleh Direktorat Pemetaan Dasar, Ditjen Infrastruktur dan Keagrariaan, Kementerian ATR/BPN.

e. Khusus untuk lokasi Danau Toba, pemilihan dilakukan karena dalam rangka percepatan perwujudan struktur dan pola ruang Kawasan Danau Toba yang telah diatur dalam Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya, serta akan segera terbitnya Peraturan Presiden tentang Badan Otorita Pengelolaan Kawasan Pariwisata Danau Toba, dimana salah satunya diperlukan Peta Dasar untuk RDTR Skala 1:5.000 (Permohonan Plt. Dirjen Tata Ruang melalui Nota dinas No. 77/200/II/2016). Pekerjaan untuk penyusunan peta dasar skala 1:5000 untuk Danau Toba akan dilaksanakan secara Swakelola, rencana akan dimulai di tanggal 7 Maret 2016. Poin-poin yang disampaikan oleh BIG adalah sebagai berikut:

a. Lokasi penyusunan peta dasar skala 1:5000 untuk RDTR untuk tahun 2016 akan dilakukan di 13 lokasi baik berasal dari digitasi dari data LiDAR, digitasi data dari CSRT, dan stereoplotting data foto udara

b. Rencana lokasi untuk akuisisi data skala 1:5000 Tahun 2016 yang masih harus dikoordinasikan dengan Bappenas.

c. Penentuan Lokasi GCP Tahun Anggaran masih belum dapat ditentukan. Poin-poin penting dalam diskusi adalah sebagai berikut:

a. Perlu bantuan dari BIG dalam proses GCP yang akan dilakukan di Danau Toba pada awal Maret 2016.

b. Penyusunan peta dasar skala besar 1:5000 untuk penyusunan RDTR pada tahun 2016 dianggarkan sebesar 63 Miliar untuk 29 lokasi.

c. Spesifikasi standar pemetaan menggunakan citra tegak yang dilakukan oleh BIG tidak melakukan kegiatan pembangunan monumentasi benchmark.

d. Perlu jawaban dari Bappenas terkait lokasi prioritas nasional yang memerlukan peta dasar skala besar khususnya untuk foto udara, diharapkan surat tersebut dapat terjawab selambatnya Minggu I Bulan Maret.

e. Data CSRT sudah tersimpan dan akan disampaikan kepada Kementerian ATR/BPN, namun untuk data pleiades belum tersimpan di database.

f. Target Kepala BIG yaitu untuk CSRT yang sudah dibeli pada Tahun 2015 (93.600 km2) harus selesai di orthorektifikasi Tahun 2016, dana yang dialokasikan sebesar 6 Miliar. Penyelesaian direncanakan dilakukan selama 6 bulan dengan meningkatkan kapasitas server 2 (dua) kali lipat dan sudah dianggarkan, yang menjadi hambatan besar yaitu proses kegiatan GCP. GCP yang dibutuhkan sebanyak 27.000 titik tanpa titik uji independen.

g. Terdapat kendala dalam melakukan kegiatan GCP yaitu:

 Keterbatasan SDM, diperlukan 75 tim (150 orang) dalam waktu 4 bulan pengerjaan (100 hari kerja)

 Keterbatasan pagu untuk perjalanan dinas di BIG h. Alternatif penyelesaian kendala tersebut yaitu:

 Meminta bantuan kepada Topografi Kodam (Topdam), Angkatan Darat.Terdapat informasi bahwa setiap Kodam memiliki 3-5 GPS dan BIG telah melakukan pendekatan kepada Topdam.Topdam telah bersedia untuk membantu kegiatan GCP di semester I Tahun 2016.

i. Hasil kesepakatan Rapat BKPRN bahwa penggunaan data CSRT untuk RDTR: i) data 2 tahun untuk urban area yaitu perubahan tata guna lahan relatif cepat; ii) data yang lebih lama (3-4 tahun) untuk wilayah-wilayah dengan kecepatan perubahan tata guna lahan yang lebih lambat.

j. Perlu disusun segera perkiraan kebutuhan anggaran beserta daftar lokasi kegiatan penyusunan peta dasar skala besar 1:5000 untuk penyusunan RDTR Tahun 2017, mengingat saat ini sedang dilakukan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017.

k. Lokasi di sekitar kawasan KEK harus dipenuhi penyediaan peta dasar skala 1:5000 untuk penyusunan RDTR di Tahun 2017.

l. Kawasan Perbatasan juga menjadi prioritas nasional.

m. Tata Ruang Desa masih belum jelas konstelasinya didalam penataan ruang.

n. Kementerian ATR/BPN cq. Sub Direktorat Pembinaan Daerah perlu memetakan daerah mana saja yang telah melakukan kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) penyusunan RDTR dan memberitahukan kepada daerah yang dibuatkan peta dasarnya oleh pemerintah pusat agar tidak terjadi duplikasi anggaran.

o. Telah dilakukan pembahasan untuk menjawab surat BIG terkait lokasi prioritas nasional yang memerlukan peta dasar skala besar 1:5000 khususnya untuk foto udara. Hasil keputusan sementara dari Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, Bappenas mengusulkan lokasi dilaksanakan di KEK (Morotai, seluruh Kabupaten Lombok Tengah, dan Kota Palu). Direktorat Pengembangan Wilayah akan menjawab surat tersebut.

p. Bappenas akan menyusun surat rekomendasi kepada Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan terkait revisi dari anggaran pendanaan non perjalanan dinas ke perjalanan dinas di BIG.

q. Dari 29 daftar lokasi dari Kementerian ATR/BPN yang masih harus dikonfirmasi ulang: Kecamatan Kasihan, Perkotaan Mandiraja, Kota Pekalongan, Kecamatan Tanggerang, Kecamatan Batu Ceper, Kecamatan Benda, Kecamatan Ciledug, Kecamatan Curug, Kecamatan Tantakan, Kecamatan Walantaka, dan Perkotaan Pangkajene.

Dalam rapat disepakati beberapa hal:

1. Penyediaan peta skala 1:5000 untuk penyusunan RDTR Tahun 2016 akan dilaksanakan oleh Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim, BIG di 13 lokasi. 2. Penyediaan peta skala 1:5000 untuk penyusunan RDTR Tahun 2016 akan

dilaksanakan oleh Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar, Kementerian ATR/BPN di 29 lokasi.

dan Atlas, BIG. Apabila setelah dilakukan konfirmasi terdapat lokasi yang tidak layak untuk ditetapkan, maka akan digeser ke lokasi Kawasan Perkotaan Tobelo, Kawasan Perkotaan Kao, dan Kawasan Perkotaan Galela.

b. Pelaksanaan penyediaan peta dasar skala 1:5000 untuk RDTR di kawasan Danau Toba akan dibantu proses GCP dan orthorektifikasinya oleh BIG. Pelaksanaan pekerjaan dijadwalkan pada bulan Maret Tahun 2016.

3. Lokasi akuisisi data skala besar Tahun 2016 yang akan dilaksanakan oleh Pusat Pemetaan Rupa bumi dan Toponim, BIG (Foto Udara): Tanjung Selor (sisa AOI kotabaru); Kuala Tanjung; Mataram; Banda Aceh; dan Lokus KEK (Morotai, Mandalika, Palu). Untuk Banda Aceh dan Mataram akan didiskusikan lebih lanjut dengan program NUDP dan terdapat kemungkinan dialokasikan ke lokasi KEK

4. Lokasi akuisisi data skala besar Tahun 2016 yang akan dilaksanakan oleh Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar, Kementerian ATR/BPN (Foto Udara)

a. Paket I (Seluruh Kota Cirebon, dan sebagian kecil Kabupaten Cirebon)

b. Paket II (Bali: Kota Denpasar, Sebagian Kabupaten Badung, dan sebagian Kabupaten Gianyar)

c. Paket III (Kota Semarang)

5. BIG c.q. Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim akan mengirimkan surat kepada Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar, Kementerian ATR/BPN terkait spesifikasi standar pemetaan menggunakan citra tegak yang dilakukan oleh BIG bahwa dalam proses pelaksanaannya tidak perlu melakukan pembangunan monumentasi benchmark.

6. BIG c.q. Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim akan menuliskan surat kepada Direktorat Pengembangan Wilayah dan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas terkait kepastian lokasi penyediaan peta dasar skala 1:5000 Tahun 2016 berdasarkan berdasarkan konfirmasi Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas, BIG dan Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar, Kementerian ATR/BPN selambatnya tanggal 3 Maret 2016.

7. Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas, BIG akan melakukan kompilasi data untuk status seluruh kegiatan pemetaan tata ruang yang telah dilakukan termasuk Bimtek yang telah dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah, Kementerian

9. Direktorat Pembinaan Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah, Kementerian ATR/BPN akan memberitahukan kepada Pemerintah Daerah terkait lokasi penyusunan peta dasar 1:5000 Tahun Anggaran 2016 dan Lokasi Akuisisi Data Skala Besar Tahun Anggaran 2016 yang akan dilakukan oleh Pemerintah Pusat agar tidak terjadi duplikasi penganggaran.

10. BIG dan Kementerian ATR/BPN akan menyusun perkiraan target lokasi dan anggaran yang dibutuhkan untuk penyusunan peta dasar 1:5000 Tahun 2017.

d. Review dan Verifikasi Data Informasi Geospasial Tematik (IGT) Status dan Perencanaan Ruang

Rapat ini dilakukan untuk mengkoordinasikan data IGT Status dan Perencanaan Ruang. Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas terlibat dalam Satgas 1 (Kompilasi dan Integrasi). Sedangkan Direktorat Pengembangan Wilayah Bappenas terlibat dalam penyediaan Peta RPJMN dan RKP.

Dalam rapat tersebut terdapat beberapa pembahasan, yaitu:

 IGT Wilayah Pertahanan: penyusunan peta yang sudah benar referensi spasialnya akan dibantu oleh BIG. Data yang ada 1:1.000.000 dan berupa CAD, belum bisa dikonversikan karena tidak ada SDM untuk menspasialkan data;

 IGT RTRWP dan RTRWK: 29 RTRWP sudah perda (yang belum perda: Sumut, Sumsel, Riau, Kepri, Kaltara). Banyak yang setelah perda tidak melaporkan kembali ke BIG. 29 prov dan 565 kab/kota sudah terkumpul datanya di ATR/BPN;  IGT RPJMN dan RKP: Untuk RPJMN informasi yang disampaikan adalah indikasi

rencana, peta sudah diselesaikan 2015 bersama dengan BIG. Untuk RKP 2017, belum sepenuhnya merupakan peta RKP, masih berupa peta usulan lokasi Prioritas Nasional (PN) dan belum ada saringan, termasuk terkait pendanaan. Dibutuhkan pertemuan dengan direktorat sektoral Bappenas untuk konfirmasi;  Klarifikasi IGT Batas Kabupaten/Kota terhadap Informasi Geospasial Dasar (IGD):

Kemendagri akan menyiapkan tabel segmen batas wilayah definitif (berupa Permendagri). Untuk segmen yang belum ditetapkan menggunakan indikatif IGD;  IGT Batas Laut: Batas Laut akan diplotkan pada IGD LLN, skala 1:250.000; dan  Akan dilakukan klinik khusus dengan Satgas 1 untuk verifikasi Peta IGT KEK,

Wilayah Pertahanan, RPJMN dan RKP, penetapan kawasan hutan, Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), KHDTTK, Hak Guna Usaha (HGU), Hak Pengelolaan Atas Tanah (HPL), Izin Usaha Pertambangan (IUP), RTRWP dan RTRWK, RZWP3K.

Sebagai tindak lanjut, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk ke depannya:  Dibutuhkan 2 tim dalam Satgas 1, yaitu Tim Monitoring dan Tim Perwujudan Satu

- Tim Perwujudan Satupeta IGT: proses perwujudan data IGT yang belum ada, pendampingan proses perbaikan data IGT, dan klinik khusus perwujudan Satu Peta IG.

 Sosialisasi IGD direncanakan dilaksanakan bersamaan dengan Sosialisasi KSP kepada Pemda, jadwal tentatif 20-21 Juli 2016 atau 27-28 Juli di Denpasar, Bali.

- Direktorat Pengembangan Wilayah Bappenas (bersama dengan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan) akan mengadakan pertemuan dengan Direktorat Sektoral Bappenas untuk mengkonfirmasi terkait Peta RKP.

3.2. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Penataan Ruang Daerah dan Nasional a. Rapat Koordinasi BKPRD di Kabupaten Kudus

Rapat Koordinasi BKPRD Kabupaten Kudus diselenggarakan pada tanggal 16 Maret 2016 dengan tujuan untuk: 1) Membahas persiapan pelaksanaan peninjauan kembali RTRW Kabupaten Kudus; dan 2) Mensinkronkan pelaksanaan peninjauan kembali RTRW Kabupaten Kudus dengan RTRWN dan RTRWP Jawa Tengah.

Kajian teknis Peninjauan Kembali Perda RTRW Kabupaten Kudus 2012-2032 dilakukan karena adanya perubahan batas wilayah Kabupaten Kudus, dengan temuan sebagai berikut: 1) Perlu dilakukan revisi luasan LP2B dari 25.334 Ha menjadi 17.000 Ha; dan b) Perlu dilakukan koordinasi antara Perum Perhutani, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan Propinsi serta Kabupaten Kudus untuk mendapatkan data kehutanan yang valid.

Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus mempertanyakan kepada Bappeda Provinsi Jawa Tengah mengenai penentuan luasan LP2B seluas 25.334 Ha. Disamping luasan tersebut mencapai 60% dari luas Kabupaten Kudus, ada beberapa wilayah yang diarahkan sebagai LP2B namun kondisinya tidak cocok sebagai LP2B (diantaranya pada area yang kelerengannya lebih dari 40% dan berpotensi longsor, atau pada area yang sudah terbangun perumahan).

Sejauh ini belum ada informasi adanya Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah yang telah sampai pada tahap penetapan LP2B. Penetapan LP2B membutuhkan komitmen dari pemilik lahan untuk tidak mengalihfungsikan lahannya. Oleh karena itu, dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah sebatas disebutkan “yang diarahkan untuk LP2B”.

Dalam peninjauan kembali RTRW Kab Kudus maupun penyusunan RDTR, dibutuhkan data dari pemerintah pusat, di antaranya: 1) Lokasi trase jalan tol; 2) Lokasi SUTET yang melalui Kabupaten Kudus; dan 3) Lintasan revitalisasi jalur Kereta Api.

Dalam dokumen TIM PENYUSUN LAPORAN (Halaman 34-47)

Dokumen terkait