• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyimpanan dan pengujian benih kedelai varietas Anjasmoro menggunakan jenis kemasan berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 1 Penyimpanan dan pengujian benih kedelai varietas Anjasmoro menggunakan jenis kemasan berbeda

Perilaku benih kedelai varietas Anjasmoro dalam tiga jenis kemasan berbeda yang ditunjukkan melalui peubah KA tertera pada Gambar 5.

Gambar 5 Kadar air benih kedelai Anjasmoro yang disimpan selama periode 16 minggu menggunakan tiga jenis kemasan berbeda pada sistem penyimpanan terbuka.

Gambar 5 menunjukkan bahwa penyimpanan benih kedelai varietas Anjasmoro dengan KA awal 8.44% menggunakan kemasan karung plastik hanya

dapat mempertahankan kadar air benih tetap rendah (≤ 11%) hingga periode

simpan 4 minggu, sedangkan penggunaan kemasan plastik PP dan alumunium foil dapat mempertahankan KA benih pada tingkat aman hingga akhir periode simpan.

Shelar et al. (2008) menjelaskan bahwa selama penyimpanan KA benih kedelai secara nyata dipengaruhi oleh varietas, proses pengolahan, dan kemasan simpan yang digunakan. Vijay dan Dadlani (2003) menyatakan bahwa peningkatan KA yang terjadi karena proses absorbsi uap air merupakan penyebab langsung terjadinya kemunduran benih selama penyimpanan.

Benih kedelai varietas Anjasmoro yang disimpan menggunakan karung plastik mengalami peningkatan KA berkisar 0.011 sampai 1.490% setiap tujuh hari (mingguan) periode simpan. Berdasarkan fluktuasi data serapan uap air mingguan tersebut, maka diketahui bahwa peningkatan KA benih kedelai dalam kemasan karung plastik sebesar 0.595% dan penurunan KA sebesar 0.158% setiap minggu periode simpan.

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Ka da r a ir (% , wb)

Periode simpan (minggu)

Benih kedelai varietas Anjasmoro yang disimpan menggunakan kemasan plastik PP mengalami peningkatan KA berkisar 0.115 sampai 0.531% setiap tujuh hari (mingguan) periode simpan. Berdasarkan fluktuasi data serapan uap air mingguan tersebut, maka diketahui bahwa peningkatan KA benih kedelai dalam kemasan plastik PP sebesar 0.140% dan penurunan KA sebesar 0.224% setiap minggu periode simpan.

Benih kedelai varietas Anjasmoro yang disimpan menggunakan kemasan alumunium foil mengalami peningkatan KA berkisar 0.089 sampai 1.513% setiap tujuh hari (mingguan) periode simpan. Berdasarkan fluktuasi data serapan uap air mingguan tersebut, maka diketahui bahwa peningkatan KA benih kedelai dalam kemasan alumunium foil sebesar 0.091% dan penurunan KA sebesar 0.274% setiap minggu periode simpan.

Pola perilaku benih pada beberapa jenis kemasan simpan tersebut serupa dengan hasil penelitian Nugraha et al. (2006) yang memperlihatkan terjadinya peningkatan KA benih yang disimpan dalam kemasan kemasan karung plastik, sedangkan KA benih yang disimpan dalam kemasan kedap yaitu Josep Bag dan

Plastic Jar mengalami penurunan. Hasil penelitian ini (Gambar 5) menunjukkan bahwa jenis kemasan berperan penting terhadap KA benih selama periode simpan. Perilaku benih kedelai varietas Anjasmoro pada tiga jenis kemasan berbeda yang ditunjukkan melalui peubahVDSDB tertera pada Gambar 6.

Gambar 6 menunjukkan penurunan VDSDB benih kedelai hingga akhir

periode simpan. VDSDB benih kedelai varietas Anjasmoro yang dikemas dalam

karung plastik turun hingga mencapai 80% setelah disimpan selama 5 minggu, sedangkan untuk kemasan plastik PP dan alumunium foil penurunan VDSDB hingga

tingkat yang sama terjadi setelah disimpan selama 11 dan 12 minggu. Perilaku benih kedelai yang ditunjukkan oleh peubah VDSDB untuk kemasan karung plastik

memperlihatkan pola yang sama dengan peubah KA. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Shelar et al. (2008) yaitu VDSDB benih turun dengan meningkatnya KA

dan lamanya periode simpan. Perilaku berbeda ditunjukkan oleh benih varietas Anjasmoro yang disimpan dalam kemasan plastik PP dan alumunium foil, yaitu kemampuan kemasan mempertahankan KA benih tetap rendah (Gambar 5) tidak diikuti dengan perilaku VDSDB (Gambar 6) yang penurunannya menunjukkan pola

yang sama dengan penggunaan kemasan karung plastik dan VDSDB lebih kecil dari

80% pada akhir periode simpan. Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian Shelar et al. (2008).

Gambar 6 VDSDB benih kedelai Anjasmoro yang disimpan selama periode 16

minggu menggunakan tiga jenis kemasan berbeda pada sistem penyimpanan terbuka.

Tekrony et al. (1993) menyatakan bahwa VDSDB benih kedelai turun lebih

cepat selama periode simpan dibandingkan tanaman berbiji lainnya dan benih yang berukuran besar mengalami kemunduran yang lebih cepat dari benih kecil. Shelar et al.(2008) menemukan bahwa penurunan VDSDB benih kedelai selama

masa simpan dipengaruhi oleh varietas dan kemasan simpan.

Penurunan VDSDB benih kedelai selama periode simpan mengindikasikan

turunnya mutu fisiologis benih yang disimpan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Copeland dan McDonald (1995) yang menyatakan bahwa proses mundurnya mutu fisiologis benih terjadi secara berangsur-angsur dan kumulatif akibat perubahan fisiologis dan biokimia benih. VDSDB benih kedelai

memperlihatkan penurunan yang lebih cepat dengan semakin lamanya periode simpan. Data hasil pengamatan terhadap peubah VDSDB menunjukkan peningkatan

kecambah yang mati akibat serangan cendawan sejak periode simpan 11 minggu dan terus meningkat sampai dengan periode simpan 15 minggu. Benih kedelai

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 VDS DB (%)

Periode simpan (minggu)

dalam kemasan karung plastik yang mati pada periode simpan 11 minggu sebanyak 22.6% meningkat menjadi 62.4% pada periode simpan 15 minggu. Peningkatan jumlah benih mati pada periode simpan yang sama juga terjadi untuk benih kedelai yang disimpan dalam kemasan plastik PP yaitu dari 21.0% meningkat menjadi 53.8% dan benih dalam kemasan alumunium foil dari 20.0% meningkat menjadi 50.0%. Pada periode simpan tersebut terjadi peningkatan suhu harian ruang simpan secara bertahap dari 26.0 OC menjadi 30 OC, sehingga diduga terjadi peningkatan respirasi dan mendorong terjadinya serangan cendawan. Dugaan tersebut berdasarkan hasil penelitian Yaja et al. (2005) yang menemukan terjadinya peningkatan infeksi cendawan terhadap benih kedelai yang disimpan seiring dengan peningkatan suhu ruang simpan pada seluruh tingkatan kadar air benih (6, 8, 10, 12%).

VDSDB benih kedelai varietas Anjasmoro pada periode simpan 16 minggu

kembali meningkat dengan berkurangnya jumlah kecambah mati akibat serangan cendawan untuk tiga jenis kemasan simpan yang digunakan. Peningkatan tersebut selain pengaruh penurunan suhu harian ruang simpan dari 30.0 OC menjadi 28.3

O

C, juga diduga merupakan variasi yang terdapat dalam lot benih. Pallock dan Roos diacu dalam Saenong (1986) menyampaikan bahwa perbedaan lot benih dari galur yang sama mengakibatkan perbedaan mutu fisiologi benih yang disimpan.

Perilaku benih kedelai varietas Anjasmoro pada tiga jenis kemasan berbeda yang ditunjukkan melalui peubah VDSDHL tertera pada Gambar 7.

Gambar 7 menunjukkan nilai VDSDHL benih kedelai Anjasmoro yang

disimpan dalam kemasan plastik PP dan alumunium foil selama 16 minggu lebih kecil dari 22 µS.cm-1.g-1, sedangkan benih dalam kemasan karung plastik nilai VDSDHL telah mencapai lebih dari 29 µS.cm-1.g-1. Taliroso (2008) menduga daya

simpan benih berdasarkan nilai VDSDHLdan menyatakan bahwa benih kedelai

dengan nilai VDSDHL berkisar antara 27.0 – 30.5 µS.cm-1.g-1 diduga memiliki daya

simpan 5-8 minggu. Dugaan daya simpan benih kedelai dalam kemasan karung plastik berdasarkan nilai VDSDHL tersebut sama dengan nilai VDSDB benih pada

periode yang sama yang telah turun hingga 80% pada periode simpan lima minggu. Kemasan karung plastik bersifat porous sehingga mudah meloloskan uap air dan mengakibatkan naiknya KA benih.

Gambar7 VDSDHL benih kedelai varietas Anjasmoro yang disimpan menggunakan

tiga jenis kemasan berbeda selama periode 16 minggu.

Tatipata et al. (2004) menyatakan bahwa KA benih yang tinggi akan mengakibatkan meningkatnya permeabilitas membran. Meningkatnya permeabilitas membran sel secara langsung dan integritas membran mitokondria secara tidak langsung dapat diindikasikan oleh peningkatan DHL (Tatipata 2008). Saenong (1986) menyatakan semakin tinggi nilai DHL maka viabilitas benih semakin mundur.

Perilaku benih kedelai varietas Anjasmoro pada tiga jenis kemasan berbeda yang ditunjukkan melalui peubah BK benih tertera pada Gambar 8.

Bobot kering benih mencapai maksimum pada saat masak fisiologis (MF) ketika masih berada di tanaman induk. Selama periode simpan, metabolisme benih dalam hal ini respirasi tetap berlangsung namun berjalan lambat. Justice dan Bass (1994) menguraikan respirasi benih menjadi tiga fase, yaitu : (1) perombakan cadangan makanan, (2) terbentuknya hasil antara atau akhir dan (3) pelepasan energi. Cadangan makanan yang terlebih dahulu dirombak adalah karbohidrat pada endosperm setelah itu cadangan makanan yang terdapat dalam embrio, sedangkan fase pelepasan energi ditengarai sebagai fase yang paling besar kejadiannya dalam penyimpanan benih.

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 VDS DHL ( μ S /cm/g )

Periode simpan (minggu)

Respirasi berlangsung akibat terjadinya penggabungan (oksidasi) oksigen dan substrat, sehingga dihasilkan CO2 dan energi. Garwood dan Lighton (1990)

menyatakan bahwa laju konsumsi oksigen benih berlangsung seiring dengan peningkatan KA, sehingga peningkatan absorpsi uap air akan meningkatkan ketersediaan dan laju konsumsi O2 benih. Justice dan Bass (1994) menyebutkan

bahwa CO2 merupakan hasil samping respirasi, yang menurut Sorour dan Uchino

(2004) evolusi CO2 dapat mengindikasikan laju kemunduran benih. Oleh karena

itu, pengurangan cadangan makanan akibat respirasi yang dapat diukur melalui peubah BK benih (peubah fisik).

Gambar 8 Bobot kering benih kedelai varietas Anjasmoro yang disimpan menggunakan tiga jenis kemasan selama periode 16 minggu

Gambar 8 menunjukkan terjadinya penurunan BK benih kedelai varietas Anjasmoro pada semua jenis kemasan simpan. Benih yang disimpan dalam kemasan karung plastik pada awal simpan memiliki BK 12.71 gram dan di akhir periode simpan menjadi 12.17 gram, kemasan plastik PP menjadi 12.28 gram dan kemasan alumunium foil menjadi 12.24 gram. Sorour dan Uchino (2004) menyimpulkan terjadinya penurunan bobot kering sebesar 0.5% pada benih kedelai yang disimpan selama 48 hari dengan KA 18% dan suhu 15 OC.

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 B K B enih (g )

Periode simpan (minggu)

Berdasarkan data perilaku benih kedelai varietas Anjasmoro yang disimpan

Dokumen terkait