• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyimpanan dan pengujian benih empat varietas kedelai menggunakan kemasan karung plastik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 2 Penyimpanan dan pengujian benih empat varietas kedelai menggunakan kemasan karung plastik

variabel KA yang mempengaruhi variabel lainnya dapat menjadi input untuk model penyimpanan benih. Nilai variabel KA benih kedelai yang disimpan menggunakan kemasan simpan karung plastik, plastik PP dan alumunium foil pada periode simpan tertentu dalam model dapat diduga menggunakan nilai peningkatan (absorbsi) dan atau penurunan kadar air (desorbsi) yang diperoleh melalui percobaan 1.

Percobaan 2 Penyimpanan dan pengujian benih empat varietas kedelai menggunakan kemasan karung plastik

Perilaku benih empat varietas kedelai yang disimpan menggunakan karung plastik pada sistem penyimpanan terbuka dengan peubah KA tertera pada Gambar 9.

Gambar 9 Kadar air benih empat varietas kedelai pada sistem penyimpanan terbuka selama periode simpan 16 minggu

Gambar 9 menunjukkan bahwa KA empat varietas yang disimpan dalam kemasan karung plastik tidak dapat dipertahankan dibawah 11% selama periode simpan 16 minggu. KA benih varietas Wilis telah melampaui 11% pada

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Ka da r a ir (% , wb)

Periode simpan (minggu)

penyimpanan minggu keempat, sedangkan tiga varietas lainnya setelah penyimpanan minggu keenam dan ketujuh.

Wang et al. (2010) mengemukakan bahwa KA benih selama periode simpan mengikuti pola tertentu yang bersifat dan berlaku di ruang penyimpanan, sehingga KA awal berperan penting. Perubahan KA benih selama periode simpan antara lain dipengaruhi oleh varietas. Justice dan Bass (1994) menjelaskan pengaruh varietas terhadap penyerapan dan penahanan uap air oleh benih diantaranya ketebalan dan struktur kulit serta komposisi kimia benih. Komposisi kimia benih yang berperan dalam peningkatan KA adalah protein karena sifatnya yang higroskopis (mudah menyerap dan menahan uap air). Marwanto (2004) menyebutkan faktor lain yang mempengaruhi ketahanan benih dalam penyimpanan yaitu warna kulit, kedelai dengan warna kulit hitam memiliki kandungan lignin yang lebih tinggi dibandingkan kedelai berwarna kuning, sehingga kedelai berwarna hitam memiliki permeabilitas yang lebih rendah.

Hasil percobaan pada Gambar 9 memperlihatkan pola perilaku KA yang sama empat varietas kedelai yang diuji. Benih kedelai varietas Detam-1 mengalami peningkatan KA mingguan berkisar 0.372 sampai 2.287%. Berdasarkan fluktuasi data serapan uap air mingguan tersebut, maka diketahui peningkatan KA benih kedelai varietas Detam-1 sebesar 1.031% dan penurunan KA sebesar 0.582% setiap minggu periode simpan.

Benih kedelai varietas Anjasmoro mengalami peningkatan KA mingguan berkisar 0.010 sampai 1.632%. Berdasarkan fluktuasi data serapan uap air mingguan tersebut, maka diketahui peningkatan KA benih kedelai varietas Anjasmoro sebesar 0.728% dan penurunan KA sebesar 0.375% setiap minggu periode simpan.

Benih kedelai varietas Tanggamus mengalami peningkatan KA mingguan berkisar 0.260 sampai 2.904%. Berdasarkan fluktuasi data serapan uap air mingguan tersebut, maka diketahui peningkatan KA benih kedelai varietas Tanggamus sebesar 1.402% dan penurunan KA sebesar 0.639% setiap minggu periode simpan.

Benih kedelai varietas Wilis mengalami peningkatan KA mingguan berkisar 0.030 sampai 1.651%. Berdasarkan fluktuasi data serapan uap air mingguan

tersebut, maka diketahui peningkatan KA benih kedelai varietas Tanggamus sebesar 0.919% dan penurunan KA sebesar 0.476% setiap minggu periode simpan.

Serapan uap air benih kedelai tersebut sesuai dengan kandungan protein masing-masing varietas. Balitkabi (2005) menyebutkan kandungan protein benih kedelai varietas Detam-1, Anjasmoro, Tanggamus dan Wilis secara berturut-turut sebesar 45.36%, 41.8%, 44.5% dan 37.0%.

Perilaku benih empat varietas kedelai yang disimpan menggunakan kemasan karung plastik pada sistem penyimpanan terbuka dengan peubah VDSDB tertera

pada Gambar 10.

Gambar 10 VDSDB benih empat varietas kedelai yang disimpan menggunakan

kemasan karung plastik selama 16 minggu pada sistem penyimpanan terbuka.

Gambar 10 menunjukkan bahwa VDSDB benih empat varietas kedelai yang

diuji memperlihatkan penurunan selama periode simpan. Varietas Anjasmoro memperlihatkan penurunan paling cepat hingga 80% yaitu pada minggu ketujuh, diikuti varietas Detam-1 dan Wilis masing-masing pada minggu ke 10, serta Tanggamus minggu ke 12. VDSDB benih pada akhir periode simpan untuk varietas

Detam-1, Anjasmoro, Tanggamus dan Wilis masing-masing adalah 43.00%, 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 VDS DB (%)

Periode simpan (minggu)

58.75%, 59.25% dan 59.25%. Perilaku benih melalui peubah VDSDB untuk

keempat varietas menunjukkan pola yang serupa hingga akhir periode simpan, dan terbalik dibandingkan peubah KA.

Moise et al. (2005) memaparkan bahwa berlangsungnya proses metabolisme dalam perkecambahan benih disertai dengan reaktivasi oksigen intermediate seperti radikal superoksida, hidrogen peroksida dan radikal hidroksil yang disintesis oleh kulit benih dan embrio.

Perilaku benih empat varietas kedelai yang disimpan menggunakan kemasan karung plastik pada sistem penyimpanan terbuka dengan peubah VDSDHL tertera

pada Gambar 11.

Gambar 11 VDSDHL empat varietas kedelai yang disimpan menggunakan kemasan

karung plastik selama 16 minggu pada sistem penyimpanan terbuka. Gambar 11 menunjukkan bahwa VDSDHL benih kedelai varietas Detam-1,

Tanggamus dan Wilis pada periode simpan 11 minggu telah melampaui nilai 30 µS.cm-1.g-1, sedangkan benih varietas Anjasmoro hingga akhir periode simpan masih lebih kecil dari 30 µS.cm-1.g-1. Berdasarkan pendugaan yang dikemukakan oleh Taliroso (2008), hanya benih varietas Anjasmoro yang memungkinkan memiliki daya simpan lebih lama dibandingkan tiga varietas lainnya.

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 VDS DHL (µ S /cm)

Periode simpan (mgu)

Tingginya nilai DHL benih keempat varietas kedelai yang diuji dipengaruhi oleh tingginya KA benih yang disimpan menggunakan kemasan porous dan pengaruh suhu ruang penyimpanan. Vieira et al. (2008) mengemukakan bahwa benih yang disimpan pada suhu 10 0C memperlihatkan membran yang jelas lebih stabil dibandingkan benih yang disimpan pada suhu 30 0C. Integritas membran dipengaruhi oleh integritas protein yang terganggu akibat dari proses hidrolisis larutan gula dalam benih.

Perilaku benih empat varietas kedelai yang disimpan menggunakan kemasan karung plastik pada sistem penyimpanan terbuka dengan peubah BK Benih tertera pada Gambar 12.

Gambar 12 menunjukkan bahwa BK benih keempat varietas kedelai yang diuji meningkat hingga akhir periode simpan. Perilaku benih tersebut berbeda dengan hasil percobaan (1) yang memperlihatkan terjadinya penurunan BK benih serta hasil penelitian Sorour dan Uchino (2004) yang mendapatkan terjadinya kehilangan BK benih kedelai setelah disimpan selama periode tertentu.

Gambar 12 BK benih kedelai yang disimpan menggunakan kemasan karung plastik selama 16 minggu pada sistem penyimpanan terbuka.

Berdasarkan hasil percobaan (1) dan percobaan (2), peubah KA benih dapat dijadikan input model dengan output VDSDB dan VDSDHL, sedangkan BK benih

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 B K B eni h (g )

Periode simpan (minggu)

tidak dapat dimasukkan dalam komponen model karena pola perilaku yang tidak konsisten antara percobaan (1) dan (2).

Penyusunan Model

Penyusunan model diawali dengan menyusun diagram alir (flowchart) penyimpanan benih, selanjutnya menentukan hubungan yang logik antar peubah yang digunakan dan merangkai hubungan antar peubah menggunakan perangkat lunak pemodelan komputer.

Diagram Alir

Diagram alir penyimpanan benih mendeskripsikan proses yang terjadi selama penyimpanan benih, yang diawali proses penyerapan (absorpsi) uap air sehingga mengakibatkan peningkatan kadar air benih dan mempengaruhi proses- proses selanjutnya, hingga akhirnya mengakibatkan terjadinya penurunan vigor daya simpan (VDS) benih.

Diagram alir model penyimpanan benih kedelai dideskripsikan pada Gambar 13.

Penyimpanan benih dilakukan dengan tujuan utama untuk mempertahankan VDS tetap tinggi, seperti dideskripsikan pada Gambar 13. Faktor utama yang

mempengaruhi VDS adalah KA benih (Justice & Bass 1994), yang selama

penyimpanan dapat meningkat melalui proses absorpsi uap air dari lingkungan simpan. Proses absorpsi uap air oleh benih dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jenis kemasan simpan yang digunakan, varietas, umur atau lama simpan, KA awal dan kelembaban relatif (RH) lingkungan simpan. Kelima faktor tersebut saling berkaitan dalam mempengaruhi laju absorpsi uap air oleh benih. Kelembaban relatif lingkungan menentukan jumlah uap air yang tersedia di sekitar lingkungan simpan. Jenis kemasan akan menentukan jumlah uap air yang masuk dan tersedia disekitar benih. Varietas akan menentukan tingkat serapan uap air berdasarkan kandungan kimia benih. Umur atau lamanya benih disimpan berkaitan dengan waktu berlangsungnya absorpsi, sedangkan KA awal menentukan laju absorpsi uap air oleh benih.

Menacho et al. (2010) mengungkapkan bahwa penyerapan atau absorpsi air oleh benih merupakan peristiwa awal dari perkecambahan dan mendorong

terjadinya rehidrasi jaringan, meningkatkan respirasi dan aktivitas metabolik lainnya, yang berujung pada tersedianya energi dan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan poros embrio.

Keterangan :

= sumber = aliran informasi DHL = daya hantar listrik ( ) = parameter = aliran massa VDS = vigor daya simpan

= peubah keadaan T = suhu DB = daya berkecambah [ ] = peubah luar RH = kelembaban relatif BKKN = bobot kering

= aliran KA = kadar air kecambah normal Gambar 13 Diagram alir model penyimpanan benih kedelai secara terbuka.

Absorpsi respirasi perkecambahan [T] (KA awal) [permeabilitas kemasan] (varietas) [RH] (umur simpan) (aktivasi enzim) DB BKKN VDS DHL KA

Peningkatan KA akan meningkatkan laju metabolisme benih diantaranya proses respirasi. Garwood dan Lighton (1990) mengemukakan bahwa peningkatan absorpsi uap air akan meningkatkan KA dan juga meningkatkan ketersediaan serta laju konsumsi O2 oleh benih. Pendapat serupa dikemukakan oleh Copeland dan

McDonald (1995) yang menyatakan bahwa proses absorpsi yang terus menerus akan mengakibatkan KA benih tinggi sehingga mendorong peningkatan respirasi. Respirasi merupakan suatu proses oksidasi yang berlangsung dengan adanya penggabungan oksigen dengan substrat benih sehingga dihasilkan energi. Koizumi et al. (2008) menyampaikan bahwa selama terjadinya proses penyerapan uap air akan terjadi juga peningkatan aktivitas metabolisme.

Peningkatan KA benih juga akan mempengaruhi integritas membran. Hal tersebut menurut Chatterjee dan Nagarajan (2006) disebabkan karena peran air yang merupakan substrat penting dalam banyak reaksi dan pengaruhnya terhadap struktur phospolipid yang berperan penting dalam stabilitas membran.Menurut Tatipata et al.(2004), KA benih yang tinggi akan meningkatkan permeabilitas membran sehingga mengakibatkan keluarnya metabolit (gula, asam amino dan lemak) dari sel. Kondisi demikian akan menurunkan respirasi dan meningkatkan DHL, sehingga ketersediaan energi untuk perkecambahan menjadi rendah yang diperlihatkan oleh rendahnya peubah VDS benih.

Panobianco dan Vieira (2007) menyatakan bahwa penurunan mutu fisiologis dan DB benih antara lain disebabkan oleh penurunan integritas membran akibat dari perubahan kandungan karbohidrat benih selama penyimpanan. Tatipata et al. (2004) mengemukakan bahwa penurunan integritas yang mengakibatkan meningkatnya permeabilitas membran menyebabkan banyak metabolit antara lain gula, asam amino dan lemak yang bocor keluar sel, sehingga substrat untuk respirasi berkurang dan energi yang dihasilkan untuk berkecambah juga akan berkurang. Salinas et al. (2010) menyampaikan bahwa pengujian konduktivitas (DHL) kebocoran elektrolit untuk benih secara individu, secara tidak langsung mengkuantifikasi terjadinya kemunduran dan gangguan pada membran sitoplasma. Uji DHL pada benih kedelai merupakan indikator yang lebih efisien terhadap kemunculan lapang dibandingkan uji DB.

Berdasarkan diagram alir penyimpanan benih pada Gambar 13, maka peubah yang digunakan sebagai penduga daya simpan benih pada sistem penyimpanan terbuka adalah vigor daya simpan benih (VDS) sehingga model ini

diberi nama soybean seed vigor in open storage system (soyVios). SoyVios model

terdiri atas: (1) model pendugaan vigor daya simpan benih kedelai berdasarkan persamaan viabilitas (soyVios-1 model), dan (2) model dinamik penyimpanan benih kedelai (soyVios-2 model).

Penyimpanan merupakan upaya yang dilakukan untuk mempertahankan viabilitas benih kedelai agar tetap tinggi dan mampu melampaui periode simpan sepanjang mungkin, sehingga waktu atau periode simpan menjadi faktor penting dalam penyusunan model. SoyVios-1 model yang disusun berdasarkan persamaan viabilitas hanya menduga VDS benih pada saat tertentu, sedangkan soyVios-2 model bersifat dinamis dan menduga VDS benih secara kontinyu selama periode

simpan yang diinginkan. Perubahan-perubahan output model dalam soyVios-2 model juga mengikuti perubahan input pada waktu atau lamanya periode simpan, sehingga sesuai dengan kaidah penyimpanan benih. Respirasi yang dideskripsikan dalam diagram alir model penyimpanan benih (Gambar 13) dan merupakan proses penting dalam penyimpanan benih masih belum dimasukkan dalam komponen

SoyVios-1 dan soyVios-2 Model, karena proses dan peubah respirasi tidak diamati dalam penelitian ini.

Hubungan antar Peubah dan Konstanta Model

Hubungan antar peubah ditentukan untuk membangun proses yang logik dalam model. Hubungan antar peubah dalam sistem berupa hubungan linier atau eksponensial yang berasal dari pemahaman suatu konsep dasar, hasil percobaan empirik atau kombinasi antara konsep dasar dengan hasil percobaan empirik. Hubungan antar peubah, juga bisa hanya hubungan logik yang diperoleh dari data- data penelitian. Konstanta model diperoleh dari hasil pengukuran di lapang dan juga berdasarkan referensi-referensi yang sudah ada (Qadir 2012).

Hasil percobaan penyimpanan dan pengujian benih kedelai menunjukkan bahwa permeabilitas kemasan, varietas, kadar air awal, viabilitas awal dan suhu dapat dijadikan input untuk model yang disusun. Perubahan dari peubah tersebut

akan mengakibatkan perubahan pada output model yaitu vigor daya simpan (VDS)

dan lama simpan.

(1) Model Pendugaan Vigor Daya Simpan Benih Kedelai berdasarkan Persamaan Viabilitas (soyVios-1 model)

Persamaan Viabilitas. Model pendugaan daya simpan benih disusun berdasarkan persamaan viabilitas yang dikemukakan oleh Ellis dan Roberts. Persamaan Viabilitas Ellis dan Roberts terdiri atas dua komponen (Ellis & Hong 2006) seperti telah disebutkan sebelumnya, yaitu persamaan (2) dan (3).

... (persamaan 2) Persamaan (2) menggambarkan kurva kelangsungan hidup benih, v adalah viabilitas benih kedelai setelah p hari yang dinyatakan dalam probit, adalah waktu yang diperlukan viabilitas benih untuk turun satu probit (hari), p adalah periode simpan (hari) dan Ki viabilitas awal sebelum simpan yang dinyatakan

dalam probit.

... (persamaan 3) Persamaan (3) menggambarkan hubungan antara waktu yang diperlukan viabilitas benih untuk turun satu probit (σ), suhu ruang simpan (t, oC) dan kadar air (m, % wb), sedangkan KE, CW, CH dan CQ merupakan konstanta spesifik komoditas.

Konstanta spesifik untuk komoditas kedelai yang digunakan berdasarkan pada Kruse et al. (2005) yaitu KE (7.748), CW (3.979), CH (0.053) dan CQ (0.000228).

Menduga DS benih kedelai selama periode simpan menggunakan persamaan viabilitas, terlebih dahulu dilakukan penentuan nilai σ menggunakan persamaan (3) yang diawali dengan menduga nilai m selama periode simpan dan menentukan nilai t yang akan digunakan dalam pendugaan.

Menduga nilai m (kadar air) benih selama periode simpan. Persamaan (3) yang digunakan dalam model dikembangkan dengan menduga nilai m pada setiap periode simpan menggunakan persamaan (13) yang diperoleh dari percobaan 1 dan 2, dengan mememasukkan peubah permeabilitas kemasan dan varietas. Beberapa asumsi yang diperlukan dalam menduga nilai m agar diperoleh

nilai yang mendekati nilai aktual seperti yang ditunjukkan oleh perilaku benih selama periode simpan secara terbuka, sebagai berikut :

1. Nilai m benih dipengaruhi oleh kemasan yang digunakan (permeabilitas kemasan) dan varietas yang disimpan (permeabilitas benih).

2. Permeabilitas yang diukur pada penyimpanan menggunakan jenis kemasan berbeda pada model ini adalah permeabilitas kemasan (Prk) meskipun nilai tersebut diperoleh dari pengukuran serapan uap air oleh benih kedelai, karena diasumsikan bahwa jumlah uap air yang melewati kemasan seluruhnya diserap oleh benih.

3. Permeabilitas yang diukur pada penyimpanan benih kedelai empat varietas berbeda adalah permeabilitas benih untuk tiap varietas (Prv).

4. Kadar air benih selama periode simpan mengalami perubahan, berupa peningkatan (terjadi absorbsi uap air) atau penurunan (terjadi desorbsi uap air). Penentuan perubahan KA benih berupa absopsi atau desorpsi memerlukan nilai yang membatasi hasil dari perubahan m sebelumnya (mn -

mn-1), dalam model ini disebut P3 yaitu serapan uap air mingguan terendah.

Jumlah uap air (% per hari) yang ditambahkan pada nilai KA terdiri atas P1

dan P2. P1 adalah jumlah uap air yang diserap benih (absorpsi) dan P2 adalah

jumlah uap air yang keluar dari benih (desorpsi).

5. Nilai m pada periode simpan tertentu (mn-1) diduga dari nilai m periode

sebelumnya (mn). Besarnya nilai mn-1 adalah nilai mn ditambah dengan

permeabilitas (dalam satuan %), jika proses yang terjadi adalah absorpsi maka nilai mn-1 = mn + (7*P1), namun jika desorpsi maka nilai mn-1 = mn– P2. P1

adalah jumlah serapan uap air benih setiap hari dan P2 jumlah uap air yang

keluar dari benih setiap hari.

Nilai P1, P2 dan P3 untuk tiga jenis kemasan simpan tertera pada Tabel 4.

Table 4 menunjukkan nilai permeabilitas tiga jenis kemasan simpan yang digunakan (dalam satuan % per hari). Kemasan yang paling rendah permeabilitasnya (P1) adalah alumunium foil, diikuti kemasan plastik PP dan

Tabel 4 Nilai P1, P2 dan P3untuk tiga jenis kemasan berbeda yang digunakan

dalam model untuk menentukan nilai dugaan mn-1

Uraian Karung plastik Plastik PP Alumunium foil Permeabilitas-1, absorpsi (P1, %.hari-1) 0.085 0.020 0.013 Permeabilitas-2, desorpsi (P2, %.hari-1) 0.023 0.032 0.039 Permeabilitas-3, Batasan nilai mn - mn-1 (P3, %.hari-1) 0.507 0.398 0.624

Nilai P1, P2 dan P3 untuk empat varietas kedelai tertera pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai P1, P2 dan P3untuk empat varietas berbeda yang digunakan dalam

model untuk menentukan nilai dugaan mn-1

Uraian Detam-1 Anjasmoro Tanggamus Wilis Permeabilitas-1, absorpsi (P1, %.hari-1) 0.147 0.104 0.020 0.131 Permeabilitas-2, desorpsi (P2, %.hari-1) 0.083 0.054 0.091 0.068 Permeabilitas-3, Batasan nilai mn - mn-1 (P3, %.hari-1) 0.372 0.010 0.260 0.030

Tabel 5 menunjukkan nilai serapan uap air (dalam satuan % per hari) oleh empat varietas benih kedelai yang disimpan menggunakan jenis kemasan yang sama, yaitu karung plastik.

Menduga nilai m dengan memasukkan nilai pada Tabel 4 (nilai m dalam jenis kemasan berbeda) dan Tabel 5 (nilai m varietas berbeda) ke dalam fungsi if dalam perangkat lunak Microsoft Excell 2010 yaitu :

Mn+1 = IF (mn– mn-1≤ P3, mn + P1, mn– P2) ... (persamaan 17)

Nilai t (suhu) selama periode simpan. Nilai t (suhu) diperoleh melalui pengukuran harian selama periode simpan. Penyimpanan benih secara terbuka menghadapi kondisi dimana suhu lingkungan berfluktuasi, pada penyimpanan ini suhu ruang simpan berkisar 24 sampai 33 oC. Menurut Roberts (1972), pada sistem penyimpanan terbuka dimana suhu ruang simpan selama periode simpan

berfluktuasi maka dapat ditentukan tingkat suhu efektifnya menggunakan persamaan (18).

... (persamaan 18) Persamaan (18) adalah persamaan yang digunakan untuk menduga “suhu efektif (TE)” dari kondisi suhu ruang simpan yang dengan kisaran temperatur yang

berfluktuasi dengan memperhitungkan data suhu ruang (t, oC), konstanta spesifik komoditas kedelai pada peubah suhu (CH) dan jumlah suhu berbeda (n). Asumsi

yang digunakan dalam penentuan nilai t model sebagai berikut :

1. Nilai t diperoleh melalui pengukuran, namun nilai t dapat diduga berdasarkan kondisi suhu pada periode yang sama sebelumnya.

2. Nilai t sebagai input model, dapat ditentukan melalui dua cara yaitu :

a. Perhitungan suhu efektif (TE) selama periode simpan. Jika digunakan nilai

TEsebagai input untuk nilai t dalam model maka hanya satu nilai t untuk

menduga DS pada seluruh periode simpan.

b. Suhu rata-rata selama periode simpan. Jika digunakan nilai suhu rata-rata sebagai input untuk nilai t dalam model maka nilai t adalah nilai rata-rata selama periode simpan yang diperhitungkan, misalnya dalam periode 7 hari (mingguan) maka nilai t adalah rata-rata suhu selama periode tujuh hari tersebut.

Penggunaan nilai TE dan t rata-rata per periode simpan tertentu sebagai

input untuk soyVios-1 model akan menghasilkan nilai VDSDB dugaan selama

periode simpan dengan pola garis dugaan yang sama. Hal tersebut disebabkan oleh peran kadar air yang lebih besar dari suhu terhadap nilai VDSDB dugaan pada

persamaan viabilitas yang menjadi dasar model, sehingga penggunaan nilai TE

sebagai input model lebih memudahkan dalam aplikasi model.

Nilai σ yang diperoleh menggunakan persamaan (3) di atas, selanjutnya dimasukkan ke dalam persamaan viabilitas (2) untuk menduga nilai VDSDB benih

selama periode simpan tertentu yang diawali dengan mentransformasi nilai Ki (viabilitas awal) dari persen menjadi probit dan diakhiri dengan mentransformasi nilai v (viabilitas setelah melampaui periode simpan) dari probit menjadi persen.

Transformasi nilai Ki (viabilitas awal). Transformasi nilai Ki dimaksudkan untuk merubah nilai Ki dalam satuan persen menjadi probit. Sebelum menjadi probit, nilai Ki dalam persen dijadikan nilai kebalikan dari standar distribusi kumulatif normal. Perubahan tersebut dalam program Microsoft Excell 2010 menggunakan fungsi “NORMSINV” dan dalam persamaan viabilitas dikenal sebagai NED atau NEDs (normal equivalent deviate). Nilai probit untuk viabilitas diperoleh dengan menambahkan nilai NEDs dengan 5. Transformasi nilai Ki untuk empat varietas kedelai yang digunakan dalam penelitian ini tertera pada Tabel 6.

Tabel 6 Transformasi satuan Ki dari persen menjadi probit untuk empat varietas kedelai yang digunakan

Uraian Ki (viabilitas awal) % NEDs Probit Detam-1 92.00 1.405 6.405 Anjasmoro 93.00 1.476 6.476 Tanggamus 99.00 2.326 7.326 Wilis 90.00 1.282 6.282

Transformasi nilai v (viabilitas setelah melampaui periode simpan). Transformasi nilai v dilakukan berlawanan dengan langkah transformasi nilai Ki. Nilai v yang diperoleh melalui persamaan (2) adalah VDSDB dengan satuan probit,

sehingga perlu ditransformasi menjadi satuan persen. Perubahan tersebut dalam perangkat lunak Microsoft Excell 2010 menggunakan fungsi “NORMSDIST”.

Transformasi nilai v dari probit menjadi satuan persen tertera pada Lampiran 5. Rangkaian Hubungan antar Peubah dan Konstanta Model. Hubungan antar peubah dan konstanta dalam Model (1) selanjutnya dirangkai menggunakan perangkat lunak Microsoft Excell 2010 sehingga diperoleh nilai dugaan VDS

dengan urutan rangkaian sebagai berikut :

Menentukan nilai m menggunakan persamaan (17)

Mn+1 = IF (mn– mn-1≤ P3, mn + P1, mn– P2)

Mn benih yang disimpan dalam kemasan karung plastik:

Mo = 8.44

M7 = IF (8.44-8.44≤0.507,8.44+(7*0.085),8.44-(7*0.023) = 9.04

M21 = IF (8.87-9.04≤0.507,8.87+(7*0.085),8.87-(7*0.023) =9.47

M28 = IF (9.47-8.87≤0.507,9.47+(7*0.085),9.47-(7*0.023) = 9.31

Dan seterusnya sampai diperoleh dugaan untuk m112

Menentukan nilai t berupa nilai suhu efektif (TE) menggunakan persamaan (18)

Menentukan nilai σ menggunakan persamaan (3)

Nilai benih kedelai var. Anjasmoro yang disimpan dalam kemasan karung plastik: KE = 7.748; CW = 3.979; CH = 0.0053; CQ = 0.000228 TE = 28.26 M7 = 9.04 132.5 hari M14 = 8.87 142.9 hari M21 = 9.47 110.1 hari M28 = 9.31 117.9 hari Dan seterusnya sampai 112

Menentukan nilai v (VDS)menggunakan persamaan (2)

Transformasi satuan Ki menggunakan fungsi NORMSINV:

Ki Detam-1 = (NORMSINV (0.92) + 5) = 1.405 + 5 = 6.405 Ki Anjasmoro = (NORMSINV (0.93) + 5) = 1.476 + 5 = 6.476 Ki Tanggamus = (NORMSINV (0.99) + 5) = 2.326 + 5 = 7.326 Ki Wilis = (NORMSINV (0.90) + 5) = 1.282 + 5 = 6.282

Menentukan nilai v varietas Anjasmoro dalam kemasan karung plastik: Ki = 6.405 probit

P = 7 hari; 7 =132.5 hari

P = 14 hari; 14 =142.9 hari V14 = 6.307 probit = 1.307 NEDs = 0.9044*100 = 90.44% P = 21 hari; 21 =110.1 hari V21 = 6.214 probit = 1.214 NEDs = 0.8877*100 = 88.77% P = 28 hari; 21 =117.9 hari V28 = 6.168 probit = 1.168 NEDs = 0.8785*100 = 87.85%

Dan seterusnya sampai v112

Penentuan VDS untuk jenis kemasan plastik PP dan alumunium foil serta

untuk varietas lainnya dilakukan dengan urutan rangkaian seperti varietas Anjasmoro yang disimpan menggunakan kemasan karung plastik di atas. Nilai m aktual dan dugaan untuk tiga jenis kemasan simpan yang digunakan tertera pada Lampiran 6. Nilai m aktual dan dugaan untuk empat varietas kedelai tertera pada Lampiran 7. Nilai dan VDS benih kedelai varietas Anjasmoro yang disimpan

menggunakan kemasan karung plastik, plastik PP dan alumunium foil tertera pada lampiran 8, sedangkan untuk empat varietas kedelai yang disimpan menggunakan kemasan karung plastik tercantum pada lampiran 9. Suhu (t) dan RH lingkungan simpan hasil pengukuran tertera pada lampiran 10 dan 11.

(2) Model Dinamik Penyimpanan Benih Kedelai (soyVios-2 model)

Model dinamik penyimpanan benih kedelai disusun menggunakan perangkat lunak Stella v9.0.2.

Penentuan nilai permeabilitas kemasan simpan. Kemunduran benih selama periode simpan sebagai akibat dari peningkatan KA, diantaranya dipengaruhi oleh kemampuan kemasan melindungi benih dari pengaruh

Dokumen terkait